• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 1 Konsep Fungsi Produks

3.1.2. Teori Biaya

Sudarsono (1995) Biaya tetap di definisikan sebagai biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas dasar besar kecilnya kuantitas produksi yang dilaksanakan. Bahkan bila untuk sementara produksi dihentikan biaya tetap ini harus dibayar dalam jumlah yang sama, yaitu termasuk dalam biaya tetap ini adalah misalnya gaji tenaga administratif, punyusutan mesin, gedung dan alat-alat lain; dan keuntungan normal yang diperhitungkan sebagai persentase tertentu dari faktor produksi tetap. Jelas bahwa sifat tetapnya biaya tetap ini akan berubah dalam jangka panjang. Tenaga administratif dapat ditambah atau dikurangi. Instalasi pabrik, gedung dan tanah dapat ditambah atau dikurangi dalam jangka panjang. Akan tetapi dalam jangka pendek perubahan ini tidak mungkin. Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kuantitas produk yang dihasilkan. Makin besar kuantitas produksi, makin besar pula jumlah biaya variabel.yang termasuk kedalam biaya variabel ini adalah biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja langsung dan biaya eksploitasi dalam rangka pemanfaatan faktor tetap misalnya bahan bakar minyak, kerusakan kecil dan biaya perawatan lain. Biaya ini mempunyai hubungan langsung dengan kuantitas produksi perilaku kedua jenis biaya ini dapat dirumuskan dalam bentuk fungsi yang polanya dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Biaya Tetap Total dan Biaya Variabel Total Sumber: Sudarsono (1995) A Rp BTT Rp BVT BTT 0 Q 0 Q φ BVT

3.1.3. Konsep usahatani

Hernanto (1989) usahatani didefinisikan sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Tatalaksana organisasi itu sendiri diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang-orang, dengan demikian dapat diketahui bahwa usahatani terdiri atas manusia petani (beserta keluarganya), tanah (beserta fasilitas di atasnya seperti bangunan-bangunan dan saluran air) dan tanaman ataupun hewan ternak. Usahatani merupakan subsistem dalam sistem agribisnis yang merupakan kegiatan pokok yang selanjutnya memiliki keterkaitan ke depan (forward linkage) dengan subsistem selanjutnya yaitu agroindustri dan pemasaran.

Keberhasilan suatu usahatani tidak terlepas dari faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Pertama adalah faktor di dalam usahatani (intern) itu sendri yang meliputi petani pengelola, tanah usahatani, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga dan jumlah keluarga petani. Kedua faktor diluar (ekstern) yang meliputi ketersediaan sarana angkutan dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan input usahatani, fasilitas kredit dan penyuluhan bagi petani.

Analisa usaha dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan pengelola secara menyeluruh. Ini berarti meliputi kekayaan keluarga yang dapat dinilai dan sebagai jaminan atau agunan bank serta usahanya. Informasi ini penting bagi pengelola dalam kedudukannya yang berkaitan dengan kredit, pajak usaha dan kekayaan

Soekartawi (2002) mengemukakan bahwa ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Ukuran dan jenis usahatani berkisar dari sebidang kecil usahatani dengan luas areal kurang dari satu hektar sampai dengan perusahaan pertanian yang meliputi semua lahan dari beberapa desa. Kegiatan usahatani dilaksanakan oleh seorang penggarap atau pemilik, seorang manajer yang dibayar sebuah perusahaan atau seorang pemilik yang tinggal jauh dari lahan yang dimilikinya.

3.1.4. Pemahaman Analisis Usahatani

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).

Efisiensi usahatani dapat diukur dengan cara menghitung efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomis. Ketiga macam efisiensi ini penting untuk diketahui dan diraih oleh petani bila ia menginginkan keuntungan yang sebesar- besarnya. Umumnya memang petani tidak memiliki catatan usahatani (farm recording) sehingga sulit bagi petani untuk melakukan analisis usahataninya. Petani hanya mengingat-ingat cashflow (anggaran arus uang tunai) yang mereka lakukan walaupun sebenarnya ingatan itu tidak terlalu jelek karena mereka masih ingat bila ditanya tentang berapa output yang mereka peroleh dan berapa input yang mereka gunakan. Tentu saja teknik pengumpulan datanya harus baik dan benar.

Perlunya analisis usahatani memang bukan untuk kepentingan petani saja tetapi juga untuk para penyuluh pertanian seperti Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Penyuluh Pertanian Madya (PPM) dan Penyuluh Pertanian Spesialis (PPS), para mahasiswa atau pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan analisis usahatani.

Dalam melakukan analisis usahatani ini, seseorang dapat melakukannya menurut kepentingan untuk apa analisis usahatani yang dilakukannya. Dalam banyak pengalaman analisis usahatani yang dilakukan oleh petani atau produsen memang dimaksudkan untuk tujuan mengetahui atau meneliti (Soekartawi, dkk, 1990):

a. Keunggulan komparatif (comparative advantage)

b. Kenaikan hasil yang semakin menurun (law of diminishing returns) c. Subtitusi (subtitution effect)

e. Biaya yang diluangkan (opprtunity cost)

f. Pemilikan cabang usaha (macam tanaman lain apa yang dapat di usahakan)

g. Baku-timbang tujuan (goal trade-off)

Maksud dari tujuh macam analisis usahatani tersebut pada dasarnya sama, yaitu mencari informasi tentang keragaaan suatu usahatani yang dilihat dari berbagai aspek. Kajian berbagai aspek ini sangat penting karena tiap macam tipe usahatani pada tiap macam skala usaha dan pada tiap lokasi terentu berbeda satu sama lain, karena hal tersebut memang ada perbedaan dalam karakteristik yang dimiliki pada usahatani yang bersangkutan.

Usahatani pada skala usaha yang luas umumnya bermodal besar, berteknologi tinggi, manajemen modern, lebih bersifat komersial dan sebaliknya usahatani skala kecil umumnya bermodal pas-pasan, teknologi tradisional, lebih bersifat usahatani sederhana dan sifat usahanya subsisten, serta lebih bersifat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk itulah maka dalam melakukan analisis usahatani harus tetap memperhatikan tujuan dilakukannya analisis sehingga data yang terkumpul tidak salah.

3.1.5. Penerimaan dan Biaya Usahatani

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produk yang diperoleh dengan harga jual. Penerimaan ini mencakup suatu produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit, digunakan untuk pembayaran dan yang disimpan (Soekartawi et al, 1986).

Biaya adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu periode (Hernanto 1989). Biaya dapat dibedakan atas: 1. Biaya tunai, meliputi biaya tetap misal pajak tanah dan biaya variabel misal

pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan biaya untuk tenaga kerja luar keluarga.

2. Biaya tidak tunai, meliputi biaya tetap misalnya biaya penyusutan alat-alat dan bangunan pertanian serta sewa lahan milik sendiri sedangkan biaya variabel meliputi biaya tenaga kerja dan keluarga.

3.1.6. Pendapatan Usahatani

Komponen yang terdapat dalam usahatani terdiri dari alam, tenaga kerja, modal dan manajemen. Alam merupakan faktor yang sangat menentukan pada usahatani. Faktor alam dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tanah dan lingkungan alam sekitarnya. Faktor alam berkaitan dengan jenis tanah dan kesuburan tanah. Sedangkan faktor lingkungan alam sekitar adalah iklim yang berkaitan dengan keadaan suhu, ketersediaan air dan sangat menentukan dalam pemilihan komoditas yang akan diusahakan. Dalam usahatani, tanah mempunyai peranan yang penting karena tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman, ternak, perikanan dan usahatani keseluruhan.

Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu bagi usahatani yang tergantung pada musim tanam. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan komoditas pertanian, produktivitas dan kualitas produk. Menurut sumber tenaga kerja, dalam usahatani tenaga kerja berasal dari tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga yang diperoleh dengan sistem upahan. Sedangkan menurut jenisnya, tenaga kerja dalam usahatani terdiri dari tenaga kerja manusia, ternak dan mekanik (Hernanto 1995). Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Tenaga kerja ternak digunakan untuk pengolahan lahan dan pengangkutan. Tenaga kerja mekanik bersifat substitusi, yaitu digunakan sebagai pengganti tenaga kerja manusia dan ternak.

Kebutuhan tenaga kerja dapat diketahui dengan cara menghitung setiap kegiatan produksi masing-masing pada komoditas yang diusahakan, kemudian dijumlah untuk seluruh usahatani. Satuan yang sering digunakan dalam menghitung kebutuhan tenaga kerja adalah man days atau HOK (Hari Orang Kerja) dan JKO (Jam Orang Kerja).

Modal adalah syarat utama berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dengan usahatani. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang dipergunakan bersama dengan faktor produksi tanah dan tenaga kerja serta dengan pengelolaan yang baik maka akan menghasilkan barang-barang baru, yaitu produksi pertanian (Hernanto 1995) Dengan modal, maka faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi manusia. Menurut sufatnya, modal dibedakan atas modal bergerak yaitu modal yang habis dalam satu periode produksi.

Manajemen sebagai unsur pokok keempat dalam usahatani merupakan kemampuan petani dalam menentukan, mengorganisir, dan mengkoordinasikan input produksi yang digunakan dengan sebaik-baiknya dan dapat memberikan output seperti yang diharapkan (Hernanto 1995). Ukuran keberhasilan suatu manajemen usahatani adalah produktivitas yang diperoleh dari usahatani tersebut.

Menurut Osburn (1978) dalam Lita (2009) bahwa manajemen usahatani terdiri atas tiga hal yang saling terkait, yaitu manajemen sebagai suatu pekerjaan, manajemen sebagai sumberdaya, dan manajemen sebagai prosedur. Manajemen sebagai suatu pekerjaan diartikan bahwa petani harus dapat menjelaskan dan merealisasikan idenya dalam mengelola usahatani untuk memperoleh hasil seperti yang diinginkan. Manajemen sebagai sumberdaya juga sangat penting karena menentukan keberhasilan suatu usahatani dari cara petani mengelola input produksi yang digunakan dan mendapatkan output seperti yang diharapkan, sedangkan manajemen sebagai prosedur diartikan bahwa dengan petani melakukan pengelolaan yang baik dan benar maka hasil yang diperoleh akan baik pula.

Suatu usahatani dikatakan berhasil jika petani dapat membayar semua biaya-biaya yang dikeluarkan dan dapat menjaga keberlangsungan usahanya. Atau penerimaan yang diterima lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Penerimaan usahatani adalah semua nilai produk yang dihasilkan dari suatu usahatani pada periode waktu tertentu. Penerimaan mencakup produk usahatani yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan untuk bibit dan pakan, digunakan untuk pembayaran dan disimpan (Soekartawi et al. 1986). Penerimaan usahatani diperoleh dari perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang

berlaku pada periode waktu tertentu.

Menurut Hernanto (1995) dan Soekartawi (1986) biaya usahatani secara umum meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan tidak berpengaruh terhadap besarnya jumlah produksi. Biaya tetap terdiri dari pajak, penyusutan alat-alat produksi, bunga pinjaman, sewa tanah dan iuran irigasi. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya selalu berubah dan besarnya tergantung dari jumlah produksi. Biaya yang termasuk biaya variabel adalah biaya input produksi dan upah tenaga kerja.

Pengelompokan biaya usahatani yang lain adalah biaya tunai dan biaya tidak tunai (diperhitungkan) (Hernanto 1995). Biaya tunai dan biaya tidak tunai berasal dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang termasuk dalam biaya tunai adalah iuran irigasi dan pajak tanah. Sedangkan untuk biaya variabel antara lain biaya input produksi dan upah tenaga kerja. Biaya diperhitungkan yang merupakan biaya tetap adalah biaya penyusutan dan biaya untuk tenaga kerja keluarga. Dan yang termasuk dalam biaya variabel yaitu sewa lahan.

Pendapatan usahatani merupakan ukuran keuntungan yang digunakan sebagai pembanding dalam beberapa usahatani. Pendapatan usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Sehingga keuntungan yang didapatkan petani ditentukan dari besar atau kecilnya biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh petani.

Besarnya biaya dan pendapatan usahatani depengaruhi oleh dua faktor yaitu :

1. Faktor internal dan eksternal

Faktor internal maupun eksternal akan bersama-sama mempengaruhi biaya dan pendapatan usahatani. Faktor yang dapat mempengaruhi biaya dan pendapatan antara lain umur petani, pendidikan, luas lahan, dan modal. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi biaya dan pendapatan adalah ketersediaan input, permintaan output dan harga input dan output.

2. Faktor manajemen

Petani harus dapat mengatasi faktor eksternal yang selalu berubah. Petani sebagai juru tani harus dapat melaksanakan usahataninya dengan sebaik- baiknya dengan menggunakan faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga akan memperoleh manfaat setinggi-tingginya. Selain sebagai juru tani, petani juga bertindak sebagai manajer yang harus dapat mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis, sehingga didapatkan hasil yang akan memberikan pendapatan yang maksimal. Agar dapat mengantisipasi perubahan supaya tidak salah pilih dan merugi, petani memerlukan berbagai informasi tentang kombinasi faktor produksi dan informasi mengenai harga, baik harga input maupun output.

3.1.7. Konsep Imbangan Penerimaan dan Biaya

Menurut Hernanto (1989), tingkat keuntungan relatif dari suatu kegiatan usahatani berdasarkan perhitungan finansial dapat diketahui dengan melakukan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Rasio). Nilai R/C rasio total menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk berproduksi. Nilai R/C rasio yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa penambahan satu rupiah biaya akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari satu. Semakin besar nilai R/C maka semakin baik kedudukan ekonomi usaatani. Kedudukan ekonomi penting karena dapat dijadikan penilaian dalam mengambil keputusan dalam aktifitas usahatani.

3.1.8. Petani sebagai Responden

Dalam analisis usahatani peran petani sebagai responden sangat penting sehingga perlu untuk dilakukan identifikasi kelompok sasaran yaitu petani dan macam usahanya kemudian mengidentifikasi peran petani pelaku usahatani dalam keluarganya dan masyarakat apakah sebagai kepala rumah tangga, anak, perangkat masyarakat, serta identifikasi unit analisis seperti rumahtangga atau usahataninya sendiri.

3.3. Kerangka Pemikiran Operasional

Melihat perkembangan usahatani dan produktivitas dari belimbing dewa dapat diketahui bahwa permintaan terhadap belimbing dewa cenderung terus meningkat. Dengan adanya permintaan yang terus meningkat maka belimbing dewa berpotensi untuk dikembangkan khususnya di Kelompok Tani Maju Bersama. Melihat hasil produksi yang tidak merata di dalam kelompok tani tersebut maka perlu dilakukan penelitian analisis usahatani dan analisis faktor produksi.

Penelitian mengenai usahatani dilakukan untuk mendapatkan perhitungan mengenai analisis pendapatan dan R/C rasio, analisis pendapatan usahatani belimbing Dewa dapat diukur berdasarkan pendapatan biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai merupakan selisih antara penerimaan tunai dengan pengeluaran tunai, dimana penerimaan tunai adalah nilai uang yang diterima dari hasi penjualan sedangkan pengeluaran tunai adalah semua nilai masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja petani. Pendapatan atas biaya total merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total. Pengeluaran total meliputi pengeluaran tunai, penyusutan alat-alat dan nilai tenaga kerja. Kemudian dengan R/C ratio dapat diukur mengenai seberapa menguntungkan usahatani yang dilakukan. Kemudian perhitungan mengenai faktor-faktor produksi dilakukan untuk mengetahui faktor produksi apa saja yang signifikan dan dapat di tingkatkan untuk menambah hasil produksi sehingga nantinya akan meningkatkan produktivitas.

Diharapkan hasil perhitungan usahatani mengenai belimbing Dewa di kelompoktani Maju Bersama di kecamatan Cimanggis Depok ini dapat memberian gambaran kepada petani mengenai keuntungan yang akan didapatkan dari pertanian belimbing tersebut dan dari hasil perhitungan tersebut diharapkan petani dapat lebih menyadari besarnya potensi belimbing dewa yang mereka usahakan dan dapat lebih meningkatkan produktivitasnya. Gambar 3 menunjukan alur kerangka pemikiran operasional.

Gambar 3. Alur Kerangka Pemikiran Operasional Usahatani dan Produktivitas belimbing Dewa

Permintaan belimbing yang meningkat

Pendapatan Petani Tingkat Produktivitas Petani

Analisis Usahatani 1. Analisis Penerimaan 2. Analisis Pengeluaran

3. Analisis Keuntungan Pendapatan 4. Analisis R/C Ratio

Analisis Faktor Produksi

Pendapatan, R/C Ratio dan Produktivitas

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden. Kemudian pengambilan data di instansi pemerintah seperti Dinas Pertanian dan koperasi petani belimbing di Depok dan instansi yang terkait.

Pemilihan tempat dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kecamatan Cimanggis merupakan salah satu kecamatan pelopor budidaya belimbing dewa di Depok. Pelaksanaan kegiatan penelitian sejak awal pembuatan proposal hingga penyerahan skripsi dimulai sejak bulan November 2009 sampai Desember 2011.

4.2. Metode Penentuan Sampel

Pemilihan petani responden dilakukan dengan teknik nonrandom sampling dengan metode pengambilan sample metode quota sampling. Teknik quota sampling adalah metode pengambilan sampel berdasarkan kuota tertentu. Oleh karena itu dilakukan berdasar purposive (kesengajaan). Teknik sampling ini dipilih karena populasi sampel di depok merupakan populasi yang homogen hal ini dapat dilihat dari bidang usaha dan komoditas yang sama di setiap petani sampel. Karena populasi yang homogen maka jumlah sampel hampir tidak menjadi persoalan.

Kelompok tani yang menjadi responden adalah Kelompok Tani Maju Bersama yang merupakan kelompok tani pelopor budidaya belimbing dewa di Depok dan merupakan salah satu kelompok tani yang paling lama dan berpengalaman di dalam budidaya belimbing sehingga ukuran pohon dan usia pohon pada kondisi yang produktif kemudian pemilihan petani juga di pengaruhi saran dari pihak dinas pertanian sebagai penyuluh lapangan.

Total jumlah petani responden adalah 50 orang semuanya berasal dari Kelompok Tani Maju Bersama dengan umur tanam pohon sama antara 10-15 tahun.

Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan petani belimbing dewa dipandu dengan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya dan mengadakan pengamatan terhadap keadaan usaha tani budidaya belimbing dewa di Kelompok Tani Maju Bersama. Kuisioner yang digunakan berisi pertanyaan mengenai jumlah pemakaian input, harga input, pemakaian tenaga kerja dan upah tenaga kerja, jumlah output, harga jual output dan pertanyaan lain yang berhubungan dengan analisis usaha tani budidaya belimbing dewa. Selain itu, pada kuisioner juga terdapat pertanyaan mengenai bagaimana cara petani menghadapi permasalahan yang muncul seperti hama dan harga pasar yang turun naik.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang diolah dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan dan wawancara dengan menggunakan kuisioner terhadap petani responden.

Data sekunder diperoleh dengan menelusuri berbagai literatur seperti buku, skripsi dan internet. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari instansi pemerintash seperti Dinas Pertanian Kota Depok, Pusat Kajian Buah Tropika, Dirjen Hortikultura serta Badan Pusat Statistik.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul akan dianalisa secara Kualitatif dan Kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik petani dan gambaran umum mengenai usahatani Belimbing Dewa di lokasi penelitian.

Analisis kuantitatif yang dilakukan adalah analisis usahatani, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio) analisis faktor produksi analisis elastisitas faktor produksi dan analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Perhitungan analisis data kuantitatif menggunakan software Microsoft

Office Excel dan Minitab 14.0 kemudian disajian secara tabulasi, diintrepetasikan dan di uraikan secara deskriptif.

4.4.1. Analisis Penerimaan Usahatani

Penerimaan merupakan hasil kali jumlah produksi total dan harga jual per satuan. Analisis penerimaan usaha tani merupakan analaisis penerimaan yang diperoleh petani sebelum dikurangi biaya-biaya.

Panen yang dapat dilakukan oleh para petani belimbing dewa dalam kurun waktu satu tahun rata-rata 3-4 kali. Dengan melakukan perbaikan pada metode penanaman diharapkan petani dapat panen 4 kali dalam setahun dan mendapatkan hasil panen lebih banyak, sehingga akan mendapatkan penerimaan tambahan yang tentu akan menambah pendapatan. Adapun rumus penerimaan adalah sebagai berikut:

Dimana : TR = Penerimaan usahatani (Rp) Q = Hasil produksi (Kg)

P = Harga Jual produk per unit

4.4.2. Analisis Biaya Usahatani

Biaya merupakan komponen penting dalam melakukan kegiatan usahatani. Biaya usahatani dapat berbentuk biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang tunai, komponen biaya tunai seperti biaya pupuk (Kg), pestisida (Liter), pembungkusan (buah) dan tenaga kerja luar keluarga (HOK).

Biaya diperhitungkan untuk menghitung berapa besarnya pendapatan kerja petani dan modal. Komponen biaya diperhitungkan seperti, sewa tanah (Ha), alat- alat pertanian yang digunakan (Rp) dan tenaga kerja dalam keluarga (HOK).

Adapun rumus biaya adalah sebagai berikut:

Dimana : TC = Total Biaya (Rp) TFC = Total Biaya Tetap (Rp) TVC = Total Biaya Variabel (Rp)

4.4.3. Analisis Pendapatan Usahatani

Menurut Soekartawi (1986), analisis pendapatan usahatani bertujuan untuk mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Untuk menghitung pendapatan usahatani dapat digunakan rumus:

Dimana : r = Pendapatan usahatani (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp)

TC = Total biaya produksi total (Rp)

Jika Pendapatan sama dengan nol, usahatani tersebut gagal memperoleh keuntungan karena penerimaan sama dengan biaya.

4.4.4. Analisis Rasio Penerimaan dan biaya (R/C ratio)

Soekartawi (1986) menjelaskan bawa suatu usaha dikatakan menguntungkan secara ekonomi dari usaha lain apabila rasio output terhadap inputnya lebih menguntungkan daripada usaha lainnya. Return and Cost Ratio (R/C ratio) merupakan perbandingan antara nilai output terhadap nilai inputnya atau perbandingan antara penerimaan dan pengeluaran usahatani. Untuk mengetahui nilai R/C Ratio dihitung menggunakan rumus:

r = TR - TC TC = TFC + TVC

R/C ratio= Jumlah Penerimaan

( )

Rp

Jumlah Biaya

( )

Rp

Usahatani dikategorikan menguntungkan jika memiliki nilai R/C ratio >1, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan

Dokumen terkait