PENGARUH NILAI BAHAN BAKU, BAHAN BAKAR, DAN JUMLAH TENAGA KERJA TERHADAP OUTPUT INDUSTRI TEKSTIL DI
INDONESIA PERIODE 1983–2012
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun oleh
Aldila Hapsari
NIM
1111084000037
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PENGARUH NILAI BAHAN BAKU, BAHAN BAKAR, DAN JUMLAH TENAGA KERJA TERHADAP OUTPUT INDUSTRI TEKSTIL DI
INDONESIA PERIODE 1983–2012
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Syarat–Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Aldila Hapsari
1111084000037
Dibawah Bimbingan
Pheni Chalid, Ph.D Tony S. Chendrawan, M.Si
NIP:195605052000121001 NIP.
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN ASLI KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Aldila Hapsari
NIM : 1111084000037
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mampu mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Aldila Hapsari
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Tangerang, 7 Januari 1993
3. Alamat : Jalan Tangkas Permai IX Blok A No.5
Kelurahan Petukangan Selatan, Kecamatan
Pesanggrahan, Kota Madya Jakarta Selatan
12270
4. Telepon : 089608487929
5. E-mail : dilaabba@gmail.com
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SDI Annajah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan Tahun 1999–2005 2. SMP Negeri 177 Bintaro, Jakarta Selatan Tahun 2005–2008
3. SMA Negeri 90 Jakarta Selatan Tahun 2008–2011
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011–2015
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Kursus Bahasa Inggris di ELC (English Language Centre), Petukangan
Selatan, Jakarta Selatan Tahun 2007–2009
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. MPK/OSIS SMAN 90 Jakarta Selatan, 2009–2010
V. PENGALAMAN KERJA
1. Pengajar (Tutor) Pengganti di Lembaga Kursus ELC (English Language
Centre) for Elementary School, Petukangan Selatan, Jakarta Selatan
VI. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Workshop Presentation about Germany (facts about Germany; The
German Academic Exchange Service (DAAD)) ; The German University
System; Studying in Germany; Doctoral Program in Germany; Additional
information on where to apply for a Scholarship With CATHERINE
LAVEFRE, FEB UIN Jakarta, 2012
2. Seminar : ”Semiotics; Analyzing Signs in Internatioanl Culture Festival (ICFest) of Foreign Language Assosiation”.“Bridging Unity to The Beauty
Diversity”, FLAT UIN Jakarta,2012
3. Workshop: ” Trik Menaklukan The Paper Test”, HMJ Pendidikan IPA -Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta,2012
4. Seminar Nasional & Call for Papers dengan tema : “Optimisme Ekonomi Indonesia 2013, antara Peluang dan Tantangan”, Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka, Tangerang Selatan
5. International Workshop On The Soft Launching Faculty Of Natural
Resources and Environment: ”Optimizing Indonesia’s Wealth Of Natural Resources For The People”, UIN Jakarta, 2013
7. International Workshop tentang : ‘Be Entrepneur in Silicon Valley’,
atamerica (@amerika), Pasific Place Mall Jakarta,2012
VII. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Achmad Arifin
2. Tempat/Tanggal Lahir : Pati, 17 Agustus 1957
3. Ibu : Kundarianingsih
4. Tempat/Tanggal Lahir : Ponorogo, 11 Mei 1965
5. Alamat : Jalan Tangkas Permai IX Blok A No.5
Kelurahan Petukangan Selatan, Kecamatan
Pesanggrahan, Jakarta Selatan 12270
6. Telepon : 088212160175
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the influence of raw material, fuel, and labour on textile industry output in Indonesia from 1983 - 2012.
Ordinary Least Square was used analytical tools in this results. The result of this research shows that textile industry output in Indonesia are caused by raw material, fuel, and labour can be explaied by R 2(R Squared) about 96%. Then textile industry output influenced by raw material, fuel, and labour simultanously about 1957,6 (F statistic). But Partially can explained by coefficient in each variable; 1. textile industry output was influenced by Raw material significantly and positive about 0,947, 2. textile industry output was influenced by fuel significantly and positive about 0,247 3. textile industry output was influenced by labour unsignificantly and negative about 5,18.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menganalisa pengaruh nilai bahan baku, bahan bakar, dan tenaga kerja terhadap industri tekstil di Indonesia periode 1983 -2012.
Ordinary Least Square (OLS) digunakan sebagai alat analisa pada penelitian ini output industri tekstil di Indonesia dipengaruhi oleh nilai bahan baku, nilai bahan bakar, dan tenaga kerja yang dijelskan oleh R2sebesar 96%. Secara simultan output industri tekstil di Indoneisa dipengaruhi oleh nilai bahan baku, bahan bakar, dan jumlah tenaga kerja sebesar 1957,6 (F statistik). Sedangkan secara parsial, 1. Output industri tekstil dipengaruhi oleh nilai bahan baku secara parsial sebesar 0,947 yang berpengaruh positif dan signifikan, 2. Output Industri Tekstil dipengaruhi oleh nilai bahan bakar sebesar 0,247 yang secara positif dan signifikan, dan 3. Output Industri Tekstil dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja sebesar 5,18 yang tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan, rahmat, serta hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul,”Pengaruh Nilai Bahan Baku, Bahan Bakar, dan Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Output Industri Tekstil di Indonesia Periode 1983 – 2012”.
Shalawat serta Salam tak lupa penulis panjatkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari jaman kegelapan menuju jaman yang terang benderang.
Penulis menyusun skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya penyusunan skripsi ini bukanlah merupakan satu hasil dari usaha segelintir orang, karena manusia adalah makhluk sosial yang pastinya akan membutuhkan bantuan dari orang – orang lain, begitu juga dengan penulis terselesaikannya skripsi ini tentunya berkat bantuan, dorongan, dan doa dari kerabat ataupun orang – orang terdekat penulis. Dengan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, karena tanpa kehendakNya dan ridhoNya selama ini penulis tidak akan menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima Kasih ya Allah atas segala rahmat, kekuatan dan ridhoMu selama ini sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segala banyak ujian yang dihadapi.
diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini hingga selesai, yakni Papa dan Mama. Terima kasih Papa dan Mama kalian segalanya sekaligus motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini dengan segala rintangan apapun yang harus dihadapi.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan dan bimbingannya selama perkuliahan.
4. Bapak Arif Fitrijanto, M.Si selaku ketua Jurusan IESP Periode 2015 yang telah memberikan bimbingan sekaligus sebagai tempat konsultasi dan pemberi saran yang membangun disaat penulis memiliki kesulitan dalam hal teknis maupun pemikiran pada saat penulisan skripsi ini.
5. Bapak Pheni Chalid, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing 1 yang dengan rendah hati meluangkan waktunya untuk membimbing penulis selama proses penulisan skripsi ini hingga selesai, serta memberikan ilmu yang sangat berharga dan semangat yang tiada henti kepada penulis selama pembuatan skripsi ini berlangsung. Terima Kasih Bapak, semoga ilmu yang bermanfaat yang telah diberikan dapat menjadi amalan baik dan tidak akan terputus di dunia dan akhirat.
6. Bapak Tony S. Chendrawan, M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang selalu membimbing, mengoreksi kesalahan materi – materi yang ada di skripsi serta selalu memberikan ilmu yang bermanfaat terkait hal teknis secara detail selama penulian skripsi ini berlangsung. Semoga ilmu yang bermanfaat dari Bapak tidak akan terputus dan diberkahi oleh Allah SWT.
saya dalam memberikan contoh arahan dalam mengembangkan skripsi ini secara teknis, yakni Ella Dhanila Kartika, dan Rudi Suwardi, serta teman–
teman yang mau berangkat bersama untuk bimbingan dan ke lembaga tertentu dalam rangka penelitian bersama dikala tempat jauh, dan saling mensupport pula tak lupa terima kasih terucap kepada; Vina Refriana, dan Dwi Nuni. Terima kasih teman – teman semoga kemurahan hati kalian dalam membantu saya dibalas oleh Allah SWT.
8. Teman – teman seperjuangan jurusan IESP angkatan 2011 yang selalu bersama – sama dalam perjuangannya menyelesaikan skripsi di tahun ini, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Semoga jalinan silaturahmi jurusan ini akan selalu terikat sepanjang waktu, Teman - teman.
9. Teman – Teman dan Kakak – Kakak HMJ IESP yang telah memperkenalkan saya dalam kegiatan yang ada dalam kegiatan intra jurusan IESP sekaligus menambah pengalaman saya dalam hal akademik maupun non akademik. Semoga segala kegiatan–kegiatan yang telah saya peroleh dari kalian menjadi sebuah pengalaman berarti dalam menempuh kehidupan lainnya di masa depan.
10. Teman – Teman KKN Dedikasi Seribu Tangan yang selalu menjadi kenangan terindah dan keluarga selama kegiatan KKN berlangsung. Semoga kita bertemu lagi di lain waktu dengan kegiatan lainnya, Kawan.
11. Kakak – Kakak jurusan IESP yang telah membantu saya dalam proses menyelesaikan skripsi ini, yang selalu menjawab segala pertanyaan walaupun dalam keadaan sibuk, jikalau saya mengalami kesulitan terkait hal apapun dalam menyelesaikan skripsi ini.
memperjuangkan tugas akhir masing – masing yang harus ditempuh
hingga selesai, “Terima Kasih Teman – Teman Ku”.
Penulis menyadari masih banyaknya kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini, serta masih kurangnya ilmu pengetahuan, dan wawasan untuk menyempurnakan skripsi ini. Saran dan Kritik yang membangun diharapkan penulis dalam menyempurnakan skripsi ini dari berbagai pihak.
Wassalamualaikum, Wr. Wb
Jakarta, 31 Juni 2015
DAFTAR ISI
Cover
Lembar Pengesahan Pembimbing
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif Lembar Pengesahan Ujian Skripsi
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah
Daftar Riwayat Hidup... . i
Abstract... iv
Abstrak... v
Kata Pengantar... ... vi
Daftar Isi... x
Daftar Tabel ... xiv
Daftar Gambar... xvi
Daftar Lampiran ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Perumusan Masalah ... 16
C. Tujuan Penelitian ... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ... 19
1. Teori Industrialisasi... 19
a. Pengertian Industri... 19
b. Macam–Macam Industri... 21
c. Konsep Industrialisasi... 26
d. Ciri–Ciri Keberhasilan Industri ... 33
e. Prasyarat Industrialisasi ... 34
2. Teori mengenai Output dan Input ... 35
a. Teori Output dan Input ... 35
b. Teori Nilai Bahan Baku... 37
c. Teori Nilai Bahan Bakar ... 39
d. Teori Jumlah Tenaga Kerja ... 40
3. Hubungan antara Input dengan Output Industri Tekstil... 41
a. Hubungan antara Nilai Bahan Baku dengan Output Industri Tekstil... 41
b. Hubungan antara Nilai Bahan Bakar dengan Output Industri tekstil ... 42
c. Hubungan antara Jumlah Tenaga Kerja dengan Output Industri Tekstil... 43
B. Penelitian Terdahulu ... 44
D. Hipotesis Penelitian ... 59
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian ... 60
B. Teknik Pengumpulan Data ... 60
C. Teknik Analisis Data ... 61
D. Operasional Variabel Penelitian ... 77
BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... 78
B. Penemuan dan Pembahasan ... 80
1. Analisis Deskriptif ... 80
a. Analisis Deskriptif Output Industri Tekstil di Indonesia ... 80
b. Analisis Deskriptif Nilai Bahan Baku ... 82
c. Analisis Deskriptif Nilai Bahan Bakar ... 84
d. Analisis Deskriptif Jumlah Tenaga Kerja... 86
2. Uji Asumsi Klasik... 88
a. Uji Normalitas ... 88
b. Uji Multikolinieritas ... 89
c. Uji Heterokedastisitas ... 90
d. Uji Autokorelasi ... 91
3. Pengujian Hipotesis ... 94
a. Uji Hipotesis Parsial (Uji t) ... 96
5. Analisa Ekonomi... 104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 117
B. Saran ... 118
DAFTAR PUSTAKA... 120
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1.1 Kontribusi Masing Masing Industri Manufaktur Terhadap PDB Pada Tahun 2007–2011 ( dalam %)
3
1.2 Perkembangan Ekspor Sektor Industri Manufaktur di indonesia Pada Tahun 2009–2012 (dalam % ) USD)
4
1.3 Jumlah Tenaga Kerja Menurut Industri manufaktur menurut Subsektor Pada Tahun 2009–2010
6
1.4 Hasil Kinerja Industri tekstil di Indonesia Pada Tahun 2006–2010
9
1.5 Ekspor komoditas Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia menurut negara tujuan pada tahun 2012
11
1.6 Nilai Bahan Baku Industri Tekstil di Indonesia Pada tahun 2008–2012
13
1.7 Nilai bahan Bakar industri Tekstil di Indonesia Pada Tahun 2008– 2012
14
1.8 Jumlah Tenaga Kerja Industri Tekstil di Indonesia Pada Tahun 2008–2012
15
2.1 Penelitian Terdahulu 51
4.1 Output Industri Tekstil di Indonesia Pada Tahun 2008–2012
60
4.6 Correlation Matriks 90
4.9 Uji Breusch Godfrey LM Test 93
No Keterangan Halaman
4.1 Uji t 97
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu 51
2.2 Kerangka Penelitian 58
4.1 Normalitas 89
4.12 Trend Nilai Bahan Baku
Beberapa Tahun Periode 1987–2012
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1 Data 126
2 Data 127
3 Ordinary Least Square 129
4 Uji Normalitas 130
4 Uji Multikolinieritas 130
5 Uji Heterokedastisitas 131
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Untuk dapat menghasilkan output yang merupakan hasil produksi
demi menunjang pertumbuhan ekonomi, sektor industri merupakan sektor
yang tidak akan terlepas perannya dalam proses produksi untuk menghasilkan
barang dan jasa. Sehingga sektor industri merupakan sektor utama yang
perannya perlu dianalisis demi menghasilkan output yang berkualitas untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia, khususnya pada industri manufaktur
dengan increasing return to scale yang tinggi. Itulah salah satu indikator
dalam produksi yang diharapkan lebih dinamis sebagai motor penggerak
dalam menunjang pertumbuhan industri (Weiss dalam Tambunan,2009:62).
Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian
Indonesia. Sektor ini sebagai penyumbang terbesar dalam kontribusinya pada
PDB Indonesia. Kegiatan pembangunan industri bertujuan untuk
menyediakan bahan-bahan kebutuhan pokok masyarakat, meningkatkan
kemakmuran bangsa, meningkatkan pendapatan masyarakat, menyediakan
lapangan kerja, menaikkan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.
Sektor industri diyakini sebagai sektor yang memimpin sektor-sektor lain
dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Hal ini disebabkan karena
(produsen, penyalur pedagang dan investor) lebih suka bergerak dalam
bidang industri karena sektor ini memberikan marjin keuntungan yang lebih
menarik (Hidayat, 2004:13).
Pertumbuhan output industri dalam suatu negara tentunya tergantung
pada permintaan internal (domestik) dan permintaan eksternal (ekspor).
Perkembangan output industri manufaktur dari permintaan internal dapat
dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto, sedangkan untuk
permintaan eksternal dapat dilihat dari perkembangan ekspornya dari masing
masing jenis industri tersebut. Pada Intinya dengan mengetahui output sektor
industri tersebut, hal tersebut sudah menggambarkan kondisi sektor industri
di Indonesia.
Dengan kontribusi hampir 30 persen pada tahun 2009 terhadap Produk
Domestik Bruto, industri manufaktur merupakan salah satu kelompok sektor
industri utama pendorong pertumbuhan ekonomi. Selain kontribusi sektor
industri tersebut, besarnya pangsa ekspor pada industri manufaktur,
penyerapan tenaga kerja pada industri tersebut juga menempati urutan atas.
Sehingga membaik atau tidaknya industri manufaktur memberikan dampak
yang nyata terhadap penyerapan tenaga kerja, ekspor, maupun ekonomi
secara keseluruhan (Laporan Kinerja Makro Sektor Industri
KEMENPERIN,2013:12).
Setelah mengetahui kontribusi dari sektor industri manufaktur
Indonesia, terdapat pula kontribusi dari masing– masing jenis sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Berikut ini adalah kontribusi dari
masing–masing sektor industri terhadap PDB pada tabel 1.1.
[image:25.595.117.510.221.561.2]Tabel 1.1
Kontribusi Masing–Masing Industri Manufaktur Terhadap PDB di Indonesia Tahun 2007–2011
( dalam %)
Sumber : BPS, 2012 (data diolah)
Dari tabel 1.1 menjelaskan tentang kontribusi dari masing–masing industri di Indonesia terhadap produk domestik bruto. Kontribusi terbesar
dari tahun 2007 – 2011 ada pada industri makanan, minuman, dan tembakau. Kontribusi pada kelompok industri tersebut tinggi karena
banyaknya jumlah unit usaha kecil dan perusahaan besar – menengah yang memproduksi outputdari jenis industri tersebut. Kontribusi terbesar
Tahun Jenis Industri
Makanan, minuman,dan tembakau
Tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki
Kertas dan barang cetakan
Alat angkutan,
dan mesin
perlengkapan Pupuk, kimia, dan barang dari karet
2007 29,8 10,56 5,12 28,69 12,5
2008 30,40 9,21 4,56 28,97 13,53
2009 33,16 9,19 4,82 27,33 12,85
2010 33,6 8,97 4,75 28,14 12,73
minuman, dan tembakau. Perkembangan tertinggi tercatat pada tahun 2011
sebesar 35,2%, sempat terjadi penurunan pada tahun sebelumnya, yakni
33,6% . Disusul oleh jenis industri selanjutnya yakni alat angkutan dan
mesin perlengkapan yang sempat tercatat mencapai perkembangan
kontribusi terhadap PDB pada tahun 2008 sebesar 28,97%, dan yang
terakhir adalah industri pupuk kimia memiliki kontribusi tertinggi pada
tahun 2008 sebesar 13,53% (Laporan Kinerja Makro Sektor Industri
KEMENPERIN, 2012:17-18).
Kondisi sektor industri di Indonesia secara makro juga terlihat
pula pada perkembangan ekspornya. Perkembangan ekspor sektor industri
di Indonesia juga ikut menentukan kinerja dari sektor industri tersebut.
[image:26.595.110.518.195.737.2]berikut ini adalah kontribusi ekspor sektor industri pada tabel 1.2.
Tabel 1.2
Perkembangan Ekspor Sektor Industri Manufaktur di Indonesia Tahun 2009–2011 (USD Juta)
Tahun
2009 2010 2011
Jenis Industri Nilai Ekspor (USD Juta)
Jenis Industri Nilsi Ekspor
(USD Juta)
Jenis Industri Nilsi Ekspor
(USD Juta)
Pengolahan Kelapa Sawit
10.476,8 Pengolahan Kelapa Sawit
17.253,8 Pengolahan Kelapa Sawit
23.179,2
Tekstil 9.790,1 Tekstil 11.205,5 Tekstil 13.324,1
Besi, Baja, dan Mesin Otomotif
9.606,9 Besi, Baja, dan Mesin Otomotif
10.840,0 Besi, Baja, dan Mesin Otomotif
13.194,4
Pengolahan Karet 6.179,9 Pengolahan Karet 9.522,6 Pengolahan Karet 14.540,4
Sumber : BPS, 2012 (data diolah)
Data pada tabel 1.2 menjelaskan tentang perkembangan ekspor pada
12 sektor industri yang berorientasi pada ekspor. Dalam data tersebut pada
tiga tahun terakhir, yakni tahun 2009 – 2011, urutan pertama industri pengolahan atau manufaktur yang memiliki nilai ekspor tertinggi adalah
industri pengolahan kelapa sawit. Industri tersebut mengalami nilai ekspor
tertinggi pada tahun 2011, sebesar 23.179,2 juta USD. Selanjutnya pada
urutan kedua dalam 2 tahun terakhir hingga tahun 2011 nilai ekspor sebesar
11.205,5 Juta USD. Pada tahun berikutnya di tahun 2011 industri tekstil
mengalami peningkatan nilai ekspor dari tahun sebelumnya sebesar 13.324,1
juta USD. Penurunan yang terjadi pada industri tersebut disebabkan oleh
turunnya permintaan negara – negara tujuan ekspor utama, sebagai dampak krisis ekonomi khususnya di Amerika dan Eropa. Selain itu penurunan nilai
ekspor juga terjadi di negara – negara kawasan ASEAN dan negara asia Pengolahan Tembaga dan Timah 6.156,0 Pengolahan Tembaga dan timah 6.506,0 Pengolahan Tembaga dan timah 7.501,0
Pulp dan Kertas 4.440,5 Pulp dan Kertas 5.708,2 Pulp dan kertas 5.769,0 Kimia Dasar 4.492,5 Kimia Dasar 4.577,7 Kimia Dasar 6.119,8 Pengolahan Kayu 4.485,1 Pengolahan kayu 4.280,3 Pengolahan
kayu
4.474,7
Makanan dan Minuman
2.3748 Makanan dan Minuman
3.219,6 Makanan dan Minuman
4.504,0
Kulit, Barang Kulit, dan Sepatu
2.006,6 Kulit, Barang Kulit, dan Sepatu
2.665,6 Kulit, Barang Kulit, dan
Sepatu
3.450,9
Alat–alat Listrik 2.148,9 Alat–Alat listrik 2.657,9 Alat–Alat Listrik
negara tujuan ekspor, sehingga diperlukan alternatif pasar baru di wilayah
lainnya (Laporan Kinerja Makro Sektor Industri KEMENPERIN, 2012:
19-20).
Penyerapan tenaga kerja merupakan salah satu ukuran seberapa besar
[image:28.595.117.510.242.746.2]jumlah tenaga kerja yang terserap dalam masing – masing jenis industri di Indonesia. Jumlah tenaga kerja yang terserap dalam industri tersebut ada pada
tabel 1.3 berikut
Tabel 1.3
Jumlah Tenaga Kerja Industri Manufaktur Menurut Subsektor di Indonesia Tahun 2009–2010
Tahun 2009 2010 Jenis Industri Manufaktur Jumlah Tenaga Kerja (Jiwa) Jenis Industri Manufaktur
Jumlah Tenaga Kerja (Jiwa)
Makanan dan Minuman 714.550 Makanan dan Minuman
745.618
Tembakau 336.178 Tembakau 327.865
Tekstil dan Pakaian Jadi
962.782 Tekstil dan Pakaian Jadi
1.0069.940
Kulit dan Barang dari Kulit
227. 204 Kulit dan Barang dari Kulit
225.481
Kertas dan Barang dari Kertas
121.500 Kertas dan Barang dari Kertas
126.379
Penerbitan, Percetakan, dan reproduksi
41.663 Penerbitan, Percetakan, dan reproduksi
44.915
Mesin dan
Perlengkapannya
37.738 Mesin dan Perlengkapannya
74.751
Peralatan Alat Tulis Kantor
2. 892 Peralatan Alat Tulis Kantor
Sumber:BPS,2012 (data diolah)
Pada tabel 1.3 tahun 2009 – 2010 menjelaskan tentang penyerapan jumlah tenaga kerja pada industri tekstil dan pakaian jadi. Pada tahun 2009
penyerapan jumlah tenaga kerja pada industri tekstil dan pakaian jadi adalah
962.782 jiwa dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan cukup tinggi pada
penyerapan jumlah tenaga kerja sebesar 9.108.872 jiwa dari tahun
sebelumnya. Selanjutnya subsektor yang memiliki penyerapan tenaga kerja
tinggi setelah industri tekstil dan pakaian jadi adalah industri makanan dan
minuman. Pada tahun 2009 penyerapan tenaga kerja pada industri tersebut
adalah 714.550 jiwa dan pada tahun 2010 adalah 745.618 jiwa. Selisih dari
dua industri tersebut tidaklah sangat jauh yaitu sebesar 31.068 jiwa.
Salah satu komoditas dalam industri manufaktur yang menjadi
komoditas pilihan dalam hal daya saing adalah Tekstil dan Produk Tekstil
(TPT). Indikator utama pada industri tersebut adalah dari penyerapan tenaga
kerja. Hal tersebut dapat dikatakan karena TPT adalah salah satu subsektor
yang paling tinggi dalam hal penyerapan tenaga kerja dibanding subsektor
Mesin Listrik dan Perkembangan Lainnya
100.442 Mesin Listrik dan Perkembangan Lainnya
8.0611
Radio, Televisi, dan peralatan Komunikasi
130.173 Radio, Televisi, dan peralatan
Komunikasi
134.414
Peralatan Kedokteran, Alat Ukur, dan navigasi
19.938 Peralatan
Kedokteran, Alat Ukur, dan navigasi
20.805
Kendaraan Bermotor 85.362 Kendaraan Bermotor
92.999
Alat angkutan dan peralatan lainnya
81.761 Alat angkutan dan peralatan lainnya
Secara umum, Industri tekstil diklasifikasikan dalam KBLI
(Klasifikasi Baku Lapangan Industri) atau dalam klasifikasi internasional
ISIC (International Standard Industry Classification) ada pada nomor 321
dan 322 (kode tiga digit) hingga pada tahun 1999. Pembaruan terus terjadi
seiring dengan permintaan jenis industri tekstil yang bertambah sehingga
terakhir di tahun 2009 hingga saat ini kode industri tekstil berada pada nomor
17 dan 18 dengan berbagai jenisnya. Proses penyempurnaan tekstil ada pada
tiga tahapan, diantaranya yaitu; Weaving (Pertenunan), Knitting (Perajutan),
dan Finishing (Penyelesaian). Sejak itu kemajuan tekstil terus berkembang
setelahnya dipengaruhi oleh negara– negara lain, seperti Belanda, China dan India. Awal mulanya industri tekstil skala kecil menggunakan alat tenun
tradisional, namun seiring dengan berkembangnya teknologi dan munculnya
perusahaan –perusahaan besar, kini tekstil sudah menggunakan mesin tenun industri.
Kualitas produksi tekstil yang bagus dan memiliki harga yang tinggi
adalah produk tekstil yang terbuat dari sutra, berasal dari ulat sutera. Jenis ini
memiliki daya jual yang tinggi karena memiliki kilau dan kehalusan yang
tidak dimiliki oleh jenis lain dan dapat menyesuaikan dengan temperatur
udara. Selanjutnya, zat pewarnaan tektil yang memiliki daya jual tinggi
apabila menggunakan zat pewarnaan yang alami dibanding zat kimia buatan,
Setelah ditelusuri, kapas yang digunakan sebagai bahan baku utama
oleh industri tekstil di indonesia, hingga tahun 2012 Indonesia masih
mengimpor kapas sebesar 99,2% per tahun untuk kebutuhan nasional industri
tekstil di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan kualitas tekstil tidak dapat
tumbuh dengan baik di Indonesia karena bahan baku kapas masih diimpor
dari China, sehingga biaya input untuk memproduksi produk tersebut akan
sangat tinggi. Dari permasalahan di atas, kelangkaan input masih menjadi
kendala utama dalam menghasilkan output yang baik bagi Industi tekstil di
Indonesia (www.kemenperin.go.id, 2013).
Kondisi Pertekstilan di Indonesia dapat dilihat dari hasil kinerja
industri tersebut. Bagaimana peningkatan dari indikator yang ada pada hasil
kinerja sektor industri di Indonesia. Berikut ini adalah data hasil kinerja
[image:31.595.42.575.218.689.2]tekstil di Indonesia dari tahun 2006–2010.
Tabel 1.4
Hasil Kinerja Industri Tekstil Pada Komoditas Barang Jadi Tekstil di Indonesia Tahun 2006 -2010
Sumber : Kemenperin,2010 Tahun JumlahPerusahaan
(Unit) Nilai Produksi (Ribu Rupiah) Utilisasi (%) Nilai Input
(Ribu Rupiah) Nilai Output (Ribu Rupiah) Nilai Tambah (Ribu Rupiah) Jumlah Tenaga Kerja Trend Output
2006 224 4.275.019.000 76,6 2.850.503.000 4.342.083.000 1.491.579.000 22.040
-2007 217 4.044.133.000 73,1 2.749.893.000 4.133.323.083 1.383.429.000 3.020 -4,81%
2008 216 1.689.606.000 72,5 1.236.862.900 1.827.944.000 591.081.000 2.060 -55,77%
2009 192 85.799.6201 68,7 549.925.300 931.847.000 38.192.1650 15.091 -49,02%
Dilihat dari hasil kinerja industri tekstil di Indonesia pada tabel 1.4,
kelompok komoditas barang jadi dari Tekstil hasil tersebut menunjukkan
bahwa unit perusahaan industri tekstil dalam mengahsilkan outputnya dari
tahun 2006 hingga tahun 2008 selalu mengalami penurunan. Terlihat dari
Trend perkembangannya dari tahun 2006 – 2007 hanya sebesar -4,81%, penurunan secara drastis terjadi pada tahun 2007 – 2008 hingga mencapai -55,77% . Trend kembali stabil setelah krisis global di tahun 2009, sehingga
kenaikan trend dari tahun 2008 – 2009 menjadi -49,02%, dan meningkat hingga tahun 2010 menjadi 14,87%. Output industri tersebut mengalami
penurunan, karena banyaknya alat atau mesin tekstil di indonesia dalam
industri besar yang kurang menunjang, hal tersebut terlihat permesinan yang
sudah tua dan seharusnya diganti yang menyebabkan tenaga kerja mengalami
penurunan pada tahun 2007 dan 2008, yaitu 3.020 jiwa dan 2.60 jiwa tenaga
kerja. Selain itu masuknya produk–produk tekstil dari China dengan kualitas yang baik dan lebih murah, mengakibatkan daya saing perusahaan lebih
rendah dan mengakibatkan perusahaan tersebut gulung tikar. Terlihat dari
jumlah unit perusahaan barang jadi tekstil yang tertera pada tabel 1.4 dari
tahun 2006 hingga tahun 2010 mengalami penurunan terus menerus
(www.kemenperin.go.id).
Dari pemaparan sebelumnya mengenai daya saing ekspor, telah
dibahas nilai ekspor masing – masing jenis industri, dan industri tekstil merupakan salah satu komoditas yang berorientasi pada ekspornya.
2010 dengan nilai ekspor mencapai 11.205,5 juta USD. Pasar Tekstil dan
Produk Tekstil (TPT) bagi Indonesia adalah Amerika Serikat. Hal tersebut
dapat dilihat dari persentase masing masing negara tujuan ekspor Tekstil dan
Produk Tekstil (Saidi;272,2013). Pada tabel 1.5 berikut akan dijelaskan pula
[image:33.595.117.508.218.726.2]ekspor komoditas TPT pada negara tujuan.
Tabel 1.5
Ekspor Komoditas Tekstil dan Produksi tekstil (TPT) Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun 2012
Nilai Ekspor Komoditas tekstil di Indonesia Negara tujuan ekspor komoditas tekstil Ekspor Komoditas tekstil pada negara tujuan (dalam%) Nilai Ekspor Komoditas Tekstil Menurut negara Tujuan
11.205,5 juta USD
United States 34% 3.809,87 Juta USD
Japan 9% 10.08,495 Juta USD
Germany 5% 560,275 Juta USD
Turkey 5% 560,275 Juta USD
Koreas, republic, Of
5% 560,275 Juta USD
China 4% 448,22 Juta USD
United Arab Emirates
3% 336,165 Juta USD
United Kingdom 3% 336,165 Juta USD
Brazil 3% 336,165 Juta USD
Negara–negara Lainnya
29% 324,945
Pada negara Amerika Serikat dapat menyerap hasil produksi Tekstil
dan Produksi Tekstil (TPT) adalah sebesar 34%, yakni dengan nilai ekspor
komoditas Indonesia sebesar 3.809,87 Juta USD . Sementara negara Korea, China, dan Inggris adalah tiga negara dengan persentase terkecil yang dapat
menyerap hasil produksi ekspor sebesar 3%, yakni 336,165 juta USD. Negara
– negara tersebut terlihat pada tabel 1.6. Semenjak tanggal 1 Januari 2005 semua hambatan yang ada dalam Agreement on Textile and Clothing (ATC)
sudah tidak diberlakukan. Semua bentuk pembatasan dan kuota yang berada
diluar peraturan WTO (World Trade Organization) dan GATT (General
Agreement on Tariffs and Trade) tidak berlaku. Sejak saat itu juga bentuk
hambatan berupa kuota yang diberlakukan oleh Amerika Serikat sudah tidak
berlaku lagi. Dengan dihapuskannya kuota perdagangan TPT (Tekstil dan
Produk Tekstil) AS tentu akan menyebabkan banyaknya komoditas dan
pemain baru di pasar utama TPT (Tekstil dan Produk Tekstil). Dengan
demikian iklim persaingan untuk komoditas TPT di AS akan semakin ketat
(Saidi,2013:272).
Lebih dari 85 persen kebutuhan kapas untuk industri tekstil Indonesia
diimpor dari Australia, Amerika Serikat, Cina, India, Pakistan, Tanzania, dan
lainnya. Hal ini karena tanaman kapas belum dapat dibudidayakan secara
maksimal di dalam negeri, atau dapat dikatakan kelangkaan sumber daya
alam berupa kapas, menjadi kendala dalam menghasilkan Tekstil dan Produk
Maka dapat dikatakan apabila harga kapas yang menjadi bahan baku
kapas tinggi, maka nilai bahan baku untuk memproduksi tekstil tersebut akan
tinggi pula, karena masih impornya bahan baku berupa kapas pada beberapa
negara, walaupun bahan baku ada sedikit yang didapat dari dalam negeri
(lokal). Pada tabel 1.6 merupakan data mengenai nilai bahan baku pada tahun
[image:35.595.118.513.221.575.2]2008 -2012.
Tabel 1.6
Nilai Bahan Baku Industri Tekstil di Indonesia Pada
Tahun 2008 - 2012
Sumber : BPS, 2012 (data diolah)
Pada tabel 1.6 fluktuasi kenaikan nilai bahan baku terus tinggi seiring
bertambahnya tahun, data tersebut tercatat nilai bahan baku tertinggi adapada
tahun 2012 yaitu Rp 28.907.954.456.000, dan sempat mengalami penurunan
nilai bahan baku pada tahun 2010, yakni dengan nilai Rp 24.937.371.734.000.
Sehingga tingginya nilai bahan baku menyebabkan inefisiensi (tidak efisien)
karena ketidaksesuaian alokatif inputnya dalam menghasilkan outputnya
(Pradana,2013:124).
Tahun Nilai bahan Baku (Rp) 2008 18.387.291 .306. 000 2009 18.630.873 .497 .000 2010 12.570.757 .313 .000 2011 24.937.371 .734 .000
Pada data pada tabel 1.7 merupakan Nilai Bahan Bakar pada tahun
[image:36.595.116.515.206.568.2]2008 – 2012, yang akan menggambarkan ketersediaan bahan bakar sesuai dengan nilai bahan bakar dari tahun tersebut.
Tabel 1.7
Nilai Bahan Bakar Industri Tekstil di Indonesia Pada Tahun 2008 - 2012
Tahun Nilai Bahan Bakar (Rupiah)
2008 1.813.593.409 .000
2009 2.006.763.182. 000
2010 1.462.175.879 .000
2011 2.790.862.638 .000
2012 3.367.709.408.000
Sumber : BPS, 2012 (data diolah)
Pada data tabel 1.7 menjelaskan tentang nilai bahan bakar dari tahun
2008 – 2012 dari tahun – tahun tersebut nilainya selalu naik. Penurunan sempat terjadi pada tahun 2010, yakni Rp 1.462.175.879 .000, setelah itu terjadi kenaikan kembali hingga tahun 2012. Selanjutnya, faktor yang mempengaruhi dan tidak kalah pentingnya adalah tenaga kerja.
Berikut ini adalah data jumlah tenaga kerja pada industri tektil yang
berkontribusi dalam hal produksi outputtersebut. Data tersebut ada pada tabel
Tabel 1.8
Jumlah Tenaga Kerja Industri Tekstil di Indonesia Pada Tahun 2008 - 2012
Tahun
Jumlah Tenaga Kerja (Jiwa)
2008 495.221
2009 473.070
2010 578.595
2011 612.668
2012 593.932
Sumber : BPS, 2012 (data diolah)
Pada data tabel 1.9 tercatat bahwa jumlah tenaga kerja terjadi
kenaikan pada tahun 2011, yakni 612.668 jiwa, namun pada tahun 2012
terjadi penurunan kembali yaitu menjadi 593.932 jiwa. Tenaga kerja yang ada
dalam data tersebut adalah tenaga kerja produksi, dan sangat berpengaruh
positif dalam menghasilkan output. Dalam penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Stigler, menjelaskan bahwa labour (tenaga kerja) memiliki
pengaruh positif dalam menghasilkan produksi output, sekaligus skala
pengembalian dalam tingkat efisiensinya. Namun, bagaimanapun tenaga kerja
ahli juga berpengaruh dalam menghasilkan output dalam hal kualitasnya
(Stigler, 2014:3).
Berdasarkan pemaparan dari fenomena- fenomena latar belakang
B. Perumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang, industri tekstil dan produk tekstil
memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian nasional, hal tersebut
diyakini karena kontribusi industri manufaktur yang tertinggi dari komponen
industri lainnya adalah industri tekstil dan produk tekstil. Di sisi lain pula
daya saing industri pada nilai ekspor sudah masuk pada jajaran komoditas
yang berorientasi ekspor di Indonesia, dan merupakan salah satu industri
yang memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja teringgi di Indonesia.
Namun, Permasalahannya adalah ketidaksesuaian alokasi input yang
dihadapi karena berkaitan dengan teori dalam hal pengambilan sumber daya
dan faktor lain yang terdapat dalam input industri tersebut. Sumber daya yang
terbatas seperti, bahan baku yang masih langka karena tingginya tingkat
impor, tenaga kerja, serta tingkat efisiensi output yang baik untuk
mendapatkan nilai tambah masih menjadi masalah utama dalam berjalannya
kinerja industri tekstil di Indonesia.
Penurunan jumlah perusahaan dalam industri tekstil tinggi yang
disebabkan oleh kebijakan – kebijakan pemerintah seperti kenaikan BBM, dan tarif dasar listrik sebagai komponen input utama yang dapat
menyebabkan biaya produksi tinggi, dan membuat perusahaan menghadapi
harga tekstil yang kurang kompetitif dan mengakibatkan perusahaan bangkrut
Rumusan Masalah : Output industri tekstil khususnya di Indonesia
dipengaruhi ketersediaan bahan bakar yang dibutuhkan, fluktuasi bahan baku,
dan ketersediaan tenaga kerja ahli yang ada pada industri tersebut.
Berdasarkan rumusan di atas, maka dapat disimpulkan pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Berapa besar pengaruh nilai bahan baku secara parsial
terhadap output industri tekstil di Indonesia?
2. Berapa besar pengaruh nilai bahan bakar secara parsial
terhadap output industri tekstil di Indonesia?
3. Berapa besar pengaruh jumlah tenaga kerja secara parsial
terhadap output industri tekstil di Indonesia?
4. Berapa besar pengaruh nilai bahan baku, bahan bakar dan
jumlah tenaga kerja terhadap industri tekstil di Indonesia
secara simultan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh nilai bahan baku secara parsial
terhadap output industri tekstil di Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh nilai bahan bakar secara parsial
3. Untuk mengetahui pengaruh jumlah tenaga kerja secara
parsial terhadap industri tekstil di Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengaruh nilai bahan baku, bahan bakar,
dan jumlah tenaga kerja terhadap industri tekstil di Indonesia
secara simultan.
D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan kontribusi sebagai bahan pertimbangan
pemerintah dan industri dalam menetapkan kebijakan untuk
memajukan sektor industri tekstil di Indonesia.
2. Memberikan informasi kepada peneliti selanjutnya sebagai
bahan referensi untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut
terhadap industri tekstil di Indonesia.
3. Sebagai wawasan dan pengetahuan mengenai perkembangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Teori industrialisasi
a) Pengertian Industri
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) industri merupakan
kegiatan ekonomi yang mengubah barang jadi dan barang kurang
nilainya menjadi barang yang lebih nilainya (BPS dalam
Hidayat,2011;20).
Istilah industri memiliki dua arti. Pertama, Industri bisa berarti
himpunan perusahaan – perusahaan yang sejenis. Kedua, Industri dapat pula merujuk ke suatu sektor ekonomi yang di dalamnya
terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang mentah menjadi
barang jadi atau barang setengah jadi. Kegiatan pengolahan itu
sendiri, bersifat masinal, elektrikal, atau bahkan manual (Dumairy
dalam Agustineu, 2004;25).
Selanjutnya, menurut G. Kartasapoetra (dalam Hidayat,2011)
pengertian industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah
baha baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang
Pengertian industri dalam teori ekonomi berbeda dengan
pengertian industri secara umum. Dalam pengertian industri secara
umum adalah perusahaan yang menjalankan operasi dalam bidang
kegiatan ekonomi yang tergolong ke dalam sektor sekunder. Kegiatan
tersebut antara lain contohnya adalah pabrik tekstil, pabrik perakit
atau pembuat mobil, dan pabrik pembuat minuman ringan. Dalam
teori ekonomi istilah industri pada hakikatnya berarti kumpulan firma
– firma yang menghasilkan barang yang sama atau sangat bersamaan yang terdapat dalam suatu pasar. Sebagai contoh bila ada industri
mobil, maka yang dimaksud adalah berbagai perusahaan mobil yang
ada dalam pasar yang dianalisis (Sukirno;194,2010).
Sektor industri pengolahan yakni, mencakup semua
perusahaan atau usaha yang melakukan kegiatan mengubah barang
dasar menjadi barang jadi atau setengah jadi dan barang yang kurang
nilainya menjadi barang yang tinggi nilainya. Termasuk dalam sektor
ini adalah perusahaan yang melakukan kegiatan jasa industri dan
pekerjaan perakitan (assembling) dari suatu industri (BPS,2007).
Perusahaan adalah setiap organisasi yang mengubah masukan menjadi
keluaran (Nicholson;215,1995).
Sektor industri pengolahan dikelompokkan ke dalam empat golongan
yang disasarkan pada banyaknya pekerja, yaitu (BPS, 2007):
2. Industri sedang bertenaga kerja 20-99 orang
3. Industri kecil bertenaga kerja 5-19 orang
4. Industri rumah tangga bertenaga kerja 1-4 orang.
b) Macam–Macam Industri
Dari pengertian industri tersebut maka dapat diklasifikasikan
pula jenis – jenis industri berdasarkan beberapa kriteria yang ada. Menurut SK Menteri Perindustrian no 19/M/SK/I/1986, tanggal 24
Januari 1986, jenis – jenis kegiatan industri dapat diklasifikasikan berdasarkan; bahan baku, jumlah tenaga kerja, produkstifitas per
orangan, pemilihan lokasi, dan lain–lain.
1. Macam – Macam Industri Berdasarkan Besar atau Kecilnya modal
a. Industri Padat Modal
Industri Padat Modal adalah Industri yang dibangun
dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan
operasional maupun pembangunannya.
b. Industri Padat Karya
Industri padat karya adalah industri yang lebih
dititikberatkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau
pekerja dalam pembangunan dan pengoperasiannya.
a. Industri Kimia Dasar
Industri Kimia dasar adalah suatu bagian dari kimia
terapan yang berhubungan dengan optimasi,
pengembangan dan pengetahuan kimia dasar proses
yang digunakan dalam industri untuk memproduksi
bahan kimia atau produk kimia. Contoh Industri
Kimia, meliputi: industri semen, obat – obatan, pupuk, dan kertas.
b. Industri Mesin dan Logam Dasar
Industri Mesin dan Logam Dasar merupakan industri
yang mengolah bahan mentah logam menjadi mesin
berat atau rekayasa mesin perakitan, contohnya
meliputi; pesawat terbang, radio, televisi, kulkas, dan
lain- lain.
c. Industri Kecil
Industri kecil merupakan industri yang memiliki
tenaga kerja berjumlah sekitar 5 hingga 19 orang, dan
industri tersebut memiliki modal yang relatif kecil.
Bisanya tenaga kerja yang ada masih dalam
lingkungan tempat tinggal ataupun saudara. Contoh
minyak, industri batu- bata, dan industri makanan
ringan.
d. Aneka Industri
Aneka industri merupakan industri yang tujuannya
untuk menghasilkan barang – barang untuk kehidupan sehari hari. Contoh dari aneka industri
diantaranya;industri tekstil, industri alat listrik, industri
pangan, dan industri bahan–bahan bangunan.
3. Jenis–jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
a. Industri Rumah Tangga adalah industri yang jumlah
karyawan atau tenaga kerjanya berjumlah antara 1-4
orang.
b. Industri Kecil adalah industri yang jumlah karyawan
atau tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.
c. Industri Sedang atau industri menengah adalah industri
yang jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah 100
orang atau lebih.
4. Pembagian atau Penggolongan industri berdasarkan
a. Industri yang berorientasi pada pasar (market oriented
industry)
Industri yang berorientasi pada pasar adalah industri
yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target
konsumen. Industri ini akan mendekati kantong –
kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin
dekat dengan pasar maka semakin baik.
b. Industri yang berorientasi pada tenaga kerja (Labour
Oriented Industry)
Industri yang berorientasi pada tenaga kerja adalah
Industri yang dekat dengan pemukiman penduduk karena
biasanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak
pekerja untuk lebih efektif dan efisien.
c. Industri yang menitikberatkan pada bahan baku (Supply
Oriented Industry)
Industri yang berorientasi pada bahan baku adalah industri
yang mendekati lokasi dimana bahan baku berada
memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
d. Industri yang tidak terkait dengan persyarata lain
Industri yang tidak terkait oleh persyaratan lain adalah
jenis industri sebelumnya. Industri dapat didirikan dimana
saja , karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya
sangat luas serta dapat ditemukan dimana saja. Contoh
dari industri tersebut adalah industri elektronik, industri
lokomotif, dan indutri transportasi.
5. Jenis–jenis Industri berdasarkan Proses Produksi
a. Industri Hulu
Industri hulu adalah industri yang mengolah bahan
mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini
sifatnya hanya menyediakan bahan bakuuntuk
kegiatan industri yang lain. Contoh industri tersebut
diantaranya, industri kayu lapis, industri alumunium,
industri pemintalan, dan industri baja.
b. Industri Hilir
Industri yang mengolah barang setengah jadi sehingga
barang yang yang dihasilkan dapat langsung dipakai
atau dinikmati konsumen. Contoh industri tersebu
diantaranya adalah industri pesawat terbang, industri
6. Macam–Macam Industri berdasarkan produktivitas perorang
a. Industri primer adalah industri yang berang – barang produksinya bukan hasil barang olahanlangsung atau
tanpa diolah terebh dahulu. Contoh dari industri tersebut
adalah produksi pertanian, produksi peternakan,
perikanan dan sebagainya.
b. Industri Sekunder adalah industri yang mengolah bahan
mentah, dan bahan mentah tersebut dapat diolah kembali
(barang setengah jadi). Contoh dari industri tersebut
diantaranya adalah pemintalan benagn sutera, komponen
elektronik, dan sebagainya.
c. Industri Tersier adalah industri yang produk atau
barangnya berupa layanan jasa. Contoh dari industri
tersebut adalah telekomunikasi, transportasi, perawatan
kesehatan, dan sebagainya.
c) Konsep Industrialisasi
Dari pengertian industri dan ruang lingkupnya, adapun beberapa
konsep industrialisasi secara definitif, yang menjelaskan pola hubungan
perekonomian dengan industrialisasi secara umum dalam ruang lingkup
ekonomi pembangunan, yang berawal dari transformasi struktural.
dalam menghasilkan output dapat terukur melalui modernisasi dan
produktivitasnya.
Industrialisasi adalah mekanisme yang memungkinkan
perekonomian negara terbelakang mentransformasi struktur
peekonomian dalam negeri mereka dari sesuatu yang berat, seperti
pertanian tradisional untuk mencukupi kebutuhan sendiri, kepada suatu
perekonomian yang lebih modern, mengarah ke kota, dan beraneka di
bidang industri dan jasa–jasa (Todaro,1997:75).
Peran industrialisasi bagi perekonomian nasional yaitu dapat
terlihat dari sumbangan sektor industri terhadap PDB cukup besar dan
menunjukkan peningkatan dalam 27 tahun terakhir (BPS,2011).
Dalam sejarahnya, seluruh industri yang ada di Indonesia saat ini
bukanlah industri yang dapat berdiri sendiri sesuai dengan kebutuhan
ekonomi dalam negeri, melainkan karena permintaan dan kebutuhan
ekspansi modal asing. Sampai saat ini Indonesia masih harus membeli
bahan mentah ataupun setengah jadi dari teknologi luar. Industri di
Indonesia pada awalnya hanya menyentuh sektor primer (Pertanian),
dengan teknologi yang minim, sehingga produktivitas dan upah yang
diterima oleh buruh sangatlah rendah. Hal tersebut terjadi di Indonesia
pada masa kolonial dalam UU Agraria tahun 1980, karena sejak saat
modal asingnya terutama pada industri manufaktur
(Basundro,2001:133).
Selanjutnya, Kurtowidjoyo berpendapat, bahwa industri merupakan
suatu variabel pendorong perubahan sosial dalam abad –abad terakhir. Sehingga dengan hadirnya industri tersebut dapat membedakan antara
masyarakat modern dengan masyarakat agraris. Menurutnya
transformasi sosial merupakan hal yang tak mungkin terelakkan lagi
untuk menciptakan masyarakat industri, namun perlu pembatasan
bahwa industrialisasi bukanlah merupakan sistem yang unineal,
melainkan suatu evolusi yang multineal
(Kurtowijoyo,1991;Basundro;133,2001).
Proses pertumbuhan ekonomi juga dikemukakan oleh Rostow yang
meliputi proses peekembangan industrialisasi di negara – negara berkembang, diantaranya masyarakat tradisional, prasyarat untuk
tinggal landas, tinggal landas, dewasa (maturity), dan masa konsumsi
massal. Perkembangan industri secara meluas dapat terlihat pada
tinggal landas, dimana Rostow mendefinisikan tinggal landas sebagai
revolusi industri yang bertalian secara langsung dengan perubahan
radikal secara langsung dengan perubahan pesat di dalam metode
produksi dalam jangka waktu singkat menimbulkan konsekuensi yang
Sektor tersebut diantaranya, pertumbuhan sektor primer;
kemungkinan inoasi atau menggarap sumber baru atau yang belum
tergarap menghasilkan laju pertumbuhan tinggi dari sektor perekonian
lainnya. Tekstil katun di Britania dan Inggris baru pada tahap awal
pertumbuhannya masuk dalam kategori ini. Sektor Pertumbuhan
Suplementer; pertumbuhan pesat yang terjadi sebagai konsekuensi
perkembangan sektor pertumbuhan primer tersebut. Pembangunan
kereta api merupakan sektor primer, perluasan industri besi, batu bara
dan baja dianggap pertumbuhan seplementer. Sektor Pertumbuhan
turunan; Pertumbuhan yang terjadi “ dalam kaitan yang agak tetap
dengan pertumbuhan di bidang pendapatan nasional, produksi industri,
atau beberapa variabel lain yang agak cepat, contohnya produksi
makanan dan pembangunan perumahan dalam hubungannya dengan
penduduk (Jhingan,2004:142 - 143).
Rostow menjelaskan kembali, bahwa pertumbuhan cepat sektor –
sektor utama tergantung pada adanya 4 faktor dasar diantarnya;
Pertama, adanya kenaikan permintaan efektif terhadap produk sektor–
sektor tersebut, yang biasanya dicapai melalui pengurangan konsumsi,
impor modal atau melalui peningkatan tajam secara nyata. Kedua,
pengenalan fungsi produksi baru dan perluasan kapasitas sektor
Schumpeter lebih lanjut mengutarakan pola perubahan ekonominya
dengan teori ekonom melalui Teori Sirkuler dalam Ekonomi
Pembangunan, bahwa Perubahan dalam kehidupan ekonomi yang
spontan dan terputus– putus ini tidak dapat dipaksaksan dari luar akan tetapi timbul atas inisiatif perekonomian sendiri dan muncul di atas
cakrawala kehidupan perdagangan dan industri. Kombinasi baru
peletakan unsur pembangunan memungkinkan membuat kondisi
pembangunan semakin mantap. Unsur – unsur tersebut diantaranya adalaha sebagai berikut: Pertama, Inovasi. Pada intinya menurut
Schumpeter, pengenalan produk baru dan perbaikan terus – menerus pada produk inilah yang membawa kepada pembangunan. Dalam
industrialisasi hal tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut seperti;
Pengenalan barang baru, penguasaan sumber penawaran baru bahan
mentah atau barang semi manufaktur, dan pembentukan organisasi baru
pada setiap industri seperti penciptaan monopoli. Kedua, Peranan
Inovator. Peranan ini menurut Schumpeter bukanlah diberikan kepada
kaum kapitalis melainkan kepada pengusaha, lebih lanjut Schumpeter
menjelaskan ada dua hal untuk menjalankan fungsi ekonominya untuk
para pengusaha , diantaranya; Pertama, adanya pengetahuan teknologi
dalam rangka memproduksi barang– barang baru.Kedua,Kemampuan mengatur faktor faktor produksi dalam bentuk pinjaman. Menurut
dimanfaatkan, namun pengusaha sudah mulai memanfaatkannya
(Schumpeter dalam Jhingan,2004:126).
Keynes mengutarakan jelas pada teori mengenai konsep multiplier
yang didasarkan pada empat konsep di negara terbelakang yang tinggi,
walaupun banyak dikritisi oleh V.K.R.V. Rao karena belum pernah
mendiskusikan tentang relevansinya pada negara terbelakang. Konsep
Multiplier Keynes didasarkan pada empat teori diantaranya adalah ;
Pengangguran Terpaksa, Suatu Ekonomi Industri dengan kurva
penawaran output miring ke kanan – atas dan baru menjadi vertikal setelah melewati interval yang panjang. Kapasitas lebih pada industri
barang konsumsi, dan Penawaran modal tenaga kerja yang diperlukan
bagi output bersifat elastis. Keynes, melanjutkan penjelasannya bahwa
tanpa adanya kondisi kapasitas lebih industri barang konsumsi, dan
Penawaran modal tenaga kerja yang diperlukan output bersifat elastis,
seperti yang telah diutarakan di atas, maka membuat bekerjanya
multiplier menjadi sulit. Tidak adanya kapasitas lebih pada industri
barang konsumsi dan sifat penawaran modal kerja yang cukup inelastis
menghambat peningkatan volume output industri tersebut dan jumlah
pekerjaan yang dihasilkan di dalamnya (Keynes dalam
Jhingan,2004:140).
Hirschman mengemukakan kegiatan produksi primer kebanyakan
maupun produk nasional bruto. Dalam pendapatan lanjutan Hirschman
menganjurkan untuk mengutamakan industri tahap akhir (Last
Industries). Alasan tersebut dikemukakan karena dalam pembuatan
industri, suatu negara sedang tidak perlu mengusahakan semua tahap
produksi secara serentak, tapi dapat mengimpor pabrik”converting, assembling, dan mixing” bagi proses akhir produk yang hampir jadi.
Industri tahap akhir disebut dengan industri kantong impor (Import
enclave industry). Industri ini lain dengan industri kantong ekspor yang
menghadapi kesulitan besar di dalam memecahkan situasi kantong
tersebut dan dapat memberikan dampak kaitan mundur yang
mendalam. Dampak kaitan mundur adalah penting tidak hanya dari
produksi sekunder kembali ke produksi primer tapi juga dari produksi
tersier kembali ke produksi sekunder dan produksi primer. Kaitan
mundur lahir karena tingginya permintaan. Hirschman menjelaskan
kembali tentang bahwa sebenarnya tidak ada pilihan lain dalam
pengembangan pola industri, yakni substitusi impor dan promosi
ekspor, walaupun pada kenyataannya untuk negara – negara berkembang lebih banyak menggunakan pola subsitusi impor dibandng
dengan ekspor yang tidak memberikan peran penting pada
pembangunan ekonomi mereka.. Dalam strategi tersebut pembangunan
industri akan berlanjut sebagian besar melalui kaitan mundur, yakni
dari industri tahap akhir ke “industri menengah dan industri dasar”
d) Ciri–Ciri Keberhasilan Industrialisasi
Pada konsep industrialisasi telah dijelaskan pengertian dan
pemikiran – pemikiran tentang industrialisasi dari beberapa ahli. Selanjutnya akan diutarakan lebih lanjut, Ciri–ciri keberhasilan proses industrialisasi sebagai tolak ukur atau parameter sejauh mana
industrialisasi berkembang dalam suatu negara. Berikut ini ciri – ciri keberhasilan industrialisasi ;
1. Suatu negara industrialisasi dapat dikatakan berhasil jika di
dalam suatu negara tersebut terjadi Transformasi dari
masyarakat pertanian ke masyarakat industri
(Tambunan,2009:62).
2. Dalam proses industrialisasi, seharusnya pendapatan
perkapita masyarakat naik dan produktivitas meningkat
(Jhingan,2004:143).
3. Apabila suatu negara mengimpor kebutuhan pangannya
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, maka akan
meningkatkan pendapatan per kapita pada negara tersebut
dan terjadi Multiplier effect di luar bukan pada wilayah
4. Industrialisasi yang berhasil syarat akan menaikkan
produktivitas pertanian karena struktur teknologi yang
mulai ke arah yang lebih modern (Jhingan,2004:89).
5. Tolak ukur industrialisasi menurut Rostow (1991:5) adalah
apabila tingkat investasi dan tabungan mencapai 10% dari
pendapatan nasional.
e) Prasyarat Industrialisasi
Mengutip yang telah dikemukakan oleh Rostow, ada beberapa
prasyarat industrialisasi pada tahap tinggal landas, diantaranya adalah
sebagai berikut (Jhingan,2004:145):
1. Kenaikan laju investasi produktif, misalnya dari 5 persen
atau kurang lebih dari 10 persen dari pendapatan nasional
atau produk nasional netto;
2. Perkembangan salah satu atau beberapa manufaktur penting
dengan laju pertumbuhan yang tinggi;
3. Hadirnya secara cepat kerangka politik, sosial dan
organisasi yang menampung hasrat ekspansi di sektor
modern tersebut dan memberikan daya dorong pada
Lewis memberikan penjelasan hal–hal yang perlu dilakukan untuk dapat melakukan industrialisasi, diantaranya adalah sebagai berikut
(Lewis dalam Jhingan,2004:156) ;
1. Peningkatan produksi industrialisasi atas pekerja dalam
sektor pangan
2. Memperbaiki tingkat upah dan pendapatan
3. Memperluas pasar untuk industri
4. Memperlas jalan untuk industri
2. Teori mengenai Output dan Input a. Teori Output dan Input
1. Teori Output
Setelah mengetahui landasan teori tentang industrialisasi,
untuk dapat menghasilkan output tidak akan terlepas dari
adanya fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu skedul
(tabel atau persamaan matematis) yang menggambarkan
jumlah output maksimum yang dapat dihasilkan dari suatu set
faktor produksi tertentu, dan pada teknologi tertentu pula.
Singkatnya fungsi produksi adalah katalog dari kemungkinan
hasil produksi. Faktor produksi dikenal dengan istilah input
dan jumlah produksi disebut juga output (Sukirno;193,2010).
Menurut Adiningsih, Output adalah barang atau jasa yang
dihasilkan dari suatu proses produksi (Adiningsih,1999;3-4).
Selanjutnya Nicholson, menjelaskan kembali mengenai output.
Output adalah keluaran akhir yang dihsilkan dari serangkaian
proses produksi dengan memanfaatkan berbagai masukan
(input) (Nicholson,2002:21).
Nilai Output dalam makroekonomi, adalah akumulasi dari
nilai tambah yang dihasilkan dan nilai barang setengah jadi
pada Gross domestic Product (GDP) (Mankiw,2005:15).
2. Teori Input
Menurut Nicholson, input merupakan faktor – faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan hasil akhir
(output) (Nicholson,2005:31).
Adiningsih menambahkan mengenai teori input,
proses produksi merupakan proses mengubah input (masukan
menjadi output (keluaran). Input dapat berupa barang dan jasa
yang digunakan dalam proses produksi (Adiningsih,1999:3-4).
Selanjutnya, Mandala mendefinisikan tentang teori
input, variabel – variabel yang besaran nilainya untuk menentukan variabel hasil (output) disebut dengan input,
yang termasuk dalam variabel bebas dan output merupakan
variabel dependen (terikat) (Manurung,1999:30).
Mankiw, dalam teori mikroekonominya menjelaskan
kembali, mengenai input. input dapat dijelaskan melalui faktor
– faktor produksi. Faktor produksi merupakan input yang digunakan dalam menghasilkan barang dan jasa
(Mankiw,2005:42).
b. Teori Nilai Bahan Baku
Bahan Baku menurut Mulyadi (2004;15), adalah bahan
yang membentuk bagian integral produk jadi. Bahan baku yang
diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari
pembelian lokal, pembelian impor atau dari pengolahan sendiri.
Nilai bahan baku atau yang dapat didefinisikan sebagai biaya
bahan baku dapat dikelompokkan berdasarkan jenis dari bahan
baku tersebut. Adapun jenis bahan baku menurut Gunawan Adi
Saputro dan Marwan Asri (2012:185);
1. Bahan baku Langsung (Direct Metal)
Semua bahan baku yang merupakan bagian daripada
barang jadi yang dihasilkan. Biaya atau Nilai yang
memiliki hubungan yang erat dengan jumlah barang
yang dihasilkan atau output yang dihasilkan.
2. Bahan baku tak langsung (Indirect Metal)
Bahan baku tak langsung adalah semua bahan baku
yang ikut berperan dalam proses produksi, tetapi tidak
secara langsung tampak pada barang jadi yang dihasilkan
(output).
Bahan baku yang lazim digunakan untuk dapat
memperoleh nilai bahan baku serta ikut berkontribusi
dalam proses produksi hingga menjadi hasil jadi (output)
adalah bahan baku langsung (direct metal). Dari teori
tersebut dapat dikatakan biaya bahan baku adalah harga
pokok bahan yang dipakai dalam produksi untuk membuat
barang. Biaya bahan baku merupakan bagian dari harga
pokok barang jadi yang akan dibuat.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa biaya adalah suatu pengorbanan atau penyerahan
sumber –sumber daya atau ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan
terjadi untuk tujuan tertentu di masa mendatang,
pembelian bahan baku tersebut dapat berupa impor
bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh bahan baku guna mengahasilkan hasil
produksi (output) (Sunarto,2002:5).
c. Teori Nilai Bahan Bakar
Bahan bakar adalah material dengan suatu jenis energi yang
bisa diubah menjadi energi berguna lainnya.bahan bakar dapat
terbakar dengan sendirinya karena kalor dari sumber kalor yang
dihasilkan dari proses pembakaran (Wulan,2010:5).
Ada beberapa jenis bahan bakar yang dikenal di Indonesia,
diantaranya :
1. Minyak Tanah Rumah Tangga
2. Minyak Tanah Industri
3. Pertamax
4. Pertamax Plus
5. Premium
6. Solar Transportasi
7. Solar Industri
8. Minyak Diesel
d. Teori Jumlah Tenaga Kerja
Seluruh Jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja jika
ada permintaan kerja atau pada intinya hal tersebut dapat dikatakan
sebagai Jumlah Tenaga Kerja. Tenaga kerja dapat dilihat dari
produktivitasnya. Untuk definisi kerja, produktivitas merupakan
perbandingan antar hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan
sumber daya (masukan) yang digunakan per satuan waktu. Definisi
kerja ini ini mengandung cara atau metode pengukuran. Walaupun
dalam teori dapat dilakukan, namun dalam kenyataannya dalam
praktek sangat sukar untuk dilakukan, hal tersebut dikarenakan
sumber daya masukan yang dipergunakan umunya dari banyak
macam dan dalam proporsi yang berbeda (Payaman;30,1985).
Produktivitas masing – masing faktor produksi seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, dan bahan mentah, dan SDM
(Sumber daya manusia) sendiri, dapat dilakukan secara bersama –
sama maupun secar sendiri – sendiri. Dalam hal ini peningkatan produktivitas manusia merupakan sasaran strategis karena
peningkatan produktivitas faktor – faktor lain sangat tergantung pada kemampuan tenaga manusia yang memanfaatkaannya (Skill)
(Payaman,1985:31).
Dari segi keahliannya dan pendidikannya, tenaga kerja
1. Tenaga Kerja Kasar adalah tenaga kerja yang tidak
berpendidikan atau rendah pendidikannya dan tidak
memiliki keahlian dalam suatu bidang pekerjaan.
2. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki
keahlian dari pelatihan atau dari pengalaman kerja,
seperti montirmobil,tukang kayu, dan ahli mereparasi TV
radio.
3. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki
pendidikan cukup tinggi dan ahli dalam bidang tertentu,
seperti dokter, akutan, ahli ekonomi, dan insinyur
(Sukirno;7,2003).
3. Hubungan antara Input dengan Output Industri Tekstil
a. Hubungan antara Nilai Bahan Baku dengan Output Industri Tekstil
Pada penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2012;48 – 49) bahan baku memiliki pengaruh positif terhadap industri konveksi pada
produk tekstil, apabila bahan baku yang didapat langsung dari pabrik
bahan baku tekstil, sehingga biaya untuk mendapatkan bahan baku tersebut
lebih terjangkau. Selain itu dalam penelitian ini industri konveksi yang
menghasilkan perusahaan tekstil harus mencari informasi dimana
pemasaran yang potensial, dan menjalin kerjasama dalam hal pemasokan
pengaruh dari masing masing input yang dijadikan faktor produksi, maka
menggunakan pendekatan fungsi Cobb Douglas.
Dalam fungsi Produksi Cobb Douglas bahan baku masuk dalam fungsi
produksi resource. Pada hubungan tersebut dapat dijelaskan melalui fungsi
sebagai berikut ;
Q = f(R)... (2.1)
OUT = f(NBBk)... (2.2)
Dimana ;
OUT : Output Industri konveksi pada Produk Tekstil
NBBk : Nilai Bahan Baku
Dalam fungsi produksi tersebut nilai bahan baku termasuk dalam
sumber daya alam (Resource). Sehingga untuk memiliki keterkaitan
variabel ini dapat dilihat dari nilai bahan bakunya yang berupa biaya untuk
membeli bahan baku untuk mengh