• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyebab dan tipe kenakalan tokoh nayla dalam novel nayla karya Djenar Maesa Ayu tinjauan psikologi sastra - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penyebab dan tipe kenakalan tokoh nayla dalam novel nayla karya Djenar Maesa Ayu tinjauan psikologi sastra - USD Repository"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Wishnu Yuliarda ni 024114017

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

(5)

v

(6)

vi

“T idak ada yang baik maupun buruk

tetapi pemikiran yang membuatnya demikian”

( Shakespeare)

(7)

vii

Skripsi. Yogyakarta: Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji tentang kenakalan tokoh Nayla dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Penelitian ini bertujuan pertama, memaparkan kajian struktural yang meliputi tokoh dan penokohan, latar, dan akan disertakan juga sinopsis untuk memperjelas jalan cerita novel Nayla. Kedua, menganalisis kenakalan tokoh Nayla dalam novel Nayla, meliputi penyebab dan tipe kenakalan tokoh Nayla.

Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural dan psikologi sastra. Pendekatan struktural digunakan untuk menganalisis struktur novel. Sedangkan pendekatan psikologi sastra digunakan untuk menganalisis kenakalan tokoh Nayla yang meliputi penyebab dan tipe kenakalan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan metode analisis isi. Metode deskriptif digunakan untuk memaparkan struktur novel. Sedangkan metode analisis isi digunakan untuk menganalisis kenakalan tokoh Nayla.

Hasil kajia n novel ini berupa gambaran me ngenai tokoh dan penokohan, latar, dan akan disertakan juga sinopsis. Sinopsis bertujuan untuk memperjelas isi novel Nayla. Tokoh utama dalam novel ini adalah Nayla. Selain Nayla, terdapat pula tokoh Ibu yang berperan sebagai tokoh pendukung. Latar terbagi menjadi tiga bagian yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

(8)

viii

Thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature. Department of Literature. Sanata Dharma University.

The research examines about the mischief of Nayla in Nayla novel. The purpose of this research are, first, explaning structural study which includes character and characterization, setting, and will be figured in a synopsis to clarify the story of Nayla novel. Second, analizing the mischief of Nayla in Nayla novel, which includes cause and type of mischief of Nayla.

This research uses structural approach and literature psychology. Structural approach is used to analyze the structure of the novel. While literature psychology approach is used to analyze the mischief of Nayla which includes cause and type of mischief. This research uses descriptive methode and content analysis methode. Descriptive methode is used to explain the structure of the novel. While content analysis methode is used to analyze the mischief of Nayla.

The result of this novel study is a description about the character and characterization, setting, and will be figured in a synopsis. Synopsis have a purpose to clarify the fill of Nayla novel. The main character in this novel are Nayla. Beside Nayla, there are also character of Mother which have a role of supporter character. Setting is divided into three parts that are setting of place, setting of time, and setting of social.

(9)

ix

Ridho-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kenakalan Tokoh Nayla dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu suatu Tinjauan Psikologi Sastra”. Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas akhir sekaligus sebagai syarat kelulusan. Skripsi ini tidak akan pernah terwujud tanpa bimbingan dan semangat dari semua pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu terciptanya skripsi ini, antara lain kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa. Atas Rahmat dan Ridho-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Papi Siswadi dan Mami Natalia. Saya bangga memp unyai orang tua seperti mereka. Terima kasih atas semangat, doa, dan kasih sayangnya.

3. Bapak Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum, selaku Dosen pembimbing I skripsi yang telah membimbing saya selama penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum, selaku Dosen pembimbing II skripsi yang telah membimbing saya selama penulisan skripsi ini.

5. Bapak Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

(10)

x

memberikan semangat, serta saudara-saudaraku.

8. Kadek Diyeni Rosita. Kasihmu akan selalu mengiringi tiap jengkal kehidupanku dan selalu mengalun dalam setiap tarikan nafasku. My failed child, Abi, daddy love u son, sorry for my mistake, I’m very love u.

9. Rommy, Wiwit, Ika, dan Dina untuk waktu dan persahabatan kita.

10.Seluruh teman-teman Prodi Sastra Indonesia Angkatan 2002 dan teman-teman UKM Basket, kebersamaan kita selama di Universitas Sanata Dharma tercinta. 11.Sahabat-sahabatku tercinta, Tiffa, Arief, Randhi, Botol, Adi, Vembry, Probo, Galih boker, Murdiat, Viky, Ernita, Nita, Vina, “gagean lulus, gelis rampung, aja suwe-suwe gole kuliah....”

12. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih. Saya telah berusaha sebaik mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, namun saya menyadari masih ada kekurangan dalam skripsi saya ini. Saya mengharapkan saran dan kritik untuk menunjang kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan khususnya di bidang Sastra Indonesia dan memperkaya kajia n kesastraan Indonesia. Terima Kasih.

Yogyakarta,

(11)

xi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori ... 4

1.5.1 Tinjauan Pustaka ... 4

1.5.2 Landasan Teori ... 5

1.6 Metodologi Penelitian ... 16

1.6.1 Pendekatan ... 16

1.6.2 Metode Penelitian ... 18

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data ... 18

1.6.4 Sumber Data ... 18

(12)

xii

2.3 Latar dalam novel Nayla ... 28

2.3.1 Latar Tempat ... 29

2.3.2 Latar Waktu ... 32

2.3.3 Latar Sosial ... 37

2.4 Rangkuman ... 41

BAB III ANALISIS PENYEBAB DAN TIPE KENAKALAN TOKOH NAYLA 3.1 Penyebab Kenakalan ... 43

3.1.1 Teori Kebutuhan Dasar Manusia Abraham Maslow ... 43

3.1.2 Teori Psikogenis ... 52

3.2 Tipologi Kenakalan ... 59

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 67

4.2 Saran ... 70

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beragam topik dapat kita angkat dan kita amati setelah kita membaca sebuah novel. Salah satu topik yang dapat kita angkat dan kita teliti dalam sebuah novel ialah mengenai masalah kenakalan tokoh dalam novel tersebut. Kenakalan umumnya banyak dilakukan oleh para remaja, usia mereka merupakan masa- masa peralihan. Adanya tahap kehidupan yang bersifat peralihan ini menyebabkan penyimpangan perilaku para remaja. Kenakalan merupakan produk konstitusi mental serta emosi yang sangat labil dan defektif, sebagai akibat dari proses pengkondisian lingkungan yang buruk terhadap pribadi anak, yang dilakukan oleh anak muda usia tanggung dan puber (Kartono, 2005:21). Persoalan kenakalan remaja pun saat ini telah menjadi persoalan yang umum dalam kehidupan. Banyak film- film di televisi dan cerita-cerita dalam novel yang mengangkat ataupun mengandung persoalan kenakalan remaja. Untuk skripsi ini, penulis akan mengkaji kenakalan seorang remaja bernama Nayla dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu.

(14)

sering kali mendapat hukuman ditusuk peniti selangkangannya bahkan vaginanya. Nayla juga kurang mendapatkan kasih sayang dari ibunya karena ibunya tiap hari hanya sibuk dengan pacar-pacarnya sambil memuaskan hasrat seksnya dengan mereka. Nayla bingung dengan kehidupannya, sampai suatu saat dia memutuskan untuk mencari kehidupannya sendiri sampai akhirnya terjerumus dalam kehidupan remaja yang negatif yang biasa disebut kenakalan remaja. Hidupnya banyak berkutat dengan mabuk, seks bebas, dan menjadi seorang lesbian. Hidupnya kacau dan semrawut.

Sebagai sebuah kajian karya sastra, penulis merasa perlu terlebih dahulu mengkaji novel tersebut dari segi strukturnya. Kajian struktural merupakan sebuah langkah awal untuk mengenal karakteristik kenakalan tokoh Nayla dalam konteks keutuhan karya sastra.

(15)

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian dalam latar belakang di atas, masalah-masalah yang akan dijawab dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana struktur penceritaan novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu ?

1.2.2 Apa sajakah penyebab dan tipe kenakalan tokoh Nayla dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Mendeskripsikan struktur penceritaan dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu.

1.3.2 Mendeskripsikan penyebab dan tipe kenakalan tokoh Nayla dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu.

1.4 Manfaat Pe nelitian

Penelitian ini membawa manfaat sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat Praktis.

(16)

1.4.2 Manfaat Teoritis.

Hasil penelitian sastra ini dapat memberikan sumbangan kepada ilmu- ilmu Psikologi dan Sastra tentang kenakalan remaja yang diterapkan dalam sebuah karya sastra yang berbentuk novel.

1.5 Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori 1.5.1 Tinjauan Pustaka

Menurut pengamatan penulis, sejauh ini belum banyak studi di bidang sastra yang secara khusus meneliti tentang kenakalan tokoh Nayla dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Hal tersebut disebabkan karena karya sastra ini

(17)

Perlu diketahui sedikit mengenai Djenar Maesa Ayu. Djenar lahir di Jakarta tanggal 14 Januari 1973. Buku pertamanya yang berjudul Mereka Bilang, Saya Monyet! yang masuk dalam 10 besar buku terbaik Khatulistiwa Literary Award 2003. Buku keduanya, Jangan Main-main (dengan Kelaminmu) juga meraih penghargaan 5 besar Khatulistiwa Literary Award 2004. Nayla adalah novel pertama Djenar Maesa Ayu.

1.5.2 Landasan Teori

Untuk melakukan kajian secara mendalam, penulis akan menggunakan dua landasan teori yakni analisis struktural dan psikologi sastra. Analisis struktural digunakan untuk menganalisis tokoh dan penokohan serta latar. Sinopsis akan diuraikan terlebih dahulu sebelum menganalisis tokoh dan penokohan serta latar. Psikologi sastra digunakan untuk menganalisis kenakalan tokoh Nayla.

1.5.2.1 Struktur Penceritaan

(18)

1.5.2.1.1 Sinopsis

Sinopsis merupakan salah satu bentuk narasi. Narasi ialah teks yang tidak bersifat dialog dan isinya merupakan suatu kisah, sebuah deretan peristiwa (Luxemburg, 1989: 84). Jenis narasi bermacam- macam, seperti cerpen, roman, dongeng, catatan harian, biografi, anekdot, lelucon, resensi. Sinopsis juga merupakan salah satu bentuk narasi. Sinopsis merupakan teks yang berisi deretan peristiwa dalam suatu novel yang dilukiskan secara ringkas. Secara tidak langsung, sinopsis merupakan penggambaran cerita dalam novel yang dimaksud secara singkat. Pemahaman terhadap arti teks dapat dilakukan dengan membuat sinopsis cerita. Dalam tahap ini umumnya arti teks dapat ditangkap oleh sebagian besar pembaca (Luxemburg dalam Taum, 2002: 04). Setiap sinopsis perlu terfokus pada peristiwa-peristiwa dan konflik-konflik pokok yang menyangkut tokoh utama cerita. Jika demikian, maka perhatian tidak diarahkan pada detail-detail cerita dan tokoh-tokoh tambahan (Taum, 2002: 04). Dalam studi ini, sinopsis perlu diberikan karena penulis tidak melakukan analisis terhadap alur cerita.

1.5.2.1.2 Tokoh dan Penokohan

(19)

kehidupan manusia yang terdiri dari darah dan daging, yang mempunyai pikiran dan perasaan (Nurgiyantoro, 2002: 167). Tokoh digambarkan selayaknya manusia yang sebenarnya dalam kehidupan nyata. Dapat melihat, mendengar dan merasakan apa yang sedang terjadi. Istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misal sebagai jawaban atas pertanyaan “siapakah tokoh utama itu?” atau ada beberapa orang jumlah pelaku dalam sebuah karya sastra itu?”, dan sebagainya (Nurgiyantoro, 2002: 165).

Penokohan adalah penggambaran secara jelas mengenai seseorang yang ditampilkan di dalam sebuah cerita (pelaku cerita). Istilah ini menyangkut beberapa masalah yaitu tentang siapa tokohnya, bagaimana perwatakan, dan pelukisan tokoh itu (Nurgiyantoro, 2002: 165).

Secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya sastra dapat dibedakan ke dalam dua teknik, yaitu teknik penjelasan (ekspository) yaitu teknik pelukisan tokoh yang dilakukan dengan cara memberikan diskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung dan teknik dramatik (dramatic) yaitu kebalikan dari teknik ekspository, disampaikan secara tidak langsung. Wujud penggambarannya dapat dilakukan dengan beberapa teknik cakapan, teknik tingkah laku, teknik pikiran dan perasaan, teknik arus kesadaran, teknik reaksi tokoh, teknik reaksi tokoh lain, teknik pelukisan latar dan teknik pelukisan fisik (Nurgiyantoro, 2002: 194). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik dramatik untuk melukiskan tokoh-tokoh dalam novel yang akan diteliti.

(20)

ditampilkan terus menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita. Sebaliknya tokoh yang kurang penting, jarang ditampilkan dan hanya mengisi sebagian kecil cerita (Taum, 2002: 5)

1.5.2.1.3 Latar

Latar atau setting menunjuk pada pengertian tempat hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peris tiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrahms via Nurgiyantoro, 2002: 216). Menurut Nurgiyantoro, latar memberi pijakan cerita secara konkret. Hal ini penting untuk memberi kesan realitas kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu seolah-olah ada dan terjadi.

Latar dibedakan menjadi tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan latar sosial. Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial menyaran pada hal- hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi (Nurgiyantoro, 2002: 227).

(21)

Sebagaimana dikemukakan di atas, penulis berpendapat bahwa latar adalah segala sesuatu yang mendukung sebuah cerita sehingga dapat terjalin kisah yang tersusun sempurna disesuaikan dengan unsur-unsur pokok latar.

1.5.2.2 Psikologi Sastra

Hartoko dan Rahmanto (1986) mendefinisikan psikologi sastra sebagai cabang ilmu sastra yang mengkaji sastra dari sudut pandang psikologi. Hal ini berarti bahwa ilmu- ilmu psikologi yang mempengaruhi karya sastra diterapkan melalui karakter-karakter tokohnya yang memiliki sifat, tingkah laku dan perilaku dalam cerita. Sastra dan psikologi merupakan dua wajah satu hati dan sama-sama menyentuh manusia dalam persoalan yang diungkapkan (Sukada, 1987: 102). 1.5.2.3 Penyebab dan Tipe Kenakalan Remaja

Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Adanya tahap kehidupan yang bersifat peralihan ini menyebabkan penyimpangan perilaku para remaja. Salah satu upaya untuk mendefinisikan penyimpangan perilaku remaja dalam arti kenakalan anak dilakukan oleh M. Gold dan J. Petronio (dalam Sarwono, 1989: 196) sebagai berikut:

Kenakalan anak adalah tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.

(22)

Menurut Gunarsa (1984: 30) untuk dapat membedakan kenakalan remaja dari aktivitas yang menunjukkan ciri khas remaja perlu diketahui beberapa ciri-ciri pokok dari kenakalan remaja, ciri-ciri-ciri-ciri itu meliputi:

1) Dalam pengertian kenakalan, harus terlihat adanya perbuatan atau tingkah laku yang bersifat pelanggaran hukum yang berlaku dan pelanggaran nilai-nilai moral.

2) Kenakalan tersebut mempunyai tujuan yang asosial yakni dengan perbuatan atau tingkah laku tersebut ia bertentangan dengan nilai atau norma sosial yang ada di lingkungan hidupnya.

3) Kenakalan remaja merupakan kenakalan yang dilakukan oleh mereka yang berumur antara 13 – 17 tahun atau belum menikah.

4) Kenakala n remaja dapat dilakukan oleh seorang remaja saja, atau dapat juga dilakukan bersama-sama dalam suatu kelompok remaja.

Menurut Kartono (2005: 21), wujud perilaku kenakalan antara lain : 1) Kebut-kebutan di jalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas.

2) Perilaku ugal- ugalan, brandalan, urakan yang mengacaukan ketentraman sekitar.

3) Perkelahian antargang, antarkelompok, atau antarsekolah.

4) Membolos sekolah lalu bergelandang sepanjang jalan atau bersembunyi di tempat-tempat terpencil.

5) Kriminalitas anak yang berupa perbuatan, mengancam, memeras, maling, merampok, menyerang, tindak kekerasan, dan pelanggaran lainnya.

(23)

7) Kecanduan dan ketagihan bahan narkotika. 8) Homoseksua litas dan gangguan seksual lain.

Kenakalan remaja dapat ditinjau penyebabnya melalui beberapa teori. Dalam hal ini, penulis akan mengkajinya menurut Teori Kebutuhan Dasar Manusia Abraham Maslow dan Teori Psikogenis.

1.5.2.3.1 Teori Kebutuhan Dasar Manusia Abraham Maslow

Konsep fundamental Maslow adalah manusia dimotivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetis atau naluriah. Kebutuhan-kebutuhan ini juga bersifat psikologis, bukan hanya fisiologis. Kebutuhan-kebutuhan itu inti dari kodrat manusia, hanya saja mereka itu lemah, mudah diselewengkan dan dikuasai oleh proses belajar, kebiasaan atau tradisi yang keliru (Goble 1987:70).

Menurut Maslow, kebutuhan dasar manusia tersusun dalam lima tingkatan, yaitu:

1) Kebutuhan-kebutuhan Fisiologis. Merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhannya akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur, dan oksigen (Goble,1987:71).

(24)

berkenan di hati mereka. Kebijaksanaan orang tua merupakan kunci penting dalam hal ini (Maslow dalam Heerdjan, 1987:14). Ketenangan suasana keluarga adalah syarat supaya anak merasa aman. Kehilangan rasa aman, terutama pada masa kanak-kanak akan membawa pengaruh sepanjang umur. 3) Kebutuhan akan Rasa Memiliki-Dimiliki dan akan Rasa Kasih Sayang.

Menurut Maslow, orang akan mendambakan hubungan penuh kasih sayang dengan orang lain pada umumnya, khususnya kebutuhan akan rasa memiliki tempat ditengah kelompoknya, dan ia akan berusaha keras mencapai tujuan yang satu ini (Goble, 1987:74). Cinta menurut Maslow, tidak boleh dikacaukan dengan seks, yang dapat dipandang sebagai kebutuhan fisiologis semata- mata. Biasanya tingkah laku seksual ditentukan oleh banyak kebutuhan, bukan hanya kebutuhan seksual melainkan juga oleh aneka kebutuhan lain, terutama kebutuhan akan cinta dan kebutuhan akan kasih sayang (Goble, 1987:74).

4) Kebutuhan akan Penghargaan. Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan, yakni harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan. Sedangkan penghargaan dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan (Goble, 1987:76).

(25)

menumbuhkan, mengembangkan, dan menggunakan kemampuan oleh Maslow disebut aktualisasi diri. Maslow juga melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Maslow menemukan bahwa kebutuhan aktualisasi diri biasanya muncul sesudah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai (Goble, 1987:77).

Jika beberapa kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi, maka dapat mengakibatkan penyimpangan perilaku, salah satunya berbentuk kenakalan.

1.5.2.3.2 Teori Psikogenis

Argumen sentral teori ini ialah bahwa kenakalan merupakan bentuk penyelesaian atau kompensasi dari masalah psikologis dan konflik batin (Lobroso via Kartono, 2005: 26). Kurang lebih 90% dari jumlah anak-anak nakal berasal dari keluarga berantakan (broken home). Ringkasnya, kenakalan anak-anak merupakan reaksi terhadap masalah psikis anak remaja itu sendiri (Kartono, 2005:26).

Anak-anak nakal melakukan kenakalan didorong oleh konflik batin sendiri. Mereka mempraktekan konflik dalam dirinya untuk mengurangi beban tekanan jiwa sendiri lewat tingkah laku yang amoral dan asusila. Menurut teori ini, penyebab kenakalan berkaitan dengan:

1) Jiwa yang galau semrawut 2) Konflik batin

(26)

Jika ketiga aspek itu dialami secara bersamaan oleh remaja, maka dapat menyebabkan kenakalan (Lobroso via Kartono, 2005: 27). Setelah kita melihat penyebab kenakalan remaja itu, maka alangkah baiknya jika kita menetapkan tipe kenakalan remaja tersebut.

1.5.2.3.3 Tipologi Kenakalan

Tipe delinkuensi dapat diteliti menurut struktur kepribadian. Reiss membagi delinkuensi menjadi empat tipe (Kartono, 2005: 49).

1.5.2.3.3.1 Delinkuensi Terisolir

Tingkah laku penderita delinkuensi terisolir didorong oleh faktor: 1) Kegiatan kenakalan dilakukan bersama-sama dalam bentuk kelompok.

2) Sejak kecil mereka melihat adanya kelompok-kelompok kriminal, dan pada akhirnya mereka menjadi anggota salah satu kelompok tersebut.

3) Merasa frustasi dalam lingkungan keluarga, ada perasaan dilupakan dan ditolak oleh orang tua.

4) Mereka dibesarkan dalam keluarga yang kurang mengajarkan kedisiplinan. 1.5.2.3.3.2 Delinkuensi Neurotik

Delinkuensi Neurotik merupakan salah satu tipe kenakalan remaja yang cukup serius. Anak-anak delinkuen tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa: kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa terancam, tersudut dan terpojok, dan lain- lain (Reiss via Kartono, 2005:52). Ciri tingkah laku mereka itu antara lain ialah:

(27)

2) Kenakalan mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan.

3) Anak delinkuen neurotik ini banyak yang berasal dari kelas menengah yang cukup baik kondisi sosial ekonominya. Namun pada umumnya keluarga mereka mengalami banyak ketegangan emosional yang parah sampai menyebabkan keretakan keluarga.

4) Motivasi kenakalan mereka berbeda-beda. 1.5.2.3.3.3 Delinkuensi Psikopatik

Penderita delinkuensi ini sangat sedikit jumlahnya. Penderita delinkuensi ini biasanya menjadi seorang psikopat.

Ciri-ciri penderita delinkuensi psikopatik ialah:

1) Berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, dan selalu menyia- nyiakan anaknya.

2) Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau melakukan pelanggaran.

3) Mereka pada umumnya sangat agresif dan impulsif. Biasanya mereka residivis yang berulangkali keluar masuk penjara.

4) Mereka kurang mempunyai kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri. 1.5.2.3.3.4 Delinkuensi Defek Moral

Penderita delinkuensi ini bisa disebut sebagai orang yang rusak dan cacat moralnya. Ciri-cirinya sebagai berikut:

(28)

2) Mereka tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, dan selalu ingin melakukan perbuatan kekerasan, penyerangan, dan kejahatan. 3) Mereka tidak memiliki rasa harga diri.

4) Mereka selalu bersikap bermusuhan terhadap siapapun juga, karena itu mereka selalu melakukan perbuatan kejahatan.

Anak muda yang menderita kenakalan ini, biasanya menjadi penjahat yang sukar diperbaiki.

1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Pendekatan

Studi ini menggunakan 2 pendekatan yaitu : a) Pendekatan Struktural

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan struktural untuk menganalisis struktur novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu ya ng meliputi tokoh dan penokohan serta latar. Karya sastra merupakan struktur yang terdiri dari bagian-bagian yang bermakna. Struktur sastra menyarankan pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menetukan, saling mempengaruhi yang secara bersama-sama membentuk kesatuan yang utuh. (Nurgiyantoro, 1995:36). Penulis juga menguraikan sinopsis untuk lebih memperjelas penceritaan novel Nayla.

(29)

Hal yang diperlukan hanyalah kemampuan bahasa, kepekaan sastra dan minat yang intensif, yang dapat dimiliki pembaca golongan manapun. Manfaat dari pendekatan ini terutama dalam hal memajukan minat studi sastra dan menghargai pemahaman karya sastra secara individual sebagai ciptaan artistik (seni) (Teeuw, 1983 : 139).

b) Pendekatan Psikologi Sastra

Sastra dan psikologi merupakan dua wajah satu hati dan sama-sama menyentuh manusia dalam persoalan yang diungkapkan (Sukada, 1987: 102). Menurut Hartoko dan Rahmanto (1986) mendefinisikan psikologi sastra sebagai cabang ilmu sastra yang mengkaji sastra dari sudut pandang psikologi. Hal ini berarti bahwa ilmu- ilmu psikologi yang mempengaruhi karya sastra diterapkan melalui karakter-karakter tokoh-tokohnya yang memiliki sifat, tingkah laku dan perilaku dalam cerita. Kondisi kejiwaan seseorang dalam sebuah novel tergambar melalui tingkah laku dan perwatakannya. Faktor- faktor kejiwaan tersebut dapat ditelusuri melalui ilmu Psikologi.

(30)

1.6.2 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis metode, yakni metode diskriptif dan metode analisis isi. Metode diskriptif adalah metode yang melukiskan sesuatu yang digunakan untuk memaparkan secara keseluruhan hasil analisis yang dilakukan (Keraf, 1981). Langkah- langkah yang ditempuh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah pertama penulis membaca novel yang akan dianalisis, kedua mencari rumusan masalah yang akan diteliti, ketiga mengumpulkan data-data dengan cara teknik catat atau mencatat hal- hal yang mendukung rumusan masalah.

Metode analisis isi dalam karya sastra adalah cara mengungkap pesan-pesan yang sesuai dengan hakikat sastra itu sendiri (Kutha Ratna, 2004: 48). Metode analisis isi digunakan untuk mengungkap gambaran mengenai kenakalan yang digambarkan dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi pustaka. Penulis melakukan teknik studi pustaka dengan cara membaca buku-buku referensi yang mendukung penelitian. Selain teknik studi pustaka, penulis juga melakukan teknik catat yaitu dengan mencatat hal- hal yang berhubungan dengan penelitian.

1.6.4 Sumber Data

Judul Buku : Nayla

Pengarang : Djenar Maesa Ayu

(31)

Tahun terbit : 2005

Halaman : 180 Halaman

1.7 Sistematika Penyajian

(32)

BAB II

ANALISIS STRUKTUR CERITA DALAM NOVEL NAYLA

KARYA DJENAR MAESA AYU

Sesuai dengan uraian dalam landasan teori di muka, analisis struktur penceritaan novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu akan difokuskan pada tokoh dan penokohan, serta latar. Gagasan- gagasan dari pengarang digambarkan melalui unsur-unsur struktural dalam novel tersebut. Sebelum mengkaji unsur-unsur tersebut, terlebih dahulu akan dikemukakan sinopsis novel Nayla. Sinopsis ini penting untuk para pembaca dalam memahami arti teks. Dengan membuat sinopsis cerita, maka arti teks dapat lebih jelas dan mudah ditangkap oleh sebagian besar pembaca.

2.1 Sinopsis novel Nayla

(33)

Beberapa siksaan masih terus terbayang dalam benak Nayla. Dia selalu teringat pada siksaan peniti. Nayla selalu ditusuki vaginanya dengan peniti sewaktu ia ngompol. Terkadang dia juga dijemur di atas seng yang panas terbakar terik matahari tanpa alas kaki karena membiarkan pensil tanpa kembali menutupnya, dan terkadang dia dipaksa mengejan sampai berak lantas diikat dan tahinya direkatkan dengan plester di sekujur tubuh juga mulut karena ketahuan tidak makan sayur. Perilaku yang demikian keji dari ibunya membuat Nayla sakit hati. Penderitaan Nayla bertambah setelah dia diperkosa oleh Om Indra, pacar ibunya sendiri. Siksaan peniti dan perkosaan terhadap dirinya menyisakan suatu trauma yang mendalam. Suatu saat terpikir dalam benak Nayla, ia ingin mencari ayahnya. Namun ibunya mengharuskan Nayla untuk memilih salah satu antara mereka, antara Ayah atau Ibu.

(34)

sendiri sudah tak mau menerimanya karena Nayla sebelumnya telah memutuskan menyusul ayahnya.

Dalam kehidupan yang tidak menentu tersebut, Nayla menjadi seorang yang bebas dan cenderung nakal. Dia tidur di terminal, sering memalak orang di terminal, berantem, dan bahkan merampok taksi, maka dia seringkali keluar masuk Polsek. Semenjak mengalami kehidupan jalanan tersebut, perilaku Nayla menjadi keras dan kasar. Setelah beberapa lama, akhirnya dia mendapat pekerjaan di diskotek sebagai juru lampu. Kehidupan diskotek membuat Nayla semakin mendapat kebebasan, namun kebebasan yang tidak ada aturan. Dalam kebebasannya tersebut, Nayla menjadi seorang pemabuk, dan penganut seks bebas. Mabuk adalah belahan jiwa Nayla, ia pun kerap bercinta dengan laki- laki yang ditemuinya ataupun yang terlebih dulu membuat janji dengannya. Nayla juga menjadi seorang lesbian, pacar perempuannya bernama Juli. Namun, Nayla juga mempunyai pacar laki- laki bernama Ben. Saat cekcok dengan Ben, ia tak segan-segan memukul bahkan menusuk Ben dengan pecahan botol. Sifat dan kelakuan Nayla yang tak karuan membuat hubungannya dengan Juli dan Ben tak bertahan lama. Hubungan mereka akhirnya kandas di tengah jalan. Nayla juga menjadi seorang penulis cerpen. Cerpennya banyak mengandung masalah seks, khususnya seputar alat kelamin. Setelah mencoba menulis beberapa kali akhirnya cerpen Nayla dimuat dan Nayla menjadi seorang penulis terkenal.

(35)

bagaimana Nayla yang mabuk, bagaimana Nayla yang melayani hasrat seks laki-laki, bagaimana Nayla memuaskan para laki- laki-laki, bagaimana hubungan Nayla dengan kekasih lesbiannya.

2.2 Tokoh dan Penokohan dalam novel Nayla

Banyak sekali tokoh yang ikut mendukung cerita dalam novel Nayla, antara lain Nayla, Ibu kandung Nayla, Juli, Ben, Ayah Nayla, Ibu tiri Nayla yang bernama Ratu, Om Indra, dan masih banyak lagi tokoh yang lainnya. Namun penulis akan memfokuskan pada dua tokoh saja, yaitu tokoh Nayla sebagai tokoh utama, dan tokoh ibu yang sangat mempengaruhi perkembangan tokoh Nayla. Hal ini dikarenakan dua tokoh tersebut memiliki peran yang kuat dalam novel tersebut. Tokoh Nayla sebagai tokoh utama yang akan diteliti dan dikaji aspek-aspek kenakalannya, sedangkan tokoh Ibu adalah tokoh yang sangat mempengaruhi perwatakan dan kehidupan Nayla termasuk kenakalan Nayla. a) Tokoh Nayla

Tokoh Nayla memiliki nama lengkap Nayla Kinar. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut ini :

(1)Itu benar-benar namanya! Nayla Kinar! Tidak mungkin kesalahan cetak. Karena tidak namanya saja yang tercantum di sana, juga cerita pendeknya! (hlm 152).

(36)

(2)“Nama?” “Nayla.”

“Umur?”

“Dua belas tahun.” (hlm 72).

Tokoh Nayla juga sempat diceritakan berumur 13 tahun. Hal itu tampak ketika Juli sedang merenungi tokoh Nayla, yaitu dalam kutipan berikut ini :

(3)Namun ia belum tahu sedikitpun tentang Nayla. Perempuan muda yang baru beranjak tiga belas usianya. Perempuan yang mencuri hatinya pada saat pendangan pertama (hlm 62).

Selain itu, Nayla juga diceritakan saat ia berumur 14 tahun. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(4)“Hah? Kamu khan baru empat belas tahun. Pertama kali ngelakuin umur berapa?” (hlm 83).

Dalam penceritaan, juga sempat disinggung umur tokoh Nayla 16 tahun. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(5)Kedua, kamu cantik, masih enam belas tahun pula, bagi mereka kamu sasaran empuk untuk dibodohi (hlm 50).

Hukuman demi hukuman yang sangat keji yang diterima Nayla dari Ibu kandungnya sendiri tentu saja membuat Nayla membenci Ibunya. Hal tersebut tampak pada kutipan berikut :

(6) Rasa sakit di hatinya pun masih kerap menusuk setiap kali melihat sosok ibu tak ubahnya monster. Padahal ia ingin melihat Ibu seperti ibu- ibu lain yang terkejut ketika anak kandungnya jatuh hingga terluka dan mengeluarkan darah, bukan sebaliknya membuat berdarah. Nayla ingin punya Ibu, tapi bukan ibunya sendiri. Nayla ingin memilih tak punya Ibu, ketimbang punya Ibu yang mengharuskannya memilih peniti (hlm 2).

(37)

(7) Tapi hari ini saya tak berjalan kaki menuju sekolah. Saya menunggu sahabat-sahabat di sebuah restoran cepat saji. Kami janjian bolos. Bukan yang pertama kali. Tapi kali ini acara bolos kami punya misi (hlm 9).

Kemudian dalam perkembangannya, tokoh Nayla diceritakan menjadi seorang juru lampu di diskotek. Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut :

(8) Dan saya, selaku juru lampu disana, dikenal sebagai perempuan yang tengah naik daun! Tamu-tamu tak sekadar datang karena mereka tak mau ketinggalan jaman jika belum pernah bertandang ke diskotek itu, tapi juga datang untuk saya, si juru lampu (hlm 98).

Maka sejak itulah Nayla mulai mengenal dunia malam. Dan sejak itulah Nayla menjadi seorang yang gemar mabok dan bercinta atau bermain seks. Hal itu tampak dalam kutipan berikut ini :

(9) Mabuk. Itulah belahan jiwa Nayla. Dan malam bagi Nayla, adalah belahan jiwa mabuk. Mabuk kehidupan, maupun mabuk minuman, asal sama-sama mabuk (hlm 142).

(10) “Ya, diperkosa satu laki- laki sejak umur sembilan tahun. Gue nyoba beneran sembilan laki- laki lainnya sejak umur tiga belas tahun. Berarti itu gue lakuin selama sama kamu!” (hlm 84).

Pada akhirnya tokoh Nayla diceritakan menjadi seorang penulis. Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut, saat Nayla diwawancarai wartawan :

(11) “Sebenarnya apa sih yang membuat Mbak memilih menjadi penulis?” “Menulis yang memilih saya, bukan saya yang memilih menjadi penulis.” (hlm 119).

Ditinjau dari segi fisik, Nayla adalah seorang wanita yang berparas cantik. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut ini :

(12) Kedua, kamu cantik, masih enam belas tahun pula, bagi mereka kamu sasaran empuk untuk dibodohi (hlm 50).

(38)

menjalin hubungan dengan seorang laki- laki sebagai pacar. Semua fakta itu terlihat dalam kutipan berikut :

(13) Saya juga punya pacar. Bukan laki, tapi perempuan. Yang laki-laki cuma untuk hit and run. Mereka benar-benar makhluk yang menyebalkan, sekaligus menggiurkan (hlm 54).

Dari kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh Nayla adalah tokoh yang nakal. Kenakalannya dapat kita lihat dari beberapa teks yang menunjukkan kehidupan dan aktivitasnya seperti gemar minum minuman keras dan mabuk-mabukan, ditangkap polisi setelah ia terbukti akan merampok taksi, dan seks bebas, termasuk lesbian.

b) Tokoh Ibu

Tokoh Ibu dikenal keras dalam mendidik Nayla, dan tak tanggung-tanggung bila memberinya hukuman. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut :

(39)

(15) Percayalah kepadaku, anakku. Tak ada seorang ibu yang tidak mencintai anaknya. Jika aku harus menghukummu, itu karena terpaksa. Aku yakin, Tuhan akan memaklumi semua tindakanku sejauh Ia tahu bahwa tak ada sedikitpun niatanku untuk menyiksa. Semua yang kulakukan adalah untuk kebaikanmu (hlm 8).

Walau begitu, Ibu adalah orang yang tegar dan kuat menghadapi hidup. Ia dapat melanjutkan hidup tanpa bantuan Ayah Nayla. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut :

(16) Aku yang merawatmu dengan penuh ketegaran sejak kamu berada di dalam kendungan. Aku yang membesarkanmu dengan penuh ketabahan. Aku menafkahimu. Aku memberimu tempat berteduh yang nyaman. Aku menyediakanmu segala kebutuhan sandang dan pangan. Akan kubuktikan kepadanya, anakku, bahwa aku bisa berdiri sendiri tanpa perlu ia mengulurkan tangan (hlm 6).

Ibu mengharuskan Nayla untuk memilih salah satu, antara Ibu atau Ayah. Dan akhirnya keputusan Nayla me nyusul ayahnya membuat Ibu memutuskan hubungan dengan Nayla, dan akhirnya mereka berpisah. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :

(17) Sudah kukatakan berkali-kali, kamu harus memilih antara aku atau ayahmu. Dan kamu sudah memilihnya. Tak ada alasan apapun yang pantas mempersatukan kita berdua (hlm 17).

Ibu juga dikenal orang yang tegas tanpa basa-basi. Salah satunya terlihat saat ia menghadapi istri mantan suaminya, Ratu, yang datang ke rumahnya untuk membicarakan soal Nayla. Hal ini tampak dalam kutipan berikut :

(40)

Dilihat dari segi fisik, Ibu tergolong seorang wanita yang cantik, mungkin karena ia juga seorang mantan peragawati. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(19) Di mata Om Billy, Ibu adalah perempuan cantik dan mandiri. Ibu bisa menjadi seorang ibu sekaligus ayah. Sebagai seorang peragawati ternama di jamannya, Ibu mampu membagi antara pekerjaan dan mengurus rumah (hlm 95).

Dari uraian di atas mengenai penokohan tokoh Nayla dan Ibu, dapat kita ketahui bahwa walaupun sebenarnya masih terbesit rasa saling menyayangi diantara mereka dalam hubungannya antara ibu dan anak, namun hubungan Nayla dan Ibu kurang harmonis. Itu semua yang menyebabkan mereka berpisah dan Nayla harus menjalani kehidupan sendiri di alam bebas dan hidup tanpa aturan.

2.3 Latar dalam Novel Nayla

(41)

2.3.1 Latar Tempat

2.3.1.1 Rumah Ibu Kandung Nayla

Di tempat ini Nayla tinggal bersama ibunya, sampai pada akhirnya Nayla diperkosa oleh pacar ibunya sendiri, dan itu terjadi di rumah ini juga. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(20) Bahkan ketika kami sedang sama-sama nonton televisi dan Ibu pergi sebentar ke kamar mandi, Om Indra kerap mengeluarkan penis dari dalam celananya hanya untuk sekejap menunjukkannya kepada saya. Om Indra juga sering datang ke kamar ketika saya belajar dan menggesek-gesekkan penisnya ke tengkuk saya. Begitu ia mendengar langkah Ibu, langsung ia pura-pura mengajari saya hingga membuat Ibu memandang kami dengan terharu. Dan pada akhirnya, ketika Ibu tidak ada di rumah, Om Indra tidak hanya mengeluarkan ataupun menggesek-gesekkan penisnya ke tengkuk saya. Ia memasukkan penisnya itu ke vagina saya (hlm 113).

2.3.1.2 Rumah Ayah

Di rumah Ayah, Nayla untuk pertama kalinya bertemu dengan Ibu tirinya, seorang perancang busana ternama. Hal ini tampak dalam kutipan berikut : (21) Bukan. Saya tak mencari Ayah. Saya hanya menyebut nama Ayah ketika seorang perempuan muda, perancang busana ternama muncul di balik pintu (hlm 10).

2.3.1.3 Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika

Disini Nayla menjalani kehidupan yang seharusnya tidak ia jalani, karena ia bukan anak nakal dan bukan pula pemakai narkotika. Ia pun heran mengapa ia bisa dijebloskan ke tempat ini. Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut :

(42)

Di sini tergambar dengan jelas keadaan Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut :

(23) Sepanjang lorong barak putri ada dua belas kamar. Tiap kamar diisi empat orang. Ada dua ranjang tingkat. Anak baru, mendapat tempat di atas. Anak lama, berhak meniduri bagian bawah.

Ada tiga kamar yang dihuni oleh tiga pembina. Di bagian belakang, tersedia satu kamar mandi khusus untuk mereka. Di seberangnya, bagi anak bina disediakan satu kamar mandi besar dengan lima bak berjejer yang berseberangan dengan lima jamban tanpa dibatasi pintu. Mereka mandi dan mencuci pakaian bergantian di sana. Nayla akhirnya pun tahu, mereka kerap bercinta saat mandi bersama (hlm 14).

2.3.1.4 Polsek

Nayla sempat ditangkap di Polsek karena ia tertangkap akan merampok taksi bersama teman-temannya. Mereka pun diinterogasi oleh polisi yang bertugas disana. Suasana di Polsek ketika mereka diinterogasi terlihat dalam kutipan berikut ini :

(24) Nayla melirik ke arah Luna yang sedang diinterogasi di meja sebelah. Luna memberi kode supaya tidak mengaku (hlm 73).

(25) Tamparan melaya ng ke pipi Nayla. Di meja sebelah terdengar Luna mengucapkan nama kedua orang tuanya. Begitu pula teman-temannya yang lain lalu banyak suara-suara. Banyak tamparan melayang di pipinya. Jambakan di rambutnya (hlm 74).

2.3.1.5 Terminal

Setelah Nayla terbebas dari Polsek, dia sempat terdampar di sebuah terminal, tanpa ada seorangpun teman di dekatnya. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut ini :

(43)

Di terminal itu Nayla tak tahu harus kemana, ia merasa dirinya sangatlah tidak berguna seperti halnya binatang dan sampah yang berserakan di terminal. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(27) Setengah bermimpi Nayla berjalan. Bulan purnama bagai anting-anting yang menggantung di kuping awan. Ia berjalan melewati kucing-kucing dan anjing-anjing tak bertuan. Mendadak Nayla tak lebih dari binatang-binatang itu. Tak lebih dari sampah yang belum dibersihkan di jalan (hlm 75).

2.3.1.6 Diskotik

Diskotik merupakan latar yang paling dominan atau sering diceritakan dalam novel ini. Diskotik adalah tempat dimana Nayla benyak menghabiskan waktunya menjelajahi dunia malam. Gambaran suasana diskotik terlihat jelas dalam kutipan berikut ini :

(28) Kegaduhan ini, tetap saja terasa sepi. Lampu warna-warni berpendar silih berganti seiring dengan suara musik yang menghentak diskotek hingga lorong menuju kamar mandi. Para pelayan, bartender, dan pengunjung terlihat sibuk dengan kepentingannya sendiri-sendiri. Tak ada yang terlalu peduli. Apalagi jika waktu sudah ha mpir menginjak dini hari. Hanya ada tawa yang mabuk. Hanya ada mabuk yang limbung. Hanya ada limbung yang lupa. Hanya ada lupa yang sejenak membuat bahagia (hlm 3).

Diskotik merupakan tempat dimana Nayla banyak menghabiskan waktunya bersama Juli, pacar perempuannya yang yang bekerja sebagai seorang DJ. Di diskotik pula Nayla menjalani pekerjaannya sebagai seorang juru lampu. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut ini :

(44)

(30) Nayla kembali berdiri di balik tombol lampu- lampu. Memainkannya satu persatu sesuai dengan irama lagu. Saat itu kesadaran Juli mulai pulih setelah diberi minum Coca-Cola dengan garam oleh Nayla. Ia mengajak lainnya yang semula duduk di lantai, untuk berdiri dan bergoyang dengan gerakan yang sama. Pengunjung bersorak-sorak riuh dan meniru gerakan mereka (hlm 61).

2.3.1.7 Kamar Kos

Di tempat inilah Nayla tinggal dan beristirahat seusai ia menjalani aktifitas dan pekerjaannya di diskotik. Terkadang Juli juga menginap di kos Nayla. Gambaran kos Nayla terlihat jelas dalam kutipan berikut :

(31) Juli terlentang di atas ranjang sambil memandangi noktah-noktah kecokelatan di plafon. Kamar berdinding dan berpintu tripleks itu hampir tanpa barang. Hanya ada kursi plastik warna merah yang dijadikan sebagai meja tempat menaruh satu teko plastik berisi air putih, satu gelas bergambar bunga, dan satu asbak keramik berbentuk penis. Ada rak rotan susun tiga. Rak yang paling bawah ditaruhi beberapa lembar pakaian dan celana dalam. Rak yang ditengah ditaruhi satu gayung berisi sampo, sikat gigi, pasta gigi, sabun mandi, dan di sampingnya terletak krim pelembut, deodorant, bedak, dan gincu. Sementara rak yang paling atas ditaruhi foto Nayla dalam bingkai terbuat dari kertas dan beberapa buku. Sementara, ranjang kayunya sudah reyot sehingga menimbulkan bunyi setiap kali yang menidurinya bergerak. Tak heran jika malam itu Juli negitu terganggu dengan suara-suara. Tidak hanya suara derit ranjang yang tengah ditidurinya berdua dengan Nayla, tapi juga ranjang-ranjang kayu reyot lain di samping kanan kiri dan seberang kamar. Dinding tripleks tipis itu tak mampu membendung suara-suara sehingga semalaman Juli terjaga (hlm 61). 2.3.2 Latar Waktu

Dalam novel Nayla terdapat beberapa latar waktu. Latar waktu dalam novel ini berkisar antara tahun 1987 sampai tahun 2000, atau dengan kata lain terjadi perputaran waktu dalam novel ini. Waktu tersebut tergambar jelas dalam novel ini. Pada catatan harian Nayla dan Ibu Lina, menunjukkan tahun 1987. Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut :

(45)

(33) CATATAN HARIAN IBU LINA, 27 Oktober 1987 (hlm 20). (34) CATATAN HARIAN NAYLA, 30 Oktober 1987 (hlm 21).

Surat yang ditulis Nayla untuk Ibu, penanggalan surat menunjukkan tahun 1989. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(35) Jakarta, 11 November 1989 (hlm 55).

Surat yang ditulis Juli untuk Nayla, penanggalan surat menunjukkan tahun 1991. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(36) Jakarta, 21 Juli 1991 (hlm 52).

Surat yang ditulis Nayla untuk Ayah, penanggalan surat menunjukkan tahun 1998. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(37) Jakarta, 18 Februari 1998 (hlm 58).

SMS (Short Message Service) yang dikirim Nayla ke handphone Lidya, pada penanggalan menunjukkan tahun 2000. Hal itu trampak dalam kutipan berikut :

(38) Sender: Nayla 08169192 Sent: 21:03:45

11-01-2000 (hlm 31).

Penanggalan pada cerpen karangan Nayla juga menunjukkan tahun 2000. Tampak dalam kutipan berikut :

(39) Jakarta, 12 Januari 2000 1:56:05 PM (hlm 42).

(46)

2.3.2.1 Pagi

Saat Nayla masih menjadi pelajar sekolah, seperti pada umumnya anak sekolah, pagi hari ia pergi ke sekolah. Namun terkadang dia membolos dan berkumpul bersama teman-temannya. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(40) Tapi hari ini saya tak berjalan kaki menuju sekolah. Saya menunggu sahabat-sahabat di sebuah restoran cepat saji. Kami janjian bolos. Bukan yang pertama kali. Tapi kali ini, acara bolos kami punya misi (hlm 9).

Nayla juga sempat mengalami pagi yang kurang menyenangkan, yaitu ketika ia berada di Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut ini :

(41) Subuh dini hari, masing- masing pintu kamar diketuk oleh pembina dengan cara yang sangat tak manusiawi.Bukan diketuk dengan tangan melainkan dengan tendangan kaki. Seperti robot anak-anak bina secara bersamaan membereskan tempat tidur. Setelah selesai mereka serempak menuju kamar mandi. Mengambil air wudhu untuk shalat pagi (hlm 14).

Suatu ketika Nayla akan merampok taksi bersama teman-temannya, itu juga dilakukannya di pagi hari. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(42) Luna mengemukakan rencananya kepada Nayla, kalau Maya, Yanti, dan dirinya sudah sepakat merampok taksi. Dan benar saja, Maya dan Yanti muncul batang hidungnya pagi ini (hlm 69).

2.3.2.2 Siang

(47)

Nayla sering menghabiskan waktu di siang hari untuk menulis cerpen. Hal itru tampak dalam waktu pada penanggalan cerpen Nyala yang menunjukkan pukul 1:56:05 siang. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(44) Jakarta, 12 Januari 2000 1:56:05 PM (hlm 42). 2.3.2.3 Sore

Nayla tak banyak beraktifitas di sore hari. Dalam novel ini, penceritaan aktifitas Nayla di sore hari hanya pada waktu dia di interview oleh wartawan saat dia telah menjadi penulis terkenal. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(45) “Sore, Mbak Nayla.” (hlm 115).

(46) “Sore, Mbak Nayla? Apa kabar?” (hlm 118).

(47) “Selamat sore Mbak Nayla. Wah, sepertinya sibuk ya?” (hlm 120). 2.3.2.4 Malam

Nayla pernah mengalami malam yang kurang menyenangkan, yaitu pada saat dia terpaksa harus tinggal di Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(48) Tapi segala harapannya kandas ketika empat jam kemudian, tepat jam delapan malam, ia menerima kiriman satu tas berisi pakaian-pakaiannya, berikut kebutuhannya sehari- hari (hlm 14).

Setelah keluar dari Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika, Nayla sempat melewati malam di terminal. Hal itu tampak dalam kutipan berikut ini :

(48)

Setelah Nayla bekerja di sebuah diskotek, malamnya selalu dihabiskan di diskotik bersama para pekerja yang lain dan pengunjung disana. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(50) Kegaduhan ini, tetap saja terasa sepi. Lampu warna-warni berpendar silih berganti seiring dengan suara musik yang menghentak seantero diskotek hingga lorong menuju kamar mandi. Para pelayan, bartender, dan pengunjung terlihat sibuk dengan kepentingannya sendiri-sendiri. Tak ada yang terlalu peduli. Apalagi jika waktu sudah hampir menginjak dini hari. Hanya ada tawa yang mabuk. Hanya ada mabuk yang limbung. Hanya ada limbung yang lupa. Hanya lupa yang sejenak membuat bahagia (hlm 3).

Di diskotek tempatnya bekerja, Nayla bertugas sebagai juru lampu. Maka tiap malam dia harus selalu siap disana,apalagi jika malam minggu tiba. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(51) Malam ini malam minggu. Baik Juli dan Nayla harus segera terbang ke diskotek tempat mereka bekerja sebagai juru musik dan juru lampu (hlm 65).

Terkadang dia menghabiskan malamnya bersama Juli dengan menginap di hotel. Hal itu tampak dalam kutipan berikut ini :

(52) Sirna sudah harapan Juli. Yang ia bayangkan sebelumnya, Nayla akan gembira menginap satu malam di kamar suite yang sudah Juli persiapkan untuknya. Berharap Nayla akan menikmati kemewahan itu ketimbang tidur di kamar kosnya yang kumuh. Mereka akan duduk sambil mereguk anggur merah di tepi jendela sambil memandang kemilau lampu-lampu mobil dan jalan raya di luar sana (hlm 67). Di malam hari, Nayla juga terbiasa mabuk, karena mabuk telah menjadi bagian hidup Nayla di malam hari. Hal itu tampak dalam kutipan berikut ini :

(49)

(54) Tapi untung malam itu Nayla baru setengah mabuk. Ia belum sempat muntah- muntah. Ia belum sempat mengeluarkan sumpah serapah (hlm 143).

Di malam hari pun Nayla kerap melakukan aktifitas seksual. Dia kerap bercinta dengan para lelaki, dengan Ben yang akhirnya menjadi pacarnya, dan dengan tamu lelaki yang lain. Hal itu tampak dalam kutipan berikut ini :

(55) Maka dituntunnya laki- laki itu menuju kamar mandi. Dicumbunya di depan pintu. Ditariknya masuk ke dalam salah satu bilik kamar mandi yang tak berlampu. Dibukanya ritsleuting celana laki- laki itu. Dilakukannya semua yang ingin ia lakukan saat itu, di kamar mandi tak berlampu, dengan laki- laki itu. Dengan laki- laki yang setelahnya mengaku bernama Ben (hlm 144).

(56) Saya diantar laki- laki. Setiap malam minggu saya punya janji. Setelah selesai menari, kami berdua menyelinap ke kamar hotel. Melakukannya langsung tanpa perlu mengatasnamakan cinta sebagai embel-embel. Ia mau. Saya mau. Tak perlu malu- malu. Apalagi saya diburu waktu (hlm 101).

Dari uraian mengenai waktu aktifitas tersebut di atas yang terdiri dari pagi, sore, dan malam, tampak jelas bahwa Nayla banyak menghabiskan waktunya di malam hari. Dahulu ia pernah mengalami malam yang kurang menyenangkan. Namun dalam kehidupan selanjutnya kegiatannya di malam hari banyak dilakukan untuk bersenang-senang, seperti mabuk- mabukan, dan melakukan aktifitas seksual.

2.3.3 Latar Sosial

(50)

Jika dilihat dari status sosial keluarga Nayla, keluarganya tergolong mampu dan tingkat ekonominya tinggi. Ibu kandungnya yang membesarkan dan menghidupi Nayla tergolong orang yang mampu. Hal itu tampak dalam kutipan berikut ini, saat ibunya berkata-kata kepada Nayla :

(57) Kusekolahkan kamu di sekolah yang cukup mahal. Kamu tinggal menghempaskan pantatmu di atas jok mobil yang berpendingin dan sampailah kamu di sekolah dalam sekejap. Kamu tinggal membuka mulut dan menyuap makanan bergizi penuh variasi tanpa perlu susah-susah memutar otak. Apa lagi yang kamu harapkan ketika semua kebutuhanmu tak ada yang kurang? (hlm 7).

Ayah Nayla pun tergolong orang yang mampu. Ayah Nayla adalah seorang penulis terkenal. Hal itu tampak dalam kutipan berikut ini, saat Ibu tiri Nayla membagikan foto dan tanda tangan Ayah Nayla :

(58) Saya tak menolak ketika ia membagikan foto berikut tanda tangannya kepada kami berlima. Ia pun sama sekali tak berniat menanyakan nama tamunya. Saya yakin pasti ia pikir kami hanyalah pelajar SMP yang ingin bertemu dengan sang penulis idola (hlm 11).

Ibu tiri Nayla juga tergolong orang yang mampu, karena dia juga seorang perancang busana ternama. Hal itu tampak dalam kutipan berikut ini :

(59) Bukan. Saya tak mencari Ayah. Saya hanya menyebut nama Ayah ketika seorang perempuan muda, perancang busana ternama, muncul di balik pintu (hlm 10).

Nayla hidup di tengah-tengah masyarakat modern dan tentunya daerah yang telah maju dan modern pula, dengan segala fasilitas yang sangat modern. Hal itu tampak dalam kutipan berikut ini :

(51)

Karena Nayla hidup di tengah-tengah masyarakat dan daerah modern, maka banyak fasilitas untuk bersenang-senang, salah satunya ialah diskotek. Dengan status sosial yang tinggi pula, maka orang-orang yang dengan mudahnya berhura-hura dan kemudian yang ada di pikirannya hanya mabok dan seks. Semua hal itu tampak dalam kutipan berikut ini :

(61) Selaiknya kecepatan penyebaran berita dari mulut ke mulut tentang produk, pertokoan, restoran, film, lagu, atau pun dimana tempat nongkrong baru yang hip, begitu pula halnya dengan perempuan. Begitu pula halnya dengan saya. Diskotek tempat saya bekerja dikenal sebagai diskotek terbesar se-Asia Tenggara pada jamannya. Dan saya, selaku juru lampu disana, dikenal sebagai perempuan yang tengah naik daun! Tamu-tamu tak sekadar datang karena mereka tak mau ketinggalan jaman jika belum pernah bertandang ke diskotek itu, tapi juga datang untuk saya, si juru lampu (hlm 98).

(62) Entah pergunjingan seperti apa yang sebenarnya berputar-putar di komunitas dunia malam itu. Apakah mereka beranggapan saya masuk dalam kriteria cantik. Apakah mereka ingin mencicipi daun muda. Apakah mereka menganggap pastilah menyenangkan jika meniduri perempuan penikmat laki- laki amupun perempuan. Apakah mereka ingin menjajal kepiawaian saya minum alkohol tanpa pernah tumbang. Saya tidak terlalu peduli. Yang pasti, minimal saya mendapat tiga tawaran kencan per hari. Dari yang muda hingga tua. Dari juru musik tamu hingga pendatang biasa. Banyak dari mereka yang begitu menggiurkan untuk dicoba. Jadi kenapa tidak dicoba saja? (hlm 98). Orang-orang di sekitar Nayla kebanyakan adalah penganut budaya modern. Adat dan budaya ketimuran yang baik dan santun mungkin telah hilang dari pikiran dan jiwa mereka. Mereka cenderung lebih mengenal budaya modern yang bebas. Seks, mabuk minuman keras, dan narkotika telah menjadi bagian hidup mereka. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(52)

mengira saya perawan. Padahal hati saya yang perawan, bukan vagina saya. Meski usia saya masih sangat muda (hlm 5).

(64) Juli muncul di pintu kamar mandi yang tiba-tiba terbuka di depan Nayla. Matanya merah. Jalannya sempoyongan. Dengan sigap Nayla memapah Juli keluar dari dalam toilet menuju konsul DJ lalu memesankan Coca-Cola dicampur dengan garam. Di atas konsul, para juru lampu dan juru musik yang lain pun telah dibungkus mabuk. Selain sudah banyak mengkonsumsi alcohol, mereka juga menghisap ganja yang sudah dicampur dengan cocaine (hlm 60).

Lesbian pun telah menjadi peristiwa yang biasa. Walaupun sebagian orang masih terlihat heran, namun masyarakat di sekitar tempat Nayla bekerja memandang hal itu sebagai sesuatu yang biasa. Hal itu tampak dalam kutipan berikut ini :

(65) Lantas mereka bergandengan menuju lobby. Tamu-tamu dan karyawan hotel yang berpapasan dengan mereka langsung melirik dan berbisik. Diam-diam Juli memperhatikan reaksi Nayla. Baru kali ini mereka jalan berdua di depan umum. Di tempat mereka bekerja, orang-orang sudah sangat maklum dengan bentuk hubungan seperti apapun. Tapi tentunya amat beda situasinya di tempat-tempat umum. Tapi Nayla terlihat santai saja. Ia tak sungkan mencium bibir ataupun bergandengan tangan dengan Juli (hlm 65).

Bukti yang lebih menguatkan bahwa orang di sekitar Nayla telah melupakan adat dan budaya ketimuran yang santun terlihat dari peristiwa kumpul kebo, dan itu sendiri justru dilakukan oleh Ibu kandung Nayla dengan kekasihnya yaitu Om Indra. Hal itu tampak dalam kutipan berikut ini :

(66) Tapi Om Indra tidak saja dengan leluasa tidur di kamar Ibu. Om Indra juga mandi di kamar mandi Ibu. Om Indra juga memegang kunci duplikat. Ia bisa datang dan pergi kapan saja dengan bebas. Sebab itulah Nayla tahu, Om Indra adalah tamu istimewa. Om Indra adalah laki- laki yang Ibu cinta melebihi Om Billy, Om Deni, dan om-om lainnya (hlm 97).

(53)

dan ekonomi yang tinggi, dan banyak fasilitas modern untuk bersenang-senang dan tentunya itu menjadi akses yang sangat baik untuk berhura-hura, mabuk, dan seks bebas. Adat dan budaya orang-orang di sekitar Nayla cenderung modern, mereka telah melupakan budaya ketimuran yang baik dan santun. Budaya mereka cenderung bebas. Mabuk, dan seks bebas telah menjadi bagian hidup mereka, termasuk fenomena lesbian dan kumpul kebo. Semua itu tentu saja dapat menjadi salah satu akses menuju kenakalan remaja, dan Nayla telah mulai memasuki itu semua.

Dari analisis mengenai latar diatas, secara umum dapat disimpulkan bahwa baik latar tempat, latar waktu, maupun latar sosial merupakan setting yang tepat bagi tumbuhnya seorang remaja yang nakal.

2.4 Rangkuman

(54)
(55)

BAB III

ANALISIS PENYEBAB DAN TIPE KENAKALAN

TOKOH NAYLA

Pada Bab III ini, penulis akan menganalisis penyebab dan tipe kenakalan tokoh Nayla. Penulis akan menggunakan dua teori sebagai tahapan analisis penyebab kenakalan tokoh Nayla, yaitu Teori Kebutuhan Dasar Manusia Abraham Maslow dan Teori Psikogenis. Setelah itu penulis akan menganalisis tipe kenakalan Nayla. Disini akan diketahui apakah tipe kenakalan Nayla. Uraian dalam bab ini sepenuhnya didasarkan pada novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu.

3.1 Penyebab Kenakalan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis akan mengkaji penyebab kenakalan tokoh Nayla dengan menggunakan dua teori, yaitu Teori Kebutuhan Dasar Manusia Abraham Maslow dan Teori Psikogenis.

3.1.1 Teori Kebutuhan Dasar Manusia Abraham Maslow

(56)

3.1.1.1 Kebutuhan-kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhannya akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur, dan oksigen (Goble,1987:71).

Berdasarkan pengamatan penulis, Nayla tidak mempunyai masalah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiologisnya. Hal itu dikarenakan Ibu Nayla dapat menghidupi Nayla dengan sangat layak. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut :

(67) Kusekolahkan kamu di sekolah yang cukup mahal. Kamu tinggal menghempaskan pantatmu di atas jok mobil yang berpendingin dan sampailah kamu di sekolah dalam sekejap. Kamu tinggal membuka mulut dan menyuap makanan bergizi penuh variasi tanpa perlu susah-susah memutar otak. Apa lagi yang kamu harapkan ketika semua kebutuhanmu tak ada yang kurang? (hlm 7).

Keluarga Nayla tergolong dalam kalangan menengah keatas. Ayah Nayla adalah seorang penulis ternama. Hal itu tampak dalam kutipan berikut ini, saat Ibu tiri Nayla membagikan foto dan tanda tangan Ayah Nayla :

(68) Saya tak menolak ketika ia membagikan foto berikut tanda tangannya kepada kami berlima. Ia pun sama sekali tak berniat menanyakan nama tamunya. Saya yakin pasti ia piker kami hanyalah pelajar SMP yang ingin bertemu dengan sang penulis idola (hlm 11).

Ibu tiri Nayla juga tergolong orang yang mampu, karena dia juga seorang perancang busana ternama. Hal itu tampak dalam kutipan berikut ini :

(69) Bukan. Saya tak mencari Ayah. Saya hanya menyebut nama Ayah ketika seorang perempuan muda, perancang busana ternama, muncul di balik pintu (hlm 10).

(57)

(70) Yang pasti, minimal saya mendapat tiga tawaran kencan per hari. Dari yang muda hingga tua. Dari juru musik tamu hingga pendatang biasa. Banyak dari mereka yang begitu menggiurkan untuk dicoba. Jadi kenapa tidak dicoba saja? (hlm 98).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan-kebutuhan fisiologis tokoh Nayla sangatlah cukup dan terpenuhi. Dan itu bukan merupakan suatu masalah bagi Nayla.

3.1.1.2 Kebutuhan akan Rasa Aman

Setiap anak memerlukan lingkungan yang dirasa aman baginya, yang teratur dan tertib. Ia tahu bahwa selalu ada orang tua khususnya ibu yang dapat melindunginya kalau muncul kesulitan atau ancaman bahaya. Ketenangan suasana keluarga adalah syarat supaya anak merasa aman. Kehilangan rasa aman, terutama pada masa kanak-kanak akan membawa pengaruh sepanjang umur.

Dalam hal ini, penulis melihat ada ganjalan yang dialami tokoh Nayla dalam pemenuhan kebutuhan akan rasa aman. Hal ini dikarenakan perilaku yang kurang baik dari keluarganya, dan itu justru dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri. Dalam menjalani kehidupan bersama ibunya, Nayla sama sekali tidak mendapatkan rasa aman. Justru dia selalu was-was, takut, dan tertekan dengan perlakuan ibunya yang sering menyiksanya dengan memberinya hukuman yang sangat keji. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(58)

(72) Saya dipukuli ketika menumpahkan sebutir nasi. Tidak rapi, kata Ibu. Tapi yang saya lihat di sekolah anak lain,anak lain kerap menumpahkan tidak hanya sebutir nasi, namun segepok nasi berikut dengan lauknya tanpa dipukuli maupun diomeli ibunya. Saya dijemur diatas seng yang panas terbakar terik matahari tanpa alas kaki karena membiarkan pensil tanpa kembali menutupnya. Tidak bertanggung jawab, kata Ibu. Tapi yang saya lihat di sekolah, anak lain kerap membiarkan pensil mereka tak berpenutup dan orang tuanya dengan suka rela mencarikan dan menutupnya. Saya dipaksa mengejan sampai berak lantas diikat dan tahinya direkatkan dengan plester di sekujur tubuh juga mulut saya karena ketahuan tidak makan sayur. Tidak bisa bersyukur, kata Ibu. Tapi yang saya lihat di sekolah, anak lain banyak menampik sayur yang dibawakan ibunya, lantas sang ibu malah menjajani mereka bakso atau pempek palembang. Ibu memang kuat. Dan saya begitu lemah untuk tidak merasa takut pada Ibu (hlm 113). Selain itu, kehidupan di keluarga Nayla juga kurang baik. Semenjak ditinggal Ayah, Ibu terlalu sibuk dengan pacar-pacarnya, sampai-sampai pacarnya dibiarkan tinggal dan menginap di rumahnya. Ibu kurang memperhatikan dan menjaga Nayla, hingga akhirnya saat ibu tidak ada dirumah, salah satu pacar Ibu yang bernama Om Indra memperkosa Nayla. Hal itu tampak dalam kutipan berikut:

(73) Dan pada akhirnya, ketika Ibu tidak ada di rumah, Om Indra tidak hanya mengeluarkan ataupun menggesek-gesekkan penisnya ke tengkuk saya. Ia memasukkan penisnya itu ke vagina saya. Supaya tidak ngompol, katanya. Saya diam saja. Saya tak merasakan apa-apa. Vagina saya sudah terbiasa dengan tusukan peniti Ibu. Yang walaupun lebih kecil, namun lebih tajam dan tidak dimasukkan pada tempatnya sehingga sakitnya melebihi penis Om Indra yang merasuk kuat ke dalam lubang vagina saya. Hati saya pun tidak sesakit ketika Ibu yang melakukannya. Saya diam dan menerimanya demi Ibu. Karena Ibu mencintainya. Karena sudah selayaknya seorang anak berbakti kepada ibunya (hlm 113).

(59)

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan rasa aman tokoh Nayla tidak terpenuhi. Justru dalam kehidupan bersama ibunya, ia selalu merasa takut dan was-was, ia sama sekali tidak merasakan aman dan nyaman. 3.1.1.3 Kebutuhan akan Rasa Memiliki-Dimiliki dan akan Rasa Kasih Sayang

Menurut Maslow, orang akan mendambakan hubungan penuh kasih sayang dengan orang lain pada umumnya, khususnya kebutuhan akan rasa memiliki tempat ditengah kelompoknya, dan ia akan berusaha keras mencapai tujuan yang satu ini (Goble, 1987:74). Cinta menurut Maslow, tidak boleh dikacaukan dengan seks, yang dapat dipandang sebagai kebutuhan fisiologis semata- mata. Biasanya tingkah laku seksual ditentukan oleh banyak kebutuhan, bukan hanya kebutuhan seksual melainkan juga oleh aneka kebutuhan lain, terutama kebutuhan akan cinta dan kebutuhan akan kasih sayang (Goble, 1987:74).

Penulis melihat ada ganjalan yang dialami tokoh Nayla untuk memenuhi kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan akan rasa kasih sayang. Sedari awal ibunya mengharuskan Nayla untuk memilih antara Ibu atau Ayahnya. Tentu saja hal itu bertentanga n dengan hati nurani Nayla. dengan adanya keputusan itu, Nayla tidak dapat memiliki keduanya, ia hanya dapat memilih dan memiliki salah satu saja, ibunya atau ayahnya. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(60)

Nayla tak pernah merasakan kasih sayang seorang Ayah. Ayahnya meninggalkannya semenjak ia masih dalam kandungan. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(75) Kamu tak akan pernah tahu, anakku, seberapa dalam ayahmu menyakiti hatiku. Ia menyakiti kita dengan tidak mengakui janin yang kukandung adalah keturunannya. Ia meninggalkan kita begita saja tanpa mengurus ataupun mendiskusikan terlebih dulu masalah perceraian. Aku yang merawatmu dengan penuh ketegaran sejak kamu berada di dalam kendungan. Aku yang membesarkanmu dengan penuh ketabahan. Aku menafkahimu (hlm 6).

Walaupun Ibu memenuhi semua kebutuhan Nayla, namun Nayla merasa tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang Ibu. Ibunya sering menghukumnya dengan sangat keji. Ia merasa tidak mendapat kasih sayang, tidak seperti anak-anak lain seusianya yang mendapat kasih sayang dan perhatian dari ibu mereka. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(61)

memasukkan dia ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(77) Nayla tak mempercayai apa yang dilihatnya ketika gerombolan anak perempuan memakai kaos seragam berlabel Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika menyeruak masuk ke dalam ruangan. Sepuluh menit yang lalu, Nayla tiba dan langsung diantar masuk ke dalam ruangan yang kelak ia ketahui sebagai barak khusus putri (hlm 12). (78) Nayla marah. Betapa ingin ia segera dijemput oleh keluarganya.

Betapa ingin ia segera memaki kedua perempuan yang menjemputnya tadi dan melihat mereka memohon maaf atas kekeliruan mereka. Tapi segala harapannya kandas ketika empat jam kemudian, tepat jam delapan malam, ia menerima kiriman satu tas berisi pakaian-pakaiannya, berikut kebutuhannya sehari-hari. Handuk, pembalut, pelembab, sampo, dan sabun mandi. Tak muncul seorang pun keluarga yang begitu ia nanti- nanti (hlm 14).

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan Nayla akan rasa memiliki-dimiliki masih belum tercukupi. Nayla ingin memiliki Ayah dan Ibu, namun ia hanya dapat memilih salah satu dari mereka. Kebutuhan akan rasa kasih sayang pun masih dirasa kurang, karena ia sendiri jus tru sering mendapat perlakuan semena- mena dari ibunya. Kasih sayang dari ayahnya pun juga tidak didapat. Secara keseluruhan, kebutuhan tokoh Nayla akan rasa memiliki-dimiliki dan akan rasa kasih sayang tidak terpenuhi.

3.1.1.4 Kebutuhan akan Penghargaan

(62)

Dalam pemenuhan kebutuhan akan penghargaan, penulis juga melihat ganjalan yang dialami oleh Nayla. Ia kurang mendapat penghargaan oleh orang-orang disekitarnya. Ibunya sendiri kurang bisa menghargai Nayla, ibunya melakukan apa saja yang ia ingin lakukan terhadap Nayla tanpa memandang perasaan Nayla. Padahal Nayla ingin dihargai seperti anak-anak la in. Ibunya tak memperdulikan perasaan Nayla, itu juga yang menyebabkan Nayla membenci ibunya. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(79) Rasa sakit di hatinya pun masih kerap menusuk setiap kali melihat sosok ibu tak ubahnya monster. Padahal ia ingin melihat Ibu seperti ibu- ibu lain yang terkejut ketika anak kandungnya jatuh hingga terluka dan mengeluarkan darah, bukan sebaliknya membuat berdarah. Nayla ingin punya Ibu, tapi bukan ibunya sendiri. Nayla ingin memilih tak punya Ibu, ketimbang punya Ibu yang mengharuskan memilih peniti (hlm 2).

Keluarga Nayla pun sempat memasukkan Nayla ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Hal itu tentu saja merendahkan nama baik Nayla yang sebenarnya dia tidak melakukan kesalahan apapun saat itu, dan kebebasannya disana juga terkekang. Nayla dimasukkan ke tempat itu karena keluarganya menganggap ia gila, ia memakai narkoba. Semua hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(80) Ayah meninggal. Ia tertawa. Pikir mereka, ia memakai narkoba. Sebagian lagi menganggap ia gila. Ia dibohongi. Ia dijebloskan ke dalam Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika (hlm 74).

Dari uraian tersebut terlihat bahwa harga diri Nayla justru dijatuhkan oleh keluarganya sendiri, dan penghargaan terhadap diri Nayla juga tidak ada.

(63)

menginginkan tubuh dan selaput dara saja. Hal itu membuatnya lebih mencintai wanita. Hal itu tampak dalam kutipan berikut :

(81) Saya sependapat dengannya. Karena itu saya tak terlalu bangga ketika banyak tamu laki- laki dan juru musik yang lain mengaku tergila- gila pada saya. Mereka berlomba- lomba mendapatkan tubuh saya. Mereka pasti bangga jika berhasil merobek selaput dara saya (hlm 5).

(82) Tapi saya tak ingin memberi cinta saya kepada orang-orang yang tak semestinya menerima. Lebih baik saya mencintai Juli ketimbang laki-laki yang menginginkan selaput dara saja (hlm 6).

Dari beberapa uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan pengharga an tokoh Nayla tidak terpenuhi. Dia kurang mendapat penghargaan dari keluarga dan orang-orang sekitarnya.

3.1.1.5 Kebutuhan akan Aktualisasi Diri

Pemaparan tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan menggunakan kemampuan oleh Maslo w disebut aktualisasi diri. Maslow menemukan bahwa kebutuhan aktualisasi diri biasanya muncul sesudah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai (Goble, 1987:77).

(64)

Maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan aktualisasi diri tokoh Nayla tidak terpenuhi.

Setelah kelima tingkatan kebutuhan dasar manusia tokoh Nayla dianalisis maka dapat disimpulkan dari kelima tingkatan kebutuhan itu hanya ada satu yang terpenuhi, yaitu kebutuhan fisiologis. Sedangkan ada empat kebutuhan yang tidak terpenuhi, yaitu kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan, dan karena kebutuhan akan cinta dan penghargaan tidak terpenuhi maka kabutuhan akan aktualisasi diri pada tokoh Nayla juga tidak terpenuhi.

Akibat tidak terpenuhinya beberapa kebutuhan tersebut menyebabkan tingkah laku Nayla menyimpang dari norma-norma sosial, agama, dan hukum yang ada dan berlaku di masyarakat. Perilaku menyimpang pada tokoh Nayla ini dalam bentuk kenakalan seperti membolos sekolah, memalak, berantem, merampok taksi dan mabuk- mabukan. Selain itu tidak terpenuhinya beberapa kebutuhan tersebut menyebabkan Nayla menjadi salah pergaulan. Ia terjerumus dalam seks bebas, sampai-sampai ia juga menjadi seorang lesbian.

3.1.2 Teori Psikogenis

Argumen pokok teori ini ialah bahwa kenakalan merupakan bentuk penyelesaian atau kompensasi dari masalah psikologis dan konflik batin.

Menurut teori ini, penyebab kenakalan berkaitan dengan: 1) Jiwa yang galau semrawut

2) Konflik batin

Referensi

Dokumen terkait

Gambar diatas merupakan grafik kecepatan angular roda dan kendaraan pada lock braking hasil dari simulasi MATLAB, grafik diatas menunjukkan kecepatan angular roda

Sumpah Pocong merupakan institusi resolusi konflik yang telah mendapatkan public trust dari masyarakat Pendhalungan kerana menggunakan nilai-nilai agama yang menjadi dasar

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Alokasi Pengeluaran dan Tingkat Konsumsi Pangan Keluarga (Studi Kasus: Kelurahan Tanah Sareal, Bogor).. Institut

Jawaban menurut pendapat saya aya akan tetap berusaha juklak sesuai dengan waktu yang diberikan akan tetapi di lapangan banyak hal atau factor yang mempengaruhi dalam

Nilai gizi makanan juga didapatkan dengan adanya variasi tanaman atau ternak yang dipelihara oleh keluarga sehingga meningkatkan daya beli keluarga terhadap makanan

Salah satu implikasi dari perubahan undang-undang tersebut adalah pada status Bank Indonesia dalam bidang perpajakan yaitu kedudukan Bank Indonesia sebagai Wajib Pajak Badan,

(4) Standar Pendidikan Tinggi yang Ditetapkan oleh Perguruan Tinggi disusun dan dikembangkan oleh perguruan tinggi dan ditetapkan dalam peraturan pemimpin perguruan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh literasi keuangan, experienced regret, risk tolerance, dan motivasi pada keputusan investasi keluarga dengan mengambil