TANGKAP PADA PELABUHAN PERIKANAN IDI
KABUPATEN ACEH TIMUR
T E S I S
O l e h
H I D A Y A T U L L A H
117018026/MEP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KABUPATEN ACEH TIMUR
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
O l e h
H I D A Y A T U L L A H
117018026/MEP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERIKANAN IDI KABUPATEN ACEH TIMUR Nama Mahasiswa : Hidayatullah
Nomor Pokok : 117018026
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ramli, SE. MS) Ketua
(Prof. Dr. Lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE) Anggota
Ketua Program Studi,
(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec)
Direktur,
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ramli, SE, MS
Anggota : 1. Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE 2. Dr. Murni Daulay, SE, M.Si
Judul Tesis
ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHA PERIKANAN TANGKAP PADA PELABUHAN PERIKANAN IDI
KABUPATEN ACEH TIMUR
Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Magister Ekonomi
Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar
merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian
tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis
cantumkan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan
ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian Tesis
ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang
penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Medan, 01 Agustus 2013 Yang Membuat Pernyataan
KABUPATEN ACEH TIMUR
ABSTRAK
Sub sektor perikanan merupakan sektor riil yang berperan penting dalam peningkatan kesejahteraan. Terutama berpengaruh terhadap masyarakat yang berada di kawasan pesisir khususnya. Berdasarkan letak geografis, Kabupaten Aceh Timur memiliki sumber daya perikanan yang potensial. Hal tersebut dilihat dari peningkatan produksi perikanan setiap tahun, sehingga dibentuk suatu kawasan pelabuhan perikanan, dengan nama Pelabuhan Perikanan Idi. Terbentuknya kawasan Pelabuhan Perikanan Idi diharapkan berpengaruh terhadap pendapatan pengelola produksi perikanan baik sebagai pengusaha maupun nelayan pemilik dan nelayan buruh.
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan fenomena keadaan tersebut dengan judul “Analisis Pendapatan Pengusaha Perikanan Tangkap pada Pelabuhan Perikanan Idi Kabupaten Aceh Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jawaban permasalahan tentang pengaruh variabel internal yang terdapat pada pengusaha perikanan tangkap sendiri dan variabel eksternal terdapat pada Pelabuhan Perikanan Idi, terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik.
Penelitian ini menggunakan model analisis jalur (Path Analysis). Pengolahan data menggunakan SPSS versi 19 dan menggunakan responden sebanyak 128 orang. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu modal, pengalaman, tempat pelelangan ikan, lembaga keuangan, teknologi, produksi perikanan, harga dan pendapatan.
Hasil penelitian dengan nilai koefisien estimasi masing-masing variabel menunjukkan bahwa modal, pengalaman, lembaga keuangan dan teknologi mempunyai pengaruh yang positif terhadap produksi perikanan. Modal, tempat pelelangan ikan, teknologi, harga dan produksi perikanan mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha perikanan atau nelayan pemilik. Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel modal, pengalaman, tempat pelelangan ikan, lembaga keuangan, teknologi terhadap produksi sebesar 68,7 persen. Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel modal, pengalaman, tempat pelelangan ikan, lembaga keuangan, teknologi, produksi perikanan dan harga terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik sebesar 95,9 persen.
THE ANALYSIS OF THE INCOME OF CAUGHT FISH DEALERS AT FISHING PORT OF IDI, ACEH TIMUR DISTRICT
ABSTRACT
Fishery sub-sector constitutes a real sector which plays an important role in increasing people’s welfare. It especially influences the people who live along the coastal area. Geographically, Aceh Timur district has potential fish resources. It can be seen from the increase in fish production each year so that a fishing harbor area which is called Pelabuhan Perikanan Idi is established. The establishment of the fishing harbor area at Idi is expected to influence the income of fish production dealers, as business people, fishermen and laborers.
Based on the above problems, the researcher was interested in analyzing the
phenomena under the title, “The Analysis of the Income of Catching Fish Dealers
at Pelabuhan Perikanan Idi, Aceh Timur District.” The objective of the research
was to find the solution of the problems about the influence of internal variables in catching fish dealers and external variables at Pelabuhan Perikanan Idi on the income of caught fish dealers or of fishermen.
The research used Path Analysis model. The data were processed by using an SPSS version 19 software program with 129 respondents. The variables used in the research were capital, experience, TPI (fish market), financial institution, technology, fish production, price, and income.
The result of the research showed that the value of coefficient estimation of each variable indicated that capital, experience, financial institution, and technology had positive influence on fish production. Capital, fish market, technology, price, and fish production had positive influence on the income of fish dealers or of fishermen. There was the amount of the direct effect of the variables of capital, experience, TPI, financial institution, and technology on production at 68.7%. There was the amount of direct effect of the variables of capital, experience, TPI, financial institution, technology, fish production, and price on the income of caught fish dealers or of fishermen at 95.9%.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan hanya kepada ALLAH SWT, karena dengan izin-Nya jualah tesis ini dapat penulis selesaikan.
Tesis yang berjudul “Analisis Pendapatan Pengusaha Perikanan Tangkap
pada Pelabuhan Perikanan Idi Kabupaten Aceh Timur” ini dibuat untuk melengkapi kewajiban pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister
Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara Medan.
Pemilihan topik ini didasari pada pemikiran tentang tingkatan
kesejahteraan masyarakat pesisir yang berprofesi sebagai nelayan. Penulis
mengkonsentrasikan penelitian kepada para pengusaha perikanan tangkap atau
nelayan pemilik, dengan alasan mereka sebagai pelaku ekonomi yang berperan
dalam proses produksi.
Keberhasilan pengerjaan dan penyusunan tesis ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Sehubungan
dengan hal tersebut, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K),
selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec, selaku Ketua Program Studi
Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Sekretaris Program Studi Magister
Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku Ketua
Komisi Pembimbing dengan ketulusan, kearifan dan kesabaran telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penyusunan tesis
ini.
5. Bapak Prof. Dr. Lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE, selaku Ketua Pascasarjana
Sumatera Utara Medan, sekaligus selaku Anggota Komisi Pembimbing
dengan ketulusan, kearifan dan kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran dalam membimbing penyusunan tesis ini.
6. Ibu Dr. Murni Daulay, SE, M.Si, Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.sc, Ph.D,
Bapak Dr. HB. Tarmizi, SU, selaku dosen pembanding yang telah
memberikan banyak masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.
7. Bupati Aceh Timur Hasballah Bin M. Thaib dan Wakil Syahrul Bin Syama’un. Kepala Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Bapak Bustami, SH.MA, Pimpinan beserta staf UPTD Pelabuhan Perikanan Idi,
Keuchik Gampong Kuala Idi, Pusong dan Blang Tualang. Rekan-rekan
Pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten
Aceh Timur, serta seluruh responden yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah banyak membantu dan memfasilitasi penulis.
8. Ibu Hj. Nurlina, SE. M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Samudra Langsa yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materil. Rekan-rekan pengajar dan staf pada Fakultas Ekonomi Universitas
Samudra Langsa.
9. Rekan-rekan seperjuangan MEP angkatan 21 Tahun 2011, terutama Budi
Mulia Warman Harahab, Martin Ginting, M. Arsyad yang telah
bersama-sama dalam suka maupun duka menempuh studi serta rekan-rekan mahasiswa
lain yang tidak dapat penulis sebutkan seluruhnya.
10.Seluruh staf pada Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas
Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya penulis haturkan kepada
kedua orang tua Ayahanda H. M. Yacub, dan Ibunda tercinta Hj. Cut Ratna yang
telah membesarkan dan memberikan pendidikan agama dengan penuh
pengorbanan dari masa kecil hingga menjadi dewasa, serta Mertua Ayahanda
Husen dan Ibunda tersayang Sya’diah yang telah membimbing penulis serta
adinda Zulfadhli dan anggota keluarga lainnya dalam penyelesaian tesis ini.
Ucapan terima kasih yang teristimewa juga penulis sampaikan kepada Istri
tercinta Hariyati, S.Pd yang telah memikul beban tanggung jawab sebagai kepala
keluarga selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sumatera Utara
telah mengorbankan waktu bersama keluarga dengan tulus ikhlas dan selalu
menjadi penyemangat hidup dan menjadi motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.
Penulis memohon maaf kepada semua pihak apabila terdapat kesalahan
dalam penulisan tesis ini. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat perbaikan demi kesempurnaan tesis ini serta untuk perbaikan karya ilmiah
penulis pada masa selanjutnya. Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkannya serta menjadi
sumbangsih pemikiran penulis kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Timur
khususnya pembangunan kawasan pesisir di wilayah Kabupaten Aceh Timur.
Medan, Agustus 2013
HIDAYATULLAH
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Hidayatullah
2. Tempat, Tanggal Lahir : Idi, 11 September 1984
3. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Pemerintah Kabupaten Aceh Timur
4. Agama : Islam
5. Orang tua
a Ayah : H. M. Yacub
b Ibu : Hj. Cut Ratna
6. Isteri : Hariyati, S.Pd
7. Anak : 1. Zhahratul Aulia
2. Hasanoel Bulqiah
8. Alamat : Jln. Islamic Center PB. Beuramo Langsa
Barat Langsa Hp. 085270906878
9. Pendidikan
a. SD Negeri Keude Geurubak Idi Rayeuk, 1996
b. SMP Negeri 3 Idi Rayeuk, 1999
c. SMA Negeri 1 Idi Rayeuk, 2002
d. Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Langsa, 2009
DAFTAR ISI
2.2.Teori Pendapatan, Produksi dan Harga ... 13
2.1.1. Pengertian Pendapatan ... 13
2.2.2. Pengertian Produksi Perikanan ... 15
2.2.3. Pengertian Harga ... 16
2.3.Nelayan dan Perikanan ... 17
2.3.1. Nelayan ... 19
2.3.2. Struktur Ekonomi Masyarakat Nelayan ... 23
2.3.3. Modal Awal Produksi Perikanan Tangkap ... 24
2.3.4. Teknologi Penangkapan Ikan ... 25
2.3.5. Pasar Produksi Perikanan ... 25
2.3.6. Strategi dan Indikator Pemberdayaan Masyarakat Nelayan .. 26
2.3.7. Kemitraan Masyarakat Nelayan ... 29
2.3.8. Kebijakan Pemerintah ... 30
2.3.9. Partisipasi Lembaga Keuangan ... 31
2.3.10. Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan ... 32
2.4.Pelabuhan Perikanan ... 34
2.4.1. Klasifikasi Pelabuhan Perikanan ... 35
2.4.2. Peranan Pelabuhan Perikanan ... 39
2.4.3. Fasilitas Pelabuhan Perikanan ... 41
2.4.4. Fungsi Pelabuhan Perikanan ... 44
2.5.Penelitian Sebelumnya ... 46
2.6.Kerangka Pemikiran ... 49
2.7.Hipotesis ... 50
BAB III METODE PENELITIAN ... 51
3.3.Teknik Penentuan dan Pengambilan Sampel ... 52
3.9.Definisi Operasional Variabel ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67
4.1.Hasil Penelitian ... 67
4.1.1. Gambaran Umum Pelabuhan Perikanan Kuala Idi Rayeuk ... 68
4.1.2. Visi dan Misi Pelabuhan Perikanan Idi ... 70
4.1.3. Tugas dan Fungsi Pelabuhan Perikanan Idi ... 70
4.1.4. Hasil Tangkapan dan Pemasaran Ikan ... 73
4.1.5. Karakteristik Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik Sebagai Responden ... 77
4.1.5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkatan Umur ... 77
4.1.5.2. Pendidikan Responden ... 78
4.1.5.3. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 79
4.1.5.4. Volume Melaut ... 81
4.1.5.5. Jenis Ikan Hasil Tangkapan ... 82
4.1.6. Penjelasan Responden atas Variabel Penelitian ... 83
4.1.6.1. Penjelasan Responden atas Variabel Modal Produksi Perikanan Tangkap ... 83
4.1.6.2. Penjelasan Responden atas Variabel Pengalaman ... 85
4.1.6.3. Penjelasan Responden atas Variabel Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ... 87
4.1.6.4. Penjelasan Responden atas Variabel Lembaga Keuangan ... 90
4.1.6.5. Penjelasan Responden atas Variabel Teknologi ... 94
4.1.6.6. Penjelasan Responden atas Variabel Produksi ... 98
4.1.6.7. Penjelasan Responden atas Variabel Harga ... 99
4.1.6.8. Penjelasan Responden atas Pendapatan ... 100
4.1.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 104
4.1.7.1. Uji Validitas ... 104
4.1.7.2. Uji Reliabilitas ... 104
4.1.8. Analisa Persamaan Struktural I ... 104
4.1.8.3. Kemampuan Penjelasan Variabel Eksogen
terhadap Endogen Persamaan Struktural I... 108
4.1.8.4. Perbandingan Tingkat Produksi Menggunakan Variabel Teknologi ... 108
4.1.9. Analisa Persamaan Struktural II ... 110
4.1.9.1. Uji Parsial Persamaan Struktural II ... 112
4.1.9.2. Uji Serentak Persamaan Struktural II ... 114
4.1.9.3. Kemampuan Penjelasan Variabel Eksogen terhadap Endogen Persamaan Struktural II ... 115
4.1.9.4. Perbandingan Tingkat Produksi Menggunakan Variabel Teknologi ... 115
4.2.Pembahasan Analisis Jalur (Path Analyisis) ... 117
4.2.1. Pengaruh Langsung (Direct Effect) Model Persamaan I ... 122
4.2.2. Pengaruh Langsung (Direct Effect) Model Persamaan II ... 123
4.2.3. Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect) ... 124
4.2.4. Total Pengaruh (Total Effect) ... 125
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 127
5.1.Kesimpulan ... 127
5.2.Saran ... 127
DAFTAR TABEL
3.3. Definisi Operasional Variabel ... 66
4.1. Jumlah Produksi Jenis Ikan di Pelabuhan Perikanan Idi Tahun 2007-2012 ... 75
4.2. Data Pemasaran Ikan di Pelabuhan Perikanan Idi Tahun 2012 ... 76
4.3. Kelompok Umur Responden ... 78
4.4. Jenjang Pendidikan Responden ... 79
4.5. Jumlah Tanggungan Responden ... 80
4.6. Volume Melaut Nelayan Pemilik dan Nelayan Buruh ... 81
4.7. Jenis Ikan Hasil Tangkapan Nelayan pada Pelabuhan Perikanan Idi ... 82
4.8. Modal Sekali Melaut Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik ... 84
4.9 Perbandingan Tingkat Modal dengan Teknologi yang digunakan ... 84
4.10. Perbandingan Tingkat Modal dengan Volume Melaut ... 85
4.11. Lama Profesi sebagai Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik ... 86
4.10. Perbandingan Tingkat Produksi dengan Pengalaman ... 87
4.13. Tanggapan Responden Tentang Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bisa Menjadi Pengendali Harga ... 88
4.14. Tanggapan Responden Tentang Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Menciptakan Harga Keseimbangan Pasar ... 89
4.15. Tanggapan Responden Tentang Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mempermudah Distribusi Ikan ... 90
4.16. Tanggapan Responden Tentang Lembaga Keuangan Yang Menjalin Kerjasama Dengan Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik ... 91
4.17. Tanggapan Responden Tentang Sangat Perlu Pihak Lembaga Keuangan Untuk Menjadi Mitranya Para Pengusaha Perikanan Tangkap Atau Nelayan Pemilik ... 92
4.18. Tanggapan Responden Tentang Pernah Para Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik Mendapatkan Bantuan Pinjaman dari Lembaga Keuangan ... 93
4.19. Tanggapan Responden Tanggapan Tentang Proses Pencairan Dana pada Lembaga Keuangan Sangat Rumit ... 94
4.20. Ukuran Armada/Boat Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik ... 95
4.23. Jenis Alat Tangkap Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan
Pemilik ... 97
4.24. Jumlah Produksi Perikanan Berdasarkan Tanggapan Pengusaha Perikanan Pantai atau Nelayan Pemilik ... 99
4.25. Harga Penjualan Produksi Perikanan Tangkap Berdasarkan Tanggapan Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik ... 100
4.26. Pendapatan Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik dari Hasil Pembagian Penjualan Produksi Perikanan ... 102
4.27. Pendapatan Pawang Boat atau Nahkoda Kapal dari Hasil Pembagian Penjualan Produksi Perikanan ... 103
4.28. Pendapatan Anak Buah Kapal (ABK) dari Hasil Pembagian Penjualan Produksi Perikanan ... 103
4.29. Hasil Uji Persamaan Struktural I ... 105
4.30 Hasil Uji Persamaan Produksi terhadap Harga ... 110
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1. Kerangka Konseptual ... 49 3.1. Bagan Struktur Analisis Jalur ... 57 4.1. Lokasi Pelabuhan Perikanan Idi ... 69 4.2. Perbandingan Produksi Ikan Tiap Bulan Pertahun pada Pelabuhan
Perikanan Idi 2006 – 2012 ... 74 4.3. Tujuan Pemasaran Produksi Ikan Pelabuhan Perikanan Idi ... 77 4.4. Tingkat Jenjang Pendidikan Pengusaha Perikanan Tangkap atau
Nelayan Pemilik ... 79 4.5. Jumlah Tanggungan Dalam Keluarga ... 80 4.6. Jenis Ikan Produksi Perikanan Tangkap pada Pelabuhan Perikanan Idi
Tahun 2012 ... 83 4.7. Tanggapan Responden Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bisa
Mengendalikan Harga ... 88 4.8. Tanggapan Responden Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bisa
Menciptakan Keseimbangan Harga ... 89 4.9. Tanggapan Responden Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bisa
Mempermudah Distribusi Ikan ... 90 4.10. Tanggapan Responden Lembaga Keuangan Menjalin Kerja Sama
dengan Pengusaha Perikanan Tangkap ... 91
4.11. Tanggapan Responden Tentang Lembaga Keuangan Menjadi
Mitranya Pengusaha Perikanan Tangkap ... 92 4.12. Tanggapan Responden Tentang Pernah Pengusaha Perikanan
Tangakap Mendapat Bantuan Pinjaman dari Lembaga Keuangan ... 93 4.13. Tanggapan Responden Tentang Proses Pencairan Dana Sangat Rumit
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 133
2. Data Primer Penelitian ... 139
3. Hasil Uji Validitas ... 151
4. Hasil Uji Reliabilitas ... 153
5. Hasil Regresi Persamaan Produksi Terhadap Harga ... 155
6. Hasil Regresi Persamaan I ... 157
KABUPATEN ACEH TIMUR
ABSTRAK
Sub sektor perikanan merupakan sektor riil yang berperan penting dalam peningkatan kesejahteraan. Terutama berpengaruh terhadap masyarakat yang berada di kawasan pesisir khususnya. Berdasarkan letak geografis, Kabupaten Aceh Timur memiliki sumber daya perikanan yang potensial. Hal tersebut dilihat dari peningkatan produksi perikanan setiap tahun, sehingga dibentuk suatu kawasan pelabuhan perikanan, dengan nama Pelabuhan Perikanan Idi. Terbentuknya kawasan Pelabuhan Perikanan Idi diharapkan berpengaruh terhadap pendapatan pengelola produksi perikanan baik sebagai pengusaha maupun nelayan pemilik dan nelayan buruh.
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan fenomena keadaan tersebut dengan judul “Analisis Pendapatan Pengusaha Perikanan Tangkap pada Pelabuhan Perikanan Idi Kabupaten Aceh Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jawaban permasalahan tentang pengaruh variabel internal yang terdapat pada pengusaha perikanan tangkap sendiri dan variabel eksternal terdapat pada Pelabuhan Perikanan Idi, terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik.
Penelitian ini menggunakan model analisis jalur (Path Analysis). Pengolahan data menggunakan SPSS versi 19 dan menggunakan responden sebanyak 128 orang. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu modal, pengalaman, tempat pelelangan ikan, lembaga keuangan, teknologi, produksi perikanan, harga dan pendapatan.
Hasil penelitian dengan nilai koefisien estimasi masing-masing variabel menunjukkan bahwa modal, pengalaman, lembaga keuangan dan teknologi mempunyai pengaruh yang positif terhadap produksi perikanan. Modal, tempat pelelangan ikan, teknologi, harga dan produksi perikanan mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha perikanan atau nelayan pemilik. Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel modal, pengalaman, tempat pelelangan ikan, lembaga keuangan, teknologi terhadap produksi sebesar 68,7 persen. Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel modal, pengalaman, tempat pelelangan ikan, lembaga keuangan, teknologi, produksi perikanan dan harga terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik sebesar 95,9 persen.
THE ANALYSIS OF THE INCOME OF CAUGHT FISH DEALERS AT FISHING PORT OF IDI, ACEH TIMUR DISTRICT
ABSTRACT
Fishery sub-sector constitutes a real sector which plays an important role in increasing people’s welfare. It especially influences the people who live along the coastal area. Geographically, Aceh Timur district has potential fish resources. It can be seen from the increase in fish production each year so that a fishing harbor area which is called Pelabuhan Perikanan Idi is established. The establishment of the fishing harbor area at Idi is expected to influence the income of fish production dealers, as business people, fishermen and laborers.
Based on the above problems, the researcher was interested in analyzing the
phenomena under the title, “The Analysis of the Income of Catching Fish Dealers
at Pelabuhan Perikanan Idi, Aceh Timur District.” The objective of the research
was to find the solution of the problems about the influence of internal variables in catching fish dealers and external variables at Pelabuhan Perikanan Idi on the income of caught fish dealers or of fishermen.
The research used Path Analysis model. The data were processed by using an SPSS version 19 software program with 129 respondents. The variables used in the research were capital, experience, TPI (fish market), financial institution, technology, fish production, price, and income.
The result of the research showed that the value of coefficient estimation of each variable indicated that capital, experience, financial institution, and technology had positive influence on fish production. Capital, fish market, technology, price, and fish production had positive influence on the income of fish dealers or of fishermen. There was the amount of the direct effect of the variables of capital, experience, TPI, financial institution, and technology on production at 68.7%. There was the amount of direct effect of the variables of capital, experience, TPI, financial institution, technology, fish production, and price on the income of caught fish dealers or of fishermen at 95.9%.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Subsektor perikanan berperan penting dalam peningkatan pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah atau daerah. Sumber daya alam ini diharapkan dapat
mensejahterakan rakyat pada daerah tersebut. Namun sangat disayangkan
subsektor ini belum dapat dikelola dengan baik, terutama terhadap para petani
ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut.
Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang
memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam
penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan
kerja (Mulyadi, 2005:15). Pada saat terjadi krisis ekonomi, peranan sektor
perikanan semakin signifikan, terutama dalam hal mendatangkan devisa. Akan
tetapi ironisnya, sektor perikanan selama ini belum mendapatkan perhatian khusus
dari pemerintah dan kalangan pengusaha, padahal jika sektor ini dikelola dengan
serius akan memberikan kontribusi yang lebih besar untuk pembangunan ekonomi
nasional serta dapat menekan tingkat kemiskinan masyarakat Indonesia terutama
masyarakat nelayan dan pengusaha perikanan tangkap.
Nelayan merupakan salah satu masyarakat marginal yang sering tersisih
dari akomudasi kebijakan pemerintah Wahyono (2004) dalam Abdurrahman at al.
Problem yang dihadapi masyarakat nelayan sangatlah kompleks, bermuara
minimnya penghasilan mereka, seperti halnya masyarakat petani dan buruh
Sektor perikanan yang menjadi pelaku kegiatan ekonomi yaitu pengusaha
perikanan tangkap atau nelayan pemilik serta nelayan buruh. Pengusaha perikanan
tangkap yang merupakan sebagai pengelola produksi perikanan, ada juga yang
berprofesi sebagai nelayan atau disebut nelayan pemilik. Kesejahteraan
masyarakat yang berprofesi sebagai pelaku usaha perikanan diukur dari tingkat
pendapatan yang didapat, tidak seimbang dengan produksi (hasil laut) yang
didapat. Pengusaha perikanan tangkap belum mampu mengoptimalkan hasil
tangkap menjadi produk – produk yang lain yang dapat meningkatkan nilai
tambah dari ikan hasil tangkapan. Hal ini dipengaruhi oleh masalah permodalan
dan juga masalah – masalah lain yang mempengaruhi kepada tingkat pendapatan.
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan penulis yang mengkonsentrasikan
kehidupan para pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik di kawasan
Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk.
Hasil seleksi Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
menjadikan Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk termasuk dalam 3 (tiga) pelabuhan
perikanan teladan untuk seluruh Indonesia. Secara analisis ekonomi menjadikan
nelayan yang berada di kawasan Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk memiliki
peluang dan prospek ekonomi yang bisa meningkatkan kesejahteraan kepada
pengusaha perikanan tangkap dan juga kepada para nelayan. Ini sangat
menjanjikan bagaimana peluangnya pengusaha perikanan tangkap dan juga para
nelayan dimasa yang akan datang baik dalam penangkapan ikan, pengolahan ikan
(industri perikanan) dan pemasaran hasil laut tersebut.
Pengusaha perikanan tangkap dan nelayan yang berada di kawasan
ekonomi di Kecamatan Idi Rayeuk yang merupakan ibu kota Kabupaten Aceh
Timur. Kemajuan yang pesat ditandai dengan ramainya aktifitas di sepanjang tepi
pantai yang menghubungkan antara Desa Pusong dan Desa Blang Tualang.
Selama kurun waktu 7 tahun terakhir Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk
telah menjadi sebuah kawasan yang berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai
oleh pertumbuhan ekonomi maupun pertumbuhan fisik dengan berbagai aspek
perluasannya. Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk berpotensi menjadi salah satu
simbul distribusi hasil perikanan tangkap dari sumber daya yang dimiliki Propinsi
Aceh, peluang secara ekonomis dapat menguntungkan para nelayan dalam
meningkatkan kesejateraan. Berikut data perkembangan produksi perikanan di
Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk.
Tabel 1.1. Produksi Perikanan di Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk Tahun 2006-2012
No Bulan Jumlah Produksi Ikan (Ton)
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Total 5.119,32 5.120,50 12.127,47 10.895,99 9.764,59 16.645,15 17.765,34
Sumber : UPTD Palabuhan Perikanan Idi Tahun 2012
Data tabel diatas menunjukkan hasil produksi Perikanan di Pelabuhan
mengalami peningkatan dimulai dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012
produksi ikan mencapai 17.765,34 Ton.
Pada dasarnya para pengusaha perikanan tangkap yang ada di kawasan
Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk memiliki ruang yang sangat srategis sebagai
salah satu pelabuhan pemasaran ikan untuk lokal maupun ke luar negeri. Jumlah
warga yang berprofesi sebagai nelayan buruh (ABK) dan pengusaha perikanan
tangkap atau nelayan pemilik kapal (boat) dapat ditunjukkan berdasarkan tabel 1.2
berikut.
Tabel 1.2. Perkembangan Jumlah Nelayan di Pelabuhan Perikanan Idi Tahun 2008-2012
No Jenis Nelayan Jumlah Nelayan (orang)
2008 2009 2010 2011 2012
1 Nelayan Buruh 6310 6594 6741 7780 8058
2 Nelayan Pemilik 124 145 158 171 188
Total 6.434 6.739 6.897 7.951 8.246 Sumber: UPTD Pelabuhan Perikanan Idi 2012.
Pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik merupakan pengelola
penyedia sarana dan fasilitas untuk kegiatan melaut, pada tahun 2012 pengusaha
perikanan tangkap berjumlah 188 orang. Anak buak kapal (ABK) dalam kegiatan
melaut hanya sebagai pemberi jasa kepada pengusaha perikanan tangkap atau
nelayan pemilik, jumlah anak buah kapal (ABK) pada tahun 2012 8.058 orang.
Pengusaha perikanan tangak atau nelayan pemilik dan anak buah kapal
(ABK) yang ada di Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk, masih menggunakan sistem
atau cara tradisional dalam mencari ikan. Hanya sebahagian yang sudah
mengadopsikan menggunakan teknologi modern. Pengusaha perikanan tangkap
dan menangkap ikan, sudah terikat kontrak dengan para importir dari luar,
dikarenakan para importir tersebut yang telah membiayai para pengusaha atau
nelayan pemilik tersebut, maka para importir tersebut yang menekan harga dan
merugikan para nelayan pemilik dan nelayan buruh.
Masalah yang dihadapi oleh para nelayan yang ada di kawasan Pelabuhan
Perikanan Idi Rayeuk yaitu dalam hal permodalan. Selain dari pada modal
masalah yang dihadapi sekarang oleh para pengusaha perikanan tangkap yang ada
di Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk yaitu ketersedian fasilitas tempat pelelangan
ikan (TPI) yang bisa mempengaruhi terhadap harga. Masalah lain yang dihadapi
oleh para pengusaha perikanan yaitu ketika musim tangkap ikan dengan jumlah
hasil yang melimpah akan tetapi harga ikan mengalami penurunan, dan tidak ada
cara bagi pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik untuk dapat
menyimpan ikan tersebut dalam jangka waktu yang lama seperti halnya belum
tersedianya Cold Storage, pabrik es. Industri pengolahan ikan hasil tangkapan
juga belum tersedia, produksi turunan yang bisa dihasilkan hanya pengasinan ikan
(ikan asin).
Pada saat para nelayan ingin melakukan pendekatan dengan pihak
perbankan, ini juga menjadi kendala bagi para nelayan. Hal ini dikarenakan
pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik dalam mengajukan
permohonan permodalan (kredit) tidak ada jaminan yang bisa menguatkan pihak
perbankan. Nelayan pemilik hanya bisa memberikan jaminan yaitu alat untuk
mencari ikan (boat), sedangkan bagi pihak perbankan ini tidak bisa menjadi
jaminan, karena dengan pertimbangan alasan yaitu boat memiliki nilai penyusutan
lahan tangkapan juga tidak bisa menjadi jaminan bagi pihak perbankan
disebabkan lautan merupakan milik bersama para nelayan sehingga tidak ada
kawasan laut yang menjadi hak perorangan para nelayan. Disisi lain untuk dapat
meningkatkan hasil produksi yang lebih maksimal nelayan hanya mengandalkan
kemampuan dari pengalaman yang telah dimiliki selama bekerja sebagai
pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik dan kerja sama yang baik
dengan nelayan buruh. Selain itu juga pasar yang menjadi tumpuan bagi pera
nelayan masih bersifat lokal, hanya didistribukan hasil tangkapan untuk daerah
disekitar Kabupaten Aceh Timur atau bersifat domestik.
Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk yang telah diresmikan oleh Gubernur Aceh
pada tanggal 26 Januari 2012 menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai Idi Rayeuk,
Aceh Timur, yang merupakan proyek APBN/APBA 2008-2011. Program
pembangunan tersebut menjadi program utama pemerintah Aceh dalam upaya
mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. “Untuk wilayah
Aceh Timur khusunya Idi Rayeuk, yang merupakan sektor andalan yaitu perikanan,
sambutan Gubernur Aceh pada peresmian Jetti Pelabuhan Perikanan Idi.
Pembangunan Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk ini adalah salah satu
prospek bisnis yang sangat potensial. Mengingat dari dahulu Idi Rayeuk
merupakan salah satu daerah penghasil ikan yang cukup terkenal di Aceh, hanya
saja selama ini ikan dari wilayah Aceh, banyak yang dibawa ke keluar daerah
yang selanjutnya diekspor melalui pelabuhan-pelabuhan lain di luar Propinsi
Aceh. Nelayan Aceh bekerja keras di laut, sementara yang mendapat keuntungan
yaitu para eksportir atau tengkulak yang berada di luar daerah. Diresmikannya
Timur, akan bisa menyentuh langsung pasar Internasional, sehingga harganya
dapat lebih menguntungkan para nelayan setempat.
Secara kelembagaan Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk di kelola dan
diawasi oleh unit pelaksana teknis Dinas Perikanan Propinsi Aceh atau Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk. (UPTD)
Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk memiliki program pembangunan dan
pengembangan. Adapun tujuan pengembangan yaitu menata kawasan perikanan
dan menyediakan fasilitas yang diperlukan, mengkaji berbagai potensi kawasan
untuk meningkatkan usaha perikanan Pelabuhan Perikanan Idi, meningkatkan
produksi perikanan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan pendapatan para
nelayan, serta agar tersusunnya suatu rencana teknis pembangunan kawasan di
Pelabuhan Perikanan Idi dan meningkatkan profesionalisme pengusaha perikanan
dan memotivasi nelayan untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Berdasarkan beberapa uraian dan masalah yang telah diuraikan di atas,
penulis merasa penting untuk mengidentifikasi penelitian ini dengan memberikan
judul tesis yaitu “Analisis Pendapatan Pengusaha Perikanan Tangkap pada
Pelabuhan Perikanan Idi Kabupaten Aceh Timur”.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah modal, pengalaman, teknologi, tempat pelelangan ikan (TPI),
2. Apakah modal, pengalaman, teknologi, tempat pelelangan ikan (TPI),
lembaga keuangan, melalui produksi perikanan dan harga berpengaruh
terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan
pemilik?
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk menganalisis pengaruh modal, pengalaman, teknologi, tempat
pelelangan ikan (TPI) dan lembaga keuangan terhadap produksi perikanan.
2. Untuk menganalisis pengaruh modal, pengalaman, teknologi, tempat
pelelangan ikan (TPI) dan lembaga keuangan melalui produksi perikanan
dan harga terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan
pemilik.
1.4.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
1. Dengan mengetahui modal, pengalaman dan teknologi sebagai variabel
internal berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap
atau nelayan pemilik melalui produksi perikanan dan harga, sebagai bahan
pertimbangan bagi pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik
untuk dapat meningkatkan kemampuan diri pada subsektor perikanan.
2. Dengan mengetahui pengaruh tempat pelelangan ikan (TPI) dan lembaga
keuangan sebagai variabel eksternal berpengaruh terhadap pendapatan
perikanan dan harga, sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga atau
instansi pemerintahan dalam memberikan peranan, fasilitas dan fungsi dari
Pelabuhan Perikanan tersebut.
3. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
kegiatan ekonomi pada sub sektor perikanan khusunya kesejahteraan
nelayan.
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dengan penelitian ini akan menjadi
bahan masukan dan referensi atau bahan rujukan bagi peneliti khususnya
penelitian yang berkaitan dengan pengaruh pelabuhan perikanan terhadap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Pembangunan Ekonomi
Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi perubahan
pada berbagai aspek termasuk di dalamnya stuktur sosial, sikap masyarakat, serta
institusi nasional upaya mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan
ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja
(Widodo, 2006:4).
Sedangkan pembangunan yang mengarah kepada kesejahteraan
masyarakat pada intinya diukurnya pembangunan tersebut, menurut Jayadinata
(1999), meliputi tiga kegiatan yang saling berhubungan, yaitu (a) menimbulkan
peningkatan kemakmuran dan peningkatan pendapatan serta kesejahteraan sebagai
tujuan, dengan tekanan perhatian pada lapisan terbesar (dengan pendapatan
terkecil) dalam masyarakat; (b) memilih metode yang sesuai untuk mencapai
tujuan itu; (c) menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar
terjadinya pertumbuhan sosial ekonomi yang kuat
Perekonomian di Negara-negara Dunia Ketiga pada umumnya tidak
memiliki banyak sumber daya keuangan dan tenaga kerja yang terampil sehingga
mereka tidak bisa menyia-nyiakannya dalam kegiatab usaha yang lebih produktif.
Proyek-proyek investasi harus dipilih secara cermat, bukan semata-mata
berdasarkan analisa produktivitas parsial seperti yang ditunjukkan oleh rasio
modal output dari sebuah industri, namun juga harus lebih dikaitkan dengan
Tantangan utama pembangunan adalah untuk memperbaiki kehidupan.
Kualitas kehidupan yang lebih baik memang mensyaratkan adanya pendapatan
yang tinggi. Namun kiranya pendapatan bukanlah satu-satunya ukuran
kesejahteraan. Banyak hal lain yang tidak kalah pentingnya yang harus
diperjuangkan, mulai dari pendidikan, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi,
pemberantasan kemiskinan, perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan
kesempatan, pemerataan kebebasan individual dan penyegaran kehidupan budaya.
Menurut Jhingan (1999:65), untuk menentukan optimasi pembangunan
dapat dilihat dari distribusi pendapatan, komposisi output, selera, biaya nyata dan
perubahan tertentu lain yang berkaitan dengan pendapat tersebut. Oleh sebab itu
untuk menghindari keracunan pengukuran, ukuran pandapatan nasional rill
perkapita dapat digunakan sebagai ukuran dalam pembangunan ekonomi.
Ukuran pencapaian hasil pembangunan paling tidak harus mencapai lima
unsur yang dapat dilihat secara objektif. Pertama, pembangunan pada awalnya
dilihat dalam kerangka pertumbuhan ekonomi masyarakat di suatu negara.
Pembangunan akan berhasil, manakala indikator pertumbuhan ekonomi
masyarakat cukup tinggi, diukur dari produktivitas masyarakat dan negara pada
setiap tahun. Secara teknis ekonomis, produktif diukur melalui Product National
Bruto (PNB), atau Gross National Product (GNP), dan Product Domestic Bruto
(PDB)atau Gross Domestic Product (GDP).
Kedua, dicapainya pemerataan disuatu masyarakat dalam suatu negara
ukuran yang dilakukan adalah memakai perhitungan indeks gini, yang dapat
berhasil penbangunannya dengan demikian adalah negara yang produktivitasnya
tinggi, penduduknya makmur dan sejahtera relatif.
Ketiga, kualitas kehidupan yang diukur dari tingkat kesejahteraan
penduduk disuatu negara dengan menggunakan tolok ukur PQLI (Physical
Quality of Life Index) yang berasal dari tiga indikator meliputi angka rata-rata
harapan hidup bayi setelah satu tahun, angka rata-rata jumlah kematian bayi dan
angka rata-rata persentasi buta dan melek huruf.
Keempat, kerusakan linkungan hidup harus pula diperhitungkan. Negara
yang tinggi produktivitas dapat berada pada sebuah proses pemiskinan penduduk.
Hal itu bisa terjadi karena produktivitas yang tinggi tidak memperdulikan dampak
terhadap lingkungan hidup semakin rusak, sumber daya terkuras hebat, padahal
kecepatan alam untuk merehabilitasi dirinya lebih lambat dibandingkan dengan
proses perusakan lingkungan. Pabrik-pabrik memang berhasil meningkatkan
pendapatan masyarakat, tetapi mereka juga menghasilkan limbah kimia yang
merusak alam sekitarnya. Pembangunan ternyata tidak memiliki daya kelestarian
yang memadai, akibat pembangunan tidak berkelanjutan atau tidak sustainable.
Kelima, pembangunan harus dapat menciptakan keadilan sosial dan
kesinambungan. Pembangunan yang sedang berlangsung seringkali menghasilkan
kondisi ketimpangan yang sangat mencolok bagi masyarakat. Pembangunan
membuat orang kaya semakin kaya, sementara yang miskin semakin terpuruk,
kondisi ini jelas akan mendatangkan kerawanan sosial. Oleh karena itu
konfigurasi kekuatan sosial disuatu masyarakat akan mengarah kepada
Konseptualisasi pembangunan merupakan proses perbaikan yang
bersinambungan pada suatu masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik atau
lebih sejahtera, maka terdapat beberapa cara untuk menentukan tingkat
kesejahteraan pada suatu negara tolok ukur pembangunan bukan hanya
pendapatan perkapita, tetapi juga harus disertai oleh membaiknya distribusi
pendapatan, berkurangnya kemiskinan dan mengecilnya tingkat pengangguran.
Argumentasinya bahwa pertumbuhan ekonomi haruslah diiringi dengan
pemerataan hasil-hasil pertumbuhan untuk dapat dianggap sebagai keberhasilan
pembangunan. Perkembangan ekonomi dengan demikian mengandung pengertian
bahwa bukan hanya terjadi pendapatan perkapita yang meningkat, tetapi seiring
dengan itu meningkat pula kapabilitas rakyat yang ditunjukkan oleh meluasnya
pemilikan harta atau sumber-sumber ekonomi dikalangan rakyat.
2.2. Teori Pendapatan, Produksi dan Harga 2.2.1. Pengertian Pendapatan
Pendapatan perorangan (personal income) adalah pendapatan yang
diterima oleh rumah tangga dan usaha yang bukan perusahaan. Pendapatan
perseorangan juga mengurangi pajak pendapatan perusahaan dan kontribusi pada
tunjangan sosial (Mankiw, 2006:9). Pendapatan adalah penghasilan yang didapat
dari aktivitas pribadi/perseorangan dalam bentuk berbeda berdasarkan dari
sembilan sektor jenis lapangan usaha.
Pendapatan merupakan nilai maksimun yang diterima seseorang yang
yaitu untuk pengeluaran konsumsi (pembelian barang dan jasa) dan ditabung di
lembaga keuangan (Sukirno, 2006:60).
Pendapatan masyarakat dapat berupa gaji, upah, sewa dan laba yang
diterima dari jasa produktif (productive service). Pendapatan tersebut diterima
akibat penggunaan faktor-faktor produksi untuk mewujudkan barang dan jasa,
sehingga diperoleh berbagai jenis pendapatan, yaitu tanah dan harta tetap lainnya
memperoleh sewa, tenaga kerja memperoleh gaji dan upah, modal memperoleh
bunga dan keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan (Sukirno, 2006:85).
Pendapatan yang diakui setelah adanya proses produksi diikuti dengan terjadinya
proses penjualan. Pendapatan yang diberikan dari pihak pengguna jasa tersebut
didapat dari hasil penjualan barang produksi yang dibeli oleh masyarakat, dihitung
secara kuantitatif selisih biaya produksi dengan penjualan. Pendapatan dan
keuntungan atau laba merupakan kompenen dari penghasilan income.
Pendapatan yang diperoleh pengusaha perikanan atau nelayan pemilik dan
nelayan buruh dalam unit usaha perikanan keluatan mengikuti sistem bagi hasil.
Sistem bagi hasil tangkapan yang mempertimbangkan aset produksi dengan orang
yang bekerja dalam proses produksi mulai dikenal sistem mata pencaharian
berkembang dan mengikuti adanya hak milik perorangan, serta
mempertimbangkan investasi perorangan dalam usaha penangkapan ikan
(Wahyono 2003 dalam Mulyadi 2005:75). Sistem bagi hasil ini ditentukan dari
jenis teknologi yang dikembangkan dan besarnya kontribusi modal yang di
investasikan. Model relasi pemilik modal dan buruh nelayan pada umunya saling
menguntungkan kedua belah pihak. Hubugan antara pemilik modal dan nelayan
belah pihak, meskipun dalam kenyataanya di berbagai komunitas nelayan
memperlihatkan bahwa pihak anak buah kapal (ABK) berada pada posisis yang
kurang menguntungkan, hal ini karena pendapatan dari para buah kapal (ABK)
sangat kecil.
2.2.2. Pengertian Produksi Perikanan
Produksi yang digambarkan melalui fungsi produksi menghubungkan
input dan output. Fungsi produksi menentukan tingkat output maksimum yang
biasa di produksi dengan sejumlah input tertentu atau sebaliknya (Arsyad,
2011:206). Fungsi produksi ini ditentukan oleh tingkat teknologi, peralatan,
tenaga kerja, bahan-bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam proses
produksi. Telah dinyatakan sebelumnya bahwa fungsi produksi menunjukkan sifat
hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan.
Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan dengan istilah input, dan jumlah
produksi selalu dikenal dengan output. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam
bentuk persamaan sebagai berikut (Sukirno, 2008:195):
Q = f (K,L,R,T)
Dimana K adalah stok sejumlah modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan
ini meliputi bagai jenis tenaga kerja dengan berbagai jenis keahlian dan
kewirausahaan. R adalah kekayaan alam, dan T adalah tingkat teknologi yang
digunakan. Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh barbagai
jenis faktor-faktor produksi tersebut (Sukirno, 2008:195).
Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya kepada dua
pendekatan yaitu, teori produksi dengan satu faktor berubah dan teori produksi
sederhana yaitu menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat produksi
suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan
berbagai tingkat produksi barang tersebut. Teori produksi dengan dua faktor
berubah menggambarkan bagaimana tingkat produksi akan mengalami perubahan
apabila dimisalkan satu faktor produksi yaitu tenaga kerja, terus menerus
ditambah tetapi faktor-faktor produksi lainnya dianggab tetap jumlahnya, yaitu
tidak dapat diubah lagi (Sukirno, 2008:195).
Produksi perikanan yang diproleh baik pengusaha perikanan tangkap atau
nelayan pemilik hanya memiliki nilai lebih apabila tidak hanya digunakan untuk
dimakan, tetapi untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehari-hari (Mulyadi,
2005:51). Masalah pemasaran merupakan aspek penting dalam kehidupan nelayan
pemilik dan nelayan buruh. Permasalahannya adalah akses pemasaran yang tidak
dimiliki oleh pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik, terutama
nelayan pemilik yang berada dilokasi pulau terpencil kondisi ini mengakibatkan
ikan hasil tangkapan mudah membusuk, ssehingga ini menjadi masalah besar
yang dihadapi para pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik dan juga
nelayan buruh.
2.2.3. Pengertian Harga
Harga menggkoordinasikan keputusan-keputusan para produsen dan
konsumen dalam sebuah pasar. Harga-harga yang lebih tinggi cenderung
mengurangi pembelian konsumen dan mendorong produksi. Harga-harga yang
lebih rendah mendorong konsumsi dan menghambat produksi. Harga adalah roda
Pasar menyediakan kemungkinan terjadinya transaksi antara pembeli dan penjual.
Jumlah barang yang dijual dengan harga tertetu.
Dalam pasar persaingan sempurna, biasanya berlaku satu harga yaitu harga
pasar (market price) (Pindyck dan Rubinfeld, 2003:9). Harga pasar ditetapkan
oleh intraksi pembeli dan penjual. Dalam pasar persaingan sempurna biasanya
hanya satu harga saja yang berlaku. Dalam pasar persaingan tidak sempurna
penjual yang berbeda-beda dapat menetapkan harga yang berbeda pula. Maka
harga pasar adalah harga rata-rata.
Harga suatu barang yang diperjualbelikan adalah ditentukan dengan
melihat keadaan keseimbangan dalam suatu pasar. Keseimbangan pasar tersebut
terjadi apabila jumlah barang yang ditawarkan sama besar degan jumlah barang
yang diminta (Sukirno, 2000:27). Hukum harga menyatakan bahwa perubahan
penawaran akan menyebabkan berubahnya harga dalam arah yang berlawanan
dengan asumsi permintaan tetap. Apabila permintaan tetap kenaikan penawaran
akan menyebabkan penurunan harga dan sebaliknya penurunan penawaran akan
menyebabkan naiknya harga.
2.3. Nelayan dan Perikanan
Analisis ekonomi masyarakat pesisir beberapa pengertian mendasar dapat
dikaji dalam bentuk hubungan ekonomi kelautan diantaranya yaitu, berdasarkan
pendapat Kusumanto mendefinikasikan ekonomi kelautan yaitu sebagai ilmu atau
pemikiran ekonomi dalam mendayagunakan sumberdaya kelautan sebagai basis
dalam mendorong pertumbuhan dan pemerataan pembangunan guna peningkatan
Kelautan Indonesia mengelompokkan ekonomi kelautan mencakup perikanan,
perhubungan, energi, dan sumberdaya mineral kelautan, wisata bahari, jasa
kelautan, industri kelautan, dan non keluatan (Apridar et al, 2011:13).
Perlu kita ketahui bahwa pembangunan perikanan bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan, baik sebagai pengelola produksi perikanan tangkap
atau nelayan pemilik dan juga nelayan buruh dengan meningkatkan
produktifitasnya, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Hasil
dari peningkatan produksi ini, disamping memenuhi kebutuhan protein hewani,
juga untuk meningkatkan devisa negara melalui peningkatan ekspor dan
penekanan impor (Reksohadiprodjo dan Pradono, 2007:118). Usaha-usaha yang
dilakukan untuk mencapai tujuan ini ialah, (1) intensifikasi, (2) ekstensifikasi, (3)
diversifikasi, (4) rehabilitasi, (5) peningkatan pengadaan sarana pemasaran ikan,
(6) peningkatan prasarana pelabuhan perikanan dan jaringan irigasi untuk
pertambakan.
Usaha intensifikasi perikanan laut dilakukan melalui penyebaran nelayan
tradisional keperairan lepas pantai dan samudera atau keperairan pantai yang lain
yang potensial. Di Indonesia, modernisasi alat tangkap para nelayan tradisional
didorong. Ekstensifikasi dilakukan dengan cara mengarahkan penangkapan ikan
ke daerah utara, barat dan Indonesia bagian timur. Diversifikasi dilakukan dengan
jalan modernisasi alat tangkap dengan melalui koperasi. Rehabilitasi ditujukan
pada sarana dan prasarana penangkapan ikan. Penyuluhan dan latihan terus
dilakukan, informasi pasar terus diberikan, bimbingan oleh perusahaan besar juga
2.3.1 Nelayan
Secara terminolgi nelayan buruh amat jarang penggunaan dalam soal
kehidupan nelayan di Indonesia. Sehingga dalam UU Perikanan No 45 Tahun
2009 hasil revisi UU No 31 Tahun 2004 tak ada terminologi yang mendekati
posisi Nelayan Buruh, UU ini hanya mendefinisikan yakni
1. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan
ikan.
2. Nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang
menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5 (lima) gross ton GT.
3. Pembudidaya Ikan adalah orang yang mata pencaharianya melakukan
pembudidayaan ikan
4. Pembudi Daya Ikan Kecil adalah orang yang mata pencahariannya
melakukan pembudidayaan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.
Imron (2003) dalam Mulyadi Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat
yang kehidupannya tergatung langsung pada hasil laut, baik dengan cara
penangkapan ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal dipinggir pantai,
sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatan (Mulyadi,
2005:7).
Pengusaha perikanan tangkap merupakan pelaku kegiatan ekonomi yang
menjalankan usahanya di sektor perikanan tangkap. Menjalankan tugas sebagai
penyedia sarana penangkapan ikan, baik berupa armada (boat/kapal) alat tangkap
sarana penangkapan ikan dan ada juga yang ikut langsung dalam proses
penangkapan ikan di laut atau disebut nelayan pemilik. Penelitian Kusumawati at
al (2010) usaha penangkapan ikan merupakan suatu kegiatan ekonomi sehingga
dalam menjalankan aktifitasnya selalu didasarkan atas dasar
pertimbangan-pertimbangan ekonomi agar usaha yang dijalankan dapat menghasilkan
keuntungan. Salah satu prinsip-prinsip ekonomi adalah efisiensi.
Selain itu juga nelayan merupakan bagian dari unit penangkapan ikan yang
sangat memegang peranan penting dalam mengoperasikan suatu alat tangkap ikan
karena keberhasilan suatu operasi penangkapan ikan sangat ditentukan oleh
keahlian nelayan. Unit penangkapan ikan terdiri dari 3 (tiga) komponen yaitu
kapal perikanan, alat tangkap, dan nelayan (Danial, 2007).
Secara terminologi Nelayan di Indonesia juga di klasifikasikan sebagai
Nelayan Buruh, kehidupan nelayan buruh di Indonesia semakin terjepit akibat
tidak mendapat perlindungan yang baik secara sosial, ekonomi maupun hukum.
Nelayan buruh dianggab bukan bagian dari komunitas yang amat berperan dalam
penggeloan sumberdaya perikanan di Indonesia. Penyebutan sebagai Anak Buah
Kapal (ABK) hanya angin surga padahal mereka tetaplah buruh, mereka butuh
jaminan perlindungan sosial, kesehatan dan hukum dari negara kerana itu amanat
dari UUD 1945 (Apridar et al, 2011:90).
Penelitian Sabian Ustman (2007) dalam Apridar et al menggolonggkan
karakteristik masyarakat nelayan di tinjau dari sudut pandang kepemilikan aset
1. Nelayan yang tidak memiliki alat produksi berupa kelotok atau pukat
beserta segala perangkatnya, digolonggkan sebagai nelayan buruh (anak
buah) sehingga pekerjaan diatur oleh juragan.
2. Pengusaha perikanan tangkap atau nelayan yang memiliki alat produksi
kelotot atau pukat beserta segala perangkatnya yang disebut juragan,
sementara yang menanamkan investasi (pemodal) disebut penampung.
Mereka ini tidak termasuk nelayan yang bekerja/mengantungkan dirinya
pada pekerjaan nelayan.
Kusnadi dalam Apridar et al menyatakan bahwa nelayan buruh adalah
masyarakat miskin yang dominan di desa-desa nelayan. Faktor kemiskinan inilah
yang mendorong mereka terlibat dalam jaringan utang piutang yang kompleks di
komunitasnya (Apridar et al, 2011:92).
Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan atau benang merah soal
karakteristik nelayan buruh yakni:
a) Tidak memiliki faktor produksi (kalap dan alat tangkap) dan
mengoperasikan alat tangkap yang bukan miliknya
b) Bermodalkan tenaganya dalam proses penangkapan ikan
c) Bekerja pada pemiliki faktor produksi (juragan/bos)
d) Berpendidikan rendah
e) Minim dan tidak miliki informasi akses pasar
f) Terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan bermukim di desa – desa
miskin
g) Memiliki ketergantungan ekonomi secara permanen terhadap pemiliki
Pada dasarnya penggolongan masyarakat nelayan dapat ditinjau dari tiga
sudut pandang.
1. Dari segi pengusaan alat-alat produksi atau peralatan tangkap (perahu,
jaring, dan perlengkapan lainnya.) struktur masyarakata nelayan terbagi
dalam kategori nelayan pemilik (alat-alat produksi) dan nelayan buruh.
Nelayan buruh tidak memiliki alat-alat produksi. Dalam kegiatan produksi
sebuah unit perahu, nelayan buruh hanya menyumbangkan tenaganya
dengan memperoleh hak-hak yang sangat terbatas
2. Ditinjau dari tingkat skala investasi modal usahanya struktur masyarakat
nelayan terbagi kedalam kategori nelayan besar dan nelayan kecil.
Disebut nelayan besar karena jumlah modal yang diinvestasikan dalam
usaha perikanan relatif banyak, sedangkan pada nelayan kecil malah
sebaliknya.
3. Dipandang dari segi tingkat teknologi yang digunakan, masyarakat
nelayan terbagi kedalam nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayan
modern menggunakan teknologi penangkapan ikan yang lebih canggih
dibandingkan dengan nelayan tradisional.
Berdasarkan uraian diatas nelayan buruh dapat bekerja pada unit-unit
penangkapan ikan yang dimiliki nelayan besar atau nelayan modern dan nelayan
kecil dan atau nelayan tradisional. Sekalipun demikian nelayan buruh yang
bekerja pada unit-unit penangkapan ikan yang lebih modern atau canggih, seperti
perahu sleret (one boat purse seine), yang digunakan untuk menanggkap
jenis-jenis ikan pelagis, tidak mesti lebih baik tingkat kesejahteraan hidupnya
tradisional, seperti sampan pancing, yang digunakan untuk menangkap ikan
tongkol, cakalang, dan layang (pelagic fish) atau perahu jaring senar, yang dipakai
untuk menangkap jenis-jenis ikan dasar (demersal fish).
Ketimpangan sistem bagi hasil antara nelayan pemilik dangan nelayan
buruh lebih besar terjadi pada unit-unit penangkapan yang lebih canggih/modern,
sehingga kecendrungan ini sangat merugikan nelayan buruh. Data dan sebagian
hasil studi yang ada selama ini telah menunjukkan bahwa dibandingkan dengan
nelayan pemilik, tingkat kehidupan sosial ekonomi nelayan buruh sangat rendah
dan bahkan dapat dikatakan sebagai lapis sosial yang paling miskin di desa-desa
pesisir (Kusnadi, 2006:4).
2.3.2. Stuktur Ekonomi Masyarakat Nelayan
Struktur sosial ekonomi masyarakat nelayan oleh sebagian besar orang
termasuk para birokrat, dilihat dari suatu yang homogen, seragam dan sebangun
ini bisa dilihat sebagimana mereka memperlakukan masyarakat nelayan secara
seragam melalui berbagai program seragam yang diluncurkan bagi masyarakat
nelayan. Pandangan keliru ini terutama pada masa Orde Baru, paradigma dan
berpikir dan berpraksis negara bersifat sentralis, homogen dan hirarkis.
Kenyataannya masyarakat nelayan beraneka ragam dalam berbagai
dimensi, dilihat dimensi pekerjaan, masyarakat nelayan terdiri atas 2 (dua)
kelompok, yaitu kelompok yang terikat (langsung) dan yang tidak terikat dengan
aktifitas kelautan/perikanan. Kelompok yang terikat (langsung) dengan aktifitas
kelautan/perikanan terdiri dari 2 (dua) sub kelompok yaitu: sub kelompok
pencari/penangkap hasil kelautan/perikanan dan pembudidaya hasil
alat produksi /tangkap seperti toke, juragan, bos atau nama lain. Mereka juga
beragam, bisa berada pada lapisan atas, menengah atau bawah. Kemudian juga
masuk didalamnya nelayan pekerja (buruh), nelayan mandiri, dan pedagang ikan
(kecil, menengah dan besar). Selanjutnya pembudidaya hasil kelautan/perikanan
mencakup alat produksi pekerja (buruh), nelayan pembudidaya mandiri, dan
pedagang hasil budidaya kelautan/perikanan (kecil, menengah dan besar).
Kelompok yang tidak terikat (langsung) dengan aktifitas kelautan/perikanan
seperti pada gang/pemilik warung makanan, pedagang kebutuhan sehari – hari,
petugas koperasi dan sebagainya. Pada umumnya masyarakat nelayan yang
menyelesaikan pendidikan menengah dan tinggi berasal dari kelompok
pembudidaya hasil kelautan/perikanan, sebagian juga berasal dari dari para
juragan pemilik alat produksi/alat tangkap ikan (Damsar dan Elfina, 2005).
2.3.3. Modal Awal Produksi Perikanan Tangkap
Modal produksi perikanan tangkap adalah biaya produski nelayan pemilik
maupun nelayan buruh selama melaut. Biaya produksi atau bisa disebutkan
ongkos produksi terdiri dari dua kategori, yaitu biaya produksi berupa
pengeluaran nyata (actuali cost) dan ongkos yang tidak merupakan pengeluaran
nyata (inputed cost) (Mulyadi, 2005:88).
Pengeluran nyata ada yang kontan dan ada yang tidak kontan. Pengeluran
kontan adalah bahan bakar dan oli, bahan pengawet (es dan garam), pengeluaran
untuk makanan/konsumsi nelayan, pengeluaran untuk reparasi dan pengeluaran
untuk retribusi pajak. Pengeluaran tidak kontan adalah gaji/upah nelayan anak
buah kapal (ABK) yang umumnya bersifat bagi hasil dan dibayar sesudah hasil
mesin-mesin dan alat-alat tangkap. Pengeluaran ini hanya merupakan penilaian
yang tidak pasti, yang dilakukan disini hanya taksiran kasar.
2.3.4. Teknologi Penangkapan Ikan
Teknologi penangkapan ikan oleh para nelayan di indonesia pada
umumnya masih mengalami keterbatasan teknologi dalam penangkapan ikan
(Mulyadi, 2005:50). Alat tangkap yang digunakan masih sangat sederhana,
sehingga wilayah tangkapan masih sangat terbatas hanya sekitar diperairan pantai.
Hal ini terkecuali jika pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik bersedia
mengeluarkan biaya yang besar untuk meningkatkan teknologi yang lebih modern
dalam penangkapan ikan.
Rendahnya teknologi penangkapan ikan mengakibatkan hasil tangkapan
menjadi terbatas, dengan kesederhanaan alat tangkap yang dimiliki, pada musim
tertentu tidak ada tangkapan yang bisa diperoleh. Kondisi ini merugikan nelayan
karena secara riil rata-rata pendapatan perbulan menjadi lebih kecil. Namun
apabila teknologi yang digunakann lebih modern itu tidak terlepas dari peran
pihak ketiga dalam proses produski perikanan tangkap, sehingga ini akan
menekan harga produksi perikanan tangkap.
2.3.5. Pasar Produksi Perikanan
Dalam suatu komunitas nelayan biasanya terdiri dua kelompok besar, yaitu
kelompok produsen (para penangkap ikan) dalam kelompok pemasaran (para
pedagang yang membeli dan menjual kembali ikan hasil tangkapan nelayan).
Dalam hal ini kelompok pemasaran dapat dikatakan sebagai institusi yang
dibedakan menjadi nelayan pemilik perahu dan peralatan perikanan (juragan) serta
nelayan yang bekerja sebagai buruh nelayan (Mulyadi, 2005:79).
Dewasa ini, hubungan hutang-piutang berdampak pada ketergantungan
secara ekonomi dengan mudah dapat dilihat pada hampir semua masyarakat
nelayan. Pada awalnya hubungan tersebut masih bersifat mutualisme, dalam arti
nelayan sebagi klien membutuhkan pertolongan ekonomi dari patron pada saat
paceklik. Sebaliknya pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik harus
menjual ikan hasil tangkapannya pada patronnya. Pada tahap-tahap awal harga
yang ditetapkan oleh patron terhadap ikan hasil tangkapan kliennya masih cukup
memadai, tetapi lama kelamaan dengan berbagai alasan harga tersebut seringkali
terus merosot. Kalau dominasi patron ini sudah sangat mencengkram kliennya,
hubungan yang terjalin kemudian lebih tepat dikatakan sebagai bentuk eksploitasi
(Mulyadi, 2005:81).
Kondisi semacam itu tetap lebih baik bagi nelayan pemilik meskipun
berada dalam ketergantungan, tetapi hidupnya tetap terjamin bila sedang
menghadapi masa paceklik ikan atau kebutuhan ekonomi yang mendesak. Adapun
alternatif pinjaman dari sumber lain seperti koperasi atau bank, sangat sulit karena
koperasi atau bank cenderung tidak mempercayai nelayan pemilik kalaupun
dipercaya, diperlukan prosedur yang rumit serta agunan yang jelas, disamping
hambatan status sosial diantara petugas dan peminjam (Mulyadi, 2005:82).
2.3.6. Strategi dan Indikator Pemberdayaan Masyarakat Nelayan
Strategi dalam pemberdayaan masyarakat nelayan yang dikembangkan
untuk mencapai tujuan secara optimal. Masyarakat nelayan membuka diri