• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya stuktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional upaya mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja (Widodo, 2006:4).

Sedangkan pembangunan yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakat pada intinya diukurnya pembangunan tersebut, menurut Jayadinata (1999), meliputi tiga kegiatan yang saling berhubungan, yaitu (a) menimbulkan peningkatan kemakmuran dan peningkatan pendapatan serta kesejahteraan sebagai tujuan, dengan tekanan perhatian pada lapisan terbesar (dengan pendapatan terkecil) dalam masyarakat; (b) memilih metode yang sesuai untuk mencapai tujuan itu; (c) menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

terjadinya pertumbuhan sosial ekonomi yang kuat

Perekonomian di Negara-negara Dunia Ketiga pada umumnya tidak memiliki banyak sumber daya keuangan dan tenaga kerja yang terampil sehingga mereka tidak bisa menyia-nyiakannya dalam kegiatab usaha yang lebih produktif. Proyek-proyek investasi harus dipilih secara cermat, bukan semata-mata berdasarkan analisa produktivitas parsial seperti yang ditunjukkan oleh rasio modal output dari sebuah industri, namun juga harus lebih dikaitkan dengan program-program pembangunan secara keseluruhan (Todaro dan Smith, 2006:7).

Tantangan utama pembangunan adalah untuk memperbaiki kehidupan. Kualitas kehidupan yang lebih baik memang mensyaratkan adanya pendapatan yang tinggi. Namun kiranya pendapatan bukanlah satu-satunya ukuran kesejahteraan. Banyak hal lain yang tidak kalah pentingnya yang harus diperjuangkan, mulai dari pendidikan, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, pemberantasan kemiskinan, perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan kesempatan, pemerataan kebebasan individual dan penyegaran kehidupan budaya.

Menurut Jhingan (1999:65), untuk menentukan optimasi pembangunan dapat dilihat dari distribusi pendapatan, komposisi output, selera, biaya nyata dan

perubahan tertentu lain yang berkaitan dengan pendapat tersebut. Oleh sebab itu untuk menghindari keracunan pengukuran, ukuran pandapatan nasional rill perkapita dapat digunakan sebagai ukuran dalam pembangunan ekonomi.

Ukuran pencapaian hasil pembangunan paling tidak harus mencapai lima unsur yang dapat dilihat secara objektif. Pertama, pembangunan pada awalnya dilihat dalam kerangka pertumbuhan ekonomi masyarakat di suatu negara. Pembangunan akan berhasil, manakala indikator pertumbuhan ekonomi masyarakat cukup tinggi, diukur dari produktivitas masyarakat dan negara pada setiap tahun. Secara teknis ekonomis, produktif diukur melalui Product National

Bruto (PNB), atau Gross National Product (GNP), dan Product Domestic Bruto

(PDB)atau Gross Domestic Product (GDP).

Kedua, dicapainya pemerataan disuatu masyarakat dalam suatu negara ukuran yang dilakukan adalah memakai perhitungan indeks gini, yang dapat mengukur adanya ketimpangan pembagian pendapatan masyarakat. Negara yang

berhasil penbangunannya dengan demikian adalah negara yang produktivitasnya tinggi, penduduknya makmur dan sejahtera relatif.

Ketiga, kualitas kehidupan yang diukur dari tingkat kesejahteraan penduduk disuatu negara dengan menggunakan tolok ukur PQLI (Physical

Quality of Life Index) yang berasal dari tiga indikator meliputi angka rata-rata

harapan hidup bayi setelah satu tahun, angka rata-rata jumlah kematian bayi dan angka rata-rata persentasi buta dan melek huruf.

Keempat, kerusakan linkungan hidup harus pula diperhitungkan. Negara

yang tinggi produktivitas dapat berada pada sebuah proses pemiskinan penduduk. Hal itu bisa terjadi karena produktivitas yang tinggi tidak memperdulikan dampak terhadap lingkungan hidup semakin rusak, sumber daya terkuras hebat, padahal kecepatan alam untuk merehabilitasi dirinya lebih lambat dibandingkan dengan proses perusakan lingkungan. Pabrik-pabrik memang berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi mereka juga menghasilkan limbah kimia yang merusak alam sekitarnya. Pembangunan ternyata tidak memiliki daya kelestarian yang memadai, akibat pembangunan tidak berkelanjutan atau tidak sustainable.

Kelima, pembangunan harus dapat menciptakan keadilan sosial dan kesinambungan. Pembangunan yang sedang berlangsung seringkali menghasilkan kondisi ketimpangan yang sangat mencolok bagi masyarakat. Pembangunan membuat orang kaya semakin kaya, sementara yang miskin semakin terpuruk, kondisi ini jelas akan mendatangkan kerawanan sosial. Oleh karena itu konfigurasi kekuatan sosial disuatu masyarakat akan mengarah kepada kemungkinan pertentangan yang semakin tajam.

Konseptualisasi pembangunan merupakan proses perbaikan yang bersinambungan pada suatu masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih sejahtera, maka terdapat beberapa cara untuk menentukan tingkat kesejahteraan pada suatu negara tolok ukur pembangunan bukan hanya pendapatan perkapita, tetapi juga harus disertai oleh membaiknya distribusi pendapatan, berkurangnya kemiskinan dan mengecilnya tingkat pengangguran. Argumentasinya bahwa pertumbuhan ekonomi haruslah diiringi dengan pemerataan hasil-hasil pertumbuhan untuk dapat dianggap sebagai keberhasilan pembangunan. Perkembangan ekonomi dengan demikian mengandung pengertian bahwa bukan hanya terjadi pendapatan perkapita yang meningkat, tetapi seiring dengan itu meningkat pula kapabilitas rakyat yang ditunjukkan oleh meluasnya pemilikan harta atau sumber-sumber ekonomi dikalangan rakyat.

2.2. Teori Pendapatan, Produksi dan Harga 2.2.1. Pengertian Pendapatan

Pendapatan perorangan (personal income) adalah pendapatan yang

diterima oleh rumah tangga dan usaha yang bukan perusahaan. Pendapatan perseorangan juga mengurangi pajak pendapatan perusahaan dan kontribusi pada tunjangan sosial (Mankiw, 2006:9). Pendapatan adalah penghasilan yang didapat dari aktivitas pribadi/perseorangan dalam bentuk berbeda berdasarkan dari sembilan sektor jenis lapangan usaha.

Pendapatan merupakan nilai maksimun yang diterima seseorang yang digunakan untuk konsumsi dan tabungan. Pendapatan digunakan untuk dua tujuan

yaitu untuk pengeluaran konsumsi (pembelian barang dan jasa) dan ditabung di lembaga keuangan (Sukirno, 2006:60).

Pendapatan masyarakat dapat berupa gaji, upah, sewa dan laba yang diterima dari jasa produktif (productive service). Pendapatan tersebut diterima

akibat penggunaan faktor-faktor produksi untuk mewujudkan barang dan jasa, sehingga diperoleh berbagai jenis pendapatan, yaitu tanah dan harta tetap lainnya memperoleh sewa, tenaga kerja memperoleh gaji dan upah, modal memperoleh bunga dan keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan (Sukirno, 2006:85). Pendapatan yang diakui setelah adanya proses produksi diikuti dengan terjadinya proses penjualan. Pendapatan yang diberikan dari pihak pengguna jasa tersebut didapat dari hasil penjualan barang produksi yang dibeli oleh masyarakat, dihitung secara kuantitatif selisih biaya produksi dengan penjualan. Pendapatan dan keuntungan atau laba merupakan kompenen dari penghasilan income.

Pendapatan yang diperoleh pengusaha perikanan atau nelayan pemilik dan nelayan buruh dalam unit usaha perikanan keluatan mengikuti sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil tangkapan yang mempertimbangkan aset produksi dengan orang yang bekerja dalam proses produksi mulai dikenal sistem mata pencaharian

berkembang dan mengikuti adanya hak milik perorangan, serta

mempertimbangkan investasi perorangan dalam usaha penangkapan ikan (Wahyono 2003 dalam Mulyadi 2005:75). Sistem bagi hasil ini ditentukan dari jenis teknologi yang dikembangkan dan besarnya kontribusi modal yang di investasikan. Model relasi pemilik modal dan buruh nelayan pada umunya saling menguntungkan kedua belah pihak. Hubugan antara pemilik modal dan nelayan yang berlangsung selama ini bergerak dalam betuk saling ketergantungan kedua

belah pihak, meskipun dalam kenyataanya di berbagai komunitas nelayan memperlihatkan bahwa pihak anak buah kapal (ABK) berada pada posisis yang kurang menguntungkan, hal ini karena pendapatan dari para buah kapal (ABK) sangat kecil.

2.2.2. Pengertian Produksi Perikanan

Produksi yang digambarkan melalui fungsi produksi menghubungkan input dan output. Fungsi produksi menentukan tingkat output maksimum yang biasa di produksi dengan sejumlah input tertentu atau sebaliknya (Arsyad, 2011:206). Fungsi produksi ini ditentukan oleh tingkat teknologi, peralatan, tenaga kerja, bahan-bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam proses produksi. Telah dinyatakan sebelumnya bahwa fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan dengan istilah input, dan jumlah produksi selalu dikenal dengan output. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut (Sukirno, 2008:195):

Q = f (K,L,R,T)

Dimana K adalah stok sejumlah modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan ini meliputi bagai jenis tenaga kerja dengan berbagai jenis keahlian dan kewirausahaan. R adalah kekayaan alam, dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh barbagai jenis faktor-faktor produksi tersebut (Sukirno, 2008:195).

Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya kepada dua pendekatan yaitu, teori produksi dengan satu faktor berubah dan teori produksi dengan dua faktor berubah (Sukirno, 2008:195). Teori produksi dalam teori

sederhana yaitu menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Teori produksi dengan dua faktor berubah menggambarkan bagaimana tingkat produksi akan mengalami perubahan apabila dimisalkan satu faktor produksi yaitu tenaga kerja, terus menerus ditambah tetapi faktor-faktor produksi lainnya dianggab tetap jumlahnya, yaitu tidak dapat diubah lagi (Sukirno, 2008:195).

Produksi perikanan yang diproleh baik pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik hanya memiliki nilai lebih apabila tidak hanya digunakan untuk dimakan, tetapi untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehari-hari (Mulyadi, 2005:51). Masalah pemasaran merupakan aspek penting dalam kehidupan nelayan pemilik dan nelayan buruh. Permasalahannya adalah akses pemasaran yang tidak dimiliki oleh pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik, terutama nelayan pemilik yang berada dilokasi pulau terpencil kondisi ini mengakibatkan ikan hasil tangkapan mudah membusuk, ssehingga ini menjadi masalah besar yang dihadapi para pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik dan juga nelayan buruh.

2.2.3. Pengertian Harga

Harga menggkoordinasikan keputusan-keputusan para produsen dan konsumen dalam sebuah pasar. Harga-harga yang lebih tinggi cenderung mengurangi pembelian konsumen dan mendorong produksi. Harga-harga yang lebih rendah mendorong konsumsi dan menghambat produksi. Harga adalah roda penyeimbangan dari mekanismen pasar (Samuelson dan Norhdaus, 2004:29).

Pasar menyediakan kemungkinan terjadinya transaksi antara pembeli dan penjual. Jumlah barang yang dijual dengan harga tertetu.

Dalam pasar persaingan sempurna, biasanya berlaku satu harga yaitu harga pasar (market price) (Pindyck dan Rubinfeld, 2003:9). Harga pasar ditetapkan

oleh intraksi pembeli dan penjual. Dalam pasar persaingan sempurna biasanya hanya satu harga saja yang berlaku. Dalam pasar persaingan tidak sempurna penjual yang berbeda-beda dapat menetapkan harga yang berbeda pula. Maka harga pasar adalah harga rata-rata.

Harga suatu barang yang diperjualbelikan adalah ditentukan dengan melihat keadaan keseimbangan dalam suatu pasar. Keseimbangan pasar tersebut terjadi apabila jumlah barang yang ditawarkan sama besar degan jumlah barang yang diminta (Sukirno, 2000:27). Hukum harga menyatakan bahwa perubahan penawaran akan menyebabkan berubahnya harga dalam arah yang berlawanan dengan asumsi permintaan tetap. Apabila permintaan tetap kenaikan penawaran akan menyebabkan penurunan harga dan sebaliknya penurunan penawaran akan menyebabkan naiknya harga.

Dokumen terkait