BAB I PENDAHULUAN
A. Landasan Teori
1. Teori Industrialisasi
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) industri merupakan
kegiatan ekonomi yang mengubah barang jadi dan barang kurang
nilainya menjadi barang yang lebih nilainya (BPS dalam
Hidayat,2011;20).
Istilah industri memiliki dua arti. Pertama, Industri bisa berarti
himpunan perusahaan – perusahaan yang sejenis. Kedua, Industri dapat pula merujuk ke suatu sektor ekonomi yang di dalamnya
terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang mentah menjadi
barang jadi atau barang setengah jadi. Kegiatan pengolahan itu
sendiri, bersifat masinal, elektrikal, atau bahkan manual (Dumairy
dalam Agustineu, 2004;25).
Selanjutnya, menurut G. Kartasapoetra (dalam Hidayat,2011)
pengertian industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah
baha baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang
Pengertian industri dalam teori ekonomi berbeda dengan
pengertian industri secara umum. Dalam pengertian industri secara
umum adalah perusahaan yang menjalankan operasi dalam bidang
kegiatan ekonomi yang tergolong ke dalam sektor sekunder. Kegiatan
tersebut antara lain contohnya adalah pabrik tekstil, pabrik perakit
atau pembuat mobil, dan pabrik pembuat minuman ringan. Dalam
teori ekonomi istilah industri pada hakikatnya berarti kumpulan firma
– firma yang menghasilkan barang yang sama atau sangat bersamaan yang terdapat dalam suatu pasar. Sebagai contoh bila ada industri
mobil, maka yang dimaksud adalah berbagai perusahaan mobil yang
ada dalam pasar yang dianalisis (Sukirno;194,2010).
Sektor industri pengolahan yakni, mencakup semua
perusahaan atau usaha yang melakukan kegiatan mengubah barang
dasar menjadi barang jadi atau setengah jadi dan barang yang kurang
nilainya menjadi barang yang tinggi nilainya. Termasuk dalam sektor
ini adalah perusahaan yang melakukan kegiatan jasa industri dan
pekerjaan perakitan (assembling) dari suatu industri (BPS,2007).
Perusahaan adalah setiap organisasi yang mengubah masukan menjadi
keluaran (Nicholson;215,1995).
Sektor industri pengolahan dikelompokkan ke dalam empat golongan
yang disasarkan pada banyaknya pekerja, yaitu (BPS, 2007):
2. Industri sedang bertenaga kerja 20-99 orang
3. Industri kecil bertenaga kerja 5-19 orang
4. Industri rumah tangga bertenaga kerja 1-4 orang.
b) Macam–Macam Industri
Dari pengertian industri tersebut maka dapat diklasifikasikan
pula jenis – jenis industri berdasarkan beberapa kriteria yang ada. Menurut SK Menteri Perindustrian no 19/M/SK/I/1986, tanggal 24
Januari 1986, jenis – jenis kegiatan industri dapat diklasifikasikan berdasarkan; bahan baku, jumlah tenaga kerja, produkstifitas per
orangan, pemilihan lokasi, dan lain–lain.
1. Macam – Macam Industri Berdasarkan Besar atau Kecilnya modal
a. Industri Padat Modal
Industri Padat Modal adalah Industri yang dibangun
dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan
operasional maupun pembangunannya.
b. Industri Padat Karya
Industri padat karya adalah industri yang lebih
dititikberatkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau
pekerja dalam pembangunan dan pengoperasiannya.
a. Industri Kimia Dasar
Industri Kimia dasar adalah suatu bagian dari kimia
terapan yang berhubungan dengan optimasi,
pengembangan dan pengetahuan kimia dasar proses
yang digunakan dalam industri untuk memproduksi
bahan kimia atau produk kimia. Contoh Industri
Kimia, meliputi: industri semen, obat – obatan, pupuk, dan kertas.
b. Industri Mesin dan Logam Dasar
Industri Mesin dan Logam Dasar merupakan industri
yang mengolah bahan mentah logam menjadi mesin
berat atau rekayasa mesin perakitan, contohnya
meliputi; pesawat terbang, radio, televisi, kulkas, dan
lain- lain.
c. Industri Kecil
Industri kecil merupakan industri yang memiliki
tenaga kerja berjumlah sekitar 5 hingga 19 orang, dan
industri tersebut memiliki modal yang relatif kecil.
Bisanya tenaga kerja yang ada masih dalam
lingkungan tempat tinggal ataupun saudara. Contoh
minyak, industri batu- bata, dan industri makanan
ringan.
d. Aneka Industri
Aneka industri merupakan industri yang tujuannya
untuk menghasilkan barang – barang untuk kehidupan sehari hari. Contoh dari aneka industri
diantaranya;industri tekstil, industri alat listrik, industri
pangan, dan industri bahan–bahan bangunan.
3. Jenis–jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
a. Industri Rumah Tangga adalah industri yang jumlah
karyawan atau tenaga kerjanya berjumlah antara 1-4
orang.
b. Industri Kecil adalah industri yang jumlah karyawan
atau tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.
c. Industri Sedang atau industri menengah adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah 100
orang atau lebih.
4. Pembagian atau Penggolongan industri berdasarkan
a. Industri yang berorientasi pada pasar (market oriented
industry)
Industri yang berorientasi pada pasar adalah industri
yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target
konsumen. Industri ini akan mendekati kantong –
kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin
dekat dengan pasar maka semakin baik.
b. Industri yang berorientasi pada tenaga kerja (Labour
Oriented Industry)
Industri yang berorientasi pada tenaga kerja adalah
Industri yang dekat dengan pemukiman penduduk karena
biasanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak
pekerja untuk lebih efektif dan efisien.
c. Industri yang menitikberatkan pada bahan baku (Supply
Oriented Industry)
Industri yang berorientasi pada bahan baku adalah industri
yang mendekati lokasi dimana bahan baku berada
memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
d. Industri yang tidak terkait dengan persyarata lain
Industri yang tidak terkait oleh persyaratan lain adalah
jenis industri sebelumnya. Industri dapat didirikan dimana
saja , karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya
sangat luas serta dapat ditemukan dimana saja. Contoh
dari industri tersebut adalah industri elektronik, industri
lokomotif, dan indutri transportasi.
5. Jenis–jenis Industri berdasarkan Proses Produksi
a. Industri Hulu
Industri hulu adalah industri yang mengolah bahan
mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini
sifatnya hanya menyediakan bahan bakuuntuk
kegiatan industri yang lain. Contoh industri tersebut
diantaranya, industri kayu lapis, industri alumunium,
industri pemintalan, dan industri baja.
b. Industri Hilir
Industri yang mengolah barang setengah jadi sehingga
barang yang yang dihasilkan dapat langsung dipakai
atau dinikmati konsumen. Contoh industri tersebu
diantaranya adalah industri pesawat terbang, industri
6. Macam–Macam Industri berdasarkan produktivitas perorang
a. Industri primer adalah industri yang berang – barang produksinya bukan hasil barang olahanlangsung atau
tanpa diolah terebh dahulu. Contoh dari industri tersebut
adalah produksi pertanian, produksi peternakan,
perikanan dan sebagainya.
b. Industri Sekunder adalah industri yang mengolah bahan
mentah, dan bahan mentah tersebut dapat diolah kembali
(barang setengah jadi). Contoh dari industri tersebut
diantaranya adalah pemintalan benagn sutera, komponen
elektronik, dan sebagainya.
c. Industri Tersier adalah industri yang produk atau
barangnya berupa layanan jasa. Contoh dari industri
tersebut adalah telekomunikasi, transportasi, perawatan
kesehatan, dan sebagainya.
c) Konsep Industrialisasi
Dari pengertian industri dan ruang lingkupnya, adapun beberapa
konsep industrialisasi secara definitif, yang menjelaskan pola hubungan
perekonomian dengan industrialisasi secara umum dalam ruang lingkup
ekonomi pembangunan, yang berawal dari transformasi struktural.
dalam menghasilkan output dapat terukur melalui modernisasi dan
produktivitasnya.
Industrialisasi adalah mekanisme yang memungkinkan
perekonomian negara terbelakang mentransformasi struktur
peekonomian dalam negeri mereka dari sesuatu yang berat, seperti
pertanian tradisional untuk mencukupi kebutuhan sendiri, kepada suatu
perekonomian yang lebih modern, mengarah ke kota, dan beraneka di
bidang industri dan jasa–jasa (Todaro,1997:75).
Peran industrialisasi bagi perekonomian nasional yaitu dapat
terlihat dari sumbangan sektor industri terhadap PDB cukup besar dan
menunjukkan peningkatan dalam 27 tahun terakhir (BPS,2011).
Dalam sejarahnya, seluruh industri yang ada di Indonesia saat ini
bukanlah industri yang dapat berdiri sendiri sesuai dengan kebutuhan
ekonomi dalam negeri, melainkan karena permintaan dan kebutuhan
ekspansi modal asing. Sampai saat ini Indonesia masih harus membeli
bahan mentah ataupun setengah jadi dari teknologi luar. Industri di
Indonesia pada awalnya hanya menyentuh sektor primer (Pertanian),
dengan teknologi yang minim, sehingga produktivitas dan upah yang
diterima oleh buruh sangatlah rendah. Hal tersebut terjadi di Indonesia
pada masa kolonial dalam UU Agraria tahun 1980, karena sejak saat
modal asingnya terutama pada industri manufaktur
(Basundro,2001:133).
Selanjutnya, Kurtowidjoyo berpendapat, bahwa industri merupakan
suatu variabel pendorong perubahan sosial dalam abad –abad terakhir. Sehingga dengan hadirnya industri tersebut dapat membedakan antara
masyarakat modern dengan masyarakat agraris. Menurutnya
transformasi sosial merupakan hal yang tak mungkin terelakkan lagi
untuk menciptakan masyarakat industri, namun perlu pembatasan
bahwa industrialisasi bukanlah merupakan sistem yang unineal,
melainkan suatu evolusi yang multineal
(Kurtowijoyo,1991;Basundro;133,2001).
Proses pertumbuhan ekonomi juga dikemukakan oleh Rostow yang
meliputi proses peekembangan industrialisasi di negara – negara berkembang, diantaranya masyarakat tradisional, prasyarat untuk
tinggal landas, tinggal landas, dewasa (maturity), dan masa konsumsi
massal. Perkembangan industri secara meluas dapat terlihat pada
tinggal landas, dimana Rostow mendefinisikan tinggal landas sebagai
revolusi industri yang bertalian secara langsung dengan perubahan
radikal secara langsung dengan perubahan pesat di dalam metode
produksi dalam jangka waktu singkat menimbulkan konsekuensi yang
menentukan. Perkembangan lainnya terdapat pada sektor – sektor penting sebagai tulang punggung analitis, dalam sektor perekonomian.
Sektor tersebut diantaranya, pertumbuhan sektor primer;
kemungkinan inoasi atau menggarap sumber baru atau yang belum
tergarap menghasilkan laju pertumbuhan tinggi dari sektor perekonian
lainnya. Tekstil katun di Britania dan Inggris baru pada tahap awal
pertumbuhannya masuk dalam kategori ini. Sektor Pertumbuhan
Suplementer; pertumbuhan pesat yang terjadi sebagai konsekuensi
perkembangan sektor pertumbuhan primer tersebut. Pembangunan
kereta api merupakan sektor primer, perluasan industri besi, batu bara
dan baja dianggap pertumbuhan seplementer. Sektor Pertumbuhan
turunan; Pertumbuhan yang terjadi “ dalam kaitan yang agak tetap
dengan pertumbuhan di bidang pendapatan nasional, produksi industri,
atau beberapa variabel lain yang agak cepat, contohnya produksi
makanan dan pembangunan perumahan dalam hubungannya dengan
penduduk (Jhingan,2004:142 - 143).
Rostow menjelaskan kembali, bahwa pertumbuhan cepat sektor –
sektor utama tergantung pada adanya 4 faktor dasar diantarnya;
Pertama, adanya kenaikan permintaan efektif terhadap produk sektor–
sektor tersebut, yang biasanya dicapai melalui pengurangan konsumsi,
impor modal atau melalui peningkatan tajam secara nyata. Kedua, pengenalan fungsi produksi baru dan perluasan kapasitas sektor
tersebut. Ketiga, Sektor – Sektor Penting harus mendorong perluasan output di sektor lain melalui transformasi tekhnik (Jhingan,2004:147).
Schumpeter lebih lanjut mengutarakan pola perubahan ekonominya
dengan teori ekonom melalui Teori Sirkuler dalam Ekonomi
Pembangunan, bahwa Perubahan dalam kehidupan ekonomi yang
spontan dan terputus– putus ini tidak dapat dipaksaksan dari luar akan tetapi timbul atas inisiatif perekonomian sendiri dan muncul di atas
cakrawala kehidupan perdagangan dan industri. Kombinasi baru
peletakan unsur pembangunan memungkinkan membuat kondisi
pembangunan semakin mantap. Unsur – unsur tersebut diantaranya adalaha sebagai berikut: Pertama, Inovasi. Pada intinya menurut Schumpeter, pengenalan produk baru dan perbaikan terus – menerus pada produk inilah yang membawa kepada pembangunan. Dalam
industrialisasi hal tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut seperti;
Pengenalan barang baru, penguasaan sumber penawaran baru bahan
mentah atau barang semi manufaktur, dan pembentukan organisasi baru
pada setiap industri seperti penciptaan monopoli. Kedua, Peranan Inovator. Peranan ini menurut Schumpeter bukanlah diberikan kepada
kaum kapitalis melainkan kepada pengusaha, lebih lanjut Schumpeter
menjelaskan ada dua hal untuk menjalankan fungsi ekonominya untuk
para pengusaha , diantaranya; Pertama, adanya pengetahuan teknologi dalam rangka memproduksi barang– barang baru.Kedua,Kemampuan mengatur faktor faktor produksi dalam bentuk pinjaman. Menurut
dimanfaatkan, namun pengusaha sudah mulai memanfaatkannya
(Schumpeter dalam Jhingan,2004:126).
Keynes mengutarakan jelas pada teori mengenai konsep multiplier
yang didasarkan pada empat konsep di negara terbelakang yang tinggi,
walaupun banyak dikritisi oleh V.K.R.V. Rao karena belum pernah
mendiskusikan tentang relevansinya pada negara terbelakang. Konsep
Multiplier Keynes didasarkan pada empat teori diantaranya adalah ;
Pengangguran Terpaksa, Suatu Ekonomi Industri dengan kurva
penawaran output miring ke kanan – atas dan baru menjadi vertikal setelah melewati interval yang panjang. Kapasitas lebih pada industri
barang konsumsi, dan Penawaran modal tenaga kerja yang diperlukan
bagi output bersifat elastis. Keynes, melanjutkan penjelasannya bahwa
tanpa adanya kondisi kapasitas lebih industri barang konsumsi, dan
Penawaran modal tenaga kerja yang diperlukan output bersifat elastis,
seperti yang telah diutarakan di atas, maka membuat bekerjanya
multiplier menjadi sulit. Tidak adanya kapasitas lebih pada industri
barang konsumsi dan sifat penawaran modal kerja yang cukup inelastis
menghambat peningkatan volume output industri tersebut dan jumlah
pekerjaan yang dihasilkan di dalamnya (Keynes dalam
Jhingan,2004:140).
Hirschman mengemukakan kegiatan produksi primer kebanyakan
maupun produk nasional bruto. Dalam pendapatan lanjutan Hirschman
menganjurkan untuk mengutamakan industri tahap akhir (Last
Industries). Alasan tersebut dikemukakan karena dalam pembuatan
industri, suatu negara sedang tidak perlu mengusahakan semua tahap
produksi secara serentak, tapi dapat mengimpor pabrik”converting, assembling, dan mixing” bagi proses akhir produk yang hampir jadi.
Industri tahap akhir disebut dengan industri kantong impor (Import
enclave industry). Industri ini lain dengan industri kantong ekspor yang
menghadapi kesulitan besar di dalam memecahkan situasi kantong
tersebut dan dapat memberikan dampak kaitan mundur yang
mendalam. Dampak kaitan mundur adalah penting tidak hanya dari
produksi sekunder kembali ke produksi primer tapi juga dari produksi
tersier kembali ke produksi sekunder dan produksi primer. Kaitan
mundur lahir karena tingginya permintaan. Hirschman menjelaskan
kembali tentang bahwa sebenarnya tidak ada pilihan lain dalam
pengembangan pola industri, yakni substitusi impor dan promosi
ekspor, walaupun pada kenyataannya untuk negara – negara berkembang lebih banyak menggunakan pola subsitusi impor dibandng
dengan ekspor yang tidak memberikan peran penting pada
pembangunan ekonomi mereka.. Dalam strategi tersebut pembangunan
industri akan berlanjut sebagian besar melalui kaitan mundur, yakni
dari industri tahap akhir ke “industri menengah dan industri dasar”
d) Ciri–Ciri Keberhasilan Industrialisasi
Pada konsep industrialisasi telah dijelaskan pengertian dan
pemikiran – pemikiran tentang industrialisasi dari beberapa ahli. Selanjutnya akan diutarakan lebih lanjut, Ciri–ciri keberhasilan proses industrialisasi sebagai tolak ukur atau parameter sejauh mana
industrialisasi berkembang dalam suatu negara. Berikut ini ciri – ciri keberhasilan industrialisasi ;
1. Suatu negara industrialisasi dapat dikatakan berhasil jika di
dalam suatu negara tersebut terjadi Transformasi dari
masyarakat pertanian ke masyarakat industri
(Tambunan,2009:62).
2. Dalam proses industrialisasi, seharusnya pendapatan
perkapita masyarakat naik dan produktivitas meningkat
(Jhingan,2004:143).
3. Apabila suatu negara mengimpor kebutuhan pangannya
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, maka akan
meningkatkan pendapatan per kapita pada negara tersebut
dan terjadi Multiplier effect di luar bukan pada wilayah perekonomian negara tersebut (Kuncoro,2010).
4. Industrialisasi yang berhasil syarat akan menaikkan
produktivitas pertanian karena struktur teknologi yang
mulai ke arah yang lebih modern (Jhingan,2004:89).
5. Tolak ukur industrialisasi menurut Rostow (1991:5) adalah
apabila tingkat investasi dan tabungan mencapai 10% dari
pendapatan nasional.
e) Prasyarat Industrialisasi
Mengutip yang telah dikemukakan oleh Rostow, ada beberapa
prasyarat industrialisasi pada tahap tinggal landas, diantaranya adalah
sebagai berikut (Jhingan,2004:145):
1. Kenaikan laju investasi produktif, misalnya dari 5 persen
atau kurang lebih dari 10 persen dari pendapatan nasional
atau produk nasional netto;
2. Perkembangan salah satu atau beberapa manufaktur penting
dengan laju pertumbuhan yang tinggi;
3. Hadirnya secara cepat kerangka politik, sosial dan
organisasi yang menampung hasrat ekspansi di sektor
modern tersebut dan memberikan daya dorong pada
Lewis memberikan penjelasan hal–hal yang perlu dilakukan untuk dapat melakukan industrialisasi, diantaranya adalah sebagai berikut
(Lewis dalam Jhingan,2004:156) ;
1. Peningkatan produksi industrialisasi atas pekerja dalam
sektor pangan
2. Memperbaiki tingkat upah dan pendapatan
3. Memperluas pasar untuk industri
4. Memperlas jalan untuk industri
2. Teori mengenai Output dan Input