• Tidak ada hasil yang ditemukan

terjadi pada diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Dalam dokumen Jurnal No28 Thn16 Juni2017 (Halaman 51-53)

dilakukan dengan pembiasaan. Semakin biasa, seseorang dilatih keterampilan ini, maka semakin ahli. Seperti pepatah masyarakat “orang bisa, karena biasa” atau practice makes perfect.

Penciptaan bahasa yang

terkonsepkan ke bentuk real baik

tulisan ataupun bahasa lisan, perlu

dibudayakan. Pembudayaan

gagasan menjadikan anak semakin

kritis dan tanggap terhadap hal-hal

terjadi pada diri sendiri dan

lingkungan sekitarnya.

Di sekolah, budaya pengelolaan gagasan masih kurang optimal karena banyak siswa merasa kesulitan apabila diminta membuat karya ilmiah (tulisan). Akhirnya, tugas pembuatan tulisan berakhir copy paste (copas) dari internet. Bayangkan, kalau kebiasaan ini dibiarkan berlarut-larut, generasi masa depan bangsa menjadi manusia bermental copas, tidak pernah berusaha menjadi mandiri dan yakin akan gagasan sendiri. Demikian pula, dengan kemampuan berbicara. Banyak pembelajaran di sekolah tidak pernah melatih siswa berbicara di depan kelas (presentasi), ataupun diskusi dengan temannya.

Alasan yang biasanya dijadikan dasar tidak diterapkan kebiasaan pengelolaan gagasan oleh guru, adalah padatnya kegiatan sekolah, agama ataupun sosial, banyaknya siswa di kelas, banyaknya jam mengajar, administrasi menum- puk, terbatasnya fasilitas dan tidak mau repot. Namun, perlu upaya mencoba hal baru sehingga dapat melihat hasil yang berbeda. Perlu kemauan dan niat besar untuk out of the box, keluar dari kebiasan dan rutinitas yang dilakukan.

Pembudayaan Pengelolaan Gagasan di Pembelajaran Sejarah SMAK PENABUR Cirebon

Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal usul dan perkem- bangan serta peranan masyarakarat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu. Ilmu ini mulai berkembang sejak zaman Herodotus di Yunani kuno sampai sekarang, dengan berbagai kemajuan teorinya. Namun, semua sejarawan sepakat, obyek yang menjadi dasar utama kajian sejarah adalah masa lalu.

Bagi sebagian masyarakat, mata pelajaran Sejarah di sekolah kadang-kadang dianggap kurang penting. Mereka menganggap sejarah sebagai ilmu pengetahuan hafalan, dan hanya membahas masa atau peristiwa yang sudah berlalu dan tidak perlu dipikirin lagi. Namun, kenyataannya mata pelajaran Sejarah tetap diajarkan di sekolah di semua tingkatan dari SD sebagai bagian integral dari mata pelajaran IPS, sampai SMA dalam bentuk mata pelajaran tersendiri. Hal ini menunjukkan, pelajaran ini

penting bagi masyarakat dan tidak akan dipelajari kalau tidak ada gunanya.

Kontowioyo (1995 : 19) menuliskan dua kegunaan sejarah yakni, secara instrinsik dan ekstrinsik. Secara instrinsik sejarah mempunyai empat kegunaan yakni (1) sejarah sebagai ilmu, (2) sejarah sebagai cara mengetahui masa lalu, (3) sejarah sebagai pernyataan pendapat, dan (4) sejarah sebagai profesi. Sedangkan secara ekstrinsik sejarah mempunyai kegunaan yakni (1) pendidikan baik moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa depan, keindahan dan ilmu bantu, (2) latar belakang, (3) rujukan, dan (4) bukti.

Dilihat dari fungsi ekstrinsik terutama fungsi pendidikan, maka saat ini pelajaran sejarah manjadi pelajaran penting. Mata pelajaran sejarah memiliki arti yang strategis dalam pendidikan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Mengingat berbagai permasalahan bangsa yang terindikasi makin terkikisnya rasa kebhinekaan bangsa. Berbagai kelompok, yang mengarah radikalisme, terindikasi terjadi di semua usia dan lapisan masyarakat. Perlu kerja keras secara kompre- hensif semua kalangan pendidikan mencegah dan mengatasi pelbagai permasalah-an bangsa kini. Pentingnya pelajaran sejarah tersebut, menjadikan salah satu alasan jam belajar sejarah lebih banyak daripada kurikulum sebelumnya. Di SMA program IPA, ada yang namanya sejarah Indonesia atau sejarah wajib, sedangkan di program IPS, ada sejarah wajib dan peminatan. Berdasarkan Kurikulum Nasional, Mata pelajaran Sejarah di SMA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Membangun kesadaran peserta didik

tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan proses masa lampau, masa kini dan masa depan.

2. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan.

3. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan

sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau.

4. Menumbuhkan pemahaman peserta didik

terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang.

5. Menumbuhkan kesadarann dalam diri

peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yan dapat diimplementa- sikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional. Tujuan itu diupayakan dicapai melalui kegiatan proses belajar mengajar mata pelajaran Sejarah di SMA. Berbagai unsur sekolah saling m e n d u k u n g , seperti guru, fasi- litas, murid, dan kepala sekolah untuk mencapai

tujuan mata

pelajaran Sejarah. Selain men-

capai tujuan utama sesuai kurikulum, dalam proses pembelajaran mata pelajaran Sejarah di SMAK PENABUR Cirebon diberikan tambahan pembudayaan kemampuan psikomotor, yakni menulis, berbicara dan penelitian. Ketiga kemampuan psikomotor tersebut diaplikasikan dengan beberapa metode pembelajaran.

1. Tangkap dan Lepas

Metode pembelajaran Tangkap dan Lepas (TaLep) bertujuan siswa mampu menangkap gagasan dan menyampaikan gagasannya, baik secara lisan maupun tulisan. Di kegiatan pembelajaran ini, menangkap gagasan dilaku- kan dengan mewajibkan siswa membaca satu buku tentang tokoh sejarah. Membaca sebagai alasan sumber penangkapan gagasan karena pada zaman sekarang siswa susah diajak membaca. Pengaruh gadged, HP, dan internet membuat membaca buku menjadi hal yang

jarang ditemukan. Siswa cenderung mau membaca buku, apabila ditugaskan oleh guru, selebihnya mereka sibuk dengan dunia

gadgednya. Perlu ada stimulus yang diciptakan terutama di sekolah, agar siswa terpicu mau membaca dan menjadikan membaca buku menjadi budaya sehari-hari.

Semua orang tahu, membaca merupakan pintu pembuka ilmu pengetahuan. Rohn (1995 : 52) menuliskan bahwa semua orang sukses umumnya adalah pembaca yang baik. Orang sukses menyisihkan uang dan waktunya khusus untuk membaca. Mereka sadar, tanpa membaca mereka tidak akan menda-patkan t a m b a h a n pengetahuan dan wawasan. Pan- dangan Rohn, didukung oleh Casson (1995 : 58) yang menuliskan, k e b e r h a s i l a n seseorang bisa didukung oleh k e b i a s a a n membaca. Ia menuliskan, buku m e m e r i n t a h dunia, jauh lebih berkuasa daripada politik, serta menciptakan pendapat yang mampu merubah pemikiran terhadap lingkungan sekitarnya. Newton merubah pikiran segala bangsa, ketika ia menulsi ‘Principianya’. Demikian pula Darwin dengan bukunya, ‘Origin of Species’. Buku termasur Adam smith, ‘The Wealth of Nations,’ mengajar asas perdagangan. Banyak lagi orang besar yang terbentuk karena rajin membaca buku. Dari dasar pandangan ahli ini, maka pembiasaan membaca menjadi salah satu metode nyata yang perlu dilakukan.

Yang dicari dari proses membaca buku tentang tokoh sejarah dalam pembelajaran Sejarah di SMAK PENABUR Cirebon, adalah perjalanan hidup, sejarah apa yang sudah dibuatnya, alasan yang mendorong tokoh tersebut membuat sejarah, dan nilai yang bisa diambil dari buku tersebut. Waktu membaca dilakukan secara terprogram dan tidak

Selain mencapai tujuan utama

sesuai kurikulum, dalam proses

Dalam dokumen Jurnal No28 Thn16 Juni2017 (Halaman 51-53)