LANDASAN TEORI
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Teori-teori yang Relevan
2.1.1.1Metode Inkuiri
Trianto (2007:135) menyatakan inkuiri dalam Bahasa Inggris
Inquiry bararti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Menurut Gulo
(dalam Trianto, 2007:135), strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya
diri. Bagi Sanjaya (2008:106), strategi pembelajaran inkuiri adalah
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan proses berpikir secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
9 dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari Bahasa Yunani
“heuriskein” yang berarti saya menemukan.
Strategi pembelajaran inkuiri memiliki bebarapa hal yang menjadi
ciri utama, yaitu:
a. Strategi inkuiri menekankan aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan
siswa sebagai subjek belajar.
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
believe). Strategi pembelajaran ini menempatkan guru bukan
sebagai sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator dan motivator
belajar siswa.
c. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan
kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian
dari proses mental.
Sanjaya (2008:197-198), strategi pembelajaran inkuiri akan efektif
mana kala:
a. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari
10 b. Bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau
konsep yang sudah jadi, tetapi berupa kesimpulan yang perlu
pembuktian.
c. Proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap
sesuatu.
d. Guru mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki
kemauan dan kemampuan berpikir.
e. Jumlah siswa yang belajar tidak terlalu banyak sehingga bisa
dikendalikan oleh guru.
f. Guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan
yang berpusat pada siswa.
Menurut Sanjaya (2008:198-199), strategi pembelajaran inkuiri
memiliki beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru. Prinsip ini
didasarkan pada pengembangan intelektual anak, yang menurut Piaget
dipengaruhi oleh faktor maturation, physical experience, social
experience, dan equilibration. Prinsip-prinip tersebut, adalah:
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan
kemampuan berpikir. Pembelajaran ini selain berorientasi pada
hasil belajar juga pada proses belajar.
b. Prinsip Interaksi
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru
11 atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru mengarahkan siswa agar
mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi
mereka.
c. Prinsip Bertanya
Kemampuan siswa menjawab pertanyaan merupakan sebagian
bentuk proses berpikir. Oleh karena itu, guru perlu menguasai
berbagai jenis dan teknik bertanya.
d. Prinsip Belajar untuk Berpikir
Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan secara
maksimal. Belajar berpikir logis dan rasional yang cenderung
memanfaatkan otak kiri, perlu didukung oleh pergerakan otak
kanan. Hal ini dapat diusahakan dengan memasukkan unsur-unsur
yang mempengaruhi emosi, yaitu unsur estetika melalui proses
belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.
e. Prinsip Keterbukaan
Anak diberi kebebasan dalam belajar untuk mencoba sesuai dengan
perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Hal ini untuk
membuktikan hipotesis dari adanya berbagai kemungkinan yang
tersedia.
Langkah-langkah pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya
12 a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana
atau iklim pembelajaran yan responsif. Pada langkah ini guru
mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pemelajaran.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi adalah:
Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan
langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai
dari langkah merumuskan masalah sampai dengan
merumuskan kesimpulan.
Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar
siswa.
b. Merumuskan Masalah
Langkah ini membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki. Teka-teki ini mengandung konsep yang
jelas dan harus menantang siswa berpikir untuk mencari dan
menemukan persoalannya, sehingga dapat memecahkan teka-teki
tersebut. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan
masalah adalah:
Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa, dan guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari. Siswa
13 akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala
dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji.
Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti.
Konsep-konsep dasar masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.
c. Mengajukan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara,
hipotesis perlu dikaji. Kemampuan siswa berhipotesis dapat
dikembangkan dengan mengajukan pertanyaan yang dapat
mendorong siswa merumuskan berbagai kemungkinan jawaban
dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis
harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis
yang dimunculkan bersifat rasional dan logis.
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Manakala
terjadi gejala-gejala kemacetan berinkuiri, guru hendaknya secara
terus-menerus memberi dorongan kepada siswa untuk belajar
melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata
14 e. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Langkah ini berarti juga
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya kebenaran
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi,
tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Untuk mencapai kesimpulan yang akurat, sebaiknya guru mampu
menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Menurut Gulo (dalam Trianto, 2007:137-138), kemampuan yang
diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah:
a. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan
b. Merumuskan Hipotesis
c. Mengumpulkan Data
d. Analisis Data
15 Menurut Sudjana (dalam Trianto, 2007:142), ada lima tahapan
yang harus ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yaitu:
a. Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa;
b. Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah
hipotesis;
c. Mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk
menjawab hipotesis atau permasalahan;
d. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi;
e. Mengaplikasikan kesimpulan.
Langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri yang harus ditempuh
telah disebutkan dalam bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan
pandangan masing-masing ilmuwan. Berdasarkan langkah-langkah
tersebut, dirancang tujuh langkah pembelajaran inkuiri untuk keperluan
penelitian. Adapun langkah pembelajarannya adalah:
a. Orientasi b. Merumuskan Masalah c. Merumuskan Hipotesis d. Melakukan Percobaan e. Menarik Kesimpulan f. Mempresentasikan Hasil g. Evaluasi
16 Terdapat beberapa model inkuiri (Metode Pembelajaran Inkuiri dan
Discovery, 2009), yaitu inkuiri induktif terbimbing dan tak terbimbing,
inkuiri deduktif, dan pemecahan masalah. Berdasarkan tingkat kematangan
siswa, pendekatan inkuiri dapat dilakukan dalam lima tingkatan
(Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran, 2009), yaitu inkuiri tradisional,
inkuiri terbimbing, inkuiri mandiri, keterampilan prosedur ilmiah, dan
penelitian siswa.
Menurut Amien (1988), ada berbagai jenis metode inkuiri, yaitu:
a. Guided Discovery-Inquiry
Guru memberikan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas
kepada siswa. Sebagian perencanaan dilaksanakan oleh guru. Siswa
tidak merumuskan problem. Petunjuk yang cukup luas tentang
bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.
b. Modified Inquiry
Guru hanya memberikan problem saja dan siswa diberikan
kemerdekaan untuk memecahkan problem tersebut melalui
pengamatan, eksplorasi dan atau prosedur penelitian untuk
memperoleh jawabannya. Guru merupakan nara sumber yang
memberikan bantuan yang diperlukan supaya siswa dapat berpikir
dan menemukan cara-cara penelitian yang tepat. Guru dapat
memberikan pertanyaan–pertanyaan yang dapat membantu siswa mengerti arah dari suatu problem.
17 c. Free Inquiry
Siswa mengidentifikasi dan merumuskan problem yang
dipelajari. Pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa ke free
inquiry adalah: Anda telah mempelajari mengenai eksperimen ini,
dari eksperimen tersebut, apakah yang dapat anda pikirkan?
d. Invitation into Inquiry
Melibatkan siswa dalam proses pemecahan problem yang
caranya serupa dengan cara-cara yang umum diikuti oleh para
ilmuwan yaitu meliputi merancang eksperimen, merumuskan
hipotesis, menetapkan kontrol, menentukan sebab akibat,
menginterpretasi data, menentukan kesimpulan dalam
merencanakan percobaan dan mengenal bagaimana kesalahan
eksperimen dapat diperkecil.
e. Inquiry Role Approach
Merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa
dalam tim-tim yang masing-masing terdiri dari 4 anggota untuk
memecahkan Invitation Into Inquiry. Anggota tim bekerjasama
untuk memecahkan problem yang berkaitan dengan topik yang
dipelajari. Masing – masing anggota tim mempunyai peranan sebagai: team coordinator, technical advisor. Data recorder dan
process valuator.
Menurut Amien Jenis metode inkuiri yang lebih cocok untuk
18 sehingga model inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini (yang
diperuntukkan untuk siswa SD) adalah Guided Discovery–Inquiry atau Metode Inkuiri Terbimbing.
2.1.1.1.Metode Inkuiri Terbimbing
Proses belajar dengan metode inkuiri terbimbing menuntut siswa
untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk yang berupa
pertanyaan seperlunya dari seorang guru (Wartono, 1999). Guru juga dapat
memberikan penjelasan seperlunya saat siswa akan melakukan percobaan.
Metode ini digunakan bagi siswa-siswa yang belum
berpengalaman belajar menggunakan metode inkuiri. Siswa memperoleh
banyak bimbingan pada tahap awal, yang selanjutnya akan berkurang
sedikit demi sedikit.
2.1.1.2.Prestasi Belajar
Belajar adalah proses di dalamnya terbentuk tingkah laku atau
terjadi perubahan tingkah laku melalui praktek atau latihan (Hilgard,
1948). Belajar memiliki empat unsur, yaitu ada kekuatan pendorong
(motive), ada kegiatan latihan dan atau praktik, ada tujuan yang hendak di
capai, serta adanya hasil yang dicapai.
Menurut Cropley (dalam Tanlain, 2006:7), belajar adalah suatu
proses dan melalui proses itu terjadi pendidikan serta proses ini terjadi
19 Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah suatu hasil di mana seseorang telah menempuh suatu proses yang di
dalamnya telah terjadi pendidikan, sehingga nampak pada perubahan
tingkah laku. Prestasi belajar ini akan terwujud dalam tiga aspek, yaitu
aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor.
2.1.1.3.Berpikir Kritis
Kecakapan berpikir kritis sering disebut sebagai salah satu
kecakapan berpikir tingkat tinggi di samping kecakapan berpikir kreatif
(Peirce, 2006). Kecakapan berpikir kritis dan kecakapan berpikir kreatif
dianggap sebagai satu kesatuan keping mata uang dengan dua sisi yang
berbeda. Kecakapan berpikir kritis lebih menggarisbawahi sifat evaluatif
dan kecakapan berpikir kreatif lebih menggarisbawahi sifat generatif dari
kecakapan berpikir.
Berpikir kritis dalam pengertian berpikir kritis (2010) merupakan
upaya pendalaman kesadaran serta kecerdasan membandingkan dari
beberapa masalah yang sedang dan akan terjadi sehingga menghasilkan
sebuah kesimpulan dan gagasan yang dapat memecahkan masalah
tersebut. Mudjia Rahardjo dalam melatih berpikir kritis (2010)
menyebutkan bahwa berpikir kritis adalah berpikir dengan konsep yang
matang dan mempertanyakan segala sesuatu yang dianggap tidak tepat
dengan cara yang baik. Sikap kritis terwujud dengan sering menanyakan
hal-hal yang tidak normal dan bermaksud memperbaikinya. Glaser
20 yang siap untuk mempertimbangkan dengan seksama masalah-masalah
yang ada dalam jangkauan pengalaman seseorang atau pengetahuan
tentang metode inkuiri dan bernalar yang logis; dan kecakapan untuk
menerapkan metode tersebut. Sementara Rudd, Baker, dan Hoover
mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah suatu pendekatan yang
menggunakan nalar, memiliki tujuan tertentu, dan menggunakan
instrospeksi untuk memecahkan masalah atau menanggapi pertanyaan
dengan bukti dan informasi yang mengarah pada solusi yang sulit
dibantah.
Peter A. Facione (1990) menggunakan metode Delphi dalam
panel 46 ahli dari berbagai disiplin ilmu selama 2 tahun yang
menghasilkan sebuah konsensus tentang pengertian metode berpikir
kritis. Bagi Facione berpikir kritis adalah penilaian yang terarah dan
terukur yang menghasilkan interpretasi, analisis evaluasi, dan
kesimpulan, dan juga penjelasan terhadap pertimbangan-pertimbangan
faktual, konseptual, metodologis, kriterilogis, atau kontekstual yang
menjadi dasar penilaian tersebut. Facione menyebutkan bahwa
kecakapan berpikir kritis memiliki dua dimensi, yaitu dimensi kognitif
dan dimensi disposisi afektif (umum dan khusus).
2.1.1.4.Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut Wina-Putra (1992:122) Ilmu Pengetahun Alam (IPA)
21 kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum,
yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen.
2.1.1.5.Pembentukan Tanah Akibat Pelapukan Batuan
A. Batuan
Batuan tersusun dari berbagai macam mineral bumi (Sains 5,
2004:116). Kandungan mineral ini mempengaruhi jenis batuan.
Berdasarkan proses terbentuknya, batuan dapat digolongkan menjadi
tiga jenis batuan (Sains Kelas 5 Sekolah Dasar, 2005:142-143):
1. Batuan Beku
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari magma
yang membeku. Magma merupakan bahan cair yang sangat panas
dan terdapat di dalam perut bumi. Magma yang mencapai
permukaan bumi disebut lava. Batuan ini memiliki ciri umum,
yaitu keras, berbutir, dan berkristal. Batuan ini bermacam-macam
ragamnya, contohnya: batu apung, batu granit, batu obsidian dan
batu basal. Tiap ragam dari batu beku ini memiliki ciri-ciri khusus
yang berbeda satu sama lain, begitu pula dengan manfaatnya.
Manfaat batu apung digunakan untuk mengamplas atau
memperhalus kayu, granit sebagai bahan bangunan, sedangkan batu
obsidian pada masa purba sering dipakai untuk alat pemotong atau
ujung tombak (Erlangga: 194-195). Beberapa contoh batuan beku
22 Tabel 1. Jenis Batuan Beku, Ciri-ciri, dan Proses Terbentuknya
No. Nama Batuan Ciri-ciri dan Manfaat Proses
Terbentuknya
1) Batu Obsidian Disebut juga batu
kaca. Berwarna hitam atau cokelat tua, permukaannya halus, dan mengilap.
Digunakan untuk alat pemotong dan mata tombak
Berasal dari magma
yang membeku
dengan cepat di permukaan bumi
2) Batu Granit Tersusun atas butiran yang kasar. Ada yang berwarna putih dan ada yang berwarna keabu-abuan.
Dimanfaatkan untuk bahan bangunan
Berasal dari magma yang membeku di dalam kerak bumi. Proses pembekuan ini berlangsung secara perlahan.Jadi, batu ini termasuk batuan beku dalam.
3) Batu Basal Disebut juga batu
lava. Berwarna hijau keabu-abuan dan terdiri dari butiran yang sangat kecil. Dimanfaatkan untuk bahan bangunan.
Berasal dari magma yang membeku di bawah lapisan kerak bumi, tercampur dengan gas sehingga beronggarongga kecil.
4) Batu Andesit Berwarna putih
keabu-abuan dan butirannya kecil seperti pada batu basal. Dimanfaatkan untuk membuat arca dan bangunan candi.
Berasal dari magma
yang membeku
sangat cepat di bawah kerak bumi.
5) Batu Apung Berwarna cokelat
ber-campur abu-abu muda dan berongga-rongga. Digunakan untuk meng-ampelas kayu dan sebagai bahan penggosok.
Berasal dari magma yang membeku di permukaan bumi.
23 2. Batuan Endapan
Batuan endapan merupakan batuan yang terbentuk karena
pelapukan dari batuan yang sudah ada. Batuan endapan pada
awalnya merupakan hasil pelapukan dan pengikisan batuan yang
dihanyutkan oleh air atau terbawa oleh tiupan angin. Hasil
pelapukan tersebut kemudian mengendap dan mengeras karena
tekanan atau adanya zat-zat yang merekat pada bagian-bagian
endapan tersebut. Ciri umum batuan ini adalah berlapis-lapis
karena lapisan itu sesuai dengan kekuatan batuan itu. Batuan ini
juga bermacam-macam ragamnya, contohnya: batu konglomerat,
batu breksi, batu pasir, batu serpih, dan batu kapur. Tiap ragam dari
batuan endapan ini memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda satu
sama lain, begitu pula dengan manfaatnya. Batu konglomerat,
breksi dan batu pasir digunakan untuk bahan bangunan, batu kapur
digunakan sebagai bahan baku semen (Erlangga: 195-196).
Beberapa contoh batuan endapan dapat dilihat dalam tabel.
Tabel Jenis Batuan Endapan, Ciri-ciri, dan Proses Terbentuknya
No. Nama Batuan Ciri-ciri dan Manfaat Proses Terbentuknya 1) Batu Konglomerat Terdiri atas
kerikil-kerikil yang permuka-annya tumpul. Batuan ini banyak digunakan sebagai bahan bangun-an
Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan beku
24 2) Batu Breksi Terdiri atas
kerikil-kerikil yang permuka-annya tajam. Batuan ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangun-an.
Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan beku
3) Batu Pasir Terdiri atas butiran-butiran pasir, berwarna abu-abu, merah,kuning, atau putih.
Batuan ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan beku yang butirannya kecil-kecil.
4) Batu Serpih Terdiri dari butiran-butiran batu lempung atau tanah liat, ber-warna abu-abu kehijau-an, merah, atau kuning. Dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan tanah liat
5) Batu Kapur Terdiri dari butiran-butiran kapur halus, berwarna putih agak keabu-abuan, sebagai bahan campuran pem-buat semen. Beraral dari endapan hasil pelapukan tulang dan cangkang hewan-hewan laut http://www.geneca_exact.com 3. Batuan Malihan
Batuan malihan merupakan jenis batuan yang merupakan hasil
metamorfosa batuan beku dan batuan sedimen. Batuan ini memiliki
25 Batuan malihan atau metamorf ialah batuan yang berasal dari
batuan sedimen dan batuan beku yang mengalami perubahan
karena panas dam tekanan. Batuan di kerak bumi sering
mendapatkan tekanan yang berat dan suhu yang tinggi dalam
jangka waktu yang lama. Tekanan yang berat disebabkan oleh
tindihan. Suhu yang tinggi disebabkan oleh persentuhan dengan
magma. Beberapa batuan yang berubah menjadi batuan malihan
ialah batu pualam atau marmer dari batu gamping, dan batu sabak
atau batu tulis dari batu serpih. Batu pualam atau marmer adalah
batu yang keras dan mengkilap bila dipoles. Batu pualam
merupakan bahan yang baik untuk membuat patung dan lantai.
Batu sabak digunakan sebagai batu tulis dan sebagai bahan
bangunan. Batu sabak merupakan bahan penting untuk membuat
atap rumah, semacam genting (Erlangga: 196-197). Beberapa
contoh batuan endapan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3. Jenis Batuan Malihan, Ciri-ciri, dan Proses Terbentuknya
No. Nama Batuan Ciri-ciri dan Manfaat Proses
Terbentuknya 1) Batu Genes (Gneiss) Berwarna putih
keabu-abuan dan keras. Batu genes dimanfaatkan untuk membuat barang kerajinan seperti asbak, jambangan bunga, dan patung
Berasal dari batuan pluto granit yang mengalami
metamorfosis karena panas dan tekanan
26
2) Batu Marmer Berwarna putih dan
ada yang hitam, keras, dan permukaannya halus. Marmer biasa
digunakan untuk
membuat meja, papan nama, batu nisan, dan pelapis dinding bangunan atau lantai.
Berasal dari batuan kapur yang meng-alami metamorfosis karena panas dan tekanan
3) Batu Sabak Berwarna abu-abu tua,
mudah terbelah tipis-tipis, dan per-mukaannya kasar. Sebelum ada kertas, batu sabak dimanfaat-kan sebagai papan untuk menulis.
Berasal dari batuan serpih yang meng-alami
metamorfosis.
http://www.geneca_exact.com
B. Pelapukan Batuan
Terdapat tiga macam pelapukan pelpukan, yaitu pelapukan
biologis, pelapukan fisika, dan pelapukan kimia (Sains 5,
2004:123-125).
1. Pelapukan biologis merupakan pelapukan yang lebih banyak
diakibatkan oleh gerakan yang ditimbulkan oleh kegiatan
makhluk hidup. Contoh dari pelapukan biologi adalah
pertumbuhan akar dan batang yang yang menghasilkan gerakan
pada pohon yang berakibat hancurnya bebatuan di atasnya atau
sekelilingnya. Selain itu, pelapukan biologi juga disebabkan oleh
tumbuhan yang hidup menempel pada permukaan batuan.
Contohnya tumbuhnya lumut pada permukaan batuan
mengakibatkan permukaan batuan mengalami kerusakan,
27 Gambar 1
Lumut yang melapukan arca
www.pulaubali.com
2. Pelapukan Fisika terjadi karena adanya perubahan suhu. Suhu
yang naik turun secara berulang-ulang akan mengembangkan dan
megerutkan batuan yang ada. Akibatnya batuan akan terkikis atau
pecah berkeping-keping. Contoh dari Erlangga (1998:198) adalah
peristiwa pelapukan karena perbedaan suhu yang tinggi di Arab
Saudi. Padang pasir di Arab Saudi awalnya merupakan
batuan-batuan. Suhu pada siang hari di sana sangat tinggi (sekitar 42
derajat Celcius), sedangkan pada malam hari sangat rendah
mencapai -10 derajat Celcius. Perbedaan suhu yang sangat
mencolok tersebut menyebabkan batuan-batuan tersebut melapuk
atau hancur, dan lama-kelamaan menjadi padang pasir. Selain itu,
pelapukan fisika juga dapat disebabkan oleh terpaan angin dan
28 Gambar 2 Gelombang laut yang melapukkan batu karang www.hinamagazine.com
3. Pelapukan batuan secara kimia banyak disebabkan oleh faktor
limbah rumah tangga atau limbah pabrik, air, dan air hujan.
Erlangga (1998: 198-199) menjelaskan bahwa air hujan secara
alami mengandung asam yang berasal dari karbon dioksida.
Gas-gas buangan industri, seperti belerang dioksida yang bereaksi
dengan uap air dan gas-gas lain di udara akan mengakibatkan
hujan asam. Hujan asam sangat meningastkan kecepatan
pelapukan kimia. Pelapukan akibat hujan asam dapat dilihat pada
bangunan dan patung yang ada di ruang terbuka. Patung itu
tampak terkikis.
C. Tanah
Tanah merupakan tempat kita berpijak. Tanah memberikan
kehidupan bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Oleh karena itu tanah
perlu dijaga dan dipelihara kelestariannya. Tanah terbentuk dari