• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan Pengusaha Perikanan Tangkap pada Pelabuhan Perikanan Idi Kabupaten Aceh Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pendapatan Pengusaha Perikanan Tangkap pada Pelabuhan Perikanan Idi Kabupaten Aceh Timur"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

TANGKAP PADA PELABUHAN PERIKANAN IDI

KABUPATEN ACEH TIMUR

T E S I S

O l e h

H I D A Y A T U L L A H

117018026/MEP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KABUPATEN ACEH TIMUR

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

O l e h

H I D A Y A T U L L A H

117018026/MEP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERIKANAN IDI KABUPATEN ACEH TIMUR Nama Mahasiswa : Hidayatullah

Nomor Pokok : 117018026

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ramli, SE. MS) Ketua

(Prof. Dr. Lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE) Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec)

Direktur,

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ramli, SE, MS

Anggota : 1. Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE 2. Dr. Murni Daulay, SE, M.Si

(5)

Judul Tesis

ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHA PERIKANAN TANGKAP PADA PELABUHAN PERIKANAN IDI

KABUPATEN ACEH TIMUR

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Magister Ekonomi

Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar

merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian

tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis

cantumkan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan

ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian Tesis

ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian

tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang

penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku.

Medan, 01 Agustus 2013 Yang Membuat Pernyataan

(6)

KABUPATEN ACEH TIMUR

ABSTRAK

Sub sektor perikanan merupakan sektor riil yang berperan penting dalam peningkatan kesejahteraan. Terutama berpengaruh terhadap masyarakat yang berada di kawasan pesisir khususnya. Berdasarkan letak geografis, Kabupaten Aceh Timur memiliki sumber daya perikanan yang potensial. Hal tersebut dilihat dari peningkatan produksi perikanan setiap tahun, sehingga dibentuk suatu kawasan pelabuhan perikanan, dengan nama Pelabuhan Perikanan Idi. Terbentuknya kawasan Pelabuhan Perikanan Idi diharapkan berpengaruh terhadap pendapatan pengelola produksi perikanan baik sebagai pengusaha maupun nelayan pemilik dan nelayan buruh.

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan fenomena keadaan tersebut dengan judul “Analisis Pendapatan Pengusaha Perikanan Tangkap pada Pelabuhan Perikanan Idi Kabupaten Aceh Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jawaban permasalahan tentang pengaruh variabel internal yang terdapat pada pengusaha perikanan tangkap sendiri dan variabel eksternal terdapat pada Pelabuhan Perikanan Idi, terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik.

Penelitian ini menggunakan model analisis jalur (Path Analysis). Pengolahan data menggunakan SPSS versi 19 dan menggunakan responden sebanyak 128 orang. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu modal, pengalaman, tempat pelelangan ikan, lembaga keuangan, teknologi, produksi perikanan, harga dan pendapatan.

Hasil penelitian dengan nilai koefisien estimasi masing-masing variabel menunjukkan bahwa modal, pengalaman, lembaga keuangan dan teknologi mempunyai pengaruh yang positif terhadap produksi perikanan. Modal, tempat pelelangan ikan, teknologi, harga dan produksi perikanan mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha perikanan atau nelayan pemilik. Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel modal, pengalaman, tempat pelelangan ikan, lembaga keuangan, teknologi terhadap produksi sebesar 68,7 persen. Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel modal, pengalaman, tempat pelelangan ikan, lembaga keuangan, teknologi, produksi perikanan dan harga terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik sebesar 95,9 persen.

(7)

THE ANALYSIS OF THE INCOME OF CAUGHT FISH DEALERS AT FISHING PORT OF IDI, ACEH TIMUR DISTRICT

ABSTRACT

Fishery sub-sector constitutes a real sector which plays an important role in increasing people’s welfare. It especially influences the people who live along the coastal area. Geographically, Aceh Timur district has potential fish resources. It can be seen from the increase in fish production each year so that a fishing harbor area which is called Pelabuhan Perikanan Idi is established. The establishment of the fishing harbor area at Idi is expected to influence the income of fish production dealers, as business people, fishermen and laborers.

Based on the above problems, the researcher was interested in analyzing the

phenomena under the title, “The Analysis of the Income of Catching Fish Dealers

at Pelabuhan Perikanan Idi, Aceh Timur District.” The objective of the research

was to find the solution of the problems about the influence of internal variables in catching fish dealers and external variables at Pelabuhan Perikanan Idi on the income of caught fish dealers or of fishermen.

The research used Path Analysis model. The data were processed by using an SPSS version 19 software program with 129 respondents. The variables used in the research were capital, experience, TPI (fish market), financial institution, technology, fish production, price, and income.

The result of the research showed that the value of coefficient estimation of each variable indicated that capital, experience, financial institution, and technology had positive influence on fish production. Capital, fish market, technology, price, and fish production had positive influence on the income of fish dealers or of fishermen. There was the amount of the direct effect of the variables of capital, experience, TPI, financial institution, and technology on production at 68.7%. There was the amount of direct effect of the variables of capital, experience, TPI, financial institution, technology, fish production, and price on the income of caught fish dealers or of fishermen at 95.9%.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan hanya kepada ALLAH SWT, karena dengan izin-Nya jualah tesis ini dapat penulis selesaikan.

Tesis yang berjudul “Analisis Pendapatan Pengusaha Perikanan Tangkap

pada Pelabuhan Perikanan Idi Kabupaten Aceh Timur” ini dibuat untuk melengkapi kewajiban pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister

Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara Medan.

Pemilihan topik ini didasari pada pemikiran tentang tingkatan

kesejahteraan masyarakat pesisir yang berprofesi sebagai nelayan. Penulis

mengkonsentrasikan penelitian kepada para pengusaha perikanan tangkap atau

nelayan pemilik, dengan alasan mereka sebagai pelaku ekonomi yang berperan

dalam proses produksi.

Keberhasilan pengerjaan dan penyusunan tesis ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Sehubungan

dengan hal tersebut, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K),

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec, selaku Ketua Program Studi

Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Sekretaris Program Studi Magister

Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku Ketua

Komisi Pembimbing dengan ketulusan, kearifan dan kesabaran telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penyusunan tesis

ini.

5. Bapak Prof. Dr. Lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE, selaku Ketua Pascasarjana

(9)

Sumatera Utara Medan, sekaligus selaku Anggota Komisi Pembimbing

dengan ketulusan, kearifan dan kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga dan

pikiran dalam membimbing penyusunan tesis ini.

6. Ibu Dr. Murni Daulay, SE, M.Si, Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.sc, Ph.D,

Bapak Dr. HB. Tarmizi, SU, selaku dosen pembanding yang telah

memberikan banyak masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

7. Bupati Aceh Timur Hasballah Bin M. Thaib dan Wakil Syahrul Bin Syama’un. Kepala Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Bapak Bustami, SH.MA, Pimpinan beserta staf UPTD Pelabuhan Perikanan Idi,

Keuchik Gampong Kuala Idi, Pusong dan Blang Tualang. Rekan-rekan

Pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten

Aceh Timur, serta seluruh responden yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang telah banyak membantu dan memfasilitasi penulis.

8. Ibu Hj. Nurlina, SE. M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Samudra Langsa yang telah memberikan dukungan baik moril maupun

materil. Rekan-rekan pengajar dan staf pada Fakultas Ekonomi Universitas

Samudra Langsa.

9. Rekan-rekan seperjuangan MEP angkatan 21 Tahun 2011, terutama Budi

Mulia Warman Harahab, Martin Ginting, M. Arsyad yang telah

bersama-sama dalam suka maupun duka menempuh studi serta rekan-rekan mahasiswa

lain yang tidak dapat penulis sebutkan seluruhnya.

10.Seluruh staf pada Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas

Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya penulis haturkan kepada

kedua orang tua Ayahanda H. M. Yacub, dan Ibunda tercinta Hj. Cut Ratna yang

telah membesarkan dan memberikan pendidikan agama dengan penuh

pengorbanan dari masa kecil hingga menjadi dewasa, serta Mertua Ayahanda

Husen dan Ibunda tersayang Sya’diah yang telah membimbing penulis serta

adinda Zulfadhli dan anggota keluarga lainnya dalam penyelesaian tesis ini.

Ucapan terima kasih yang teristimewa juga penulis sampaikan kepada Istri

tercinta Hariyati, S.Pd yang telah memikul beban tanggung jawab sebagai kepala

keluarga selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sumatera Utara

(10)

telah mengorbankan waktu bersama keluarga dengan tulus ikhlas dan selalu

menjadi penyemangat hidup dan menjadi motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.

Penulis memohon maaf kepada semua pihak apabila terdapat kesalahan

dalam penulisan tesis ini. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat perbaikan demi kesempurnaan tesis ini serta untuk perbaikan karya ilmiah

penulis pada masa selanjutnya. Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkannya serta menjadi

sumbangsih pemikiran penulis kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Timur

khususnya pembangunan kawasan pesisir di wilayah Kabupaten Aceh Timur.

Medan, Agustus 2013

HIDAYATULLAH

(11)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Hidayatullah

2. Tempat, Tanggal Lahir : Idi, 11 September 1984

3. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Pemerintah Kabupaten Aceh Timur

4. Agama : Islam

5. Orang tua

a Ayah : H. M. Yacub

b Ibu : Hj. Cut Ratna

6. Isteri : Hariyati, S.Pd

7. Anak : 1. Zhahratul Aulia

2. Hasanoel Bulqiah

8. Alamat : Jln. Islamic Center PB. Beuramo Langsa

Barat Langsa Hp. 085270906878

9. Pendidikan

a. SD Negeri Keude Geurubak Idi Rayeuk, 1996

b. SMP Negeri 3 Idi Rayeuk, 1999

c. SMA Negeri 1 Idi Rayeuk, 2002

d. Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Langsa, 2009

(12)

DAFTAR ISI

2.2.Teori Pendapatan, Produksi dan Harga ... 13

2.1.1. Pengertian Pendapatan ... 13

2.2.2. Pengertian Produksi Perikanan ... 15

2.2.3. Pengertian Harga ... 16

2.3.Nelayan dan Perikanan ... 17

2.3.1. Nelayan ... 19

2.3.2. Struktur Ekonomi Masyarakat Nelayan ... 23

2.3.3. Modal Awal Produksi Perikanan Tangkap ... 24

2.3.4. Teknologi Penangkapan Ikan ... 25

2.3.5. Pasar Produksi Perikanan ... 25

2.3.6. Strategi dan Indikator Pemberdayaan Masyarakat Nelayan .. 26

2.3.7. Kemitraan Masyarakat Nelayan ... 29

2.3.8. Kebijakan Pemerintah ... 30

2.3.9. Partisipasi Lembaga Keuangan ... 31

2.3.10. Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan ... 32

2.4.Pelabuhan Perikanan ... 34

2.4.1. Klasifikasi Pelabuhan Perikanan ... 35

2.4.2. Peranan Pelabuhan Perikanan ... 39

2.4.3. Fasilitas Pelabuhan Perikanan ... 41

2.4.4. Fungsi Pelabuhan Perikanan ... 44

2.5.Penelitian Sebelumnya ... 46

2.6.Kerangka Pemikiran ... 49

2.7.Hipotesis ... 50

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

(13)

3.3.Teknik Penentuan dan Pengambilan Sampel ... 52

3.9.Definisi Operasional Variabel ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

4.1.Hasil Penelitian ... 67

4.1.1. Gambaran Umum Pelabuhan Perikanan Kuala Idi Rayeuk ... 68

4.1.2. Visi dan Misi Pelabuhan Perikanan Idi ... 70

4.1.3. Tugas dan Fungsi Pelabuhan Perikanan Idi ... 70

4.1.4. Hasil Tangkapan dan Pemasaran Ikan ... 73

4.1.5. Karakteristik Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik Sebagai Responden ... 77

4.1.5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkatan Umur ... 77

4.1.5.2. Pendidikan Responden ... 78

4.1.5.3. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 79

4.1.5.4. Volume Melaut ... 81

4.1.5.5. Jenis Ikan Hasil Tangkapan ... 82

4.1.6. Penjelasan Responden atas Variabel Penelitian ... 83

4.1.6.1. Penjelasan Responden atas Variabel Modal Produksi Perikanan Tangkap ... 83

4.1.6.2. Penjelasan Responden atas Variabel Pengalaman ... 85

4.1.6.3. Penjelasan Responden atas Variabel Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ... 87

4.1.6.4. Penjelasan Responden atas Variabel Lembaga Keuangan ... 90

4.1.6.5. Penjelasan Responden atas Variabel Teknologi ... 94

4.1.6.6. Penjelasan Responden atas Variabel Produksi ... 98

4.1.6.7. Penjelasan Responden atas Variabel Harga ... 99

4.1.6.8. Penjelasan Responden atas Pendapatan ... 100

4.1.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 104

4.1.7.1. Uji Validitas ... 104

4.1.7.2. Uji Reliabilitas ... 104

4.1.8. Analisa Persamaan Struktural I ... 104

(14)

4.1.8.3. Kemampuan Penjelasan Variabel Eksogen

terhadap Endogen Persamaan Struktural I... 108

4.1.8.4. Perbandingan Tingkat Produksi Menggunakan Variabel Teknologi ... 108

4.1.9. Analisa Persamaan Struktural II ... 110

4.1.9.1. Uji Parsial Persamaan Struktural II ... 112

4.1.9.2. Uji Serentak Persamaan Struktural II ... 114

4.1.9.3. Kemampuan Penjelasan Variabel Eksogen terhadap Endogen Persamaan Struktural II ... 115

4.1.9.4. Perbandingan Tingkat Produksi Menggunakan Variabel Teknologi ... 115

4.2.Pembahasan Analisis Jalur (Path Analyisis) ... 117

4.2.1. Pengaruh Langsung (Direct Effect) Model Persamaan I ... 122

4.2.2. Pengaruh Langsung (Direct Effect) Model Persamaan II ... 123

4.2.3. Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect) ... 124

4.2.4. Total Pengaruh (Total Effect) ... 125

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 127

5.1.Kesimpulan ... 127

5.2.Saran ... 127

(15)

DAFTAR TABEL

3.3. Definisi Operasional Variabel ... 66

4.1. Jumlah Produksi Jenis Ikan di Pelabuhan Perikanan Idi Tahun 2007-2012 ... 75

4.2. Data Pemasaran Ikan di Pelabuhan Perikanan Idi Tahun 2012 ... 76

4.3. Kelompok Umur Responden ... 78

4.4. Jenjang Pendidikan Responden ... 79

4.5. Jumlah Tanggungan Responden ... 80

4.6. Volume Melaut Nelayan Pemilik dan Nelayan Buruh ... 81

4.7. Jenis Ikan Hasil Tangkapan Nelayan pada Pelabuhan Perikanan Idi ... 82

4.8. Modal Sekali Melaut Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik ... 84

4.9 Perbandingan Tingkat Modal dengan Teknologi yang digunakan ... 84

4.10. Perbandingan Tingkat Modal dengan Volume Melaut ... 85

4.11. Lama Profesi sebagai Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik ... 86

4.10. Perbandingan Tingkat Produksi dengan Pengalaman ... 87

4.13. Tanggapan Responden Tentang Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bisa Menjadi Pengendali Harga ... 88

4.14. Tanggapan Responden Tentang Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Menciptakan Harga Keseimbangan Pasar ... 89

4.15. Tanggapan Responden Tentang Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mempermudah Distribusi Ikan ... 90

4.16. Tanggapan Responden Tentang Lembaga Keuangan Yang Menjalin Kerjasama Dengan Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik ... 91

4.17. Tanggapan Responden Tentang Sangat Perlu Pihak Lembaga Keuangan Untuk Menjadi Mitranya Para Pengusaha Perikanan Tangkap Atau Nelayan Pemilik ... 92

4.18. Tanggapan Responden Tentang Pernah Para Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik Mendapatkan Bantuan Pinjaman dari Lembaga Keuangan ... 93

4.19. Tanggapan Responden Tanggapan Tentang Proses Pencairan Dana pada Lembaga Keuangan Sangat Rumit ... 94

4.20. Ukuran Armada/Boat Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik ... 95

(16)

4.23. Jenis Alat Tangkap Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan

Pemilik ... 97

4.24. Jumlah Produksi Perikanan Berdasarkan Tanggapan Pengusaha Perikanan Pantai atau Nelayan Pemilik ... 99

4.25. Harga Penjualan Produksi Perikanan Tangkap Berdasarkan Tanggapan Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik ... 100

4.26. Pendapatan Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik dari Hasil Pembagian Penjualan Produksi Perikanan ... 102

4.27. Pendapatan Pawang Boat atau Nahkoda Kapal dari Hasil Pembagian Penjualan Produksi Perikanan ... 103

4.28. Pendapatan Anak Buah Kapal (ABK) dari Hasil Pembagian Penjualan Produksi Perikanan ... 103

4.29. Hasil Uji Persamaan Struktural I ... 105

4.30 Hasil Uji Persamaan Produksi terhadap Harga ... 110

(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Kerangka Konseptual ... 49 3.1. Bagan Struktur Analisis Jalur ... 57 4.1. Lokasi Pelabuhan Perikanan Idi ... 69 4.2. Perbandingan Produksi Ikan Tiap Bulan Pertahun pada Pelabuhan

Perikanan Idi 2006 – 2012 ... 74 4.3. Tujuan Pemasaran Produksi Ikan Pelabuhan Perikanan Idi ... 77 4.4. Tingkat Jenjang Pendidikan Pengusaha Perikanan Tangkap atau

Nelayan Pemilik ... 79 4.5. Jumlah Tanggungan Dalam Keluarga ... 80 4.6. Jenis Ikan Produksi Perikanan Tangkap pada Pelabuhan Perikanan Idi

Tahun 2012 ... 83 4.7. Tanggapan Responden Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bisa

Mengendalikan Harga ... 88 4.8. Tanggapan Responden Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bisa

Menciptakan Keseimbangan Harga ... 89 4.9. Tanggapan Responden Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bisa

Mempermudah Distribusi Ikan ... 90 4.10. Tanggapan Responden Lembaga Keuangan Menjalin Kerja Sama

dengan Pengusaha Perikanan Tangkap ... 91

4.11. Tanggapan Responden Tentang Lembaga Keuangan Menjadi

Mitranya Pengusaha Perikanan Tangkap ... 92 4.12. Tanggapan Responden Tentang Pernah Pengusaha Perikanan

Tangakap Mendapat Bantuan Pinjaman dari Lembaga Keuangan ... 93 4.13. Tanggapan Responden Tentang Proses Pencairan Dana Sangat Rumit

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 133

2. Data Primer Penelitian ... 139

3. Hasil Uji Validitas ... 151

4. Hasil Uji Reliabilitas ... 153

5. Hasil Regresi Persamaan Produksi Terhadap Harga ... 155

6. Hasil Regresi Persamaan I ... 157

(19)

KABUPATEN ACEH TIMUR

ABSTRAK

Sub sektor perikanan merupakan sektor riil yang berperan penting dalam peningkatan kesejahteraan. Terutama berpengaruh terhadap masyarakat yang berada di kawasan pesisir khususnya. Berdasarkan letak geografis, Kabupaten Aceh Timur memiliki sumber daya perikanan yang potensial. Hal tersebut dilihat dari peningkatan produksi perikanan setiap tahun, sehingga dibentuk suatu kawasan pelabuhan perikanan, dengan nama Pelabuhan Perikanan Idi. Terbentuknya kawasan Pelabuhan Perikanan Idi diharapkan berpengaruh terhadap pendapatan pengelola produksi perikanan baik sebagai pengusaha maupun nelayan pemilik dan nelayan buruh.

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan fenomena keadaan tersebut dengan judul “Analisis Pendapatan Pengusaha Perikanan Tangkap pada Pelabuhan Perikanan Idi Kabupaten Aceh Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jawaban permasalahan tentang pengaruh variabel internal yang terdapat pada pengusaha perikanan tangkap sendiri dan variabel eksternal terdapat pada Pelabuhan Perikanan Idi, terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik.

Penelitian ini menggunakan model analisis jalur (Path Analysis). Pengolahan data menggunakan SPSS versi 19 dan menggunakan responden sebanyak 128 orang. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu modal, pengalaman, tempat pelelangan ikan, lembaga keuangan, teknologi, produksi perikanan, harga dan pendapatan.

Hasil penelitian dengan nilai koefisien estimasi masing-masing variabel menunjukkan bahwa modal, pengalaman, lembaga keuangan dan teknologi mempunyai pengaruh yang positif terhadap produksi perikanan. Modal, tempat pelelangan ikan, teknologi, harga dan produksi perikanan mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha perikanan atau nelayan pemilik. Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel modal, pengalaman, tempat pelelangan ikan, lembaga keuangan, teknologi terhadap produksi sebesar 68,7 persen. Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel modal, pengalaman, tempat pelelangan ikan, lembaga keuangan, teknologi, produksi perikanan dan harga terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik sebesar 95,9 persen.

(20)

THE ANALYSIS OF THE INCOME OF CAUGHT FISH DEALERS AT FISHING PORT OF IDI, ACEH TIMUR DISTRICT

ABSTRACT

Fishery sub-sector constitutes a real sector which plays an important role in increasing people’s welfare. It especially influences the people who live along the coastal area. Geographically, Aceh Timur district has potential fish resources. It can be seen from the increase in fish production each year so that a fishing harbor area which is called Pelabuhan Perikanan Idi is established. The establishment of the fishing harbor area at Idi is expected to influence the income of fish production dealers, as business people, fishermen and laborers.

Based on the above problems, the researcher was interested in analyzing the

phenomena under the title, “The Analysis of the Income of Catching Fish Dealers

at Pelabuhan Perikanan Idi, Aceh Timur District.” The objective of the research

was to find the solution of the problems about the influence of internal variables in catching fish dealers and external variables at Pelabuhan Perikanan Idi on the income of caught fish dealers or of fishermen.

The research used Path Analysis model. The data were processed by using an SPSS version 19 software program with 129 respondents. The variables used in the research were capital, experience, TPI (fish market), financial institution, technology, fish production, price, and income.

The result of the research showed that the value of coefficient estimation of each variable indicated that capital, experience, financial institution, and technology had positive influence on fish production. Capital, fish market, technology, price, and fish production had positive influence on the income of fish dealers or of fishermen. There was the amount of the direct effect of the variables of capital, experience, TPI, financial institution, and technology on production at 68.7%. There was the amount of direct effect of the variables of capital, experience, TPI, financial institution, technology, fish production, and price on the income of caught fish dealers or of fishermen at 95.9%.

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Subsektor perikanan berperan penting dalam peningkatan pertumbuhan

ekonomi suatu wilayah atau daerah. Sumber daya alam ini diharapkan dapat

mensejahterakan rakyat pada daerah tersebut. Namun sangat disayangkan

subsektor ini belum dapat dikelola dengan baik, terutama terhadap para petani

ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut.

Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang

memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam

penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan

kerja (Mulyadi, 2005:15). Pada saat terjadi krisis ekonomi, peranan sektor

perikanan semakin signifikan, terutama dalam hal mendatangkan devisa. Akan

tetapi ironisnya, sektor perikanan selama ini belum mendapatkan perhatian khusus

dari pemerintah dan kalangan pengusaha, padahal jika sektor ini dikelola dengan

serius akan memberikan kontribusi yang lebih besar untuk pembangunan ekonomi

nasional serta dapat menekan tingkat kemiskinan masyarakat Indonesia terutama

masyarakat nelayan dan pengusaha perikanan tangkap.

Nelayan merupakan salah satu masyarakat marginal yang sering tersisih

dari akomudasi kebijakan pemerintah Wahyono (2004) dalam Abdurrahman at al.

Problem yang dihadapi masyarakat nelayan sangatlah kompleks, bermuara

minimnya penghasilan mereka, seperti halnya masyarakat petani dan buruh

(22)

Sektor perikanan yang menjadi pelaku kegiatan ekonomi yaitu pengusaha

perikanan tangkap atau nelayan pemilik serta nelayan buruh. Pengusaha perikanan

tangkap yang merupakan sebagai pengelola produksi perikanan, ada juga yang

berprofesi sebagai nelayan atau disebut nelayan pemilik. Kesejahteraan

masyarakat yang berprofesi sebagai pelaku usaha perikanan diukur dari tingkat

pendapatan yang didapat, tidak seimbang dengan produksi (hasil laut) yang

didapat. Pengusaha perikanan tangkap belum mampu mengoptimalkan hasil

tangkap menjadi produk – produk yang lain yang dapat meningkatkan nilai

tambah dari ikan hasil tangkapan. Hal ini dipengaruhi oleh masalah permodalan

dan juga masalah – masalah lain yang mempengaruhi kepada tingkat pendapatan.

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan penulis yang mengkonsentrasikan

kehidupan para pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik di kawasan

Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk.

Hasil seleksi Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

menjadikan Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk termasuk dalam 3 (tiga) pelabuhan

perikanan teladan untuk seluruh Indonesia. Secara analisis ekonomi menjadikan

nelayan yang berada di kawasan Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk memiliki

peluang dan prospek ekonomi yang bisa meningkatkan kesejahteraan kepada

pengusaha perikanan tangkap dan juga kepada para nelayan. Ini sangat

menjanjikan bagaimana peluangnya pengusaha perikanan tangkap dan juga para

nelayan dimasa yang akan datang baik dalam penangkapan ikan, pengolahan ikan

(industri perikanan) dan pemasaran hasil laut tersebut.

Pengusaha perikanan tangkap dan nelayan yang berada di kawasan

(23)

ekonomi di Kecamatan Idi Rayeuk yang merupakan ibu kota Kabupaten Aceh

Timur. Kemajuan yang pesat ditandai dengan ramainya aktifitas di sepanjang tepi

pantai yang menghubungkan antara Desa Pusong dan Desa Blang Tualang.

Selama kurun waktu 7 tahun terakhir Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk

telah menjadi sebuah kawasan yang berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai

oleh pertumbuhan ekonomi maupun pertumbuhan fisik dengan berbagai aspek

perluasannya. Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk berpotensi menjadi salah satu

simbul distribusi hasil perikanan tangkap dari sumber daya yang dimiliki Propinsi

Aceh, peluang secara ekonomis dapat menguntungkan para nelayan dalam

meningkatkan kesejateraan. Berikut data perkembangan produksi perikanan di

Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk.

Tabel 1.1. Produksi Perikanan di Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk Tahun 2006-2012

No Bulan Jumlah Produksi Ikan (Ton)

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Total 5.119,32 5.120,50 12.127,47 10.895,99 9.764,59 16.645,15 17.765,34

Sumber : UPTD Palabuhan Perikanan Idi Tahun 2012

Data tabel diatas menunjukkan hasil produksi Perikanan di Pelabuhan

(24)

mengalami peningkatan dimulai dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012

produksi ikan mencapai 17.765,34 Ton.

Pada dasarnya para pengusaha perikanan tangkap yang ada di kawasan

Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk memiliki ruang yang sangat srategis sebagai

salah satu pelabuhan pemasaran ikan untuk lokal maupun ke luar negeri. Jumlah

warga yang berprofesi sebagai nelayan buruh (ABK) dan pengusaha perikanan

tangkap atau nelayan pemilik kapal (boat) dapat ditunjukkan berdasarkan tabel 1.2

berikut.

Tabel 1.2. Perkembangan Jumlah Nelayan di Pelabuhan Perikanan Idi Tahun 2008-2012

No Jenis Nelayan Jumlah Nelayan (orang)

2008 2009 2010 2011 2012

1 Nelayan Buruh 6310 6594 6741 7780 8058

2 Nelayan Pemilik 124 145 158 171 188

Total 6.434 6.739 6.897 7.951 8.246 Sumber: UPTD Pelabuhan Perikanan Idi 2012.

Pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik merupakan pengelola

penyedia sarana dan fasilitas untuk kegiatan melaut, pada tahun 2012 pengusaha

perikanan tangkap berjumlah 188 orang. Anak buak kapal (ABK) dalam kegiatan

melaut hanya sebagai pemberi jasa kepada pengusaha perikanan tangkap atau

nelayan pemilik, jumlah anak buah kapal (ABK) pada tahun 2012 8.058 orang.

Pengusaha perikanan tangak atau nelayan pemilik dan anak buah kapal

(ABK) yang ada di Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk, masih menggunakan sistem

atau cara tradisional dalam mencari ikan. Hanya sebahagian yang sudah

mengadopsikan menggunakan teknologi modern. Pengusaha perikanan tangkap

(25)

dan menangkap ikan, sudah terikat kontrak dengan para importir dari luar,

dikarenakan para importir tersebut yang telah membiayai para pengusaha atau

nelayan pemilik tersebut, maka para importir tersebut yang menekan harga dan

merugikan para nelayan pemilik dan nelayan buruh.

Masalah yang dihadapi oleh para nelayan yang ada di kawasan Pelabuhan

Perikanan Idi Rayeuk yaitu dalam hal permodalan. Selain dari pada modal

masalah yang dihadapi sekarang oleh para pengusaha perikanan tangkap yang ada

di Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk yaitu ketersedian fasilitas tempat pelelangan

ikan (TPI) yang bisa mempengaruhi terhadap harga. Masalah lain yang dihadapi

oleh para pengusaha perikanan yaitu ketika musim tangkap ikan dengan jumlah

hasil yang melimpah akan tetapi harga ikan mengalami penurunan, dan tidak ada

cara bagi pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik untuk dapat

menyimpan ikan tersebut dalam jangka waktu yang lama seperti halnya belum

tersedianya Cold Storage, pabrik es. Industri pengolahan ikan hasil tangkapan

juga belum tersedia, produksi turunan yang bisa dihasilkan hanya pengasinan ikan

(ikan asin).

Pada saat para nelayan ingin melakukan pendekatan dengan pihak

perbankan, ini juga menjadi kendala bagi para nelayan. Hal ini dikarenakan

pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik dalam mengajukan

permohonan permodalan (kredit) tidak ada jaminan yang bisa menguatkan pihak

perbankan. Nelayan pemilik hanya bisa memberikan jaminan yaitu alat untuk

mencari ikan (boat), sedangkan bagi pihak perbankan ini tidak bisa menjadi

jaminan, karena dengan pertimbangan alasan yaitu boat memiliki nilai penyusutan

(26)

lahan tangkapan juga tidak bisa menjadi jaminan bagi pihak perbankan

disebabkan lautan merupakan milik bersama para nelayan sehingga tidak ada

kawasan laut yang menjadi hak perorangan para nelayan. Disisi lain untuk dapat

meningkatkan hasil produksi yang lebih maksimal nelayan hanya mengandalkan

kemampuan dari pengalaman yang telah dimiliki selama bekerja sebagai

pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik dan kerja sama yang baik

dengan nelayan buruh. Selain itu juga pasar yang menjadi tumpuan bagi pera

nelayan masih bersifat lokal, hanya didistribukan hasil tangkapan untuk daerah

disekitar Kabupaten Aceh Timur atau bersifat domestik.

Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk yang telah diresmikan oleh Gubernur Aceh

pada tanggal 26 Januari 2012 menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai Idi Rayeuk,

Aceh Timur, yang merupakan proyek APBN/APBA 2008-2011. Program

pembangunan tersebut menjadi program utama pemerintah Aceh dalam upaya

mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. “Untuk wilayah

Aceh Timur khusunya Idi Rayeuk, yang merupakan sektor andalan yaitu perikanan,

sambutan Gubernur Aceh pada peresmian Jetti Pelabuhan Perikanan Idi.

Pembangunan Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk ini adalah salah satu

prospek bisnis yang sangat potensial. Mengingat dari dahulu Idi Rayeuk

merupakan salah satu daerah penghasil ikan yang cukup terkenal di Aceh, hanya

saja selama ini ikan dari wilayah Aceh, banyak yang dibawa ke keluar daerah

yang selanjutnya diekspor melalui pelabuhan-pelabuhan lain di luar Propinsi

Aceh. Nelayan Aceh bekerja keras di laut, sementara yang mendapat keuntungan

yaitu para eksportir atau tengkulak yang berada di luar daerah. Diresmikannya

(27)

Timur, akan bisa menyentuh langsung pasar Internasional, sehingga harganya

dapat lebih menguntungkan para nelayan setempat.

Secara kelembagaan Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk di kelola dan

diawasi oleh unit pelaksana teknis Dinas Perikanan Propinsi Aceh atau Unit

Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk. (UPTD)

Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk memiliki program pembangunan dan

pengembangan. Adapun tujuan pengembangan yaitu menata kawasan perikanan

dan menyediakan fasilitas yang diperlukan, mengkaji berbagai potensi kawasan

untuk meningkatkan usaha perikanan Pelabuhan Perikanan Idi, meningkatkan

produksi perikanan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan pendapatan para

nelayan, serta agar tersusunnya suatu rencana teknis pembangunan kawasan di

Pelabuhan Perikanan Idi dan meningkatkan profesionalisme pengusaha perikanan

dan memotivasi nelayan untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Berdasarkan beberapa uraian dan masalah yang telah diuraikan di atas,

penulis merasa penting untuk mengidentifikasi penelitian ini dengan memberikan

judul tesis yaitu “Analisis Pendapatan Pengusaha Perikanan Tangkap pada

Pelabuhan Perikanan Idi Kabupaten Aceh Timur”.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan

beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah modal, pengalaman, teknologi, tempat pelelangan ikan (TPI),

(28)

2. Apakah modal, pengalaman, teknologi, tempat pelelangan ikan (TPI),

lembaga keuangan, melalui produksi perikanan dan harga berpengaruh

terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan

pemilik?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk menganalisis pengaruh modal, pengalaman, teknologi, tempat

pelelangan ikan (TPI) dan lembaga keuangan terhadap produksi perikanan.

2. Untuk menganalisis pengaruh modal, pengalaman, teknologi, tempat

pelelangan ikan (TPI) dan lembaga keuangan melalui produksi perikanan

dan harga terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan

pemilik.

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

1. Dengan mengetahui modal, pengalaman dan teknologi sebagai variabel

internal berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap

atau nelayan pemilik melalui produksi perikanan dan harga, sebagai bahan

pertimbangan bagi pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik

untuk dapat meningkatkan kemampuan diri pada subsektor perikanan.

2. Dengan mengetahui pengaruh tempat pelelangan ikan (TPI) dan lembaga

keuangan sebagai variabel eksternal berpengaruh terhadap pendapatan

(29)

perikanan dan harga, sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga atau

instansi pemerintahan dalam memberikan peranan, fasilitas dan fungsi dari

Pelabuhan Perikanan tersebut.

3. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai

kegiatan ekonomi pada sub sektor perikanan khusunya kesejahteraan

nelayan.

4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dengan penelitian ini akan menjadi

bahan masukan dan referensi atau bahan rujukan bagi peneliti khususnya

penelitian yang berkaitan dengan pengaruh pelabuhan perikanan terhadap

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi perubahan

pada berbagai aspek termasuk di dalamnya stuktur sosial, sikap masyarakat, serta

institusi nasional upaya mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja

(Widodo, 2006:4).

Sedangkan pembangunan yang mengarah kepada kesejahteraan

masyarakat pada intinya diukurnya pembangunan tersebut, menurut Jayadinata

(1999), meliputi tiga kegiatan yang saling berhubungan, yaitu (a) menimbulkan

peningkatan kemakmuran dan peningkatan pendapatan serta kesejahteraan sebagai

tujuan, dengan tekanan perhatian pada lapisan terbesar (dengan pendapatan

terkecil) dalam masyarakat; (b) memilih metode yang sesuai untuk mencapai

tujuan itu; (c) menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

terjadinya pertumbuhan sosial ekonomi yang kuat

Perekonomian di Negara-negara Dunia Ketiga pada umumnya tidak

memiliki banyak sumber daya keuangan dan tenaga kerja yang terampil sehingga

mereka tidak bisa menyia-nyiakannya dalam kegiatab usaha yang lebih produktif.

Proyek-proyek investasi harus dipilih secara cermat, bukan semata-mata

berdasarkan analisa produktivitas parsial seperti yang ditunjukkan oleh rasio

modal output dari sebuah industri, namun juga harus lebih dikaitkan dengan

(31)

Tantangan utama pembangunan adalah untuk memperbaiki kehidupan.

Kualitas kehidupan yang lebih baik memang mensyaratkan adanya pendapatan

yang tinggi. Namun kiranya pendapatan bukanlah satu-satunya ukuran

kesejahteraan. Banyak hal lain yang tidak kalah pentingnya yang harus

diperjuangkan, mulai dari pendidikan, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi,

pemberantasan kemiskinan, perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan

kesempatan, pemerataan kebebasan individual dan penyegaran kehidupan budaya.

Menurut Jhingan (1999:65), untuk menentukan optimasi pembangunan

dapat dilihat dari distribusi pendapatan, komposisi output, selera, biaya nyata dan

perubahan tertentu lain yang berkaitan dengan pendapat tersebut. Oleh sebab itu

untuk menghindari keracunan pengukuran, ukuran pandapatan nasional rill

perkapita dapat digunakan sebagai ukuran dalam pembangunan ekonomi.

Ukuran pencapaian hasil pembangunan paling tidak harus mencapai lima

unsur yang dapat dilihat secara objektif. Pertama, pembangunan pada awalnya

dilihat dalam kerangka pertumbuhan ekonomi masyarakat di suatu negara.

Pembangunan akan berhasil, manakala indikator pertumbuhan ekonomi

masyarakat cukup tinggi, diukur dari produktivitas masyarakat dan negara pada

setiap tahun. Secara teknis ekonomis, produktif diukur melalui Product National

Bruto (PNB), atau Gross National Product (GNP), dan Product Domestic Bruto

(PDB)atau Gross Domestic Product (GDP).

Kedua, dicapainya pemerataan disuatu masyarakat dalam suatu negara

ukuran yang dilakukan adalah memakai perhitungan indeks gini, yang dapat

(32)

berhasil penbangunannya dengan demikian adalah negara yang produktivitasnya

tinggi, penduduknya makmur dan sejahtera relatif.

Ketiga, kualitas kehidupan yang diukur dari tingkat kesejahteraan

penduduk disuatu negara dengan menggunakan tolok ukur PQLI (Physical

Quality of Life Index) yang berasal dari tiga indikator meliputi angka rata-rata

harapan hidup bayi setelah satu tahun, angka rata-rata jumlah kematian bayi dan

angka rata-rata persentasi buta dan melek huruf.

Keempat, kerusakan linkungan hidup harus pula diperhitungkan. Negara

yang tinggi produktivitas dapat berada pada sebuah proses pemiskinan penduduk.

Hal itu bisa terjadi karena produktivitas yang tinggi tidak memperdulikan dampak

terhadap lingkungan hidup semakin rusak, sumber daya terkuras hebat, padahal

kecepatan alam untuk merehabilitasi dirinya lebih lambat dibandingkan dengan

proses perusakan lingkungan. Pabrik-pabrik memang berhasil meningkatkan

pendapatan masyarakat, tetapi mereka juga menghasilkan limbah kimia yang

merusak alam sekitarnya. Pembangunan ternyata tidak memiliki daya kelestarian

yang memadai, akibat pembangunan tidak berkelanjutan atau tidak sustainable.

Kelima, pembangunan harus dapat menciptakan keadilan sosial dan

kesinambungan. Pembangunan yang sedang berlangsung seringkali menghasilkan

kondisi ketimpangan yang sangat mencolok bagi masyarakat. Pembangunan

membuat orang kaya semakin kaya, sementara yang miskin semakin terpuruk,

kondisi ini jelas akan mendatangkan kerawanan sosial. Oleh karena itu

konfigurasi kekuatan sosial disuatu masyarakat akan mengarah kepada

(33)

Konseptualisasi pembangunan merupakan proses perbaikan yang

bersinambungan pada suatu masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik atau

lebih sejahtera, maka terdapat beberapa cara untuk menentukan tingkat

kesejahteraan pada suatu negara tolok ukur pembangunan bukan hanya

pendapatan perkapita, tetapi juga harus disertai oleh membaiknya distribusi

pendapatan, berkurangnya kemiskinan dan mengecilnya tingkat pengangguran.

Argumentasinya bahwa pertumbuhan ekonomi haruslah diiringi dengan

pemerataan hasil-hasil pertumbuhan untuk dapat dianggap sebagai keberhasilan

pembangunan. Perkembangan ekonomi dengan demikian mengandung pengertian

bahwa bukan hanya terjadi pendapatan perkapita yang meningkat, tetapi seiring

dengan itu meningkat pula kapabilitas rakyat yang ditunjukkan oleh meluasnya

pemilikan harta atau sumber-sumber ekonomi dikalangan rakyat.

2.2. Teori Pendapatan, Produksi dan Harga 2.2.1. Pengertian Pendapatan

Pendapatan perorangan (personal income) adalah pendapatan yang

diterima oleh rumah tangga dan usaha yang bukan perusahaan. Pendapatan

perseorangan juga mengurangi pajak pendapatan perusahaan dan kontribusi pada

tunjangan sosial (Mankiw, 2006:9). Pendapatan adalah penghasilan yang didapat

dari aktivitas pribadi/perseorangan dalam bentuk berbeda berdasarkan dari

sembilan sektor jenis lapangan usaha.

Pendapatan merupakan nilai maksimun yang diterima seseorang yang

(34)

yaitu untuk pengeluaran konsumsi (pembelian barang dan jasa) dan ditabung di

lembaga keuangan (Sukirno, 2006:60).

Pendapatan masyarakat dapat berupa gaji, upah, sewa dan laba yang

diterima dari jasa produktif (productive service). Pendapatan tersebut diterima

akibat penggunaan faktor-faktor produksi untuk mewujudkan barang dan jasa,

sehingga diperoleh berbagai jenis pendapatan, yaitu tanah dan harta tetap lainnya

memperoleh sewa, tenaga kerja memperoleh gaji dan upah, modal memperoleh

bunga dan keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan (Sukirno, 2006:85).

Pendapatan yang diakui setelah adanya proses produksi diikuti dengan terjadinya

proses penjualan. Pendapatan yang diberikan dari pihak pengguna jasa tersebut

didapat dari hasil penjualan barang produksi yang dibeli oleh masyarakat, dihitung

secara kuantitatif selisih biaya produksi dengan penjualan. Pendapatan dan

keuntungan atau laba merupakan kompenen dari penghasilan income.

Pendapatan yang diperoleh pengusaha perikanan atau nelayan pemilik dan

nelayan buruh dalam unit usaha perikanan keluatan mengikuti sistem bagi hasil.

Sistem bagi hasil tangkapan yang mempertimbangkan aset produksi dengan orang

yang bekerja dalam proses produksi mulai dikenal sistem mata pencaharian

berkembang dan mengikuti adanya hak milik perorangan, serta

mempertimbangkan investasi perorangan dalam usaha penangkapan ikan

(Wahyono 2003 dalam Mulyadi 2005:75). Sistem bagi hasil ini ditentukan dari

jenis teknologi yang dikembangkan dan besarnya kontribusi modal yang di

investasikan. Model relasi pemilik modal dan buruh nelayan pada umunya saling

menguntungkan kedua belah pihak. Hubugan antara pemilik modal dan nelayan

(35)

belah pihak, meskipun dalam kenyataanya di berbagai komunitas nelayan

memperlihatkan bahwa pihak anak buah kapal (ABK) berada pada posisis yang

kurang menguntungkan, hal ini karena pendapatan dari para buah kapal (ABK)

sangat kecil.

2.2.2. Pengertian Produksi Perikanan

Produksi yang digambarkan melalui fungsi produksi menghubungkan

input dan output. Fungsi produksi menentukan tingkat output maksimum yang

biasa di produksi dengan sejumlah input tertentu atau sebaliknya (Arsyad,

2011:206). Fungsi produksi ini ditentukan oleh tingkat teknologi, peralatan,

tenaga kerja, bahan-bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam proses

produksi. Telah dinyatakan sebelumnya bahwa fungsi produksi menunjukkan sifat

hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan.

Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan dengan istilah input, dan jumlah

produksi selalu dikenal dengan output. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam

bentuk persamaan sebagai berikut (Sukirno, 2008:195):

Q = f (K,L,R,T)

Dimana K adalah stok sejumlah modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan

ini meliputi bagai jenis tenaga kerja dengan berbagai jenis keahlian dan

kewirausahaan. R adalah kekayaan alam, dan T adalah tingkat teknologi yang

digunakan. Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh barbagai

jenis faktor-faktor produksi tersebut (Sukirno, 2008:195).

Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya kepada dua

pendekatan yaitu, teori produksi dengan satu faktor berubah dan teori produksi

(36)

sederhana yaitu menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat produksi

suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan

berbagai tingkat produksi barang tersebut. Teori produksi dengan dua faktor

berubah menggambarkan bagaimana tingkat produksi akan mengalami perubahan

apabila dimisalkan satu faktor produksi yaitu tenaga kerja, terus menerus

ditambah tetapi faktor-faktor produksi lainnya dianggab tetap jumlahnya, yaitu

tidak dapat diubah lagi (Sukirno, 2008:195).

Produksi perikanan yang diproleh baik pengusaha perikanan tangkap atau

nelayan pemilik hanya memiliki nilai lebih apabila tidak hanya digunakan untuk

dimakan, tetapi untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehari-hari (Mulyadi,

2005:51). Masalah pemasaran merupakan aspek penting dalam kehidupan nelayan

pemilik dan nelayan buruh. Permasalahannya adalah akses pemasaran yang tidak

dimiliki oleh pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik, terutama

nelayan pemilik yang berada dilokasi pulau terpencil kondisi ini mengakibatkan

ikan hasil tangkapan mudah membusuk, ssehingga ini menjadi masalah besar

yang dihadapi para pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik dan juga

nelayan buruh.

2.2.3. Pengertian Harga

Harga menggkoordinasikan keputusan-keputusan para produsen dan

konsumen dalam sebuah pasar. Harga-harga yang lebih tinggi cenderung

mengurangi pembelian konsumen dan mendorong produksi. Harga-harga yang

lebih rendah mendorong konsumsi dan menghambat produksi. Harga adalah roda

(37)

Pasar menyediakan kemungkinan terjadinya transaksi antara pembeli dan penjual.

Jumlah barang yang dijual dengan harga tertetu.

Dalam pasar persaingan sempurna, biasanya berlaku satu harga yaitu harga

pasar (market price) (Pindyck dan Rubinfeld, 2003:9). Harga pasar ditetapkan

oleh intraksi pembeli dan penjual. Dalam pasar persaingan sempurna biasanya

hanya satu harga saja yang berlaku. Dalam pasar persaingan tidak sempurna

penjual yang berbeda-beda dapat menetapkan harga yang berbeda pula. Maka

harga pasar adalah harga rata-rata.

Harga suatu barang yang diperjualbelikan adalah ditentukan dengan

melihat keadaan keseimbangan dalam suatu pasar. Keseimbangan pasar tersebut

terjadi apabila jumlah barang yang ditawarkan sama besar degan jumlah barang

yang diminta (Sukirno, 2000:27). Hukum harga menyatakan bahwa perubahan

penawaran akan menyebabkan berubahnya harga dalam arah yang berlawanan

dengan asumsi permintaan tetap. Apabila permintaan tetap kenaikan penawaran

akan menyebabkan penurunan harga dan sebaliknya penurunan penawaran akan

menyebabkan naiknya harga.

2.3. Nelayan dan Perikanan

Analisis ekonomi masyarakat pesisir beberapa pengertian mendasar dapat

dikaji dalam bentuk hubungan ekonomi kelautan diantaranya yaitu, berdasarkan

pendapat Kusumanto mendefinikasikan ekonomi kelautan yaitu sebagai ilmu atau

pemikiran ekonomi dalam mendayagunakan sumberdaya kelautan sebagai basis

dalam mendorong pertumbuhan dan pemerataan pembangunan guna peningkatan

(38)

Kelautan Indonesia mengelompokkan ekonomi kelautan mencakup perikanan,

perhubungan, energi, dan sumberdaya mineral kelautan, wisata bahari, jasa

kelautan, industri kelautan, dan non keluatan (Apridar et al, 2011:13).

Perlu kita ketahui bahwa pembangunan perikanan bertujuan untuk

meningkatkan pendapatan, baik sebagai pengelola produksi perikanan tangkap

atau nelayan pemilik dan juga nelayan buruh dengan meningkatkan

produktifitasnya, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Hasil

dari peningkatan produksi ini, disamping memenuhi kebutuhan protein hewani,

juga untuk meningkatkan devisa negara melalui peningkatan ekspor dan

penekanan impor (Reksohadiprodjo dan Pradono, 2007:118). Usaha-usaha yang

dilakukan untuk mencapai tujuan ini ialah, (1) intensifikasi, (2) ekstensifikasi, (3)

diversifikasi, (4) rehabilitasi, (5) peningkatan pengadaan sarana pemasaran ikan,

(6) peningkatan prasarana pelabuhan perikanan dan jaringan irigasi untuk

pertambakan.

Usaha intensifikasi perikanan laut dilakukan melalui penyebaran nelayan

tradisional keperairan lepas pantai dan samudera atau keperairan pantai yang lain

yang potensial. Di Indonesia, modernisasi alat tangkap para nelayan tradisional

didorong. Ekstensifikasi dilakukan dengan cara mengarahkan penangkapan ikan

ke daerah utara, barat dan Indonesia bagian timur. Diversifikasi dilakukan dengan

jalan modernisasi alat tangkap dengan melalui koperasi. Rehabilitasi ditujukan

pada sarana dan prasarana penangkapan ikan. Penyuluhan dan latihan terus

dilakukan, informasi pasar terus diberikan, bimbingan oleh perusahaan besar juga

(39)

2.3.1 Nelayan

Secara terminolgi nelayan buruh amat jarang penggunaan dalam soal

kehidupan nelayan di Indonesia. Sehingga dalam UU Perikanan No 45 Tahun

2009 hasil revisi UU No 31 Tahun 2004 tak ada terminologi yang mendekati

posisi Nelayan Buruh, UU ini hanya mendefinisikan yakni

1. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan

ikan.

2. Nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan

penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang

menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5 (lima) gross ton GT.

3. Pembudidaya Ikan adalah orang yang mata pencaharianya melakukan

pembudidayaan ikan

4. Pembudi Daya Ikan Kecil adalah orang yang mata pencahariannya

melakukan pembudidayaan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari.

Imron (2003) dalam Mulyadi Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat

yang kehidupannya tergatung langsung pada hasil laut, baik dengan cara

penangkapan ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal dipinggir pantai,

sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatan (Mulyadi,

2005:7).

Pengusaha perikanan tangkap merupakan pelaku kegiatan ekonomi yang

menjalankan usahanya di sektor perikanan tangkap. Menjalankan tugas sebagai

penyedia sarana penangkapan ikan, baik berupa armada (boat/kapal) alat tangkap

(40)

sarana penangkapan ikan dan ada juga yang ikut langsung dalam proses

penangkapan ikan di laut atau disebut nelayan pemilik. Penelitian Kusumawati at

al (2010) usaha penangkapan ikan merupakan suatu kegiatan ekonomi sehingga

dalam menjalankan aktifitasnya selalu didasarkan atas dasar

pertimbangan-pertimbangan ekonomi agar usaha yang dijalankan dapat menghasilkan

keuntungan. Salah satu prinsip-prinsip ekonomi adalah efisiensi.

Selain itu juga nelayan merupakan bagian dari unit penangkapan ikan yang

sangat memegang peranan penting dalam mengoperasikan suatu alat tangkap ikan

karena keberhasilan suatu operasi penangkapan ikan sangat ditentukan oleh

keahlian nelayan. Unit penangkapan ikan terdiri dari 3 (tiga) komponen yaitu

kapal perikanan, alat tangkap, dan nelayan (Danial, 2007).

Secara terminologi Nelayan di Indonesia juga di klasifikasikan sebagai

Nelayan Buruh, kehidupan nelayan buruh di Indonesia semakin terjepit akibat

tidak mendapat perlindungan yang baik secara sosial, ekonomi maupun hukum.

Nelayan buruh dianggab bukan bagian dari komunitas yang amat berperan dalam

penggeloan sumberdaya perikanan di Indonesia. Penyebutan sebagai Anak Buah

Kapal (ABK) hanya angin surga padahal mereka tetaplah buruh, mereka butuh

jaminan perlindungan sosial, kesehatan dan hukum dari negara kerana itu amanat

dari UUD 1945 (Apridar et al, 2011:90).

Penelitian Sabian Ustman (2007) dalam Apridar et al menggolonggkan

karakteristik masyarakat nelayan di tinjau dari sudut pandang kepemilikan aset

(41)

1. Nelayan yang tidak memiliki alat produksi berupa kelotok atau pukat

beserta segala perangkatnya, digolonggkan sebagai nelayan buruh (anak

buah) sehingga pekerjaan diatur oleh juragan.

2. Pengusaha perikanan tangkap atau nelayan yang memiliki alat produksi

kelotot atau pukat beserta segala perangkatnya yang disebut juragan,

sementara yang menanamkan investasi (pemodal) disebut penampung.

Mereka ini tidak termasuk nelayan yang bekerja/mengantungkan dirinya

pada pekerjaan nelayan.

Kusnadi dalam Apridar et al menyatakan bahwa nelayan buruh adalah

masyarakat miskin yang dominan di desa-desa nelayan. Faktor kemiskinan inilah

yang mendorong mereka terlibat dalam jaringan utang piutang yang kompleks di

komunitasnya (Apridar et al, 2011:92).

Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan atau benang merah soal

karakteristik nelayan buruh yakni:

a) Tidak memiliki faktor produksi (kalap dan alat tangkap) dan

mengoperasikan alat tangkap yang bukan miliknya

b) Bermodalkan tenaganya dalam proses penangkapan ikan

c) Bekerja pada pemiliki faktor produksi (juragan/bos)

d) Berpendidikan rendah

e) Minim dan tidak miliki informasi akses pasar

f) Terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan bermukim di desa – desa

miskin

g) Memiliki ketergantungan ekonomi secara permanen terhadap pemiliki

(42)

Pada dasarnya penggolongan masyarakat nelayan dapat ditinjau dari tiga

sudut pandang.

1. Dari segi pengusaan alat-alat produksi atau peralatan tangkap (perahu,

jaring, dan perlengkapan lainnya.) struktur masyarakata nelayan terbagi

dalam kategori nelayan pemilik (alat-alat produksi) dan nelayan buruh.

Nelayan buruh tidak memiliki alat-alat produksi. Dalam kegiatan produksi

sebuah unit perahu, nelayan buruh hanya menyumbangkan tenaganya

dengan memperoleh hak-hak yang sangat terbatas

2. Ditinjau dari tingkat skala investasi modal usahanya struktur masyarakat

nelayan terbagi kedalam kategori nelayan besar dan nelayan kecil.

Disebut nelayan besar karena jumlah modal yang diinvestasikan dalam

usaha perikanan relatif banyak, sedangkan pada nelayan kecil malah

sebaliknya.

3. Dipandang dari segi tingkat teknologi yang digunakan, masyarakat

nelayan terbagi kedalam nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayan

modern menggunakan teknologi penangkapan ikan yang lebih canggih

dibandingkan dengan nelayan tradisional.

Berdasarkan uraian diatas nelayan buruh dapat bekerja pada unit-unit

penangkapan ikan yang dimiliki nelayan besar atau nelayan modern dan nelayan

kecil dan atau nelayan tradisional. Sekalipun demikian nelayan buruh yang

bekerja pada unit-unit penangkapan ikan yang lebih modern atau canggih, seperti

perahu sleret (one boat purse seine), yang digunakan untuk menanggkap

jenis-jenis ikan pelagis, tidak mesti lebih baik tingkat kesejahteraan hidupnya

(43)

tradisional, seperti sampan pancing, yang digunakan untuk menangkap ikan

tongkol, cakalang, dan layang (pelagic fish) atau perahu jaring senar, yang dipakai

untuk menangkap jenis-jenis ikan dasar (demersal fish).

Ketimpangan sistem bagi hasil antara nelayan pemilik dangan nelayan

buruh lebih besar terjadi pada unit-unit penangkapan yang lebih canggih/modern,

sehingga kecendrungan ini sangat merugikan nelayan buruh. Data dan sebagian

hasil studi yang ada selama ini telah menunjukkan bahwa dibandingkan dengan

nelayan pemilik, tingkat kehidupan sosial ekonomi nelayan buruh sangat rendah

dan bahkan dapat dikatakan sebagai lapis sosial yang paling miskin di desa-desa

pesisir (Kusnadi, 2006:4).

2.3.2. Stuktur Ekonomi Masyarakat Nelayan

Struktur sosial ekonomi masyarakat nelayan oleh sebagian besar orang

termasuk para birokrat, dilihat dari suatu yang homogen, seragam dan sebangun

ini bisa dilihat sebagimana mereka memperlakukan masyarakat nelayan secara

seragam melalui berbagai program seragam yang diluncurkan bagi masyarakat

nelayan. Pandangan keliru ini terutama pada masa Orde Baru, paradigma dan

berpikir dan berpraksis negara bersifat sentralis, homogen dan hirarkis.

Kenyataannya masyarakat nelayan beraneka ragam dalam berbagai

dimensi, dilihat dimensi pekerjaan, masyarakat nelayan terdiri atas 2 (dua)

kelompok, yaitu kelompok yang terikat (langsung) dan yang tidak terikat dengan

aktifitas kelautan/perikanan. Kelompok yang terikat (langsung) dengan aktifitas

kelautan/perikanan terdiri dari 2 (dua) sub kelompok yaitu: sub kelompok

pencari/penangkap hasil kelautan/perikanan dan pembudidaya hasil

(44)

alat produksi /tangkap seperti toke, juragan, bos atau nama lain. Mereka juga

beragam, bisa berada pada lapisan atas, menengah atau bawah. Kemudian juga

masuk didalamnya nelayan pekerja (buruh), nelayan mandiri, dan pedagang ikan

(kecil, menengah dan besar). Selanjutnya pembudidaya hasil kelautan/perikanan

mencakup alat produksi pekerja (buruh), nelayan pembudidaya mandiri, dan

pedagang hasil budidaya kelautan/perikanan (kecil, menengah dan besar).

Kelompok yang tidak terikat (langsung) dengan aktifitas kelautan/perikanan

seperti pada gang/pemilik warung makanan, pedagang kebutuhan sehari – hari,

petugas koperasi dan sebagainya. Pada umumnya masyarakat nelayan yang

menyelesaikan pendidikan menengah dan tinggi berasal dari kelompok

pembudidaya hasil kelautan/perikanan, sebagian juga berasal dari dari para

juragan pemilik alat produksi/alat tangkap ikan (Damsar dan Elfina, 2005).

2.3.3. Modal Awal Produksi Perikanan Tangkap

Modal produksi perikanan tangkap adalah biaya produski nelayan pemilik

maupun nelayan buruh selama melaut. Biaya produksi atau bisa disebutkan

ongkos produksi terdiri dari dua kategori, yaitu biaya produksi berupa

pengeluaran nyata (actuali cost) dan ongkos yang tidak merupakan pengeluaran

nyata (inputed cost) (Mulyadi, 2005:88).

Pengeluran nyata ada yang kontan dan ada yang tidak kontan. Pengeluran

kontan adalah bahan bakar dan oli, bahan pengawet (es dan garam), pengeluaran

untuk makanan/konsumsi nelayan, pengeluaran untuk reparasi dan pengeluaran

untuk retribusi pajak. Pengeluaran tidak kontan adalah gaji/upah nelayan anak

buah kapal (ABK) yang umumnya bersifat bagi hasil dan dibayar sesudah hasil

(45)

mesin-mesin dan alat-alat tangkap. Pengeluaran ini hanya merupakan penilaian

yang tidak pasti, yang dilakukan disini hanya taksiran kasar.

2.3.4. Teknologi Penangkapan Ikan

Teknologi penangkapan ikan oleh para nelayan di indonesia pada

umumnya masih mengalami keterbatasan teknologi dalam penangkapan ikan

(Mulyadi, 2005:50). Alat tangkap yang digunakan masih sangat sederhana,

sehingga wilayah tangkapan masih sangat terbatas hanya sekitar diperairan pantai.

Hal ini terkecuali jika pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik bersedia

mengeluarkan biaya yang besar untuk meningkatkan teknologi yang lebih modern

dalam penangkapan ikan.

Rendahnya teknologi penangkapan ikan mengakibatkan hasil tangkapan

menjadi terbatas, dengan kesederhanaan alat tangkap yang dimiliki, pada musim

tertentu tidak ada tangkapan yang bisa diperoleh. Kondisi ini merugikan nelayan

karena secara riil rata-rata pendapatan perbulan menjadi lebih kecil. Namun

apabila teknologi yang digunakann lebih modern itu tidak terlepas dari peran

pihak ketiga dalam proses produski perikanan tangkap, sehingga ini akan

menekan harga produksi perikanan tangkap.

2.3.5. Pasar Produksi Perikanan

Dalam suatu komunitas nelayan biasanya terdiri dua kelompok besar, yaitu

kelompok produsen (para penangkap ikan) dalam kelompok pemasaran (para

pedagang yang membeli dan menjual kembali ikan hasil tangkapan nelayan).

Dalam hal ini kelompok pemasaran dapat dikatakan sebagai institusi yang

(46)

dibedakan menjadi nelayan pemilik perahu dan peralatan perikanan (juragan) serta

nelayan yang bekerja sebagai buruh nelayan (Mulyadi, 2005:79).

Dewasa ini, hubungan hutang-piutang berdampak pada ketergantungan

secara ekonomi dengan mudah dapat dilihat pada hampir semua masyarakat

nelayan. Pada awalnya hubungan tersebut masih bersifat mutualisme, dalam arti

nelayan sebagi klien membutuhkan pertolongan ekonomi dari patron pada saat

paceklik. Sebaliknya pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik harus

menjual ikan hasil tangkapannya pada patronnya. Pada tahap-tahap awal harga

yang ditetapkan oleh patron terhadap ikan hasil tangkapan kliennya masih cukup

memadai, tetapi lama kelamaan dengan berbagai alasan harga tersebut seringkali

terus merosot. Kalau dominasi patron ini sudah sangat mencengkram kliennya,

hubungan yang terjalin kemudian lebih tepat dikatakan sebagai bentuk eksploitasi

(Mulyadi, 2005:81).

Kondisi semacam itu tetap lebih baik bagi nelayan pemilik meskipun

berada dalam ketergantungan, tetapi hidupnya tetap terjamin bila sedang

menghadapi masa paceklik ikan atau kebutuhan ekonomi yang mendesak. Adapun

alternatif pinjaman dari sumber lain seperti koperasi atau bank, sangat sulit karena

koperasi atau bank cenderung tidak mempercayai nelayan pemilik kalaupun

dipercaya, diperlukan prosedur yang rumit serta agunan yang jelas, disamping

hambatan status sosial diantara petugas dan peminjam (Mulyadi, 2005:82).

2.3.6. Strategi dan Indikator Pemberdayaan Masyarakat Nelayan

Strategi dalam pemberdayaan masyarakat nelayan yang dikembangkan

untuk mencapai tujuan secara optimal. Masyarakat nelayan membuka diri

Gambar

Gambar 4.2 Bagan Struktur Analisis Jalur
Tabel 3.3. Definisi Operasional Variabel
Gambar 4.1. Lokasi Pelabuhan Perikanan Idi
Gambar 4.2. Perbandingan Produksi Ikan Tiap Bulan Pertahun pada Pelabuhan Perikanan Idi 2006-2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada umumnya komoditi- komoditi tersebut dapat dibeli di Tempat Pelelangan Wan (TPI). Sistem pembayaran yang berlaku umumnya bersifat tunai. Sebagai contoh ikan

Dengan adanya kendala tersebut, maka harus dirumuskan suatu strategi untuk peningkatan pengelolaan Pelabuhan Perikanan Pantai Tasikagung guna meningkatkan produksi

Studi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara mendetail dari suatu status mengenai jumlah produksi hasil tangkapan ikan

Drain sebagai dermaganya dan tempat pelelangan ikan (TPI) yang bangunannya semi permanen, sedangkan fasilitas lain sebagai Pelabuhan Perikanan belum

Dimana Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang baik menurut Sanitasi Standar Operasional Prosedures (SSOP) yang memenuhi konsep Eco Port , adalah 1) Pencucian ikan

Dari persfektif inilah terlihat perlunya dilakukan analisis keberlanjutan perikanan tangkap ikan cakalang di perairan Kabupaten Gorontalo untuk menentukan strategi

Modal yang diperlukan dalam usaha perikanan dengan menggunakan jaring payang dan cantrang di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tawang adalah kapal, mesin,

Manajemen Pelelangan Ikan dan Peranannya dalam Pemasaran Hasil Perikanan di Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan Propinsi Jawa Tengah.. (Di bawah