• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

6. Teori Perilaku Individu

Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa perilaku organisasi komponen utamanya ditentukan oleh perilaku individu. Oleh karena itu, perlu dipaparkan bagaimana teori perilaku individu itu. Banyak sekali teori perilaku individu yang umumnya dipengaruhi oleh bagaimana psikologi individu itu merespon stimulus, ada yang klasik dan moderen. Di sini dipaparkan dua teori perilaku individu, yaitu teori Skinner yang mewakili teori klasik, dan teori psikoanalisa yang mewakili teori moderen.

a. Teori Perilaku Individu Skinner

Menurut Skinner (1938) yang dikutip oleh Woolfok & Nicolich (1984) perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsangan (stimulus) dan respon. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

Perilaku individu dalam suatu organisasi adalah sikap dan tindakan (tingkah laku) seorang manusia (individu) dalam organisasi

45

sebagai ungkapan dari kepribadian, persepsi dan sikap jiwanya, dimana bisa berpengaruh terhadap kinerja dirinya dan organisasi.

Manusia atau juga disebut sebagai individu diciptakan berbeda satu sama lain. Masing-masing memiliki keunikan tersendiri yang salah satunya dapat terlihat dari perilaku mereka. Dalam suatu organisasi, terkadang kondisi ini dapat menjadikan organisasi tersebut tidak bisa berjalan dengan efektif karena masing-masing manusia di dalamnya memiliki perilaku yang berbeda. Inilah yang menjadi tugas seorang pemimpin untuk bisa menyamakan perilaku individu-individu di dalam organisasi yang dipimpinnya agar bisa memiliki perilaku yang sama dan sangat mendukung pencapaian tujuan organisasi.

Pada dasarnya tingkah laku adalah respon atau stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S-R atau suatu kaitan Stimulus-Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon (reaksi) seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon (Gambar 3).

Gambar 3. Proses Terbentuknya Perilaku Individu oleh Skinner

46

Stimulus (rangsangan) berupa lingkungan, manusia, benda dan hal lain yang bisa memotivasi organisme tersebut. Stimulus yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima maka proses berhenti disini. Tetapi bila stimulus tersebut diterima oleh organisme berarti stimulus tersebut efektif dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap). Akhirnya dengan adanya dukungan dan dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu berupa respon. Respon inilah yang disebut dengan perilaku individu.

Di atas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Perbedaan respon setiap individu Ini dipengaruhi oleh dua variabel seperti yang dikemukakan oleh Gibson, et.al. (2012), yaitu: 1) Variabel (Karakteristik) Individu, terdiri dari beberapa faktor, yaitu:

a) Faktor Fisiologis yaitu kemampuan dan keterampilan phisik yang dimiliki manusia, seperti kemampuan fisik dan kemampuan mental.

b) Faktor Psikologis yaitu tanggapan psikologis individu yang bersangkutan, seperti: persepsi, sikap, kepribadian, belajar, pengalaman, motivasi.

47

c) Faktor Demografi, terdiri dari: umur, jenis kelamin, dan etnis. 2) Variabel Lingkungan, terdiri dari beberapa faktor yaitu:

a) Lingkungan kerja (di dalam organisasi kerja), terdiri dari: kebijakan dan aturan organisasi, kepemimpinan, struktur organisasi, desain pekerjaan, dan system kompensasi.

b) Lingkungan non kerja (di luar organisasi kerja), terdiri dari: keluarga, masyarakat (sosial) dan budaya, dan pendidikan atau sekolah.

b. Teori Perilaku Individu Freud

Berbagai bentuk perilaku individu tidak terlepas dari kepribadian yang dimilikinya. Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian ini terdiri dari tiga elemen, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga kepribadian inilah yang bekerja sama untuk menciptakan bentuk-bentuk perilaku manusia yang kompleks.

1) Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Aspek kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Freud menyataan bahwa id merupakan sumber segala energi psikis pada komponen utama kepribadian. Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera setelah semua keinginan dan kebutuhan terpenuhi. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi hasilnya adalah kecemasan atau ketegangan. Jika kita diperintah seluruhnya oleh prinsip kesenangan, kita mungkin menemukan diri kita meraih hal-hal yang kita inginkan dari tangan

48

orang lain untuk memuaskan keinginan kita sendiri. Perilaku semacam ini akan baik mengganggu dan lingkungan sosial tidak dapat menerima. Menurut Freud, id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip kesenangan melalui proses utama, yang melibatkan pembentukan citra mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan.

2) Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan id dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Prinsip realitas beratnya biaya dan manfaat dari suatu tindakan sebelum memutuskan untuk bertindak atas atau meninggalkan impuls. Dalam banyak kasus, impuls id itu dapat dipenuhi melalui proses menunda kepuasan, yang pada akhirnya akan memungkinkan perilaku, tetapi hanya dalam waktu dan tempat yang tepat.

3) Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah superego. Superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat, baik rasa benar maupun rasa salah.

49

Dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah untuk melihat bagaimana konflik mungkin timbul antara ego, id dan superego. Freud menggunakan kekuatan ego istilah untuk merujuk kepada kemampuan ego berfungsi meskipun kekuatan-kekuatan duel. Seseorang dengan kekuatan ego yang baik dapat secara efektif mengelola tekanan ini, sedangkan mereka dengan kekuatan ego terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi terlalu keras hati atau terlalu mengganggu.