• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.3 Temuan Penelitian

Berdasarkan tujuan studi yang ditetapkan serta analisis yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dalam studi ini, maka telah dipilah dua kelompok faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di Kota Pamatang Raya serta dikaji bentuk keterkaitan antara dua kelompok faktor tersebut dalam perubahan penggunaan lahan Kota Pamatang Raya (Tabel 5.4, Tabel 5.5).

Tabel 5.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan pada Kota Pamatang Raya

FAKTOR TEMUAN PENELITIAN

I. Faktor Eksternal 1 . Aktivitas P erkantoran Pemerintahan 2 Aktivitas Perdagangan dan Jasa 3 . Kebijakan Pemerintah

1. Aktifitas perkantoran Pemerintahan Kabupaten Simalungun di Pamatang Raya membangkitkan kegiatan penunjang berupa kawasan perdagangan dan perumahan. Masyarakat menyambut baik kegiatan pemerintahan di Pematang raya sebagai lokomotif pembangunan wilayah.

2. Merupakan faktor penarik bagi berkembangnya peruntukan kawasan yang lebih kompleks.(perdagangan, perumahan, sekolah, pasar dll)

3. Sebagai pusat pertumbuhan pembangunan wilayah

4. Tidak cukup mendukung perkembangan pembangunan wilayah karena sebahagian besar pegawai tidak menetap di Pematang raya 5. Fasilitas umum dan sosial sekitar kurang lengkap, masyarakat masih berkegiatan ke Pematang Siantar

6. Aktifitas komuter / penglaju yang lebih banyak di perkantoran pemerintahan.

1. Banyaknya permintaan untuk kebutuhan perdagangan dan jasa mendorong penduduk untuk beralih pekerjaan dari bertani menjadi Merupakan daya tarik kuat terutama di jalur jalan, lokasi yang dekat dengan pasar dan peruntukan komersial bagi perubahan guna lahan

2. Aktifitas perdagangan dan jasa menimbulkan perubahan guna lahan dari permukiman / pertanian menjadi peruntukan komersil / pertokoan sepanjang jalan utama kota

3. Pembangunan fasilitas perdagangan yang sporadis dilakukan masyarakat menjadikan kawasan komersil kumuh dan tidak teratur sepanjang tepian jalan utama

4. Potensi lokasi strategis aktifitas dagang dan jasa yang berpengaruh terhadap perubahan guna lahan adalah sepanjang jalan besar, dekat kantor pemerintah dan dekat pasar.

1. Ditetapkanya Pamatang Raya sebagai Ibukota Kabupaten Simalungun.

2. Tingkat keberhasilan integrasi program dan kebijakan pemerintah dalam menata dan mengembangkan kota Pamatang Raya dari ketersediaan infrastruktur dan fasilitas perkotaan baik secara kualitas maupun kuantitas termasuk aktifitas yang berlangsung didalamnya

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas jalan dengan mengadakan perbaikan kondisi dan pelebaran badan jalan.

4. Pembangunan dan pengembangan ruas jalan Tanjung Morawa – Saribu Dolok – Tongging (Rawasaring) yang melewati Ibukota Kabupaten Simalungun, akan mendukung pengembangan kota terutama untuk fungsi pariwisata.

5. Keberadaan bandara perintis juga sangat mendukung pengembangan kawasan perkotaan

6. Adanya investasi baru yang memicu perubahan fisik lahan kota adalah hasil dari kebijakan pemerintah

7. Kurangnya pengawasan dan sosialisasi peraturan pemerintah yang mengakibatkan pembangunan berjalan sporadis sehingga pusat kota nampak semrawut.

Tabel 5.4 (Lanjutan)

FAKTOR TEMUAN PENELITIAN

II. Faktor Internal

1 . Kependudukan

2. Transformasi Sosial

3. Potensi Lahan

1. Meningkatnya kepadatan penduduk seiring dengan meningkatatnya kebutuhan akan permukiman, beragam aktifitas kawasan, dan kebutuhan akan ulitisas sarana dan prasarana kota

2. Faktor sebaran penduduk tidak merata mempengaruhi kepadatan lokasi strategis

3. Faktor banyaknya tenaga kerja dari luar kota menjadikan pola permukiman tidak menetap yang menjamur dan tidak terkendali. 4. Faktor pola migrasi, komuter, penetap sementara membentuk cluster hunian yang berpengaruh terhadap perubahan tata guna

lahan

5. Faktor pemusatan kependudukan berada di sekitar pusat pemerintahan, jalan raya dan pasar tradisional menjadi sentra bagi perubahan guna lahan.

1. Banyaknya permintaan untuk kebutuhan perdagangan dan jasa mendorong penduduk untuk beralih pekerjaan dari bertani menjadi berdagang atau jasa.

2. Usia produktif (18-55)tahun yang tinggi mempengaruhi tingginya pencari kerja di pusat kota karena lapangan kerja yang ditawarkan lebih banyak daripada di pinggiran kota.

3. Hampir 60 % penduduk kota berpendidikan SLTP atau lebih rendah dari SLTP. Tingkat pendidikan responden yang rendah berpengaruh terhadap pola piker dan pemahaman tentang produk tata ruang terkait dengan keinginan dan kebutuhan penduduk dalam mengubah guna lahan.

4. Mata pencaharian dan tingkat pendapatan mendorong masyarakat untuk mengembangkan usahanya dengan memperluas atau mengubah bangunan sesuai dengan kebutuhan

5. Rendahnyapenghasilan dari pekerjaan pertanian mendorong penduduk beralih profesi ke sector perdagangan dan jasa. 6. Faktor tumbuhnya sikap konsumtif mempengaruhi perubahan guna lahan

7. Faktor kedekatan sosial kekeluargaan mempengaruhi penetapan peruntukan wilayah usaha masyarakat 8. Faktor terbukanya aksesibilitas transformasi dan informasi / internet

.

1. Faktor keterjangkauan harga lahan relatif murah

2. Faktor ketersediaan lahan di tepian jalan yang masih cukup banyak. 3. Faktor persepsi masyarakat bahwa wilayah tersebut akan cepat berkembang 4. Faktor Infra struktur lahan yang semakin baik di wilayah tepian jalan

5. Faktor potensi lahan warisan dan turun temurun yang dikelola oleh masyarakat asli setempat 6. Faktor alasan perubahan yaitu melihat adanya peluang usaha di lahan tersebut

7. Faktor pemanfaatan lahan secara turun temurun

Tabel 5.4 (Lanjutan)

FAKTOR TEMUAN PENELITIAN

III. Faktor Internal

4 . Aksesibilitas

5. Infrastruktur

6. Elastisitas Guna Lahan

1. Faktor tersedianya sarana aksesibilitas jalan dan sarana transportasi yang baik 2. Faktor kemudahan transportasi dari wilayah lain

3. Faktor daya tarik kegiatan suatu wilayah misalnya pasar, sekolah, pusat komersil 4. Faktor belum meratanya pembangunan jalan menuju wilayah pedesaan

5. Faktor terkelompokkannya daya tarik kawasan pada tepian jalan

1. Faktor tersedianya infrastruktur yang baik di kawasan pemerintahan kab. Simalungun 2. Faktor pembangunan jalan menuju pusat wilayah

3. Faktor sarana jalan menuju kawasan komerial / perdagangan 4. Faktor tersedianya sarana transportasi angkutan umum 5. Faktor rencana pembangunan infrastruktur tahap selanjutnya

6. Faktor belum tersosialisasikannya rencana pembangunan infrastruktur

7. Faktor belum meratanya pembangunan infrastruktur di beberapa wilayah pembangunan .

1. Faktor potensi kegiatan lokal berupa perdagangan hewan, perladangan kopi dan pasar tradisional daerah berpengaruh terhadap perubahan fungsi / peruntukan lahan

2. Faktor Potensi keterkenalan kota Pematang Raya sebagai kota pertama terbesar di Simalungun 3. Faktor Potensi keterkenalan pasar tradisional Pematang Raya sebagai pasar distribusi daerah sekitarnya 4. Faktor Potensi lahan untuk perkebunan kopi yang luas sebagai potensi investasi agrobisnis

5. Faktor penguat pembangunan kawasan berupa kelengakpan infrastruktur jalan

6. Faktor penguat pembangunan kawasan adalah pengukuhan Pematang Raya sebagai Ibukota Kabupaten Simalungun

7. Faktor penghambat pembangunan adalah kemampuan SDM rata-rata rendah, pembangunan jalan belum menyeluruh, dan arahan “bukan kota Transit”

Tabel 5.5 Keterkaitan Antara Faktor Eksternal dan Faktor Internal Dalam Perubahan Penggunaan Lahan Pada Kota Pamatang Raya

Faktor Internal Faktor Eksternal

Aktifitas pemerintahan Aktifitas perdagangan /Jasa Kebijakan Pemerintah

Kependudukan

Aktifitas pemerintahan merupakan daya tarik bagi peningkatan populasi penduduk

Aktifitas perdagangan merupakan daya tarik bagi investor dan kegiatan ekonomi daerah

Kebijakan meningkatkan daya tarik wilayah untuk pemerataan sebaran penduduk

Sosial

Aktifitas pemerintahan merupakan sentra hubungan sosial masyarakat

Aktifitas perdagangan merupakan sarana masyarakat dalam bersosialisasi melakukan hubungn jual beli

Kebijakan mengenai peningkatan fasilitas sosial dan fasilitas umum

Aksesibilitas

Akses masyarakat kepada fasilitas pelayanan publik oleh pemerintah lebih mudah

Pembukaan fasilitas dagang baru di wilayah menjamin sebaran pusat pertumbuhan

Akses kepada produk kebijakan berkaitan dengan rencana pengembangan wilayah lebih transparan dan terjangkau

Potensi Lahan

Penetapan fasilitas pemerintahan merupakan daya dorong bagi potensi lahan sekitar untuk berkembang cepat

Peruntukan aktifitas perdagangan / jasa relatif lebih cepat berkembang

meningkatkan potensi nilai lahan kawasan

Penetapan kebijakan tata ruang yang mengantisipasi perkembangan perubahan guna lahan

Infrastruktur

Pembangunan pusat pemerintahan yang didukung oleh infrastruktur merupakan daya tarik kawasan

Pertumbuhan pusat perdagangan perlu dukungan infrastruktur pelayanan pusat komersial

Kebijakan perencanaan infrastruktur sesuai dengan perkembangan perubahan guna lahan

Elastisitas Guna Lahan

Pembangunan pusat pemerintahan menjadi sentra perkembangan wilayah dengan elastisitas tinggi

Pusat perkembangan perdagangan jasa sepanjang jalan raya menjad sentra perkembangan wilayah elastisitas tinggi

Kebijakan tata ruang pemerintah mengantisipasi dan mengkontrol elastisitas perkembangan guna lahan wilayah

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan mengenai kajian perubahan tata guna lahan kawasan perkotaan Pematang Raya memberikan pengaruh positif yang cukup signifikan terhadap kawasan disekitar. Dengan diketahuinya faktor yang mempengaruhi dinamika perubahan penggunaan lahan di Kota Pamatang Raya maka dapat ditelaah potensi daya tarik internal pembangunan pusat pemerintahan, perkembangan pusat dagang/jasa dan kebijakan penataan ruang serta daya tarik eksternal kependudukan, transformasi sosial, aksesibilitas, infrastruktur, potensi lahan dan elastisitas guna lahan yang mengarahkan kecenderungan penggunaan lahan pada masa yang akan datang. Hal ini ditandai dengan terjadinya perubahan fisik dan fungsi lahan yang merupakan konsekwensi dari pebangunan wilayah yang dimotori oleh pusat pemerintahan kabupaten Simalungun di Pematang Raya. Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perpindahan Ibukota Kabupaten Simalungun dari Pematangsiantar ke Pamatang Raya telah membawa dampak yang besar terhadap perubahan guna lahan di Pamatang Raya dari lahan tidak terbangun menjadi lahan

terbangun dengan dibangunnya perkantoran sebanyak 35 buah kantor instansi pemerintah dan pembangunan kantor Polres dan Kodim.

2. Multiplier effect dari keberadaan kantor pemerintahan dalam lingkup regional menciptakan pusat pelayanan kegiatan wilayah yang berlokasi di Kota Pamatang Raya dan tumbuhnya aktivitas perdagangan dan jasa. Pola pergerakan aktivitas tersebut menciptakan struktur ruang kota yang linear mengikuti jalur transportasi jalan utama Kota Pamatang Raya. 3. Faktor eksternal telah membawa perubahan pemanfaatan lahan di pusat

Kota Pamatang Raya. Hal ini disebabkan pula pusat kota Pamatang Raya sebagai Ibukota Kabupaten Simalungun dan menjadi pusat perkantoran pemerintah serta memiliki keunggulan lokasi, aksesibilitas sarana dan prasarana, fasilitas perkotaan disamping kebijakan pemerintah yang sangat menonjol dalam mendorong tumbuhnya kota Pamatang Raya sebagai pusat pelayanan wilayah. Hal ini jelas terlihat dari program-program pembangunan berupa proyek fisik dan peraturan perundang-undangan piñata ruangan.

4. Faktor internal perubahan lahan meliputi perkembangan penduduk yang didominasi tingginya angka migrasi yang berdampak pada berkurangnya lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun. Faktor internal lainnya adalah transformasi sosial, ketersediaan lahan, aksesibilitas, ketersediaan fasilitas perkotaan, aktivitas perekonomian kota dan potensi lokal yang turut berpengaruh diantaranya keterkenalan pasar

tradisional Raya sebagai pasar pertama di Simalungun, potensi perdagangan hewan dan perladangan kopi yang subur.

5. Faktor penguat pembangunan kawasan adalah pengukuhan Pematang Raya sebagai Ibukota Kabupaten Simalungun dan pusat pelayanan wilayah, sementara faktor penghambat pembangunan adalah kemampuan SDM rata-rata rendah, jarak yang dekat dengan kota Pematangsiantar yang sudah duluan berkembang, pembangunan jalan belum menyeluruh, dan arahan “bukan kota transit.

6. Perubahan penggunaan lahan apabila ditinjau dari tata ruang kota sedikit banyaknya telah terjadi penyimpangan. Hal ini disebabkan lebih dari 62% bangunan di wilayah penelitian tidak memiliki ijin mendirikan bangunan (IMB) maupun ijin usaha dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya.

7. Perubahan pemanfaatan fungsi lahan dipusat kota seluas.1.728 ha dalam kurun waktu 10 tahun dari tahun 2003 sampai dengan tahun 20013 menunjukkan lahan pemukiman & perdagangan/jasa meningkat dari 38,61 ha menjadi 76,39 ha (bertambah sebesar 97,85%), lahan perkantoran meningkat dari 20,53 ha menjadi 68,13 ha (bertambah sebesar 231,84%) sedangkan lahan perkebunan berkurang dari 1.458,5 ha menjadi 1.381,5 ha (berkurang sebesar 6,75%) pada tahun 2013.

6.2 Rekomendasi

Berdasarkan analisis dari hasil penelitian yang dilakukan, maupun manfaat yang diharapkan, maka rekomendasi yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

1. Kota Pamatang Raya dalam kaitannya dengan pengembangan Kota Pamatang Raya di masa yang akan datang, perlu diteliti secara mendalam tentang perkembangan fisik Kota Pamatang Raya ini. Hal ini demi terciptanya keseimbangan pengembangan Kota Pamatang Raya.

2. Pemerintah perlu mencermati masalah-masalah perkotaan yang timbul akibat tingginya angka urbanisasi. Konsentrasi kepadatan dan aktifitas perkotaan pada satu kawasan saja akan berdampak pada tidak efesien dan tidak optimalnya mekanisme kehidupan perkotaan. Perkembangan kota yang cenderung linear perlu diantisipasi dengan membuat konsep pegembangan pusat pertumbuhan dengan melihat potensi keunggulan kawasan baru tersebut.

3. Penyimpangan penggunaan lahan dari kebijaksanaan yang telah digariskan pemerintah daerah perlu kiranya diteliti tentang seberapa besar penyimpangan penggunaan lahan yang terjadi karena berkaitan dengan kemungkinan konflik penggunaan lahan di Kota Pamatang Raya.

4. Perlu dilakukan penambahan jaringan jalan baru, sehingga penyebararan kawasan permukiman lebih merata tidak hanya terpusat pada jalur jalan utama.

perkembangan fisik dan pola aktifitas di Kota Pamatang Raya.

6. Dengan berkurangnya lahan pertanian secara tidak langsung akan mengurangi kesempatan kerja dibidang pertanian terutama buruh tani dan pekerja sektor pertanian lainnya. Sehingga perlu dipikirkan program yang terintegrasi dengan peningkatan pengetahuan/pendidikan dalam penciptaan lapangan usaha baru yang sejenis dan sesuai dengan kemampuan nalar pekerja sektor pertanian. Andil peran pemerintah ini untuk mengantisipasi pergesekan sosial dan budaya dimasa mendatang.