• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Teori Yang Digunakan

Kajian bahasa melalui pragmatik dapat bermanfaat dimana dikatakan, bahwa seseorang dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan mereka, dan jenis-jenis tindakan (sebagai contoh: permohonan) yang mereka perlihatkan ketika mereka sedang berbicara.

(Yule, 1996 : 5).

Salah satu bentuk kajian bahasa dalam pragmatik ialah deiksis istilah yang di lakukan dalam tuturan sebagai „penunjukan‟ melalui bahasa, karena hal ini merupakan hal yang paling mendasar buat menunjuk sebuah objek. Karena deiksis mengacu pada bentuk yang terkait dengan konteks penutur, yang dibedakan sebagai secara mendasar antara ungkapan-ungkapan deiksis „dekat dari penutur‟ dan „jauh dari penutur‟.

Dalam bahasa Inggris „dekat dari penutur‟ disebut proksimal, adalah

„ini‟, „di sini‟, „sekarang‟, sedangkan „jauh‟ dari penutur‟, disebut Distal, adalah

„itu‟, „di sana‟, dan „pada saat itu‟.

Istilah-istilah tempat pembicara, atau pusat deiksis, sehingga „sekarang‟

umumnya dipahami sebagai acuan terhadap titik atau keadaan pada saat tuturan penutur terjadi di tempatnya. Sementara itu istilah distal menunjukkan „jauh dari penutur‟, tetapi, dalam beberapa bahasa, dapat digunakan dalam membedakan antara „dekat lawan tutur dan „jauh dari penutur maupun lawan tutur‟ dalam (Yule, 1996 : 14).

Dengan menyebut penutur („saya‟) dan lawan tutur („kamu‟) maka, perbedaan yang dijelaskan di atas tadi melibatkan deiksis persona yang dibagi menjadi 3 pembagian dasar, yang dicontohkan dengan kata ganti orang pertama (“saya”), orang kedua (“kamu”), orang ketiga (“dia laki-laki”, “dia perempuan”, atau suatu barang/sesuatu”) atau (kami, kita, mereka). Setelah mengetahui bentuk proksimal „sekarang‟ yang menunjukkan baik waktu berkenaan saat penutur berbicara maupun saat suara penutur didengar „sekarangnya pendengar‟, namun kebalikan dari „sekarang dalam ungkapan distal yaitu „pada saat itu‟

mengimplikasikan baik hubungan waktu lampau contohnya, „tanggal 22 november 1963? Saya berada di Inggris saat itu, dan baik hubungan waktu penutur sekarang contohnya, „makan malam jam 8.30 pada hari sabtu? Baik, saya akan menemui anda saat itu. Namun yang perlu diperhatikan bahwa waktu yang dimaksudkan deiksis berbeda dalam waktu yang ada di kalender , akan tetapi bentuk referensi waktu dalam deiksis ini akan dipelajari ungkapan seperti,

Semua ungkapan tergantung pada waktu tuturan. Penjelasan deiksis waktu sama dengan deiksis tempat yang dimana ruang waktu saat ujaran sedang berlangsung.

Deiksis sosial merupakan keadaan sekitar yang mengarah pada pemilihan salah satu bentuk perbedaan yang dipakai untuk lawan tutur yang sudah dikenal dibandingkan dengan bentuk yang dipakai untuk lawan tutur yang belum dikenal.

Dalam konteks sosial pada saat individu-individu secara khusus menandai perbedaan-perbedaan antar status sosial penutur dan lawan tutur, penutur yang lebih tinggi , lebih tua dan lebih berkuasa.

Akibat perubahan sosial terjadi, contohnya di Spanyol saat wanita pengusaha muda (status ekonomi lebih tinggi) sedang berbicara dengan perempuan sebagai pembantu dirumahnya yang umurnya lebih tua (status ekonomi lebih rendah) perbedaan usia tetap berpengaruh dibandingkan status ekonomi dan perempuan yang lebih tua itu menggunakan „tu‟ dan perempuan muda menggunakan „usted‟. Secara historis kata „usted‟ dalam Spanyol ini bukan untuk orang pertama penutur atau penutur kedua melainkan untuk orang ketiga (yang lainnya) penggunaan orang ketiga ini adalah salah satu interaksi antara orang luar atau jarak komunikasi yang tidak akrab.

Dari penjelasan di atas teori yang digunakan oleh penulis dalam proposal skripsi ini yaitu, teori pragmatik oleh Yule (1996) berjudul “pragmatik”. Dalam teori ini, Yule membahas semua tentang pragmatik dan deiksis serta membagi tiga dasar deiksis persona yaitu saya, kamu, dan dia laki-laki atau dia perempuan, barang dan sesuatu, tiga dasar ini akan menjadi pembahasan penulis yang ada dalam teks-teks upacara adat mangongkal holi.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Dasar

Dalam proposal skripsi ini, penulis melakukan penelitian lapangan atau metode kualitatif dimana penulis terjun langsung meneliti objek yang sesuai dengan apa yang penulis kaji sehingga data-data yang penulis peroleh langsung dari informan.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang didapatkan penulis yaitu di Desa Hutaginjang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara. Alasan penulis memilih lokasi tersebut, karena desa tersebut masih melakukan upacara adat mangongkal holi sampai sekarang, kemudian penulis lebih dapat menjangkau lokasi, serta mendapat informan kunci yang memadai dan penutur adat Batak Toba asli.

3.3 Sumber Data Penelitian

Sumber data dari penelitian ini diperoleh dari narasumber (informan) peristiwa atau aktivitas yang dilakukan dengan mengamati dan mendengarkan yang dituturkan oleh penutur dalam setiap proses kegiatan upacara Mangongkal Holi tersebut.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan yaitu alat tulis seperti, buku dan pulpen segala data-data yang penting dari informan dicatat dengan baik yang berhubungan dengan objek. Kemudian alat perekam dan kamera seperti, telepon seluler untuk merekam percakapan yang telah di wawancarai sebagai

penyempurnaan hasil penelitian dan mendokumentasikan kegiatan proses Mangongkal Holi.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang penulis gunakan ada tiga yaitu:

1) Metode Observasi

Metode observasi yaitu, penulis melakukan langsung kelapangan untuk menanyakan kepada informan kunci secara langsung proses upacara tersebut.

2) Metode Wawancara

Metode Wawancara yaitu, penulis mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada informan seperti tokoh adat, masyarakat setempat.

3) Metode Pustaka

Metode Pustaka yaitu, penulis mencari buku-buku yang ada hubungannya dengan upacara mangongkal holi, dan mencari skripsi dari yang terdahulu sebagai acuan untuk memperoleh data.

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam proposal skripsi ini adalah metode pragmatik dengan langkah-langkah yang digunakan yaitu:

1) Mengumpulkan data yang diperoleh dari lapangan.

2) Mengurutkan seluruh rangkaian proses dalam upacara adat mangongkal holi.

3) Menentukan fungsi-fungsi deiksis yang terdapat dalam teks upacara adat mangongkal holi.

4) Menentukan deiksis yang terdapat dalam teks upacara adat mangongkal holi. Dan membuat kesimpulan dari data yang diperoleh.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Deiksis yang Terdapat dalam Teks Upacara Adat Mangongkal Holi.

Setiap tahap dalam upacara adat mangongkal holi tidak terlepas dari adanya percakapan-percakapan antara partisipan sesuai dengan aturannya.

Percakapan dalam upacara adat mangongkal holi sudah pasti banyak terdapat deiksis. Deiksis tersebut mempunyai fungsinya masing-masing.

Sebelumnya telah diketahui pengertian deiksis yaitu suatu kata

“penunjuk”. Jenis-jenis deiksis yang penulis kaji ada empat yaitu deiksis persona, sosial, waktu dan tempat. Deiksis tersebut merupakan kata tertentu yang berada dalam percakapan. Deiksis tersebut ada yang berkaitan dengan status seseorang, merujuk kepada orang tertentu, atau merujuk kepada waktu dan tempat.

Adapun percakapan-percakapan yang terdapat pada upacara adat mangongkal holi , akan penulis paparkan beberapa dalam bentuk teks, sehingga memudahkan penulis dalam menganalisis tentang deiksis-deiksis yang terdapat dalam upacara adat mangongkal holi serta fungsi dari pada deiksis-deiksis tersebut. Adapun teks-teks dalam upacara adat mangongkal holi tersebut dan partisipan yang ada di dalam upacara adat mangongkal holi pada masyarakat Batak Toba yaitu:

1) Hasuhuton (yang mengadakan pesta) atau anak laki-laki, anak perempuan, dan cucu yang ingin digali tuang-belulang.

2) Pangatua Huria (anggota dari pihak gereja) 3) Hula-hula (undangan)

4) Pargosi (pemain musik)

Konteks I : Hasuhuton yang ingin bertanya kepada hula-hula “dihadapan siapakah makanan/jambar ini diletakkan” agar kiranya hula-hula menjawab dari pada pertanyaan yang disampaikan oleh hasuhuton.

Suhut : Ba tu jolo ni ise ma angka rajanami peakkonnami tudutudu ni sipangonan on?

“Kehadapan siapakah diletakkan makanan/jambar ini”

Hula-hula : tu jolo ni tulang ma.

“Kedepan tulanglah”.

Dari konteks I tuturan di atas bisa dijelaskan deiksis yang dapat ditemukan yaitu sebagai berikut dalam bentuk tabel yaitu :

No Deiksis

Konteks II :Pangatua huria meminta kepada pemain musik (pargondang) supaya memainkan gondang, yaitu gondang mula-mula (musik pertama).

Pangatua Huria : Hamu amang pargosi nami, pande na hot di ulaon na dohot ditona hamu na somarloak bota, nahundul di tatuan hot ni bonggar ni ruma, pasahat-sahat dung dang hombar tu tona di Debata, asa manat amang unang tarrobung, nanget unang tarlissir di ruhut ni panggoalan unang adong namarlit, ala ulaon hadebataon do ulaon on amang dohot gosi-gosi muna dohot hamu asa unang haramunan. Asa pita songon somba dohot hasangapon Debata, au mangurasi ho ale pargosi dohot gosi-gosi, asa pita ma ho songon itak, uli songon baba ni mual, sai badia ma hosongon suru-suruan. Pasahat-sahat somba tu amanta na matua Debata.

“Kepada kalian pemain musik kami, pemain musik yang bagus yang selalu bersedia di setiap permintaan yang duduk di tempat yang bagus di dalam rumah menyampaikan pesan dengan perintah Tuhan, berhati-hatilah supaya tidak jatuh, pelan supaya jangan tergelincir. Sesuai dengan aturan acara ini dipimpin oleh Tuhan, supaya indah seperti Kerajaan Tuhan, oleh karena itu disini kami akan mengurasi pemain musik agar musik yang dimainkan seirama seperti air yang mengalir dan semoga kudus seperti Roh Kudus, melalui persembahan kami kepada Tuhan yang Maha Esa”.

Pargonsi : Nauli Suhut nami, mauliate.

“Kami akan melaksanakannya, terima kasih”.

Dari konteks II tuturan di atas bisa dijelaskan deiksis yang dapat ditemukan yaitu sebagai berikut dalam bentuk tabel yaitu :

No Deiksis para undangan yang hadir didalam upacara adat Mangongkal Holi.

Pangatua Huria : Titi namarisi aek pangurason songoni nang parbue pir dohot miak-miak, dohot gandang sitio suara, na mardomu tu adat ta be.

Taboto do marhite aek do dipahias Debata nasanarotak, marhite aek do dipangolu Debata nasa namanggulmit.

“Cawan yang berisi air pangurason, beras, minyak-minyak dan gendang sitio suara (suara bagus bunyinya), menurut adat istiadat, kita tahu bahwa melalui air Tuhan membasuh setiap yang kotor, melalui air pula Tuhan menghidupkan segala sesuatu”.

Teks pantun yang berkaitan dengan kata-kata yang digunakan, sementara isi berkaitan dengan konteks yang dituturkan seperti huria memberikan pantun.

Sungkun do mula ni hata, sise mula ni uhum

Saunari manukun ma hami tu hamu

Dia ma bona-bona ni parbue pir parbue sakti

Naung pinasahat muna nuaeng tu jolo nami

Tangkas ma dipaboa bona ni hasuhuton.

Hasuhuton : mauliate ma di hamu pangulani huria nami, ia saring-saring di oppung nami, asa horas jala gabe hami pinopar na tu jolo an ni ari on, pangatar ni anak on, pangatar ni boru tu jolo an ari on.

“Terima kasih kepada pangatua gereja, karena kami ingin mengangkat tulang-belulang dari orang tua kami agar kami selamat-selamat dan sampai beranak cucu, kami semua keluarga yang ditinggalkannya di kemudian hari”.

Dari konteks III tuturan di atas bisa dijelaskan deiksis yang dapat ditemukan yaitu sebagai berikut dalam bentuk tabel yaitu :

No Deiksis sudah meninggal dunia yang akan dilakukan penggalian tulang-belulang.

Hasuhuton : Inang, marpungu hami poparan mu di son nunga sada roha nami na naeng papindahan Ompun, Inang, Bapak tu inganan na Batu na pir, sai anggiat ma pasu-pasu mi Ompun, Bapak, Inang sahat tu hami tu poparan mu sude asa anggiat nang tu sada roha nami pasu-pasu sude angka poparan mu asa anggiat gabe jolma na bisuk, songon ho Ompun, sai songon ho Bapak, soda roha nami mangulahon angka ula on nami, sai anggiat ma hami tong dijolo halak na adong di huta on songon i pe nang

hami naeng lao be di tano parserakan, pasupasu mi unang hambat tu hami. Ima dohonon hu, mauliate.

“Kepada mama ku, kami berkumpul di sini dengan satu hati untuk memindahkan tulang-belulang oppung, mama, bapak ke tempat batu yang lebih kuat/tugu. Semoga bapak, mama, oppung kami semua keturunanmu diberkati oleh Tuhan, agar kiranya menjadi manusia yang bijak seperti orang tua kami, supaya kami juga saling mendukung didalam melaksanakan perekerjaan yang baik ditengah orang yang ada dikampung ini. Begitu juga kami yang ada diperantauan semoga kami selalu diberkati Tuhan. Hanya itu yang dapat saya sampaikan, terima kasih.

Dari konteks IV tuturan di atas bisa dijelaskan deiksis yang dapat ditemukan yaitu sebagai berikut dalam bentuk tabel yaitu :

No Deikisi

9. Ho - - -

10. Dijolo - - -

11. - - Dihuta -

13. - - Di tano -

14. Hu - - -

Konteks V : saat Hahadoli (abangnya suami kandung) yang sedang menerangkan arti dari makanan jambar kepada hasuhuton di dalam sebuah pesta mangongkal holi.

Hahadoli : Songon nidok angka ompunta sijolojolo tubu ;

Sai jolo ninangnang do asa ninungnung sai jolo pinangan do asa sibungkun

“Seperti kata pepatah : lebih dulu dinangnang baru dinungnung, lebih dulu dimakan baru ditanya”

Yang maksudnya adalah “lebih dahulu dimakan, lalu setelah itu ditanya apa arti makanan dan daging (jambar) ini”.

Suhut : Horas ma hita gabe Hahadoli. Taringot sipanganan na soSadia i, ba sai pamurnas ma i tu pamatangmuna saudara tu bohimu na, manupak ma sahalamanuai dohot tondimuna manuai marhite-hite pasupasu sian Amanta Debata Pardenggan Basa I, sai gabe ma antong nian na niula jala sai lam siur na pinahan, asa boi dope antong hami patupahon na tumabo di hamu angka napinarsangapan tu joloan sa on. Ia nunga

manungkun haha doli taringot tu hata ni sipanganon i, ba panggabean parhorasan do pinaboana. Boti ma da hahadoli.

“Terima kasih buat saudara kami, mengenai arti dari makanan yang sudah makan bersama adalah supaya sehat bagi tubuh kita, dan mudah-mudahan doa dan permintaan kita diberkati oleh Tuhan yang Maha Esa. Agar mempunyai anak, penghasilan melimpah supaya dikemudian hari kami dapat melakukan lebih dari pada ini kepada saudara-saudara kami. Hanya itulah yang saya sampaikan hahadoli (saudara yang paling besar)”.

Hahadoli : Ba ianggo I dope lapatan ni parpunguanta sadari on, silas ni roha ma i tutu. Taringot di sipanganon na so sadia na nidok ni anggidoli ba sai asi ma antong roha ni Tuhanta, sai lam ditambai dope asi ni rohaNA di hamu anggidoli nami tu joloansa on, Bagot na marhalto ma na tubu di robean. Ba sai horas ma hami na manganho, sai lam martamba sinadongan di hamu na mangalehon.

“Kalau begitunya perkumpulan kita satu hari ini syukuri aja kalau masalah makanan yang dibilang adik tadi kiranya Tuhan memberkatinya dan berkatnya adik kami ke hari yang berikutnya. Pohon aren yang tumbuh dirawa kiranya kami selalu sehat, makanan yang kalian berikan bersama kalian”.

Dari konteks V tuturan di atas bisa dijelaskan deiksis yang dapat ditemukan yaitu sebagai berikut dalam bentuk tabel yaitu :

No Deiksis

Konteks VI : Ketika tuturan yang berupa pepatah yang berisi nasehat misalnya berbalas pantun antara hasuhuton dan hula-hula.

Hula-hula :Mardomu tu hata ni umpasa

“seperti kata pepatah”

Balga sungena. Balga da nang dengkena

“Besar sungainya. Besar pulalah ikannya.

Yang maksudnya adalah “Dari pekerjaan mereka terlihat bahwa mereka adalah oang kaya”.

Hasuhuton : tutu donian songon na nidokmuna i, ndada parsoon, na mora do angka ompunami haboruonmuna i, alai ianggo pomparan nasida do ndang na binoto be mndok manang na songon dia. Pos ma rohamuna, songon hata ni umpasa. Songon pidong na ndua, tu dangka ni tadatada, Na burju jala na basa do hami marhula-hula. Silehonon do soada.

“Benar yang kalian katakan, orang tua kami dulu adalah orang kaya, tetapi keturunannya belum tentu juga orang yang kaya, walaupun begitu pasti akan kami berikan seadanya seperti : Yang artinya adalah memang kami baik kepada hula-hula, tapi keadaanlah yang tidak memungkinkan “

Hula-hula : Ba na uli, pasahat ma! Alai ingot: Dolok siguragura harubuan ni ansosoit Langgo tu hula-hula. Tung so jadi do mangkoit.

“Gunung siguragura tempat tumbuhnya rumput, kepada hula-hula tidak bisa pelit-pelit.

Dari konteks VI tuturan di atas bisa dijelaskan deiksis yang dapat ditemukan yaitu sebagai berikut dalam bentuk tabel yaitu :

No Deiksis

Konteks VII : disaat acara doa yang dipimpin panatua huria.

Ale Tuhan, nunga pungu hami dibagas na marampang marhakoaon on, hatubu on ni anak, di bona, singonggom dohot nasa isuaon disiala ulaon ni suhut nami naung hamulai hami ma soanari rap dohot pargonsi nami, pasahaton pujian dohot somba nami, asa anggiat ma songon parbue pir on, pir ma tondi ni nasida, pakkohon ni si ulaon dohot miak-miak asa marmiak hami ulani tangan nasida, demban tiar, si tio suara asa tiur pinasu ni ulaon. Marhite Jesus Kristus Tuhan nami, Amen.

“Ya Tuhan disni kami telah berkumpul, di rumah yang penuh berkat, tempat kami dilahirkan dan segala isinya. Kami bersama hasuhuton dan pargonsi (pemain musik) akan memulai pesta ini. Oleh karena itu kami sampaikan puji dan syukut kepada Tuhan agar apa yang kami lakukan

sama seperti beras agar mereka kuat dan dapat bermanfaat, dan apa yang kami lakukan dapat seperti minyak yang dapat meminyaki pekerjaan tangan mereka sama seperti sirih, musik yang nyaring bunyinya. Agar melalui pesta ini apa yang kami lakukan mendapat berkat. Terima kasih Tuhan kami amin.

Dari konteks VII tuturan di atas bisa dijelaskan deiksis yang dapat ditemukan yaitu sebagai berikut dalam bentuk tabel yaitu :

No Deiksis

Setelah kita mengetahui deiksis yang terdapat dalam upacara adat mangongkal holi dalam pembahasan di bagian sub di atas, maka adapun fungsi dari deiksis yang ditemukan di atas.

Dari konteks I tuturan di atas bisa dijelaskan fungsi deiksis yang dapat ditemukan yaitu sebagai berikut yaitu :

1) Deiksis tempat yaitu kata tu jolo berfungsi sebagai petunjuk posisi dimana peletakan jambar tersebut yang telah disediakan oleh hasuhuton dalam pesta tersebut.

2) Deiksis sosial yaitu kata rajanami dikata tersebut terdapat dua deiksis raja sebagai deiksis sosial sedangkan nami deiksis persona jamak, berfungsi sebagai petunjuk yang merujuk kepada hula-hula yang lebih tinggi derajatnya sebagai bentuk penghormatan karena memberi berkat.

3) Deiksis persona pertama jamak yaitu nami berfungsi sebagai penunjuk dimana merujuk kepada orang yang membuat pesta, atau tuturan tersebut ditunjukkan kepada suhut yang membuat pesta dalam upacara adat tersebut.

4) Deiksis persona yaitu on merujuk kepada makanan yang disajikan atau makanan (jambar) diamana diletakkan makanan tersebut dan kepada siapa makanan itu diberikan.

Dari konteks II tuturan di atas bisa dijelaskan fungsi deiksis yang dapat ditemukan yaitu sebagai berikut yaitu :

1) Deiksis persona kedua jamak yaitu hamu mengacu kepada pemain musik, karena pemain musik tidaklah satu yang ada disana melainkan ada beberapa oreang yang iringi musik dalam acara pesta tersebut.

2) Deiksis sosial yaitu pargosi dimana mereka adalah para pemain musik atau memang yang bertugas dalam memainkan musik, mereka sudah ahli dalam memainkan alat musik seperti gondang.

3) Deiksis tempat yaitu ni ruma mengacu kepada posisi pargosi.

4) Deiksis tempat yaitu on tempat pesta yang dimaksud.

5) Deiksis persona yaitu amang mengacu kepada pargosi.

6) Deiksis persona pertama tunggal yaitu au mengacu kepada pangatua huria yang sedang berbicara.

7) Deiksis persona kedua tunggal yaitu ho mengacu kepada pargosi.

8) Deiksis persona yaitu kata ta singkatan dari kata hita mengacu kepada orang yang ada dipesta.

9) Deiksis persona yaitu aman (ta) mengacu kepada Tuhan.

10) Deiksis persona pertama jamak yaitu nami mengacu kepada pargonsi.

Dari konteks III tuturan di atas bisa dijelaskan fungsi deiksis yang dapat ditemukan yaitu sebagai berikut yaitu :

1) Deiksis tempat yaitu titi mengacu kepada air pangurason yang ada dalam cawan tersebut.

2) Deiksis persona pertama jamak yaitu kata ta kepanjangan dari kata hita 3) Deiksis waktu yaitu saunari yang mengacu pada saat ini, atau pada

saat waktu dimana suhut sedang berbicara didalam pesta.

4) Deiksis persona yaitu muna mengacu kepada pangatua huria.

5) Deiksis tempat yaitu tu jolo mengacu pada posisi ucapan atau ucapan yang hendak dituturkan.

6) Deiksis persona pertama jamak yaitu hami yang dimana mengacu kepada pembuat pesta.

7) Deiskis persona pertama jamak yaitu kata nami yang mengacu kepada pembuat pesta juga.

8) Deiksis waktu yaitu arion yang mengacu kepada waktu pesta saat ini .

Dari konteks IV tuturan di atas bisa dijelaskan fungsi deiksis yang dapat ditemukan yaitu sebagai berikut yaitu :

1) Deiksis sosial yaitu inang mengacu kepada orang tua perempua yang meninggal atau ibu dari anak yang meninggal yang mengadakan pesta.

2) Deiksis persona pertama jamak yaitu hami mengacu kepada keluarga yang di pesta yang sedang berkumpul.

3) Deiksis persona kedua jamak kata mu singkatan dari hamu.

4) Deiksis tempat yaitu kata dison mengacu kepada saat sekeluarga

4) Deiksis tempat yaitu kata dison mengacu kepada saat sekeluarga

Dokumen terkait