• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS PENYEBAB DAN TIPE KENAKALAN

3.1.1 Teori Kebutuhan Dasar Manusia Abraham Maslow

Menurut Maslow, manusia mempunyai kebutuhan dasar yang tersusun dalam lima tingkatan. Tidak terpenuhinya beberapa kebutuhan dasar dapat menyebabkan penyakit atau penyelewengan. Dalam kajian ini, penulis akan menganalisis satu persatu kebutuhan dasar pada tokoh Nayla.

3.1.1.1 Kebutuhan-kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhannya akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur, dan oksigen (Goble,1987:71).

Berdasarkan pengamatan penulis, Nayla tidak mempunyai masalah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiologisnya. Hal itu dikarenakan Ibu Nayla dapat menghidupi Nayla dengan sangat layak. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut :

(67) Kusekolahkan kamu di sekolah yang cukup mahal. Kamu tinggal menghempaskan pantatmu di atas jok mobil yang berpendingin dan sampailah kamu di sekolah dalam sekejap. Kamu tinggal membuka mulut dan menyuap makanan bergizi penuh variasi tanpa perlu susah-susah memutar otak. Apa lagi yang kamu harapkan ketika semua kebutuhanmu tak ada yang kurang? (hlm 7).

Keluarga Nayla tergolong dalam kalangan menengah keatas. Ayah Nayla adalah seorang penulis ternama. Hal itu tampak dalam kutipan berikut ini, saat Ibu tiri Nayla membagikan foto dan tanda tangan Ayah Nayla :

(68) Saya tak menolak ketika ia membagikan foto berikut tanda tangannya kepada kami berlima. Ia pun sama sekali tak berniat menanyakan nama tamunya. Saya yakin pasti ia piker kami hanyalah pelajar SMP yang ingin bertemu dengan sang penulis idola (hlm 11).

Ibu tiri Nayla juga tergolong orang yang mampu, karena dia juga seorang perancang busana ternama. Hal itu tampak dalam kutipan berikut ini :

(69) Bukan. Saya tak mencari Ayah. Saya hanya menyebut nama Ayah ketika seorang perempuan muda, perancang busana ternama, muncul di balik pintu (hlm 10).

Kebutuhan Nayla akan seks pun sangat terpenuhi. Banyak lelaki yang menginginkan Nayla. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(70) Yang pasti, minimal saya mendapat tiga tawaran kencan per hari. Dari yang muda hingga tua. Dari juru musik tamu hingga pendatang biasa. Banyak dari mereka yang begitu menggiurkan untuk dicoba. Jadi kenapa tidak dicoba saja? (hlm 98).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan-kebutuhan fisiologis tokoh Nayla sangatlah cukup dan terpenuhi. Dan itu bukan merupakan suatu masalah bagi Nayla.

3.1.1.2 Kebutuhan akan Rasa Aman

Setiap anak memerlukan lingkungan yang dirasa aman baginya, yang teratur dan tertib. Ia tahu bahwa selalu ada orang tua khususnya ibu yang dapat melindunginya kalau muncul kesulitan atau ancaman bahaya. Ketenangan suasana keluarga adalah syarat supaya anak merasa aman. Kehilangan rasa aman, terutama pada masa kanak-kanak akan membawa pengaruh sepanjang umur.

Dalam hal ini, penulis melihat ada ganjalan yang dialami tokoh Nayla dalam pemenuhan kebutuhan akan rasa aman. Hal ini dikarenakan perilaku yang kurang baik dari keluarganya, dan itu justru dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri. Dalam menjalani kehidupan bersama ibunya, Nayla sama sekali tidak mendapatkan rasa aman. Justru dia selalu was-was, takut, dan tertekan dengan perlakuan ibunya yang sering menyiksanya dengan memberinya hukuman yang sangat keji. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(71) Tapi kini, beberapa tahun kemudian, tak ada satu peniti pun yang membuat Nayla gentar maupun gemetar. Ia malah menantang dengan memilih peniti yang terbesar. Membuka pahanya lebar- lebar. Tak terisak. Tak meronta. Membuat Ibu semakin murka. Tak hanya selangkangan Nayla yang ditusukinya. Tapi juga vaginanya. Nayla diam saja. Tak ada sakit terasa. Hanya nestapa. Tak ada takut. Hanya kalut (hlm 2).

(72) Saya dipukuli ketika menumpahkan sebutir nasi. Tidak rapi, kata Ibu. Tapi yang saya lihat di sekolah anak lain,anak lain kerap menumpahkan tidak hanya sebutir nasi, namun segepok nasi berikut dengan lauknya tanpa dipukuli maupun diomeli ibunya. Saya dijemur diatas seng yang panas terbakar terik matahari tanpa alas kaki karena membiarkan pensil tanpa kembali menutupnya. Tidak bertanggung jawab, kata Ibu. Tapi yang saya lihat di sekolah, anak lain kerap membiarkan pensil mereka tak berpenutup dan orang tuanya dengan suka rela mencarikan dan menutupnya. Saya dipaksa mengejan sampai berak lantas diikat dan tahinya direkatkan dengan plester di sekujur tubuh juga mulut saya karena ketahuan tidak makan sayur. Tidak bisa bersyukur, kata Ibu. Tapi yang saya lihat di sekolah, anak lain banyak menampik sayur yang dibawakan ibunya, lantas sang ibu malah menjajani mereka bakso atau pempek palembang. Ibu memang kuat. Dan saya begitu lemah untuk tidak merasa takut pada Ibu (hlm 113). Selain itu, kehidupan di keluarga Nayla juga kurang baik. Semenjak ditinggal Ayah, Ibu terlalu sibuk dengan pacar-pacarnya, sampai-sampai pacarnya dibiarkan tinggal dan menginap di rumahnya. Ibu kurang memperhatikan dan menjaga Nayla, hingga akhirnya saat ibu tidak ada dirumah, salah satu pacar Ibu yang bernama Om Indra memperkosa Nayla. Hal itu tampak dalam kutipan berikut:

(73) Dan pada akhirnya, ketika Ibu tidak ada di rumah, Om Indra tidak hanya mengeluarkan ataupun menggesek-gesekkan penisnya ke tengkuk saya. Ia memasukkan penisnya itu ke vagina saya. Supaya tidak ngompol, katanya. Saya diam saja. Saya tak merasakan apa-apa. Vagina saya sudah terbiasa dengan tusukan peniti Ibu. Yang walaupun lebih kecil, namun lebih tajam dan tidak dimasukkan pada tempatnya sehingga sakitnya melebihi penis Om Indra yang merasuk kuat ke dalam lubang vagina saya. Hati saya pun tidak sesakit ketika Ibu yang melakukannya. Saya diam dan menerimanya demi Ibu. Karena Ibu mencintainya. Karena sudah selayaknya seorang anak berbakti kepada ibunya (hlm 113).

Perlakuan ibunya yang keji dan perkosaan yang dialami Nayla di rumahnya sendiri tentunya menyebabkan luka dan trauma yang mendalam dalam diri Nayla.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan rasa aman tokoh Nayla tidak terpenuhi. Justru dalam kehidupan bersama ibunya, ia selalu merasa takut dan was-was, ia sama sekali tidak merasakan aman dan nyaman. 3.1.1.3 Kebutuhan akan Rasa Memiliki-Dimiliki dan akan Rasa Kasih Sayang

Menurut Maslow, orang akan mendambakan hubungan penuh kasih sayang dengan orang lain pada umumnya, khususnya kebutuhan akan rasa memiliki tempat ditengah kelompoknya, dan ia akan berusaha keras mencapai tujuan yang satu ini (Goble, 1987:74). Cinta menurut Maslow, tidak boleh dikacaukan dengan seks, yang dapat dipandang sebagai kebutuhan fisiologis semata- mata. Biasanya tingkah laku seksual ditentukan oleh banyak kebutuhan, bukan hanya kebutuhan seksual melainkan juga oleh aneka kebutuhan lain, terutama kebutuhan akan cinta dan kebutuhan akan kasih sayang (Goble, 1987:74).

Penulis melihat ada ganjalan yang dialami tokoh Nayla untuk memenuhi kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan akan rasa kasih sayang. Sedari awal ibunya mengharuskan Nayla untuk memilih antara Ibu atau Ayahnya. Tentu saja hal itu bertentanga n dengan hati nurani Nayla. dengan adanya keputusan itu, Nayla tidak dapat memiliki keduanya, ia hanya dapat memilih dan memiliki salah satu saja, ibunya atau ayahnya. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(74) Sudah kukatakan berkali-kali, kamu harus memilih antara aku atau ayahmu. Dan kamu sudah memilihnya. Tak ada alasan apapun yang pantas mempersatukan kita berdua (hlm 17).

Nayla tak pernah merasakan kasih sayang seorang Ayah. Ayahnya meninggalkannya semenjak ia masih dalam kandungan. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(75) Kamu tak akan pernah tahu, anakku, seberapa dalam ayahmu menyakiti hatiku. Ia menyakiti kita dengan tidak mengakui janin yang kukandung adalah keturunannya. Ia meninggalkan kita begita saja tanpa mengurus ataupun mendiskusikan terlebih dulu masalah perceraian. Aku yang merawatmu dengan penuh ketegaran sejak kamu berada di dalam kendungan. Aku yang membesarkanmu dengan penuh ketabahan. Aku menafkahimu (hlm 6).

Walaupun Ibu memenuhi semua kebutuhan Nayla, namun Nayla merasa tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang Ibu. Ibunya sering menghukumnya dengan sangat keji. Ia merasa tidak mendapat kasih sayang, tidak seperti anak-anak lain seusianya yang mendapat kasih sayang dan perhatian dari ibu mereka. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(76) Saya dipukuli ketika menumpahkan sebutir nasi. Tidak rapi, kata Ibu. Tapi yang saya lihat di sekolah anak lain,anak lain kerap menumpahkan tidak hanya sebutir nasi, namun segepok nasi berikut dengan lauknya tanpa dipukuli maupun diomeli ibunya. Saya dijemur diatas seng yang panas terbakar terik matahari tanpa alas kaki karena membiarkan pensil tanpa kembali menutupnya. Tidak bertanggung jawab, kata Ibu. Tapi yang saya lihat di sekolah, anak lain kerap membiarkan pensil mereka tak berpenutup dan orang tuanya dengan suka rela mencarikan dan menutupnya. Saya dipaksa mengejan sampai berak lantas diikat dan tahinya direkatkan dengan plester di sekujur tubuh juga mulut saya karena ketahuan tidak makan sayur. Tidak bisa bersyukur, kata Ibu. Tapi yang saya lihat di sekolah, anak lain banyak menampik sayur yang dibawakan ibunya, lantas sang ibu malah menjajani mereka bakso atau pempek palembang. Ibu memang kuat. Dan saya begitu lemah untuk tidak merasa takut pada Ibu (hlm 113). Nayla juga pernah merasa disia-siakan oleh keluarganya, padahal ia ingin menjadi bagian dan merasa dimiliki oleh keluarganya. Keluarganya

memasukkan dia ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(77) Nayla tak mempercayai apa yang dilihatnya ketika gerombolan anak perempuan memakai kaos seragam berlabel Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika menyeruak masuk ke dalam ruangan. Sepuluh menit yang lalu, Nayla tiba dan langsung diantar masuk ke dalam ruangan yang kelak ia ketahui sebagai barak khusus putri (hlm 12). (78) Nayla marah. Betapa ingin ia segera dijemput oleh keluarganya.

Betapa ingin ia segera memaki kedua perempuan yang menjemputnya tadi dan melihat mereka memohon maaf atas kekeliruan mereka. Tapi segala harapannya kandas ketika empat jam kemudian, tepat jam delapan malam, ia menerima kiriman satu tas berisi pakaian-pakaiannya, berikut kebutuhannya sehari-hari. Handuk, pembalut, pelembab, sampo, dan sabun mandi. Tak muncul seorang pun keluarga yang begitu ia nanti- nanti (hlm 14).

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan Nayla akan rasa memiliki-dimiliki masih belum tercukupi. Nayla ingin memiliki Ayah dan Ibu, namun ia hanya dapat memilih salah satu dari mereka. Kebutuhan akan rasa kasih sayang pun masih dirasa kurang, karena ia sendiri jus tru sering mendapat perlakuan semena- mena dari ibunya. Kasih sayang dari ayahnya pun juga tidak didapat. Secara keseluruhan, kebutuhan tokoh Nayla akan rasa memiliki-dimiliki dan akan rasa kasih sayang tidak terpenuhi.

3.1.1.4 Kebutuhan akan Penghargaan

Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan, yakni harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan. Sedangkan penghargaan dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan (Goble, 1987:76).

Dalam pemenuhan kebutuhan akan penghargaan, penulis juga melihat ganjalan yang dialami oleh Nayla. Ia kurang mendapat penghargaan oleh orang-orang disekitarnya. Ibunya sendiri kurang bisa menghargai Nayla, ibunya melakukan apa saja yang ia ingin lakukan terhadap Nayla tanpa memandang perasaan Nayla. Padahal Nayla ingin dihargai seperti anak-anak la in. Ibunya tak memperdulikan perasaan Nayla, itu juga yang menyebabkan Nayla membenci ibunya. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(79) Rasa sakit di hatinya pun masih kerap menusuk setiap kali melihat sosok ibu tak ubahnya monster. Padahal ia ingin melihat Ibu seperti ibu- ibu lain yang terkejut ketika anak kandungnya jatuh hingga terluka dan mengeluarkan darah, bukan sebaliknya membuat berdarah. Nayla ingin punya Ibu, tapi bukan ibunya sendiri. Nayla ingin memilih tak punya Ibu, ketimbang punya Ibu yang mengharuskan memilih peniti (hlm 2).

Keluarga Nayla pun sempat memasukkan Nayla ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Hal itu tentu saja merendahkan nama baik Nayla yang sebenarnya dia tidak melakukan kesalahan apapun saat itu, dan kebebasannya disana juga terkekang. Nayla dimasukkan ke tempat itu karena keluarganya menganggap ia gila, ia memakai narkoba. Semua hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(80) Ayah meninggal. Ia tertawa. Pikir mereka, ia memakai narkoba. Sebagian lagi menganggap ia gila. Ia dibohongi. Ia dijebloskan ke dalam Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika (hlm 74).

Dari uraian tersebut terlihat bahwa harga diri Nayla justru dijatuhkan oleh keluarganya sendiri, dan penghargaan terhadap diri Nayla juga tidak ada.

Dalam mencari cinta yang sesungguhnya dari lawan jenis, Nayla pun merasa kurang dihargai oleh laki- laki. Nayla menganggap laki- laki hanya

menginginkan tubuh dan selaput dara saja. Hal itu membuatnya lebih mencintai wanita. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(81) Saya sependapat dengannya. Karena itu saya tak terlalu bangga ketika banyak tamu laki- laki dan juru musik yang lain mengaku tergila- gila pada saya. Mereka berlomba- lomba mendapatkan tubuh saya. Mereka pasti bangga jika berhasil merobek selaput dara saya (hlm 5).

(82) Tapi saya tak ingin memberi cinta saya kepada orang-orang yang tak semestinya menerima. Lebih baik saya mencintai Juli ketimbang laki-laki yang menginginkan selaput dara saja (hlm 6).

Dari beberapa uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan pengharga an tokoh Nayla tidak terpenuhi. Dia kurang mendapat penghargaan dari keluarga dan orang-orang sekitarnya.

3.1.1.5 Kebutuhan akan Aktualisasi Diri

Pemaparan tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan menggunakan kemampuan oleh Maslo w disebut aktualisasi diri. Maslow menemukan bahwa kebutuhan aktualisasi diri biasanya muncul sesudah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai (Goble, 1987:77).

Berdasarkan teori diatas, kebutuhan aktualisasi diri akan muncul sesudah kebutuhan akan cinta dan penghargaan terpuaskan secara memadai. Dalam analisis sebelumnya telah diketahui dan disimpulkan bahwa kebutuhan tokoh Nayla akan cinta dan penghargaan tidak terpenuhi atau terpuaskan secara memadai. Maka secara otomatis kebutuhan akan aktualisasi diri tokoh Nayla juga tidak dapat terpenuhi atau terpuaskan. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan cinta dan penghargaan menyebabkan Nayla kurang dapat mengaktualisasikan dirinya.

Maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan aktualisasi diri tokoh Nayla tidak terpenuhi.

Setelah kelima tingkatan kebutuhan dasar manusia tokoh Nayla dianalisis maka dapat disimpulkan dari kelima tingkatan kebutuhan itu hanya ada satu yang terpenuhi, yaitu kebutuhan fisiologis. Sedangkan ada empat kebutuhan yang tidak terpenuhi, yaitu kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan, dan karena kebutuhan akan cinta dan penghargaan tidak terpenuhi maka kabutuhan akan aktualisasi diri pada tokoh Nayla juga tidak terpenuhi.

Akibat tidak terpenuhinya beberapa kebutuhan tersebut menyebabkan tingkah laku Nayla menyimpang dari norma-norma sosial, agama, dan hukum yang ada dan berlaku di masyarakat. Perilaku menyimpang pada tokoh Nayla ini dalam bentuk kenakalan seperti membolos sekolah, memalak, berantem, merampok taksi dan mabuk- mabukan. Selain itu tidak terpenuhinya beberapa kebutuhan tersebut menyebabkan Nayla menjadi salah pergaulan. Ia terjerumus dalam seks bebas, sampai-sampai ia juga menjadi seorang lesbian.

Dokumen terkait