• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KONDISI PERKEBUNAN TEMBAKAU DELI DI BULU CINA (1974-1996)

3.3 Tenaga Kerja dan Upah

Penyediaan tenaga kerja tidak kalah pentingnya bagi perkebunan. Tenaga kerja di perkebunan Bulu Cina merupakan tenaga kerja kontrakan dari Jawa yang direkrut oleh pengusaha Belanda. Masa kontrak berlangsung selama 2-3 tahun, dan bila masa kontraknya sudah habis mereka mendapat kesempatan untuk memperpanjang kontraknya lagi selama tiga tahun. Sistem ini dipakai untuk menyiasati agar para pekerja yang berasal dari luar tidak pulang ke tempat asalnya. Sistem ini sudah diberlakukan oleh Belanda di Sumatera Timur yang dikenal

dengan Poenale Sanctie33

Sistem kontrak ini telah menyebabkan orang-orang Jawa ini kemudian menjadi penduduk mayoritas Desa Bulu Cina. Pengusaha perkebunan tidak menutup kesempatan bagi penduduk yang berasal dari desa lain, yang juga merupakan orang-orang Jawa keturunan bekas buruh perkebunan sebelumnya untuk bekerja di Kebun Bulu Cina tersebut. Orang-orang Jawa yang menjadi buruh di perkebunan cenderung untuk menetap dan membuat pemukiman di Desa bulu Cina. Ada beberapa faktor yang membuat orang Jawa tetap bermukim di sekitar perkebunan, antara lain: (1) mereka kurang mendapatkan pendidikan yang layak sehingga kemampuan yang mereka miliki hanya untuk menjadi pekerja di perkebunan; (2) jiwa dan kemampuan yang mereka miliki sudah terbiasa hidup dalam lingkungan pertanian (persawahan/ perkebunan); (3) masyarakat Jawa merasa lebih enak untuk tinggal serta bermukim dengan kelompok sesukunya karena merasa lebih nyaman dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari; (4) disamping itu beberapa keturunan para buruh sudah menganggap Desa Bulu Cina merupakan kampung halamannya, sehingga mereka tetap tinggal di Bulu Cina. Hal lain adalah karena setelah nasionalisasi buruh perkebunan merupakan pekerjaan dengan penghasilan yang dapat menjamin kebutuhan hidup buruh dan para keluarga, sehingga apabila mereka keluar dari pekerjaan

.

33 Poenale Sanctie

yaitu merupakan sebuah ordonansi (aturan) yang mengatur hubungan kerja antara kuli dan tuan kebun.

tersebut mereka merasa belum tentu mendapatkan fasilitas yang disediakan oleh perkebunan. Situasi ini tentunya memudahkan pihak perkebunan untuk merekrut tenaga kerja, karena telah tersedia di wilayah perkebunan. Berbeda dengan orang Cina yang telah menjadi penduduk minoritas di Bulu Cina, banyak yang telah keluar dari areal perkebunan. Faktor yang mendorong orang Cina keluar dari pekerjaan itu ialah karena mereka bisa menjalankan perekonomian di bidang perdagangan selain agraria, sehingga tidak menyulitkan bagi mereka untuk keluar dari wilayah perkebunan.

Setelah PT. Perkebunan IX mengelola kebun Bulu Cina, maka sistem kontrak untuk mengikat para pekerja diubah. Kontrak yang dipakai tidak lagi berlaku untuk 2-3 tahun masa kerja seperti kebijakan kolonial terdahulu. PT. Perkebunan IX menetapkan sistem kontrak yang berlaku ialah sepanjang 30 tahun masa kerja. Pada masa kolonial sangat tertutup kesempatan bagi para kuli kontrak untuk memperoleh kenaikan jabatan, karena para buruh memang secara sengaja diciptakan untuk menjadi tenaga murah demi mencapai keuntungan yang besar. Pada masa PT. Perkebunan IX dengan masa kontrak 30 tahun, tidak menutup kesempatan bagi para buruh untuk naik jabatan. Seperti halnya informan Nyono, memulai karir dengan menjadi buruh harian di perkebunan Buluh Cina, lalu naik menjadi karyawan tetap hingga menjadi kepala kantor di perkebunan Bulu Cina. Dengan demikian pada masa PT. Perkebunan IX karir pekerja tidak hanya berada pada level itu saja, tetapi diberi kesempatan untuk memiliki jabatan lebih tinggi.

Tenaga kerja yang bekerja di perkebunan ini umumnya adalah pekerja sebagai buruh harian, buruh tanam, dan buruh bangunan. Tenaga kerja buruh harian dan buruh tanam biasanya ditempatkan di areal lapangan perkebunan. Buruh harian yang ditempatkan di lapangan memiliki tugas untuk mencangkul lahan, membersihkan tanaman tembakau dari rumput-rumput liar, dan

memberi pupuk pada setiap tanaman. Buruh tanam ditugaskan menanam tembakau di ladang- ladang yang dipersiapkan dan memetik daun-daun tembakau yang sudah cukup umur untuk dipanen. Ada juga buruh/tenaga kerja di tempatkan di bangsal perkebunan. Buruh yang ditempatkan di bangsal memiliki tugas seperti memilih daun-daun tembakau yang berkualitas bagus, mencucuk daun-daun tembakau dengan tali rami, menggantungkan bambu-bambu yang berisi tembakau di bangsal, serta mengasapi daun-daun tembakau. Buruh/tenaga kerja yang ditempatkan di gudang pemeraman bertugas untuk memilih daun-daun tembakau yang bagus untuk dieramkan ke gudang, mensortir daun-daun berdasarkan kualitasnya serta menggulung daun-daun tembakau ke dalam satu gulungan besar (bal) untuk siap diekspor ke luar negeri.

Tidak semua pekerja di perkebunan Bulu Cina adalah laki-laki, terdapat juga tenaga kerja wanita. Biasanya pekerja wanita ditempatkan pada pekerjaan yang lebih ringan dibandingkan dengan laki-laki. Di areal lapangan perkebunan pekerja wanita bertugas untuk membersihkan tanaman dari rumput, memetik daun-daun tembakau. Di bangsal mereka biasanya bertugas untuk mencucuk daun tembakau dengan tali rami, sedangkan di gudang pemeraman ditempatkan para tenaga kerja wanita. Sepeti yang telah disebutkan, ditugaskan para pekerja wanita di gudang pemeraman karena pekerja wanita dianggap lebih ulet dan teliti. Setiap harinya para buruh bekerja berdasarkan jam kerja yang sudah ditentukan, yaitu sekitar 8 jam. Para buruh masuk kerja pada pukul 07.00 wib sampai pukul 16.30 wib, diselingi dengan waktu istrirahat yang 1,5 jam yaitu pukul 12.00 wib sampai 13.30 wib.

Penghasilan atau imbalan yang diterima seorang pekerja di perkebunan Bulu Cina dapat digolongkan menjadi 3 bentuk berupa:

Sistem penggajian di Indonesia secara keseluruhan menggunakan gaji pokok didasarkan pada tingkat kepangkatan dan mutu kerja. Gaji pokok ini kemudian dibagikan kepada para karyawan dalam setiap bulannya secara rutin. Gaji yang diterima tersebut sesuai dengan jabatan dan kinerja masing-masing karyawan. Pada masa PT. Perkebunan IX gaji atau upah buruh yang diterima setiap bulannya adalah sebagai berikut untuk buruh harian dan buruh tanam sebesar Rp. 27.000,00, untuk para mandor tanam sebesar Rp. 30.000,00, dan untuk jajaran asisten sudah sebesar Rp. 80.000,00. Pembagian upah tersebut diberi dalam dua tahap yaitu pada gaji kecil dan gaji besar. Gaji kecil diberi pada pertengahan bulan, sedangkan gaji besar diberi pada akhir bulan. Gaji kecil diberi sebesar ¼ dari keseluruhan upah buruh, sedangkan gaji besar diberi dari sisa keseluruhan setelah dipotong gaji kecil. Apabila ada karyawan yang bekerja lembur, maka ia akan diberi gaji/upah tambahan sekitar 1/7 dari gaji pokok. Lembur yang diberikan pada karyawan biasanya selama 3-4 jam. Bila para karyawan bekerja selama 30 hari efektif dalam setiap bulan, maka jam kerja yang diluar efektif kerja diberi upah sebesar 1,5 kali lipat per harinya dari gaji pokok per hari.

b. Natura

Tunjangan ini dibagikan kepada setiap karyawan dalam bentuk natura. Pada masa kolonial para pekerja mendapat beras, minyak goreng, susu, ikan asin, bakal kain, tetapi semenjak pengelolaan PT. Perkebunan IX para buruh/karyawan hanya mendapat beras catu saja yang dibagikan setiap setengah bulan sekali. Para buruh mendapat porsi 0,6 ons per hari, istri para buruh juga mendapat porsi sebanyak ½ kg per hari, dan untuk tanggungan anak-anak para buruh mendapat 3 ons per harinya. Porsi tersebut diakumulasikan dalam pembagiannya setiap setengah bulan sekali.

c. Fringe Benefits (tunjangan)

Fringe Benefits adalah tunjangan di luar gaji yang diterima seseorang sehubungan dengan jabatan dan pekerjaannya. Tunjangan tambahan ini dapat berbentuk dana yang disisihkan oleh perusahaan untuk dana pensiun, asuransi kesehatan dan keadaan dinas lainnya.

PT. Perkebunan IX melalui pengelolaan kebun Bulu Cina memberikan jaminan sosial kepada para buruh/karyawannya. Jaminan sosial merupakan salah satu usaha yang diberikan perusahaan untuk meningkatkan gairah kerja buruh/karyawan yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja pada karyawan tersebut. Jaminan sosial yang diberikan kepada karyawan adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan Kesehatan

Setiap karyawan baik itu karyawan harian tetap maupun karyawan harian lepas berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari dokter yang ditunjuk oleh perusahaan, termasuk obat dan perawatan. Perkebunan Bulu Cina menyediakan pelayanan kesehatan seperti memberi jaminan biaya kesehatan bagi setiap buruh perkebunan dan juga anggota keluarganya. Para buruh beserta istri dan anaknya mendapatkan jaminan kesehatan, yang apabila mereka sakit maka tidak akan dikenakan biaya sedikitpun. Dengan kata lain semua biaya perobatan ditanggung oleh perusahaan. Rumah sakit bagi buruh perkebunan di Bulu Cina bernama Rumah Sakit Bangkatan yang berada di wilayah Binjai. Rumah sakit Bangkatan merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan yang dimiliki oleh PT. Perkebunan IX, tetapi bagi buruh yang tidak ingin berobat

kerumah sakit umum tersebut, disediakan satu poliklinik yang berada tidak jauh dari kantor perkebunan Bulu Cina. Poliklinik memiliki fasilitas tenaga medis seperti dokter, bidan dan perawat sebagai tenaga kesehatan di perkebunan tersebut. Apabila buruh ataupun anggota keluarga yang sakit dan harus dirujuk ke rumah sakit maka perusahaan akan memberikan biaya bagi buruh tersebut sebagai biaya pergantian perobatan.

2. Tunjangan Hari Raya dan Hari Natal

Tunjangan pada hari besar keagamaan diberikan kepada karyawan dengan ketentuan yang telah ditetapkan perusahaan dan diterima setiap tahunnya. Tunjangan ini diberi kepada para buruh sebesar upah 1 bulan. Tunjangan ini hanya diberi kepada karyawan tetap, sedangkan buruh/karyawan harian lepas tidak mendapat tunjangan hari raya dan hari natal.

3. Tancim (bonus tahunan)

Tancim merupakan istilah yang ada di perkebunan. Tancim ini adalah bonus tahunan yang diberikan kepada staf perkebunan. Pada dasarnya pemberian bonus tahunan di perkebunan Bulu Cina ini diberikan berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam setahun. Bonus ini diberikan sebesar tiga bulan gaji pokok dan diberikan kepada para buruh setiap bulan Oktober. Bonus tahunan ini diberikan kepada karyawan tetap, sedangkan karyawan harian tidak mendapat bonus ini.

Setiap karyawan yang bekerja di perkebunan ini baik pria maupun wanita berhak

memperoleh cuti selama 12 hari kerja per tahunnya.34

a. Tempat tinggal

Para karyawan juga mendapat cuti sebanyak 25 hari yang dapat diambil 5 tahun sekali, apabila mengambil cuti jenis ini maka karyawan tidak mendapat cuti per tahun seperi biasanya.

Hal-hal di atas adalah upaya perkebunan untuk menyejahterakan para karyawan yang bekerja di kebunan Bulu Cina. Disamping itu, ada usaha lain yang dilakukan oleh PT. Perkebunan IX untuk kesejahteraan karyawan kebun Bulu Cina yaitu diberi fasilitas-fasilitas untuk karyawan perkebunan seperti:

PT. Perkebunan IX kebun Bulu Cina memberikan fasilitas berupa perumahan yang dibangun khusus bagi karyawan/buruh tetap. Rumah itu dihuni secara gratis selama mereka masih bekerja di perusahaan hingga masa pensiun. Artinya buruh tetap akan mendapatkan satu rumah perkebunan yang disediakan oleh perusahaan. Pola perumahan perkebunan yang di bangun memiliki luas yang sama dan saling berdekatan antara rumah yang satu dengan rumah yang lainnya. Rumah yang disediakan memiliki luas tanah 1.500 m² termasuk keseluruhan rumah dan halaman rumah. Setiap rumah memiliki dua kamar tidur, satu ruang tamu, satu dapur dan toilet.

Hampir seluruh bangunan perumahan perkebunan ini berdindingkan papan, memiliki lantai semen dan beratapkan seng. Akan tetapi berbeda dengan buruh yang tidak mendapatkan rumah, mereka akan diberikan tunjangan sebesar 25% dari gaji pokok yang mereka terima setiap bulannya untuk dapat menyewa rumah ataupun membuat rumah sendiri.

34

b. Pendidikan

Dalam bidang pendidikan perusahaan memberikan bantuan bagi anak-anak buruh. Program ini dapat membantu meringankan beban buruh perkebunan. Bantuan ini diberikan oleh perusahaan yaitu Bantuan Anak Sekolah (BAS) yang diberikan pada awal ajaran baru dimulai. Dari wawancara, mayoritas para buruh menyatakan bahwa anak mereka dapat melanjutkan

pendidikan mereka ke universitas.35

1. Menghasilkan devisa maupun rupiah dengan cara efisien.

Berdasarkan penjelasan di atas maka kesejahteraan buruh/karyawan sudah diberikan semaksimal mungkin sesuai dengan daya perusahaan. Selain mendapat gaji pokok para pekerja juga mendapat kesejahteraan lainnya seperti pembagian natura, pelayanan kesehatan, cuti, bonus tahunan, tunjangan hari raya dan lainnya. Walaupun buruh/karyawan harian tidak mendapatkan sebagian dari kesejahteraan tersebut, tetapi upaya untuk menyejahterakan buruh yang dimiliki perkebunan sudah dilaksanakan.

Dokumen terkait