• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Ruang Terbuka Hijau

2.2.1 Pengertian ruang terbuka hijau

Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari

ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah

perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik maupun

introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial-budaya dan estetis yang dapat

memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya. Ruang terbuka

non-hijau dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang

terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan sungai, danau, maupun areal-areal yang

diper-untukkan sebagai genangan retensi. Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi

RTH alami yang berupa habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman

nasional, maupun RTH non-alami atau binaan yang seperti taman, lapangan olah

Dari segi fungsi RTH dapat berfungsi secara ekologis, sosial/budaya, estetis,

dan ekonomi. Secara ekologis RTH dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah

banjir, mengurangi polusi udara, dan menurunkan temperatur kota. Bentuk-bentuk

RTH perkotaan yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk hijau kota, hutan

kota, taman botani, sempadan sungai dan lainnya. Secara sosial-budaya keberadaan

RTH dapat memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi, dan

sebagai identitas kota yang berbudaya. Bentuk RTH yang berfungsi sosial-budaya

antara lain taman-taman kota, lapangan olah raga, kebun raya, TPU dsb. Secara

arsitektural RTH dapat meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kota melalui

keberadaan taman-taman kota, kebun-kebun bunga, dan jalur-jalur hijau di jalan-jalan

kota. Sementara itu RTH juga dapat memiliki fungsi ekonomi, baik secara langsung

seperti pengusahaan lahan-lahan kosong menjadi lahan pertanian/perkebunan (urban

agriculture) dan pengembangan sarana wisata hijau perkotaan yang dapat

mendatangkan wisatawan (Hakim, R dan Utomo, H. 2008).

Sementara itu secara struktur, bentuk dan susunan RTH dapat merupakan

konfigurasi ekologis dan konfigurasi planologis. RTH dengan konfigurasi ekologis

merupakan RTH yang berbasis bentang alam seperti, kawasan lindung, perbukitan,

sempadan sungai, sempadan danau, pesisir dan sebagainya. Sedangkan RTH dengan

konfigurasi planologis dapat berupa ruang-ruang yang dibentuk mengikuti pola

struktur kota seperti RTH perumahan, RTH kelurahan, RTH kecamatan, RTH kota

RTH public yang dimiliki oleh umum dan terbuka bagi masyarakat luas, atau RTH

privat (pribadi) yang berupa taman-taman yang berada pada lahan-lahan pribadi.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka

Hijau Kawasan Perkotaan, memiliki beberapa definisi terkait RTH yakni:

a. Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih

luas baik dalam bentuk area/ kawasan maupun dalam bentuk area

memanjang jalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka

yang pada dasarnya tanpa bangunan.

b. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat

RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang

diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi,

sosial, budaya, ekonomi dan estetika.

Pada Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, didefinisikan bahwa ruang terbuka

hijau adalah area memanjang/jalur atau mengelompok, yang penggunaannya lebih

bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun

yang sengaja ditanam.

2.2.2 Tujuan ruang terbuka hijau

Menurut Permendagri No. 1 Tahun 2007 tujuan dialokasikannya RTH

Kawasan Perkotaan adalah:

2. Mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan

buatan di perkotaan; dan

3. Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih

dan nyaman.

2.2.3 Fungsi ruang terbuka hijau

RTH publik maupun RTH privat memiliki fungsi yang strategis. Fungsi RTH

dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

1. Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan

Fungsi ekologis ini yaitu menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota

secara fisik, harus merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran,

dan berbentuk pasti dalam suatu wilayah kota, seperti RTH untuk

perlindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk

membangun jejaring habitat hidupan liar.

Beberapa fungsi ekologis RTH di kota adalah antara lain sebagai areal

resapan air menghasilkan oksigen, meredam kebisingan, filter dari partikel

padat yang mencemari udara kota, menyerap gas-gas rumah kaca atau hujan

asam, penahan angin, mencegah intrusi air laut, amelorasi iklim serta

konservasi air tanah.

Hutan merupakan penyerap gas karbon dioksida yang cukup penting,

selain dari fitoplankton, ganggang dan rumput laut di samudera. Dengan

berkurangnya kemampuan hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat

menyusutnya luasan hutan akibat perladangan, pembalakan dan

kebakaran, maka perlu dibangun ruang terbuka hijau untuk membantu

mengatasi penurunan fungsi hutan tersebut. Cahaya matahari akan

dimanfaatkan oleh semua tumbuhan, baik ruang terbuka hijau, hutan

alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang

berfungsi untuk mengubah gas karbon dioksida dengan air menjadi

karbohidrat (C6H12O6) dan oksigen (O2). Proses kimia pembentukan

karbohidrat (C6H12O6) dan oksigen (O2) adalah 6 CO2 + 6 H2O + Energi

dan klorofil menjadi C6H12O6 + 6 O2 (Kriedemann, 1977).

Proses fotosintesis sangat bermanfaat bagi manusia. Pada proses

fotosintesis dapat menyerap gas yang bila konsentarasinya meningkat

akan beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek

rumah kaca. Di lain pihak proses fotosintesis menghasilkan gas oksigen

yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan.

b. Pelestarian air tanah

Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus

akan mengurangi tingkat erosi, menurunkan aliran permukaan dan

mempertahankan kondisi air tanah di lingkungan sekitarnya. Pada musim

yang rapat, sedangkan pada musim kemarau potensi air tanah yang

tersedia bisa memberikan manfaat bagi kehidupan dilingkungan

perkotaan. Ruang terbuka hijau dengan luas minimal setengah hektar

mampu menahan aliran permukaan akibat hujan dan meresapkan air ke

dalam tanah sejumlah 10.219 m3 setiap tahun (Urban Forest Research,

2002).

c. Penahan Angin

Ruang terbuka hijau berfungsi sebagai penahan angin yang mampu

mengurangi kecepatan angin 75-80 %. Beberapa faktor yang harus

diperhatikan dalam mendesain ruang terbuka hijau untuk menahan angin

adalah sebagai berikut:

i. Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang memiliki

dahan yang kuat

ii. Penanaman pohon yang selalu hijau sepanjang tahun berguna

sebagai penahan angin pada musim dingin, sehingga pada

akhirnya dapat menghemat energi sampai dengan 50 persen

energi yang digunakan untuk penghangat ruangan pada

pemakaian sebuah rumah. Pada musim panas pohon-pohon

akan menahan sinar matahari dan memberikan kesejukan di

dalam ruangan (Forest Service Publications. Trees save energy,

2003)

Ruang terbuka hijau dapat dibangun untuk mengelola lingkungan

perkotaan untuk menurunkan suhu pada waktu siang hari dan sebaliknya

pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pohon dapat menahan

radiasi balik (reradiasi) dari bumi. Jumlah pantulan radiasi matahari suatu

hutan sangat dipengaruhi oleh panjang gelombang, jenis tanaman, umur

tanaman, posisi jatuhnya sinar matahari, keadaan cuaca dan posisi lintang.

Suhu udara pada daerah berhutan lebih nyaman daripada daerah yang

tidak ditumbuhi oleh tanaman. Selain suhu, unsur iklim mikro lain yang

diatur oleh ruang terbuka hijau adalah kelembaban. Pohon dapat

memberikan kesejukan pada daerah-daerah kota yang panas (heat island)

akibat pantulan panas matahari yang berasal dari gedung-gedung, aspal

dan baja. Daerah ini akan menghasilkan suhu udara 3-10 derajat lebih

tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Penanaman pohon pada

suatu areal akan mengurangi temperature atmosfer pada wilayah yang

panas tersebut (Forest Service Publications, 2003. Trees Modify Local

Climate, 2003)

e. Habitat Hidupan Liar

Ruang terbuka hijau bisa berfungsi sebagai habitat berbagai jenis

hidupan liar dengan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Ruang

terbuka hijau merupakan tempat perlindungan dan penyedia nutrisi bagi

beberapa jenis satwa terutama burung, mamalia kecil dan serangga.

keanekaragaman tumbuhan dapat menciptakan ekosistem lokal yang akan

menyediakan tempat dan makanan untuk burung dan binatang lainnya

(Forest Service Publications, 2003. Trees Reduce Noise Pollution and

Create Wildlife and Plant Diversity, 2003).

2. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi estetis, sosial, dan fungsi

ekonomi.

RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural)

merupakan RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan

budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai

dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi,

dan pendukung arsitektur kota. Dalam suatu wilayah perkotaan empat

fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan,

kepentingan, dan keberlanjutan kota.

a. Fungsi sosial

Ruang terbuka hijau dalam fungsinya secara sosial dapat

menurunkan tingkat stress masyarakat, konservasi situs alami

sejarah, menurunkan konflik sosial, meningkatkan keamanan

kota, meningkatkan produktivitas masyarakat, dan sebagainya.

b. Fungsi estetika (arsitektural)

Komposisi vegetasi dengan strata yang bervariasi di lingkungan

kota akan menambah nilai keindahan kota tersebut. Bentuk

ruang) yang sesuai akan memberi kesan keindahan tersendiri.

Tajuk pohon juga berfungsi untuk memberi kesan lembut pada

bangunan di perkotaan yang cenderung bersifat kaku. Suatu

studi yang dilakukan atas keberadaan ruang terbuka hijau

terhadap nilai estetika adalah bahwa masyarakat bersedia untuk

membayar keberadaan ruang terbuka hijau karena memberikan

rasa keindahan dan kenyamanan (Tyrväinen, 1998).

c. Fungsi ekonomi

Manfaat ruang terbuka hijau dalam aspek ekonomi bisa

diperoleh secara langsung maupun tidak langsung. Secara

langsung, manfaat ekonomi ruang terbuka hijau diperoleh dari

penjualan atau penggunaan hasil ruang terbuka hijau berupa

kayu bakar maupun kayu perkakas. Penanaman jenis tanaman

ruang terbuka hijau yang bisa menghasilkan biji, buah atau

bunga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan oleh

masyarakat untuk meningkatkan taraf gizi, kesehatan dan

penghasilan masyarakat. Buah kenari selain untuk dikonsumsi

juga dapat dimanfaatkan untuk kerajinan tangan. Bunga

tanjung dapat diambil bunganya. Buah sawo, pala, kelengkeng,

duku, asam, menteng dan lain-lain dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk meningkatkan gizi dan kesehatan masyarakat

terbuka hijau berupa perlindungan terhadap angin serta fungsi

ruang terbuka hijau sebagai perindang, menambah kenyamanan

masyarakat kota dan meningkatkan nilai estetika lingkungan

kota (Fandeli, 2004).

Ruang terbuka hijau dapat meningkatkan stabilitas ekonomi

masyarakat dengan cara menarik minat wisatawan dan

peluang-peluang bisnis lainnya, orang-orang akan menikmati kehidupan

dan berbelanja dengan waktu yang lebih lama di sepanjang

jalur hijau, kantor-kantor dan apartemen di areal yang berpohon

akandisewakan serta banyak orang yang akan menginap dengan

harga yang lebih tinggi dan jangka waktu yang lama, kegiatan

dilakukan pada perkantoran yang mempunyai banyak

pepohonan akan memberikan produktivitas yang tinggi.kepada

para pekerja (Forest Service Publications, 2003. Trees Increase

Economic Stability, 2003).

2.2.4 Manfaat ruang terbuka hijau

Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas:

a. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti

mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan

b. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible)

seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman

hayati.

Selanjutnya dalam Hakim (2006), manfaat RTH tersebut diatas diuraikan

secara rinci, sebagai berikut:

1. Pelestarian Plasma Nutfah

Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan

di masa depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan

dan industri. Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang

besar bagi Indonesia di masa depan. RTH dapat dijadikan sebagai tempat

koleksi keanekaragaman hayati dan sebagai areal pelestarian di luar

kawasan konservasi, karena pada areal ini dapat dilestarikan flora dan

fauna.

2. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara

Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan

oleh kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya RTH,

partikel padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat

dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan. Dengan

adanya mekanisme ini jumlah debu yang melayang-layang di udara akan

menurun. Partikel yang melayang-layang di permukaan bumi sebagian

berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi

terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang

menempel pada kulit pohon, cabang, dan ranting.

3. Penyerap dan Penjerap Partikel Timbal

Dahlan (1989); Fakuara, Dahlan, Husin, Ekarelawan, Danur,

Pringgodigdo dan Sigit (1990) menyatakan damar (Agathis alba), mahoni

(Swietenia mahagoni), jamuju (Dacrycarpus imbricatus) dan pala

(Mirystica fragrans), asam landi (Pithecellobium dulce), johar (Cassia

siamea), mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menurunkan

kandungan timbal dari udara. Untuk beberapa tanaman berikut ini:

glodogan (Polyalthea longifolia), keben (Barringtonia asiatica), dan

tanjung (Mimusops elengi), walaupun kemampuan serapannya terhadap

timbal rendah, namun tanaman tersebut tidak peka terhadap pencemar

udara. Sedangkan untuk tanaman daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea)

dan kesumba (Bixa orellana) mempunyai kemampuan yang sangat rendah

dan sangat tidak tahan terhadap pencemar yang dikeluarkan oleh

kendaraan bermotor.

4. Penyerap dan Penjerap Debu Semen

Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan,

karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu

semen yang terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya. Studi

mahagoni), bisbul (Diospyros discolor), tanjung (Mimusops elengi),

kenari (Canarium commune), meranti merah (Shorea leprosula), kiara

payung (Filicium decipiens), kayu hitam (Diospyros elebica), duwet

(Eugenia cuminii), medang lilin (Litsca roxburghii) dan sempur (Dillenia

ovata) telah diteliti oleh Irawati tahun 1990. Tanaman tersebut

dipergunakan dalam program pengembangan RTH dikawasan pabrik

semen, karena memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pencemaran debu

semen dan kemampuan yang tinggi dalam menjerap (adsorpsi) dan

menyerap (absorpsi) debu semen adalah mahoni, bisbul, tanjung, kenari,

meranti merah, kiara payung dan kayu hitam. Sedangkan duwet, medang

lilin dan sempur kurang baik digunakan sebagai tanaman untuk

penghijauan di kawasan industri pabrik semen. Ketiga jenis tanaman ini

selain agak peka terhadap debu semen, juga mempunyai kemampuan

yang rendah dalam menjerap dan menyerap partikel semen (Irawati,

1990).

5. Peredam Kebisingan

Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara

oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk

meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang

rindang (Grey dan Deneke, 1978). Dengan menanam berbagai jenis

tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat

berasal dari bawah. Menurut Grey dan Deneke (1978), dedaunan tanaman

dapat menyerap kebisingan sampai 95%.

6. Mengurangi Bahaya Hujan Asam

Menurut Smith (1984), pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak

negatif hujan asam melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses

dan translokasi. Proses translokasi akan memberikan beberapa unsur

diantaranya ialah: Ca, Na, Mg, K dan bahan organik seperti glumatin dan

gula.

7. Penyerap Karbon Monoksida

Bidwell dan Fraser dalam Smith (1981) mengemukakan, kacang merah

(Phascolus vulgaris) dapat menyerap gas ini sebesar 12-120 kg/km2/hari.

Mikroorganisme serta tanah pada lantai RTH mempunyai peranan yang

baik dalam menyerap gas ini (Bennet dan Hill, 1975). Smith (1981)

mengemukakan, tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap gas

ini dari udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8 x 104

μg/m3) menjadi hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja.

8. Penyerap Karbon dioksida dan Penghasil Oksigen

RTH merupakan penyerap gas CO2 yang cukup penting, selain dari

fitoplankton, ganggang dan rumput laut di samudra. Dengan

berkurangnya kemampuan RTH dalam menyerap gas ini sebagai akibat

menurunnya luasan RTH akibat peladangan, pembalakan dan kebakaran,

RTH tersebut. Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan

baik RTH kota, RTH alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses

fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO2 dan air menjadi

karbohidrat dan oksigen. Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat

bagi manusia, karena dapat menyerap gas yang bila konsentrasinya

meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan serta akan

mengakibatkan efek rumah kaca.

9. Penyerap dan Penapis Bau

Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau

permanen mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat digunakan

untuk mengurangi bau. Tanaman dapat menyerap bau secara langsung,

atau tanaman akan menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber

bau (Grey dan Deneke, 1978). Akan lebih baik lagi hasilnya, jika tanaman

yang ditanam dapat mengeluarkan bau harum yang dapat menetralisir bau

busuk dan menggantinya dengan bau harum seperti: cempaka (Michelia

campaka) dan tanjung (Mimusops elengi).

10. Mengatasi Penggenangan

Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis

tanaman yang mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi.

Jenis tanaman yang memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang

mempunyai jumlah daun yang banyak, sehingga mempunyai stomata

air yang tinggi diantaranya adalah nangka (Artocarpus integra), sengon

(Paraserianthes falcataria), akasia (Acacia auriculiformis), sonokeling

(Dalbergia latifolia), mahoni (Swietenia mahagoni), jati (Tectona

grandis), kihujan (Samanea saman) dan lamtoro (Leucaena glauca).

11. Ameliorasi Iklim.

Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan

adalah berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu

udara di perkotaan. RTH dapat dibangun untuk mengelola lingkungan

perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat

banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan layang, papan

reklame, menara, antena pemancar radio, televisi, dan lain-lain,

sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan

dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi (Grey dan Deneke,

1978 dan Robinette, 1983). Robinette (1983) lebih jauh menjelaskan,

jumlah pantulan radiasi surya suatu RTH sangat dipengaruhi oleh

panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi jatuhnya sinar

surya, keadaan cuaca dan posisi lintang. Suhu udara pada daerah

mempunyai RTH lebih nyaman dari pada daerah tidak ditumbuhi oleh

tanaman.

12. Pengelolaan Sampah

RTH dapat diarahkan untuk pengelolaan sampah dalam hal: (1) sebagai

dari sampah; (3) sebagai penyerap zat yang berbahaya yang mungkin

terkandung dalam sampah seperti logam berat, pestisida serta bahan

beracun dan berbahaya lainnya.

13. Pelestarian Air Tanah

Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan

memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis

dengan kemampuan menyerap air yang besar (Bernatzky, 1978). Maka

kadar air tanah RTH akan meningkat.

Jika hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke

lapisan tanah yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah.

Dengan demikian RTH yang dibangun pada daerah resapan air dari kota

yang bersangkutan akan dapat membantu mengatasi masalah air dengan

kualitas yang baik.

Menurut Manan (1976) tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi

yang rendah antara lain : cemara laut (Casuarina equisetifolia), beringin

(Ficus elastica), karet (Hevea brasiliensis), manggis (Garcinia

mangostana), bungur (Lagerstromia speciosa), trembesi (Fragraea

fragrans), dan kelapa (Coccos nucifera).

14. Penapis Cahaya Silau

Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan

cahaya seperti kaca, aluminium, baja, beton dan air. Apabila permukaan

sangat menyilaukan dari arah depan, akan mengurangi daya pandang

pengendara. Oleh sebab itu, cahaya silau tersebut perlu untuk dikurangi.

Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut

bergantung pada ukuran dan kerapatannya. Pohon dapat dipilih

berdasarkan ketinggian maupun kerimbunan tajuknya.

15. Meningkatkan Keindahan

Warna daun, bunga atau buah dapat dipilih sebagai komponen yang

kontras atau untuk memenuhi rancangan yang harmonis (bergradasi

lembut).

Komposisi tanaman dapat diatur dan diletakkan sedemikian rupa,

sehingga pemandangan yang kurang enak dilihat seperti: tempat

pembuangan sampah, pemukiman kumuh, rumah susun dengan jemuran

yang beraneka bentuk dan warna, pabrik dengan kesan yang kaku dapat

sedikit ditingkatkan citranya menjadi lebih indah, sopan, manusiawi dan

akrab dengan hadirnya RTH sebagai tabir penyekat di sana.

16. Sebagai Habitat Burung

Masyarakat modern kini cenderung kembali ke alam (back to nature).

Desiran angin, kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di kota

diharapkan dapat menghalau kejenuhan dan stress yang banyak dialami

oleh penduduk perkotaan. Menurut Hernowo dan Prasetyo (1989) salah

Burung perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak

kecil artinya bagi masyarakat, antara lain:

a. Membantu mengendalikan serangga hama,

b. Membantu proses penyerbukan bunga,

c. Mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi,

d. Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan

suasana yang menyenangkan,

e. Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi rekreasi,

f. Sebagai sumber plasma nutfah,

g. Objek untuk pendidikan dan penelitian.

Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon sebagai tempat

mencari makan maupun sebagai tempat bersarang dan bertelur. Pohon

kaliandra (Calliandra calothyrsus) di antaranya disenangi burung

pengisap madu. Pohon jenis lain disenangi oleh burung, karena berulat

yang dapat dimakan oleh jenis burung lainnya.

17. Mengurangi Stress

Kehidupan masyarakat di kota besar menuntut aktivitas, mobilitas dan

persaingan yang tinggi. Oleh sebab itu gejala stress (tekanan psikologis)

dan tindakan ugal-ugalan sangat mudah ditemukan pada anggota

masyarakat yang tinggal dan berusaha di kota atau mereka yang hanya

bekerja untuk memenuhi kepergiannya saja di kota. Program

sifat yang negatif tersebut. Kesejukan dan kesegaran yang diberikannya

akan menghilangkan kejenuhan dan kepenatan. Cemaran timbal, CO,

SOx, NOx dan lainnya dapat dikurangi oleh tajuk dan lantai RTH.

Dokumen terkait