• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar dan berpikir kritis kategori afektif umum pada mata pelajaran IPA SDK Ganjuran Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar dan berpikir kritis kategori afektif umum pada mata pelajaran IPA SDK Ganjuran Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
317
0
0

Teks penuh

(1)

i PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS KATEGORI AFEKTIF UMUM

PADA MATA PELAJARAN IPA SDK GANJURAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Nama: Maria Puji Rahayu

NIM: 091134206

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS KATEGORI AFEKTIF UMUM

PADA MATA PELAJARAN IPA SDK GANJURAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Nama: Maria Puji Rahayu

NIM: 091134206

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini ingin kupersembahkan kepada:

Bunda

Maria, Tuhan Yesus, dan Keluarga kudus

yang sangat mencintai saya.

Ayah, Ibu, Nenek, serta kedua adik yang saya cinta.

Saudara-saudara yang telah memberikan saya

berbagai dukungan selama ini.

Kekasih tersayang yang selalu mendukung dan membantu

saya menjadi pribadi yang lebih bermutu.

Para dosen dan teman-teman seperjuangan

(6)

v MOTTO

“Hanya pada Tuhan hatiku tenang, dan pada-Nyalah segala harapanku.

Hanya Dialah pelidung dan penyelamatku. Dialah penyokongku,

aku takkan goyah”. (Mazmur 62: 6-7)

“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia juga setia dalam

perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara-perkara-perkara kecil,

ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar”.

(Lukas 16: 10)

“Hendaklah kamu murah hati seperti Bapamu murah hati”.

(Lukas 6: 36)

“Berbahagialah hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya

kerajaan Allah. tetapi celakalah hai kamu yang kaya, karena dalam

kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu”.

(Lukas 6: 20; 24)

“Lebih baik orang miskin yang bersih kelakuannya daripada orang yang

(7)

vi (Amsal 28: 6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana karya ilmiah.

Yogyakarta, 3 Agustus 2011

Penulis

(8)

vii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Puji Rahayu

Nomor Mahasiswa : 091134206

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP PRESTASI

BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS KATEGORI AFEKTIF UMUM PADA

MATA PELAJARAN IPA SDK GANJURAN YOGYAKARTA

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 3 Agustus 2011

Yang menyatakan

(9)

viii ABSTRAK

Penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis – afektif umum siswa kelas V SDK Ganjuran Yogyakarta pada semester genap 2010/2011. Variabel penelitian ini, adalah variabel independen berupa metode inkuiri, serta variabel dependen berupa prestasi belajar dan berpikir kritis - afektif umum.

Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimental tipe Non-ekuivalent Control Group Design. Penelitian dilaksanakan pada bulan maret 2011 di SD Kanisius Ganjuran Yogyakarta, dengan subjek siswa kelas VA sebagai kelompok eksperimen dan VB sebagai kelompok kontrol. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran IPA, materi pembentukan tanah akibat pelapukan batuan, menggunakan metode inkuiri terbimbing. Pelaksana pembelajaran dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran IPA. Peneliti berperan sebagai pengamat. Teknik pengumpulan datanya menggunakan pre-test dan post-test pada kedua kelompok. Selanjutnya data ditabulasikan ke dalam exel, lalu dilakukan uji normalitas data, dilanjutkan uji perbedaan skor rata-rata pre-test dan post-test kelompok eksperimen, kemudian menguji perbedaan selisih rata-rata pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yang terakhir adalah menguji dan meranking kenaikan tiap indikator.

Hasil analisis menunjukkan bahwa metode inkuiri tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap selisih prestasi belajar siswa. Dibuktikan besarnya

Assymp. Sig. (2-tailed) > 0,05, yaitu 0,354. Maka Hnull diterima dan Hi ditolak.

Berarti metode inkuiri tidak meningkatkan prestasi belajar. Meskipun demikian, rata-rata selisih prestasi belajar kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Dibuktikan besarnya Assymp. Sig. (2-tailed) < 0,05, yaitu 0,004, sehingga Hnull ditolak dan Hi diterima. Selanjutnya, hasil penelitian

menunjukkan bahwa metode inkuiri memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap selisih kemampuan berpikir kritis – afektif umum. Dibuktikan besarnya

Assymp. Sig. (2-tailed) < 0,05, yaitu 0,001. Maka Hnull ditolak dan Hi diterima.

Berarti metode inkuiri meningkatkan kemampuan berpikir kritis - afektif umum siswa. Selanjutnya, analisis membandingkan rata-rata selisih kemampuan berpikir kritis kelompok eksperimen dan kontrol, menyatakan besar Assymp. Sig. (2-tailed)

< dari 0,05, yaitu 0,024. Maka Hnull ditolak dan Hi diterima.

(10)

ix data collection technique was done using the pre-test and post-test in both classes, then tabulated data into Microsoft Excel. Afterwards, the research was carried out using the test score differences in the average pre-test, post-test experimental group, and then it should be tested by making the difference in average increase in scores in the experimental group, and control group. For the last step is testing and ranking the increase in each indicator.

The result of this research indicates that the method of inquiry does not affect the increase of learning achievement for the students. It is proven by the magnitude assymp. sig. (2-tailed) > 0.05, that is equal to 0,354. Thus, Hnull is accepted and is rejected. It means the inquiry method doesn’t increase the learning achievement. However, the increase of the average achievement of the experimental class is higher than the average increase in learning achievement of control class. This is proven by the results of the statistical analysis, which shows the magnitude assymp. sig. (2-tailed) < 0.05, that is equal to 0.004, so the Hnull is rejected and is accepted. Then, the result of the experiment shows that the inquiry method has positive and significant influence and toward the difference of the skill of the student’s critically general affective thinking. It is proven that the enormity of Assymp. Sig. (2-tailed) < 0,05, that is 0,001. Thus, Hnull is rejected and is accepted. It means the inquiry method increased the skill of the student’s critically general affective thinking. Then, the analysis compares the average of difference of the skill of critical thinking and control experiment group states that enormity of Assymp. Sig (2-tailed) < from 0,05 that is 0,024. Then Hnull is rejected and Hi is accepted.

(11)

x

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah penyelenggara kehidupan

yang telah menganugerahkan rahmat berlimpah sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri

terhadap Prestasi Belajar dan Berpikir Kritis Kategori Afektif Umum pada Mata

Pelajaran IPA SDK Ganjuran Yogyakarta”. Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan

sebagai salah satu syarat kelulusan program S-1 PGSD Universitas Sanata

Dharma.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini tidak akan

terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

penulis dengan rendah hati mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. Puji Purnomo, M.Si., Kepala Program Studi PGSD USD.

2. Ibu Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., Sekretaris Prodi PGSD USD.

3. Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc., Pembimbing I yang memberikan

bimbingan dan sumbang saran demi terwujudnya skripsi ini.

4. Rm. G. Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST, M.A., dosen pembimbing II yang

selalu meluangkan waktu pikiran dan tenaga, memberi perhatian serta

berbagai kemudahan selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si., dosen yang selalu meluangkan

waktu pikiran dan tenaga, memberi perhatian serta dukungan selama

(12)

xi

6. Bapak FX. Sukaryono, A.Ma.Pd., Kepala Sekolah SD Kanisius Ganjuran

beserta staf yang telah memberikan kesempatan, dukungan, dan berbagai

kemudahan bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian.

7. Ibu C.Warsirah, A.Ma.Pd., guru mitra yang telah meluangkan waktu,

pikiran, dan tenaga demi kelancaran kegiatan penelitian.

8. Seluruh dosen Program Studi PGSD yang telah memberikan bekal ilmu

kepada penulis.

9. Maria Suci Lestari dan Endarini, serta teman-teman yang tergabung dalam

penelitian payung ini, yang telah bekerjasama demi kelancaran penelitian

dan penyelesaian skripsi ini.

10.Ayah, ibu, dan nenek yang telah memberikan dukungan spiritual, mental,

dan finansial.

11.Kedua adik Catrin dan Yosep, Tante Yohana Puji Marwati, Alexander

Bambang Nurhadi, sepupu-sepupu, dan teman-teman, yang selalu

memberikan doa, semangat, perhatian, dan dukungan demi terselesainya

skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan.

Mengingat kemampuan penulis yang masih terbatas, maka dengan kerendahan

hati penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak. harapan penulis, semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Yogyakarta, Juli 2011

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... ... viii

ABSTRACT ... ... ix

PRA KATA ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... . 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Sistematika Penyajian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... . 8

(14)

xiii

2.1.1. Metode Inkuiri ... 8

2.1.1.1. Metode Inkuiri Terbimbing... 18

2.1.1.2. Prestasi Belajar ... 18

2.1.1.3. Berpikir Kritis ... 19

2.1.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam ... 20

2.1.1.5. Pembantukan Tanah Akibat Pelapukan Batuan ... 21

A. Batuan ... 21

B. Pelapukan Batuan ... 26

C. Tanah ... 28

2.1.2. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 32

2.2. Kerangka Berpikir ... 39

2.3. Hipotesis... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1. Jenis Penelitian ... 42

3.2. Populasi dan Sampel ... 43

3.3. Variabel Penelitian ... 44

3.4. Definisi Operasional ... 45

3.5. Instrumen Penelitian ... 46

3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Instrumen ... 51

3.7. Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.8. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 62

4.1. Hasil Penelitian ... 62

(15)

xiv

4.1.1.1. Data Prestasi Belajar Kelas Eksperimen ... 64

4.1.1.2. Data Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Umum ... 69

4.1.2. Analisis Data Penelitian ... 74

4.1.2.1. Pengaruh Metode Inkuiri Terhadap Prestasi Belajar... 75

A. Kenaikan Rata-rata Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 75

B. Perbedaan Rata-rata Kenaikan Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 82

C. Ranking Rata-rata Selisih Unsur Kognitif ... 88

4.1.2.1. Pengaruh Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afekti Umum ... 103

A. Rata-rata Selisih Kemampuan Berpikir Kritis – Afektif Umum ... 103

B. Perbadaan Rata-rata Selisih Berpikir Kritis – Afektif Umum Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 110

C. Ranking Rata-rata Selisih Berpikir Kritis – Afektif Umum ... 116

4.2. Pembahasan ... 140

4.2.1. Pengaruh Metode Inkuiri Terhadap Prestasi Belajar ... 140

A. Rata-rata Kenaikan Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 140

B. Perbedaan Kenaikan Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 142

C. Ranking Rata-rata Selisih Unsur Kognitif ... 143

4.2.2. Pengaruh Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Umum ... 144

(16)

xv

Kelompok Eksperimen ... 144

B. Perbedaan Kenaikan Kemampuan Berpikir Kritis – Afektif Umum Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 145

C. Ranking Rata-rata Kenaikan Kemampuan Berpikir Kritis – Afektif Umum Kelompok Eksperimen ... 146

4.3. Keterbatasan Penelitian ... 147

BAB V PENUTUP ... 149

A. Kesimpulan ... 149

B. Saran ... 152

DAFTAR REFERENSI ... 153

RIWAYAT HIDUP ... 156

(17)

xvi DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

A. Gambar 1 Lumut yang Melapukkan Arca ... 27

B. Gambar 2 Gelombang Laut yang Melapukkan Batu Karang ... 28

C. Gambar 3 Struktur Lapisan Tanah ... 29

D. Gambar 4 Kerangka Berpikir Pengambilan Hipotesis ... 40

E. Grafik 1 Uji Normalitas Data Pre-test Pilihan Ganda Kelompok Eksperimen ... 76

F. Grafik 2 Uji Normalitas Data Post-test Pilihan Ganda Kelompok Eksperimen ... 78

G. Grafik 3 Uji Perbandingan Rata-rata Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 81

H. Grafik 4 Uji Normalitas Data Selisih Pre-test ke Post-test Pilihan Ganda Kelompok Kontrol ... 82

I. Grafik 5 Uji Normalitas Data Selisih Pre-test ke Post-test Pilihan Ganda Kelompok Kontrol ... 84

J. Grafik 6 Perbandingan Rata-rata Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 88

Q. Grafik 13 Ranking Rata-rata Selisih Unsur Kognitif ... 102

R. Grafik 14 Uji Normalitas Data Pre-test Berpikir Kritis – Afektif Umum Kelompok Eksperimen ... 104

S. Grafik 15 Uji Normalitas Data Post-tes Berpikir Kritis – Afektif Umum Kelompok Eksperimen ... 106

(18)

xvii

U. Grafik 17 Uji Normalitas Data Rata-rata Selisih Berpikir Kritis –

Afektif Umum Kelompok Eksperimen ... 110

V. Grafik 18 Uji Normalitas Data Rata-rata Selisih Berpikir Kritis –

Afektif Umum Kelompok Kontrol ... 112

W. Grafik 19 Perbandingan Rata-rata Berpikir Kritis – Afektif Umum

Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 116

X. Grafik 20 Uji Normalitas Data Rata-rata Selisih

Rasa Ingin Tahu ... 118

Y. Grafik 21 Uji Normalitas Data Rata-rata Selisih

Rasa Percaya Diri ... 120

Z. Grafik 22 Uji Normalitas Data Rata-rata Selisih

Berpikir Rasional dan Usaha ... 122

AA. Grafik 23 Uji Normalitas Data Rata-rata Selisih

Sikap Hati-hati ... 124

AB. Grafik 24 Grafik Uji Normalitas Data Rata-rata Selisih

Sikap Menghargai ... 126

AC. Grafik 25 Uji Normalitas Data Rata-rata Selisih Sikap Terbuka,

Fleksibel, dan Menghargai Pendapat ... 128

AD. Grafik 26 Uji Normalitas Data Rata-rata Selisih

Sikap Reflektif ... 130

AE. Grafik 27 Uji Normalitas Data Rata-rata Selisih Sikap Jujur ... 132

AF. Grafik 28 Uji Normalitas Data Rata-rata Selisih

Berpikir Kritis ... 134

AG. Grafik 29 Ranking Rata-rata Unsur Berpikir Kritis –

Afektif Umum Kelompok Eksperimen ... 138

AH. Grafik 30 Ranking Rata-rata Selisih Berpikir Kritis –

(19)

xviii DAFTAR TABEL

A. Tabel 1 Jenis Batuan Beku, Ciri-ciri dan Proses Terbentuknya ... 22

B. Tabel 2 Jenis Batuan Endapan, Ciri-ciri dan Proses Terbentuknya ... 23

C. Tabel 3 Jenis Batuan Malihan, Ciri-ciri dan Proses Terbentuknya ... 25

D. Tabel 4 Kisi-kisi Soal Pre-test dan Post-test ... 47

E. Tabel 5. Ekuivalensi Nomor Soal Pre-test dan Post-test ... 49

F. Tabel 6 Kisi-kisi Pengembangan Instrumen Berpikir Kritis – Afektif Umum ... 50

G. Tabel 7 Hasil Uji Validitas 60 soal ... 53

H. Tabel 8 Hasil Uji Daya Beda Soal ... 56

I. Tabel 9 Hasil Uji Reliabilitas ... 56

J. Tabel 10 Skor Untuk Pernyataan Favourable ... 58

K. Tabel 11 Skor Untuk Pernyataan Unfavourable ... 58

L. Tabel 12 Jadwal Pemberian Perlakuan ... 64

M. Tabel 13 Data Hasil Pre-test Kelompok Eksperimen ... 65

N. Tabel 14 Data Hasil Pre-test Kelompok Kontrol ... 66

O. Tabel 15 Data Hasil Post-test Kelompok Eksperimen ... 67

P. Tabel 16 Data Hasil Post-test Kelompok Kontrol ... 68

Q. Tabel 17 Data Hasil Pre-test Kuesioner Kelompok Eksperimen ... 70

R. Tabel 18 Data Hasil Pre-test Kuesioner Kelompok Kontrol ... 71

S. Tabel 19 Data Hasil Post-test Kuesioner Kelompok Eksperimen ... 72

T. Tabel 20 Data Hasil Post-test Kuesioner Kelompok Kontrol ... 73

U. Tabel 21 Uji Normalitas Data Pre-test Pilihan Ganda Kelompok Eksperimen ... 77

V. Tabel 22 Uji Normalitas Data Post-test Pilihan Ganda Kelompok Eksperimen ... 79

W. Tabel 23 Uji Perbandingan Mean Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 80

(20)

xix

Y. Tabel 25 Uji Normalitas Data Selisih Pre-test ke Post-test Pilihan

Ganda Kelompok Kontrol ... 85

Z. Tabel 26 Uji Perbandingan Mean Prestasi Belajar Kelompok

Eksperimen dan Kontrol ... 87

AA. Tabel 27 Uji Normalitas Data Mean Kenaikan Indikator Interpretasi

dari Kelompok Eksperimen ... 90

AB. Tabel 28 Uji Normalitas Data Mean Kenaikan Indikator Analisis

dari Kelompok Eksperimen ... 92

AB. Tabel 29 Uji Normalitas Data Mean Kenaikan Indikator Evaluasi

dari Kelompok Eksperimen ... 94

AC. Tabel 30 Uji Normalitas Data Mean Kenaikan Indikator Inferensi

dari Kelompok Eksperimen ... 96

AD. Tabel 31 Uji Normalitas Data Mean Kenaikan Indikator Eksplanasi

dari Kelompok Eksperimen ... 98

AE. Tabel 32 Uji Perbandingan Mean Selisih Ranking Unsur

Kognitif ... 100

AF. Tabel 33 Ranking Rata-rata selisih Unsur Kognitif ... 101

AG. Tabel 34 Uji Normalitas Data Pre-test Kemampuan Berpikir Kritis –

Afektif Umum Kelompok Eksperimen ... 105

AH. Tabel 35 Uji Normalitas Data Post-test Kemampuan Berpikir Kritis –

Afektif Umum Kelompok Eksperimen ... 107

AI. Tabel 36 Uji Perbandingan Mean Kemampuan Berpkir Kritis –

Afektif Umum Kelompok Eksperimen ... 109

AJ. Tabel 37 Uji Normalitas Data Selisih Kemampuan Berpikir Kritis

Afektif Umum Kelompok Eksperimen ... 111

AK. Tabel 38 Uji Normalitas Data Selisih Kemampuan Berpikir Kritis

Afektif Umum Kelompok Kontrol ... . 113

AL. Tabel 39 Uji Perbandingan Mean Berpikir Kritis Afektif Umum

Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 115

AM. Tabel 40 Uji Normalitas Data Indikator Rasa Ingin Tahu

Kelompok Eksperimen ... 118

(21)

xx

Kelompok Eksperimen ... 120

AO. Tabel 42 Uji Normalitas Data Indikator Berpikir Rasional dan

Usaha Kelompok Eksperimen... 122

AP. Tabel 43 Uji Normalitas Data Indikator Bersikap Hati-hati

Kelompok Eksperimen ... 124

AQ. Tabel 44 Uji Normalitas Data Indikator Sikap Menghargai Nalar

Kelompok Eksperimen ... 126

AR. Tabel 45 Uji Normalitas Sikap Terbuka, Fleksibel, dan Menghargai

Pendapat Kelompok Ekeperimen ... 129

AS. Tabel 46 Uji Normalitas Data Indikator Sikap Reflektif

Kelompok Eksperimen ... 131

AT. Tabel 47 Uji Normalitas Data Indikator Sikap Jujur

Kelompok Eksperimen ... 133

AU. Tabel 48 Uji Normalitas Data Indikator Berpikir Kritis

Kelompok Eksperimen ... 135

AV. Tabel 49 Uji Perbandingan Mean kenaikan Ranking Unsur

Kemampuan Berpikir Kritis - Afektif Umum ... 136

AW. Tabel 50 Ranking Rata-rata Selisih Unsur Berpikir Kritis –

(22)

xxi DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 RPP ... 157

2. Lampiran 2 LKS yang sudah diisi siswa ... 188

3. Lampiran 3 Uji Validitas Soal ... 210

4. Lampiran 4 Uji Reliabilitas Soal ... 214

5. Lampiran 5 Uji Beda Soal ... 214

6. Lampiran 6 Instrumen Pengumpulan Data ... 215

7. Lampiran 7 Soal Pre-test dan Post-test yang sudah dikoreksi ... 258

8. Lampiran 8 Uji Normalitas Data Pre-test dan Pos-test

Pilihan Ganda Kelompok Eksperimen ... 259

9. Lampiran 9 Uji Normalitas Data Rata-rata Selisih Pretasi Belajar

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 260

10. Lampiran10 Uji Normalitas Data Unsur Analisis ... 261

11. Lampiran 11 Uji Normalitas Data Unsur Evaluasi ... 261

12. Lampiran 12 Uji Normalitas Data Unsur Inferensi ... 262

13. Lampiran 13 Uji Normalitas Data Unsur Eksplanasi ... 262

14. Lampiran 14 Uji Perbandingan Mean Pilihan Ganda

Kelompok Eksperimen ... 263

15. Lampiran 15 Uji Perbandingan Rata-rata Selisih Pilihan Ganda

Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 264

16. Lampiran 16 Uji Ranking Unsur Kognitif ... 265

17. Lampiran 17 Uji Normalitas Data Pre-test dan Post-test

(23)

xxii

18. Lampiran 18 Uji Normalitas Data Selisih Berpikir Kritis –

Afektif Umum Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 266

19. Lampiran 19 Uji Normalitas Data Unsur Rasa Ingin Tahu ... 267

20. Lampiran 20 Uji Normalitas Data Unsur Percaya Diri ... 267

21. Lampiran 21 Uji Normalitas Data Berpikir Rasional dan Usaha ... 268

22. Lampiran 22 Uji Normalitas Data Unsur Bersikap Hati-hati ... 268

23. Lampiran 23 Uji Normalitas Data Unsur Menghargai Nalar ... 269

24. Lampiran 24 Uji Normalitas Data Unsur Terbuka, Fleksibel, dan

menghargai pendapat ... 269

25. Lampiran 25 Uji Normalitas Data Unsur Bersikap Reflektif ... 270

26. Lampiran 26 Uji Normalitas Data Unsur Bersikap Jujur ... 270

27. Lampiran 27 Uji Normalitas Data Unsur Berpikir Kritis ... 271

28. Lampiran 28 Uji Perbandingan Rata-rata Berpikir Kritis –

Afektif Umum Kelompok Eksperimen ... 272

29. Lampiran 29 Uji Perbandingan Selisih Berpikir Kritis –

Afektif Umum Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 273

30. Lampiran 30 Uji Ranking Unsur Berpikir Kritis – Afektif Umum ... 274

31. Lampiran 32 Foto-foto Penelitian ... 275

32. Lampiran 33 Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma ... 276

(24)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Menurut Wina-Putra (1992:122) Ilmu Pengetahun Alam (IPA)

merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan

kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum,

yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Pengertian

tersebut memperjelas bahwa obyek dari IPA adalah benda-benda alam.

Melalui observasi dan eksperimen, dapat diketahui berbagai macam

informasi tentang benda-benda tersebut, seperti ciri-cirinya, sifat-sifatnya,

manfaatnya, dan pengklasifikasiannya. Pengetahuan yang telah diperoleh,

selanjutnya dapat dipelajari pula oleh siswa dalam pembelajaran di

sekolah. Pengetahuan tersebut dapat dipelajari dengan cara yang sama,

yaitu dengan cara observasi dan eksprimen, sehingga siswa dapat

menemukan sendiri informasinya. Dengan menemukan sendiri

informasinya, maka pengetahuan siswa akan lebih mantap dan bertahan

lama. Selain itu, pengetahuan tersebut dapat pula disampaikan dengan cara

ceramah langsung. Pembelajaran dengan metode ceramah seperti ini

kurang membantu siswa dalam menerima pengetahuan yang disampaikan.

Melihat kenyataan yang ada, pembelajaran IPA di sekolah-sekolah

dasar saat ini sering disampaikan dengan metode ceramah. Sebagaimana

telah dijelaskan sebelumnya, pembelajaran IPA dengan metode ceramah

(25)

2 siswa untuk bisa duduk tenang, hingga memperoleh pengetahuan yang

disampaikan. Biasanya metode ini digunakan oleh guru karena tidak

banyak menuntut persiapan. Berbeda dengan pembelajaran yang

menggunakan observasi dan eksperimen, karena sebelum pembelajaran

dilakukan guru harus mempersiapkan berbagai alat, bahan, dan

perlengkapan lainnya yang dibutuhkan.

Pembelajaran IPA yang disampaikan dengan cara mengaktifan siswa

akan membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan, tanpa membuat

siswa merasa bosan dan malas, karena siswa semakin tertarik dan antusias

dalam mengikuti pembelajaran. Berbeda dengan pembelajaran IPA yang

menggunakan metode ceramah, akibatnya siswa-siswa menjadi pasif

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga mudah merasa bosan,

tidak tertarik, dan akhirnya siswa menjadi lebih sulit untuk menangkap

pengetahuan yang disampaikan. Dengan demikian terlihat bahwa

pembelajaran IPA yang dilakukan dengan metode ceramah kurang efektif

untuk dilakukan.

IPA memiliki obyek yang nyata serta ilmunya memiliki tingkat

kepastian yang tinggi. Oleh karena itu IPA berusaha agar dapat membantu

meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam dan seisinya,

dengan cara membangkitkan minat siswa dalam mempelajarinya. Dari

pernyataan tersebut sudah jelas bahwa IPA harus dipelajari dengan adanya

minat terlebih dahulu, selain itu juga harus disertai rasa senang, antusias,

(26)

3 pembelajaran IPA, maka sebenarnya metode yang tepat untuk digunakan

adalah metode yang dapat mengaktifkan siswa.

Metode yang tepat untuk digunakan dalam Pembelajaran IPA adalah

metode inkuiri. Melalui metode ini siswa dapat belajar secara mandiri,

melalui proses berpikir kritis di dalam pembelajaran mereka lakukan. Oleh

karena itu, peneliti ingin mencoba meningkatkan kemampuan berpikir

kritis siswa-siswa kelas V pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan

metode inkuiri.

Latar belakang ini dibatasi oleh mata pelajaran IPA kelas V semester

2 tahun ajaran 2010/2011. Materi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pembentukan tanah akibat pelapukan batuan, sesuai dengan Standar

Kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan

hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. Kompetensi Dasar

yang digunakan ada 2, yaitu 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan

tanah karena pelapukan dan 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah.

Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimental tipe Non-ekuivalent Control Group Design, yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh metode inkuiri terbimbing terhadap prestasi belajar dan

kemampuan berpikir kritis – afektif umum siswa kelas V SDK Ganjuran

(27)

4

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah masalah penelitian dirumuskan

sebagai berikut:

a. Bagaimana pengaruh metode inkuiri pada mata pelajaran IPA materi

pembentukan tanah akibat pelapukan batuan terhadap prestasi belajar

siswa kelas V SD Kanisius Ganjuran, Yogyakarta pada semester

genap 2010/2011?

b. Bagaimana pengaruh metode inkuiri pada mata pelajaran IPA materi

pembentukan tanah akibat pelapukan batuan terhadap kemampuan

berpikir kritis pada kategori disposisi afektif umum siswa kelas V SD

Kanisius Ganjuran, Yogyakarta pada semester genap 2010/2011?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

a. Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi

belajar siswa kelas V SDK Ganjuran Yogyakarta pada semester genap

2010/2011.

b. Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

berpikir kritis pada kategori afektif umum siswa kelas V SDK

(28)

5

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah:

a. Bagi Siswa

Siswa mendapat pengalaman dalam pembelajaran IPA

menggunakan metode inkuiri. Pengalaman tersebut membuat siswa

semakin tertarik dengan pembelajaran IPA, khususnya materi

pembentukan tanah akibat pelapukan batuan, sehingga penguasaan

siswa terhadap materi dapat diusahakan secara optimal, tanpa

membuat siswa merasa bosan.

b. Bagi Guru

Guru mendapat pengalaman dalam pembelajaran IPA

menggunakan metode inkuiri, sehingga pembelajaran terasa

menyenangkan dan materi mudah dipahami siswa. Selain itu guru juga

dapat menerapkan metode inkuiri pada mata pelajaran yang lain,

sehingga dapat selalu menciptaka pembelajaran yang menarik bagi

siswa.

c. Bagi Peneliti

Memiliki pengalaman dalam melakukan penelitian eksperimen

dengan menerapkan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA di

(29)

6

1.5. Sistematika Penyajian

Sistematika penulisan proposal ini berisi tentang:

Bab I berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan,

manfaat, dan sistematika penyajian.

Bab II berisi kajian pustaka yang membahas tentang teori-teori

yang relevan dan hasil penelitian sebelumnya. Teori-teori yang relevan di

sini memuat beberapa teori dari tokoh-tokoh ilmuwan, terutama yang

membahas tentang metode inkuiri dan kemampuan berpikir kritis. Hasil

penelitan sebelumya memuat beberapa skripsi sejenis yang pernah dibuat.

Selanjutnya, dibahas mengenai kerangka berpikir dan hipotesis.

Bab III berisi jenis penelitian, populasi dan sampel, variabel

penelitian, devinisi operasional, instrumen penelitian, uji validitas dan

reliabilitas instrumen, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan

jadwal penelitian.

Bab IV merupakan pencatatan hasil penelitian dan pembahasannya.

Bab ini berisi tentang deskripsi data mulai dari hasil prestasi belajar kelas

eksperimen dan kelas kontrol hingga hasil kemampuan berpikir kritis

kategori afektif umum kelas dari kedua kelas tersebut. Setelah itu

dilakukan analisis data meliputi analisis rata-rata kenaikan skor prestasi

belajar di kelas eksperimen, perbedaan kenaikan skor kelas eksperimen

dan kontrol, analisis rata-rata kenaikan skor kemampuan berpikir kritis –

afektif umum kelas eksperimen, perbedaan kenaikan skor kemampuan

berpikir kritis – afektif umum antara kelas eksperimen dengan kelas

(30)

7 kritis – afektif umum. Setelah itu dilanjutkan dengan pembahasan dari

hasil analisis, dan yang terakhir adalah membahas keterbatasan penelitian

berdasarkan pengamatan di lapangan.

Bab V berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan mencakup hasil

dari penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan. Saran memuat

pesan-pesan yang disampaikan berdasarkan pengalaman dan pengamatan

(31)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Landasan teori membahas berbagai macam landasan yang digunakan

sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian. Teori-teori dari para ahli

yang relevan digunakan dalam penelitian, dibahas dalam kajian pustaka. Kajian

pustaka, selanjutnya membahas mengenai hasil penelitian sebelumnya. Setelah

kajian pustaka, selanjutnya dijelaskan mengenai kerangka berpikir, dan yang

terakhir adalah hipotesis.

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Teori-teori yang Relevan

2.1.1.1Metode Inkuiri

Trianto (2007:135) menyatakan inkuiri dalam Bahasa Inggris

Inquiry bararti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Menurut Gulo (dalam Trianto, 2007:135), strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan

belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk

mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga

mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya

diri. Bagi Sanjaya (2008:106), strategi pembelajaran inkuiri adalah

rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan proses berpikir secara

kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari

(32)

9 dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari Bahasa Yunani

“heuriskein” yang berarti saya menemukan.

Strategi pembelajaran inkuiri memiliki bebarapa hal yang menjadi

ciri utama, yaitu:

a. Strategi inkuiri menekankan aktivitas siswa secara maksimal untuk

mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan

siswa sebagai subjek belajar.

b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari

dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,

sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self believe). Strategi pembelajaran ini menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator dan motivator

belajar siswa.

c. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah

mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan

kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian

dari proses mental.

Sanjaya (2008:197-198), strategi pembelajaran inkuiri akan efektif

mana kala:

a. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari

(33)

10 b. Bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau

konsep yang sudah jadi, tetapi berupa kesimpulan yang perlu

pembuktian.

c. Proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap

sesuatu.

d. Guru mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki

kemauan dan kemampuan berpikir.

e. Jumlah siswa yang belajar tidak terlalu banyak sehingga bisa

dikendalikan oleh guru.

f. Guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan

yang berpusat pada siswa.

Menurut Sanjaya (2008:198-199), strategi pembelajaran inkuiri

memiliki beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru. Prinsip ini

didasarkan pada pengembangan intelektual anak, yang menurut Piaget

dipengaruhi oleh faktor maturation, physical experience, social experience, dan equilibration. Prinsip-prinip tersebut, adalah:

a. Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan

kemampuan berpikir. Pembelajaran ini selain berorientasi pada

hasil belajar juga pada proses belajar.

b. Prinsip Interaksi

Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru

(34)

11 atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru mengarahkan siswa agar

mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi

mereka.

c. Prinsip Bertanya

Kemampuan siswa menjawab pertanyaan merupakan sebagian

bentuk proses berpikir. Oleh karena itu, guru perlu menguasai

berbagai jenis dan teknik bertanya.

d. Prinsip Belajar untuk Berpikir

Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan secara

maksimal. Belajar berpikir logis dan rasional yang cenderung

memanfaatkan otak kiri, perlu didukung oleh pergerakan otak

kanan. Hal ini dapat diusahakan dengan memasukkan unsur-unsur

yang mempengaruhi emosi, yaitu unsur estetika melalui proses

belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.

e. Prinsip Keterbukaan

Anak diberi kebebasan dalam belajar untuk mencoba sesuai dengan

perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Hal ini untuk

membuktikan hipotesis dari adanya berbagai kemungkinan yang

tersedia.

Langkah-langkah pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya

(35)

12 a. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana

atau iklim pembelajaran yan responsif. Pada langkah ini guru

mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pemelajaran.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi adalah:

 Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan

dapat dicapai oleh siswa.

 Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan

oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan

langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai

dari langkah merumuskan masalah sampai dengan

merumuskan kesimpulan.

 Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini

dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar

siswa.

b. Merumuskan Masalah

Langkah ini membawa siswa pada suatu persoalan yang

mengandung teka-teki. Teka-teki ini mengandung konsep yang

jelas dan harus menantang siswa berpikir untuk mencari dan

menemukan persoalannya, sehingga dapat memecahkan teka-teki

tersebut. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan

masalah adalah:

 Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa, dan

(36)

13 akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala

dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji.

 Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung

teka-teki yang jawabannya pasti.

 Konsep-konsep dasar masalah adalah konsep-konsep yang

sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.

c. Mengajukan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu

permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara,

hipotesis perlu dikaji. Kemampuan siswa berhipotesis dapat

dikembangkan dengan mengajukan pertanyaan yang dapat

mendorong siswa merumuskan berbagai kemungkinan jawaban

dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis

harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis

yang dimunculkan bersifat rasional dan logis.

d. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi

yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Manakala

terjadi gejala-gejala kemacetan berinkuiri, guru hendaknya secara

terus-menerus memberi dorongan kepada siswa untuk belajar

melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata

(37)

14 e. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang

dianggap diterima sesuai data atau informasi yang diperoleh

berdasarkan pengumpulan data. Langkah ini berarti juga

mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya kebenaran

jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi,

tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat

dipertanggungjawabkan.

f. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan

temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Untuk mencapai kesimpulan yang akurat, sebaiknya guru mampu

menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Menurut Gulo (dalam Trianto, 2007:137-138), kemampuan yang

diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah:

a. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan

b. Merumuskan Hipotesis

c. Mengumpulkan Data

d. Analisis Data

(38)

15 Menurut Sudjana (dalam Trianto, 2007:142), ada lima tahapan

yang harus ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yaitu:

a. Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa;

b. Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah

hipotesis;

c. Mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk

menjawab hipotesis atau permasalahan;

d. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi;

e. Mengaplikasikan kesimpulan.

Langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri yang harus ditempuh

telah disebutkan dalam bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan

pandangan masing-masing ilmuwan. Berdasarkan langkah-langkah

tersebut, dirancang tujuh langkah pembelajaran inkuiri untuk keperluan

penelitian. Adapun langkah pembelajarannya adalah:

a. Orientasi

b. Merumuskan Masalah

c. Merumuskan Hipotesis

d. Melakukan Percobaan

e. Menarik Kesimpulan

f. Mempresentasikan Hasil

(39)

16 Terdapat beberapa model inkuiri (Metode Pembelajaran Inkuiri dan

Discovery, 2009), yaitu inkuiri induktif terbimbing dan tak terbimbing,

inkuiri deduktif, dan pemecahan masalah. Berdasarkan tingkat kematangan

siswa, pendekatan inkuiri dapat dilakukan dalam lima tingkatan

(Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran, 2009), yaitu inkuiri tradisional,

inkuiri terbimbing, inkuiri mandiri, keterampilan prosedur ilmiah, dan

penelitian siswa.

Menurut Amien (1988), ada berbagai jenis metode inkuiri, yaitu:

a. Guided Discovery-Inquiry

Guru memberikan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas

kepada siswa. Sebagian perencanaan dilaksanakan oleh guru. Siswa

tidak merumuskan problem. Petunjuk yang cukup luas tentang

bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.

b. Modified Inquiry

Guru hanya memberikan problem saja dan siswa diberikan

kemerdekaan untuk memecahkan problem tersebut melalui

pengamatan, eksplorasi dan atau prosedur penelitian untuk

memperoleh jawabannya. Guru merupakan nara sumber yang

memberikan bantuan yang diperlukan supaya siswa dapat berpikir

dan menemukan cara-cara penelitian yang tepat. Guru dapat

memberikan pertanyaan–pertanyaan yang dapat membantu siswa

(40)

17 c. Free Inquiry

Siswa mengidentifikasi dan merumuskan problem yang

dipelajari. Pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa ke free inquiry adalah: Anda telah mempelajari mengenai eksperimen ini, dari eksperimen tersebut, apakah yang dapat anda pikirkan?

d. Invitation into Inquiry

Melibatkan siswa dalam proses pemecahan problem yang

caranya serupa dengan cara-cara yang umum diikuti oleh para

ilmuwan yaitu meliputi merancang eksperimen, merumuskan

hipotesis, menetapkan kontrol, menentukan sebab akibat,

menginterpretasi data, menentukan kesimpulan dalam

merencanakan percobaan dan mengenal bagaimana kesalahan

eksperimen dapat diperkecil.

e. Inquiry Role Approach

Merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa

dalam tim-tim yang masing-masing terdiri dari 4 anggota untuk

memecahkan Invitation Into Inquiry. Anggota tim bekerjasama untuk memecahkan problem yang berkaitan dengan topik yang

dipelajari. Masing – masing anggota tim mempunyai peranan

sebagai: team coordinator, technical advisor. Data recorder dan

process valuator.

Menurut Amien Jenis metode inkuiri yang lebih cocok untuk

(41)

18 sehingga model inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini (yang

diperuntukkan untuk siswa SD) adalah Guided Discovery–Inquiry atau Metode Inkuiri Terbimbing.

2.1.1.1.Metode Inkuiri Terbimbing

Proses belajar dengan metode inkuiri terbimbing menuntut siswa

untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk yang berupa

pertanyaan seperlunya dari seorang guru (Wartono, 1999). Guru juga dapat

memberikan penjelasan seperlunya saat siswa akan melakukan percobaan.

Metode ini digunakan bagi siswa-siswa yang belum

berpengalaman belajar menggunakan metode inkuiri. Siswa memperoleh

banyak bimbingan pada tahap awal, yang selanjutnya akan berkurang

sedikit demi sedikit.

2.1.1.2.Prestasi Belajar

Belajar adalah proses di dalamnya terbentuk tingkah laku atau

terjadi perubahan tingkah laku melalui praktek atau latihan (Hilgard,

1948). Belajar memiliki empat unsur, yaitu ada kekuatan pendorong

(motive), ada kegiatan latihan dan atau praktik, ada tujuan yang hendak di

capai, serta adanya hasil yang dicapai.

Menurut Cropley (dalam Tanlain, 2006:7), belajar adalah suatu

proses dan melalui proses itu terjadi pendidikan serta proses ini terjadi

(42)

19 Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

adalah suatu hasil di mana seseorang telah menempuh suatu proses yang di

dalamnya telah terjadi pendidikan, sehingga nampak pada perubahan

tingkah laku. Prestasi belajar ini akan terwujud dalam tiga aspek, yaitu

aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor.

2.1.1.3.Berpikir Kritis

Kecakapan berpikir kritis sering disebut sebagai salah satu

kecakapan berpikir tingkat tinggi di samping kecakapan berpikir kreatif

(Peirce, 2006). Kecakapan berpikir kritis dan kecakapan berpikir kreatif

dianggap sebagai satu kesatuan keping mata uang dengan dua sisi yang

berbeda. Kecakapan berpikir kritis lebih menggarisbawahi sifat evaluatif

dan kecakapan berpikir kreatif lebih menggarisbawahi sifat generatif dari

kecakapan berpikir.

Berpikir kritis dalam pengertian berpikir kritis (2010) merupakan

upaya pendalaman kesadaran serta kecerdasan membandingkan dari

beberapa masalah yang sedang dan akan terjadi sehingga menghasilkan

sebuah kesimpulan dan gagasan yang dapat memecahkan masalah

tersebut. Mudjia Rahardjo dalam melatih berpikir kritis (2010)

menyebutkan bahwa berpikir kritis adalah berpikir dengan konsep yang

matang dan mempertanyakan segala sesuatu yang dianggap tidak tepat

dengan cara yang baik. Sikap kritis terwujud dengan sering menanyakan

hal-hal yang tidak normal dan bermaksud memperbaikinya. Glaser

(43)

20 yang siap untuk mempertimbangkan dengan seksama masalah-masalah

yang ada dalam jangkauan pengalaman seseorang atau pengetahuan

tentang metode inkuiri dan bernalar yang logis; dan kecakapan untuk

menerapkan metode tersebut. Sementara Rudd, Baker, dan Hoover

mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah suatu pendekatan yang

menggunakan nalar, memiliki tujuan tertentu, dan menggunakan

instrospeksi untuk memecahkan masalah atau menanggapi pertanyaan

dengan bukti dan informasi yang mengarah pada solusi yang sulit

dibantah.

Peter A. Facione (1990) menggunakan metode Delphi dalam

panel 46 ahli dari berbagai disiplin ilmu selama 2 tahun yang

menghasilkan sebuah konsensus tentang pengertian metode berpikir

kritis. Bagi Facione berpikir kritis adalah penilaian yang terarah dan

terukur yang menghasilkan interpretasi, analisis evaluasi, dan

kesimpulan, dan juga penjelasan terhadap pertimbangan-pertimbangan

faktual, konseptual, metodologis, kriterilogis, atau kontekstual yang

menjadi dasar penilaian tersebut. Facione menyebutkan bahwa

kecakapan berpikir kritis memiliki dua dimensi, yaitu dimensi kognitif

dan dimensi disposisi afektif (umum dan khusus).

2.1.1.4.Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut Wina-Putra (1992:122) Ilmu Pengetahun Alam (IPA)

(44)

21 kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum,

yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen.

2.1.1.5.Pembentukan Tanah Akibat Pelapukan Batuan

A. Batuan

Batuan tersusun dari berbagai macam mineral bumi (Sains 5,

2004:116). Kandungan mineral ini mempengaruhi jenis batuan.

Berdasarkan proses terbentuknya, batuan dapat digolongkan menjadi

tiga jenis batuan (Sains Kelas 5 Sekolah Dasar, 2005:142-143):

1. Batuan Beku

Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari magma

yang membeku. Magma merupakan bahan cair yang sangat panas

dan terdapat di dalam perut bumi. Magma yang mencapai

permukaan bumi disebut lava. Batuan ini memiliki ciri umum,

yaitu keras, berbutir, dan berkristal. Batuan ini bermacam-macam

ragamnya, contohnya: batu apung, batu granit, batu obsidian dan

batu basal. Tiap ragam dari batu beku ini memiliki ciri-ciri khusus

yang berbeda satu sama lain, begitu pula dengan manfaatnya.

Manfaat batu apung digunakan untuk mengamplas atau

memperhalus kayu, granit sebagai bahan bangunan, sedangkan batu

obsidian pada masa purba sering dipakai untuk alat pemotong atau

ujung tombak (Erlangga: 194-195). Beberapa contoh batuan beku

(45)

22 Tabel 1. Jenis Batuan Beku, Ciri-ciri, dan Proses Terbentuknya

No. Nama Batuan Ciri-ciri dan Manfaat Proses

Terbentuknya

Digunakan untuk alat pemotong dan mata terdiri dari butiran yang sangat kecil.

(46)

23 2. Batuan Endapan

Batuan endapan merupakan batuan yang terbentuk karena

pelapukan dari batuan yang sudah ada. Batuan endapan pada

awalnya merupakan hasil pelapukan dan pengikisan batuan yang

dihanyutkan oleh air atau terbawa oleh tiupan angin. Hasil

pelapukan tersebut kemudian mengendap dan mengeras karena

tekanan atau adanya zat-zat yang merekat pada bagian-bagian

endapan tersebut. Ciri umum batuan ini adalah berlapis-lapis

karena lapisan itu sesuai dengan kekuatan batuan itu. Batuan ini

juga bermacam-macam ragamnya, contohnya: batu konglomerat,

batu breksi, batu pasir, batu serpih, dan batu kapur. Tiap ragam dari

batuan endapan ini memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda satu

sama lain, begitu pula dengan manfaatnya. Batu konglomerat,

breksi dan batu pasir digunakan untuk bahan bangunan, batu kapur

digunakan sebagai bahan baku semen (Erlangga: 195-196).

Beberapa contoh batuan endapan dapat dilihat dalam tabel.

Tabel Jenis Batuan Endapan, Ciri-ciri, dan Proses Terbentuknya

No. Nama Batuan Ciri-ciri dan Manfaat Proses Terbentuknya 1) Batu Konglomerat Terdiri atas

kerikil-kerikil yang permuka-annya tumpul. Batuan ini banyak digunakan sebagai bahan bangun-an

(47)

24 2) Batu Breksi Terdiri atas

kerikil-kerikil yang permuka-annya tajam. Batuan ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangun-an. butiran pasir, berwarna abu-abu, merah,kuning, butiran batu lempung atau tanah liat, ber-warna abu-abu kehijau-an, merah, atau kuning.

Batuan malihan merupakan jenis batuan yang merupakan hasil

metamorfosa batuan beku dan batuan sedimen. Batuan ini memiliki

(48)

25 Batuan malihan atau metamorf ialah batuan yang berasal dari

batuan sedimen dan batuan beku yang mengalami perubahan

karena panas dam tekanan. Batuan di kerak bumi sering

mendapatkan tekanan yang berat dan suhu yang tinggi dalam

jangka waktu yang lama. Tekanan yang berat disebabkan oleh

tindihan. Suhu yang tinggi disebabkan oleh persentuhan dengan

magma. Beberapa batuan yang berubah menjadi batuan malihan

ialah batu pualam atau marmer dari batu gamping, dan batu sabak

atau batu tulis dari batu serpih. Batu pualam atau marmer adalah

batu yang keras dan mengkilap bila dipoles. Batu pualam

merupakan bahan yang baik untuk membuat patung dan lantai.

Batu sabak digunakan sebagai batu tulis dan sebagai bahan

bangunan. Batu sabak merupakan bahan penting untuk membuat

atap rumah, semacam genting (Erlangga: 196-197). Beberapa

contoh batuan endapan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3. Jenis Batuan Malihan, Ciri-ciri, dan Proses Terbentuknya

No. Nama Batuan Ciri-ciri dan Manfaat Proses

Terbentuknya

(49)

26 tipis-tipis, dan per-mukaannya kasar. Sebelum ada kertas, batu sabak dimanfaat-kan sebagai papan

Terdapat tiga macam pelapukan pelpukan, yaitu pelapukan

biologis, pelapukan fisika, dan pelapukan kimia (Sains 5,

2004:123-125).

1. Pelapukan biologis merupakan pelapukan yang lebih banyak

diakibatkan oleh gerakan yang ditimbulkan oleh kegiatan

makhluk hidup. Contoh dari pelapukan biologi adalah

pertumbuhan akar dan batang yang yang menghasilkan gerakan

pada pohon yang berakibat hancurnya bebatuan di atasnya atau

sekelilingnya. Selain itu, pelapukan biologi juga disebabkan oleh

tumbuhan yang hidup menempel pada permukaan batuan.

Contohnya tumbuhnya lumut pada permukaan batuan

mengakibatkan permukaan batuan mengalami kerusakan,

(50)

27 Gambar 1

Lumut yang melapukan arca

www.pulaubali.com

2. Pelapukan Fisika terjadi karena adanya perubahan suhu. Suhu

yang naik turun secara berulang-ulang akan mengembangkan dan

megerutkan batuan yang ada. Akibatnya batuan akan terkikis atau

pecah berkeping-keping. Contoh dari Erlangga (1998:198) adalah

peristiwa pelapukan karena perbedaan suhu yang tinggi di Arab

Saudi. Padang pasir di Arab Saudi awalnya merupakan

batuan-batuan. Suhu pada siang hari di sana sangat tinggi (sekitar 42

derajat Celcius), sedangkan pada malam hari sangat rendah

mencapai -10 derajat Celcius. Perbedaan suhu yang sangat

mencolok tersebut menyebabkan batuan-batuan tersebut melapuk

atau hancur, dan lama-kelamaan menjadi padang pasir. Selain itu,

pelapukan fisika juga dapat disebabkan oleh terpaan angin dan

(51)

28 Gambar 2

Gelombang laut

yang melapukkan

batu karang

www.hinamagazine.com

3. Pelapukan batuan secara kimia banyak disebabkan oleh faktor

limbah rumah tangga atau limbah pabrik, air, dan air hujan.

Erlangga (1998: 198-199) menjelaskan bahwa air hujan secara

alami mengandung asam yang berasal dari karbon dioksida.

Gas-gas buangan industri, seperti belerang dioksida yang bereaksi

dengan uap air dan gas-gas lain di udara akan mengakibatkan

hujan asam. Hujan asam sangat meningastkan kecepatan

pelapukan kimia. Pelapukan akibat hujan asam dapat dilihat pada

bangunan dan patung yang ada di ruang terbuka. Patung itu

tampak terkikis.

C. Tanah

Tanah merupakan tempat kita berpijak. Tanah memberikan

kehidupan bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Oleh karena itu tanah

perlu dijaga dan dipelihara kelestariannya. Tanah terbentuk dari

pelapukan batuan, fosil, dan sisa-sisa makhluk hidup. BSE (2008:

199) menyebutkan bahwa batuan yang lapuk dan sisa makhluk hidup

(52)

29 Menurut wujudnya, lapisan tanah terdiri atas bahan padat, cair,

dan gas. Kandungan bahan tiap-tiap jenis tanah berbeda-beda.

Sedangkan berdasarkan butiran-butiran penyusunnya, tanah terdiri

atas batu dan kerikil, pasir, lumpur, tanah liat dan debu. Berdasarkan

keadaan tanahnya tanah biasanya berlapis-lapis. Lapisan tanah terdiri

atas tanah lapisan atas, tanah lapisan bawah, dan bahan induk tanah.

Untuk lebih jelasnya dapat melihat gambar struktur lapisan tanah di

bawah ini.

Keterangan:

O = Tanah Lapisan Atas

A= Tanah Lapisan Tengah

B = Tanah Lapisan Bawah

C = Tanah Lapisan Batuan Induk

Gambar 3. Struktur lapisan tanah

(53)

30 1. Bagian-Bagian Tanah (BSE, 2008: 119-120)

Tanah merupakan bagian dari kerak bumi. Kerak bumi terdiri atas:

a. Lapisan Atas

Lapisan ini terbentuk dari hasil pelapukan batuan dan

sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati. Lapisan tanah ini

merupakan tanah yang paling subur.

b. Lapisan Tengah

Lapisan ini terbentuk dari campuran hasil pelapukan batuan

dan air. Hal ini terjadi karena sebagian bahan lapisan atas

terbawa oleh air dan mengendap. Lapisan tanah ini biasa

disebut dengan tanah liat.

c. Lapisan Bawah

Lapisan tanah ini merupakan lapisan yang terdiri atas

bongkahan-bongkahan batu. Di sela-sela bongkahan terdapat

hasil pelapukan batuan. Jadi, masih ada batu yang belum

melapuk secara sempurna.

d. Lapisan Batuan Induk

Lapisan ini berupa bebatuan yang padat. Lapisan tanah ini

merupakan lapisan tanah yang paling tandus dan tidak dapat

(54)

31 2. Jenis-Jenis Tanah

Jenis tanah mempengaruhi penyerapan air ke dalam tanah.

Tumbuhan yang ditanam di tanah yang mampu menyerap dan

menyimpan air, akan tumbuh dengan baik. Berikut akan dijelaskan

jenis-jenis tanah .

a. Tanah Humus

Tanah humus merupakan tanah yang:

- Berasal dari pelapukan sisa hewan dan tumbuhan yang

membusuk;

- Berwarna kehitaman;

- Sangat baik untuk lahan pertanian;

- Kemampuan menyerap airnya sangat tinggi;

- Dapat menggemburkan tanah.

b. Tanah Liat atau Tanah Lempung

Tanah liat merupakan tanah yang:

- Butiran-butiran tanahnya halus;

- Setiap butiran saling melekat satu sama lain, sehingga jika

basah menjadi lengket;

- Sukar menyerap air;

- Sering dimanfaatkan untuk membuat kerajinan;

(55)

32 c. Tanah Berpasir

Tanah berpasir biasanya digunakan sebagai bahan

membangun rumah. Tanah berpasir merupakan tanah yang:

- Butiran pasirnya sangat banyak;

- Mudah menyerap air

- Sulit ditumbuhi tanaman.

d. Tanah Vulkanik

Tanah ini biasanya terdapat disekitar gunung berapi. Tanah

Vulkanik merupakan tanah yang:

- Banyak mengandung unsur hara;

- Warnanya lebih gelap;

- Berasal dari gunung berapi yang meletus;

- Sangat mudah menyerap air;

- Sangat subur untuk lahan pertanian.

2.1.2. Hasil Penelitian Sebelumnya

Jenis penelitian yang dilakukan Listyaningrum (2010) merupakan

penelitian pra eksperimen. Adapun metode yang digunakan adalah metode

inkuiri terbimbing. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran IPA kelas IV,

materi benda terapung, melayang, dan tenggelam. Tujuan dari penelitian

ini adalah mengetahui efektivitas pembelajaran dengan metode inkuiri

terbimbing dalam hal pencapaian hasil belajar IPA, materi benda terapung,

melayang, dan tenggelam. Setelah dilakukan uji T, hasilnya menunjukkan

(56)

33 hasil tersebut, dapat dinyatakan bahwa metode inkuiri terbimbing efektif

diterapkan dalam pelajaran IPA materi benda terapung, melayang, dan

tenggelam.

Jenis penelitian yang dilakukan Raras (2010) merupakan penelitian

pra eksperimen. Adapun metode yang digunakan adalah metode inkuiri

terbimbing. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran IPA kelas IV, materi

perpindahan dan penghantar panas. Tujuan dari penelitian ini adalah

mengetahui efektivitas pembelajaran tentang perpindahan dan penghantar

panas dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam hal

pencapaian hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan. setelah

dilakukan uji T didapat sebesar 6,66 sedangkan harga kritis pada taraf

signifikansi 5 % adalah 2,179. Oleh karena lebih besar daripada

berarti ada perbedaan yang signifikan antara mean pre test dan mean post

test.

Jenis penelitian yang dilakukan Purbatin (2010) merupakan

penelitian pra eksperimen. Adapun metode yang digunakan adalah metode

inkuiri terbimbing. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran IPA kelas V,

materi sifat-sifat cahaya. Teknik pengujian data dalam penelitian ini

menggunakan uji T. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

efektifitas pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya dengan

menggunakan metode inkuiri terbimbing pada siswa kelas V SD Kanisius

Kalasan dalam hal pencapaian hasil belajar. Subyek penelitian ini

berjumlah 30 siswa. KKM yang digunakan mengikuti yang ditetapkan oleh

(57)

34 pada derajad kebeasan (dB) 29 adalah 2,046 didapat sebesar 8,29.

Terlihat ada perbedaan yang signifikan antara mean pre test dan mean post

test.

Jenis penelitian yang dilakukan Widyaningsih (2010) merupakan

penelitian pra eksperimen. Adapun metode yang digunakan adalah metode

inkuiri terbimbing. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran IPA kelas V,

materi proses pembentukan tanah karena pelapukan. Teknik pengujian

data dalam penelitian ini menggunakan uji T. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui efektifitas pembelajaran IPA tentang proses

pembentukan tanah karena pelapukan, dengan menggunakan metode

inkuiri terbimbing pada siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I dalam hal

pencapaian hasil belajar. Subyek penelitian ini berjumlah 32 siswa, dan

KKM yang akan dicapai adalah 62. mean pretes ( 1 x ) adalah 50,8; mean postes ( 2 x ) adalah 76,6 dan adalah 11,12. Setelah dilakukan uji T dengan taraf signifikansi 5 % maka harga kritisnya adalah 2,042. Hal ini

berarti ditolak dan berarti ada perbedaan secara signifikan antara mean

pretes dan mean postes.

Jenis penelitian yang dilakukan Hartini (2010) merupakan

penelitian pra eksperimen. Adapun metode yang digunakan adalah metode

inkuiri terbimbing. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran IPA kelas IV,

materi penyebab perubahan lingkungan fisik. Tujuan dari penelitian ini

adalah mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan metode

inkuiri siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan I dapat mencapai hasil belajar

(58)

35 kelas IV SD Kanisius Kinelan, yang berjumlah 33 dengan rincian 13 siswa

putrid dan 20 siswa putra. KKM yang ditetapkan adalah 6,5. Berdasarkan

hasil analisis data yaitu mean pretes (

x

1) adalah 4,5 ; mean postes (

x

2)

adalah 7,65; Tobs adalah 11,4297 dan dB nya adalah 29. Maka harga kritis

pada taraf signifikansi 5 % pada derajat kebebasan (dB) 29 adalah 2,045.

Kesimpulannya adalah Tobs lebih besar dari pada Tkrit. Hal ini berarti H0 di

tolak dan berarti ada perbedaan secara signifikan antara mean pretes dan

mean postes.

Jenis penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2010) merupakan

penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif. Tujuan penelitian ini

adalan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keaktivan siswa

dengan menggunakan pendekatan problem solving. Adapun metode yang digunakan adalah metode pembelajaran problem solving. Sampel dalam penelitian ini adalah 31 siswa kelas IV SDN Pabelan. Metode

pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, catatan lapangan, dan

dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah secara

deskriptif kuantitatif dengan metode alur. Hasil penelitian ini

menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan keaktifan siswa.

Hal ini dilihat dari 1) a. Peningkatan kemampuan siswa dalam memahami

masalah 25,8%, b. peningkatan kemampuan siswa dalam menyusun

rencana mencapai 29%, c. Peningkatan kemampuan melaksanakan rencana

mencapai 29%, d. Kemampuan memeriksa kembali mencapai 35,4%. 2) a.

peningkatan keaktivan siswa dalam bertanya mencapai 35.4%, b.

(59)

36 Peningkatan keaktivan siswa dalam mengerjakan soal-soal di depan kelas

mencapai 45,1%. Berdasarkan peningkatan di atas, kemampuan berpikir

kritis dan keaktivan siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan

pendekatan problem solving.

Penelitian yang dilakukan oleh Toni (2009), memiliki 4 tujuan, yaitu

meningkatkan: 1) keaktivan belajar siswa; 2) pemahaman materi ajar; 3)

kemandirian belajar siswa; dan 4) hasil belajar matematika siswa kelas V.

Subyek penerima tindakan berjumlah 39 siswa. Data dikumpulkan melalui

observasi, catatan lapangan, review, dan dokumentasi. Analisis data secara

deskriptif kualitatif dengan presentasi dan model alur. Hasil penelitian ini

menyatakan bahwa penerapan pembelajaran melalui pendekatan belajar

tuntas meningkatkan hasil belajar siswa sebagai berikut: 1) keaktivan

belajr siswa tinggi 76,92%; 2) pemahaman materi ajar sebesar 87,18%; 3)

kemandirian belajar siswa mencapai 79,49%.

Penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud merupakan penelitian dengan

metode quasi eksperimen pada siswa kelas IV SDN Kletek 343 Taman

Sidoarjo. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis

peningkatan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa yang

menggunakan metode reciprocal teaching dan siswa yang menggunakan

metode konvensional dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di

Sekolah Dasar. Data penelitian dikumpulkan melalui tes tertulis (pretes

dan postes), angket dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(60)

37 metode pembelajaran konvensional. N-gain kemampuan berpikir kritis

pada kelas eksperimen secara rerata 0,48 dan N-gain pada kelas kontrol

sebesar 0,31. N-gain prestasi belajar pada kelas eksperimen secara rerata

0,70 dan N-gain pada kelas kontrol sebesar 0,09. Tanggapan guru dan

sebagian besar siswa terhadap metode reciprocal teaching adalah positif. siswa berpendapat metode reciprocal teaching dapat memusatkan

perhatian pada pelajaran karena siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

Dan sebagian besar siswa menginginkan penggunaan metode

(61)

38

METODE INKUIRI BERPIKIR KRITIS

Listyaningrum (2010)

Gambar

Grafik 17 Uji Normalitas Data Rata-rata Selisih Berpikir Kritis –
Tabel 25 Uji Normalitas Data Selisih Pre-test ke Post-test Pilihan
Tabel 1. Jenis Batuan Beku, Ciri-ciri, dan Proses Terbentuknya
Tabel Jenis Batuan Endapan, Ciri-ciri, dan Proses Terbentuknya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Variasi Kuat Arus Las Terhadap Kekuatan Sambungan Kombinasi (Trans + Long) Las Material Plat ST-42” Tujuan penelitian yang diharapkan adalah untuk mengetahui

Sedangkan Market Value Added (MVA) merupakan hasil kumulatif dari kinerja perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang telah dilakukan maupun yang diantisipasi

Hal ini memberi konsekuensi bagi upaya pencegahan dan penanganan risiko atau dampak keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dipikirkan dan diperhatikan guru

o Kemudian pada Nagori Panombean Baru, SAKSI SAMSUL BAHRI berbicara melalui handphone (HP) kepada temannya yakni SAKSI ALI BASA NASUTION (PEGAWAI KANTOR NAGORI PANOMBEAN

Berdasarkan sebaran responden mengenai keragaman menu, sebesar 57,5 persen responden menyatakan sangat penting dengan rata-rata skala variabel ini adalah 4, 49 yang

Sedangkan untuk perkembangan DAU, total peningkatannnya adalah 569,63% dengan rata-rata peningkatan sebesar 56,96 % untuk peningkatan DAU tertinggi diperoleh Kabupaten Lampung

Penurunan pH pada media fermentasi bekatul sejalan dengan hasil analisis total BAL dan total asam sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas BAL dalam menghasilkan

Pada tahap-tahap yang ada dalam proses pemenuhan pesanan pelanggan terdapat beberapa hand-offs dokumen internal yang kurang efektif (PO dari pelanggan harus melewati sales