• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Nilai Guna (UTILITY)

Dalam dokumen MATERI DAN RPP SEMESTER 2 (Halaman 70-74)

KEGIATAN PEMBELAJARAN IX-

2. Teori Nilai Guna (UTILITY)

Menurut teori nilai guna, setiap barang mempunyai daya guna atau memberikan kepuasan kepada konsumen yang menggunakan barang. Jadi, jika seorang konsumen meminta sesuatu jenis barang, pada dasarnya yang diminta adalah nilai guna (utilitas) barang tersebut. Nilai guna (utilitas) adalah kepuasan dan kenikmatan yang diperoleh seseorang dalam mengonsumsi barang dan jasa. Teori nilai guna dapat digolongkan manjadi dua macam, yaitu nilai guna total (total utility) dan nilai guna marjinal (marginal utility).

a. Nilai Guna Total ( Total Utility )

Nilai guna total adalah jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh konsumen dalam mengonsumsi sejumlah barang tertentu. Contonya, kalian membeli roti sebanyak 2 buah dan memakannya di kantin sekolah dan guna total roti yang kalian konsumsi tersebut adalah 4. Pada hari berikutnya, konsumsi kalian terhadap roti meningkat. Karena setelah berolahraga, kalian merasa sangat lapar dan membeli serta memakan roti sebanyak 4, dengan nilai guna total roti 6.

Lihat contoh pada tabel berikut ini. Jumlah Konsumsi

Roti (potong)

Nilai Guna Total (Total Utility) 0 2 4 6 0 4 6 8

b. Nilai Guna Marjinal ( Marginal Utility )

Nilai guna marjinal berarti pertambahan atau pengurangan kepuasan sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu. Nilai guna marjinal (marginal utility) hanya berlaku dengan beberapa asumsi berikut ini.

a. Nilai guna dapat diukur.

b. Konsumen bersifat rasional sehingga perilakunya dapat dipahami secara logis.

c. Konsumen bertujuan untuk memaksimumkan utilitasnya.

Contohnya, ketika kalian memakan roti pertama, nilai guna total roti yang didapat adalah 30. Pada konsumsi roti berikutnya kalian mendapat nilai guna total 50. Dari nilai guna total konsumsi roti pertama dan berikutnya, akan kita temukan nilai guna marjinalnya yaitu 50 – 30 = 20. Jadi nilai guna marjinalnya adalah 20.

Jumlah Konsumsi Roti (potong)

Nilai Guna Total (Total Utility)

Nilai Guna Marginal (Marginal Utility) 0 2 4 6 0 4 6 8 - 4 2 2

Contoh Hubungan antara jumlah barang yang dikonsumsi dengan total utility dan marginal utility Teori Nilai

Jumlah Konsumsi Nilai Guna Total

(Total Utility) Nilai Guna Marginal(Marginal Utility) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 30 50 60 65 65 60 45 20 - 30 20 10 5 0 -5 -15 -25

Teori nilai dibagi menjadi dua yaitu : a. Teori Nilai Objektif

Beberapa ahli ekonomi melakukan penelitian tentang bagaimana terjadinya nilai terhadap barang/jasa melahirkan teori nilai objektif sebagai berikut.

1) Teori nilai biaya produksi dari Adam Smith

Untuk membuat suatu benda pasti diperlukan modal dan tenaga. Setiap produsen apabila ingin membuat suatu barang harus memberikan pengorbanan berupa modal dan tenaga dan inilah yang menjadi nilai untuk benda tersebut.

2) Teori nilai biaya produksi tenaga kerja dari David Ricardo

Menurut teori ini, nilai suatu barang ditentukan oleh biaya tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi barang tersebut. Tenaga kerja yang dimaksud meliputi tenaga kerja manusia, mesin, dan peralatan lain yang digunakan. Ricardo membagi menjadi 2 golongan :

 Barang yang tidak mungkin diganti atau diperbanyak. Contoh : lukisan (nilai ditentukan oleh penggemar)  Barang yang mudah diperbanyak

Nilai ditentukan oleh tenaga kerja. 3) Teori nilai lebih dari Karl Marx

Menurut Karl Marx, barang dinilai berdasarkan pada biaya rata- rata tenaga kerja di masyarakat. Karl Marx juga berpendapat bahwa upah yang diberikan kepada buruh tidak sesuai dengan harga barang yang dijual sehingga terjadi pemerasan terhadap buruh. Laba yang diterima pengusaha didapat dari selisih nilai jual dengan biaya produksi yang rendah karena pemerasan terhadap buruh disebut nilai lebih. Oleh karena itu, teori ini disebut teori nilai lebih.

4) Teori nilai reproduksi dari Carey

Biaya reproduksi adalah biaya yang dikeluarkan setelah bahan dasar untuk membuat suatu barang mengalami kenaikan. Menurut teori ini, nilai suatu barang ditentukan oleh biaya pembuatan kembali (biaya reproduksi) barang tersebut. Oleh karena itu, nilai barang ditentukan oleh harga-harga bahan pada saat barang tersebut akan dibuat kembali.

Contoh :

Untuk membuat lemari diperlukan biaya Rp 3.000.000 namun beberapa bulan kemudian karena harga kayu naik maka untuk memproduksi lemari membutuhkan biaya Rp. 3.500.0000. sehingga jumlah uang Rp 3.500.000 merupakan biaya reproduksi.

5) Teori nilai pasar dari David Hummed and John Locke

Menurut teori ini, nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah permintaan dan penawaran yang ada di pasar atau nilai suatu barang ditentukan oleh harga pasar. “ jika penawaran lebih besar daripada permintaan maka nilai barang akan turun, dan jika penawaran lebih kecil dari pada permintaan makan nilai barang akan naik.

b. Teori Nilai Subjektif

Menurut teori ini nilai suatu barang ditentukan oleh utilitas dari barang tersebut. Setiap orang akan mempunyai utilitas yang berbeda untuk suatu barang yang sama. Teori nilai subjektif yang terkenal berasal dari Herman Heinrich Gossen dan Carl Menger.

Umumnya konsumen akan berusaha memenuhi atau memuaskan semua kebutuhannya sebaik mungkin, baik secara vertikal maupun horizontal.

Pemuasan kebutuhan secara vertikal adalah pemuasan kebutuhan terhadap satu jenis barang, sedangkan pemuasan horizontal adalah pemuasan kebutuhan pada berbagai jenis barang. Sikap manusia dalam mengonsumsi barang diterangkan oleh Herman Heinrich Gossen, seorang ahli ekonomi Jerman dengan hukumnya sebagai berikut.

1) Hukum Gossen I yang disebut Hukum Guna Marginal yang Terus Menurun: “Bila jumlah barang yang dikonsumsi pada waktu tertentu terus ditambah, maka guna total yang diperoleh akan bertambah, tetapi guna marginal akan semakin berkurang. Bahkan bila konsumsi terus dilakukan, guna total akan menurun dan guna marginal menjadi nol, bahkan di bawah nol.” Hukum Gossen I disebut pula Hukum Guna Vertikal karena hanya membahas pemuasan terhadap satu barang saja.

2) Hukum Gossen II yang berbunyi: “Manusia akan berusaha memenuhi bermacam-macam kebutuhannya sampai pada tingkat intensitas yang sama.” Contohnya: bila kita memiliki sejumlah uang, kita cenderung menggunakan uang tersebut untuk membeli bermacam-macam barang dan jasa, sehingga semua kebutuhan kita dapat terpenuhi secara seimbang. Hukum Gossen II disebut pula Hukum Guna Horizontal karena membahas pemuasan terhadap bermacam-macam barang.

B. POLA PERILAKU KONSUMEN

Dalam dokumen MATERI DAN RPP SEMESTER 2 (Halaman 70-74)

Dokumen terkait