• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.3 Tindak Tutur Kolaboratif

2.3.1 Tindak Tutur Kolaboratif Menginformasikan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2018: 641), informasi adalah a) penerangan, b) pemberitahuan; kabar atau berita tentang sesuatu, c) keseluruhan makna yang menunjang amanat yang terlihat dalam bagian-bagian amanat itu. Menginformasikan adalah memberikan informasi; menerangkan; memberitahukan. Dapat disimpulkan menginformasikan berarti memberikan kabar tentang sesuatu yang berguna bagi penerimanya. Berikut ini dijabarkan contoh wacana yang berjenis kolaboratif menginformasikan.

(16) Jadi, tau nggak betapa melelahkannya bikin wold tour? Lelah banget tapi akhirnya sampai juga ke kota terakhir, kota ke-24. Thank you. Gua salah milih negara pertama, saudara-saudara sekalian. Tiongkok. Ehhhh. Kalau gua disuruh milih kota atau negara untuk ngebuka, gua pilih negara yang budayanya nggak terlalu belanglah sama Indonesia. Ini beda banget gitu. Jadi ada culture shock. Ok... Sebagai contoh… dan gua nggak bohong… Karna gua kesana kan, gua baru tahu bahwa budaya orang

tiongkok adalah kentut nggak boleh ditahan. Dengerin nih. Dengerin, dengerin, dengerin. Lu tau nggak apa rasanya berada di sebuah negara yang penduduknya satu koma sekian miliar orang, yang kentut nggak ditahan. Lu kalo masuk ke sebuah kerumunan, cemas. Itu kerumunan... maut. Seperti masuk ke ladang ranjau. Ada bau nggak jelas dari mana. Tau dari mana gua? Dari pengalaman.

(17) Sekarang, ganja di banyak negara bagian AS udah legal untuk rekreasional. Untuk rekreasi, hisap ganja untuk rekreasi, kaya piknik. Jadi di Amerika Serikat udah banyak artis yang jualan ganja merek mereka. Terutama artis yang sering nyimeng ya, kayak Willie Nelson punya ganja merek mereka. Snoop Dog bahkan punya Vape ganja. Terus Wiz Khalifa punya Khalifakush. Dan abis itu pemasukan negara dari pajak, gede… Pajaknya ganja. Itu misalkan diberlakukan disini juga ya, terus artis-artis pada jualan ganja merek mereka, gua akan beli ganja merek “Haji Bolot!” Karena apapun yang dia konsumsi, bagus banget tuh barang pasti tuh. Ya, pasti bagus tu! “Eh gua ada ganja merek Haji Bolot.”/ “Wih goks, coba, coba, coba.” “Uhukuhukuhuk.” Ditanya temennya, “Eh gimana barangnya, bagus nggak?”/ “Hah?” “Nggak itu barangnya bagus nggak?”/ “Siapa yang makan nasi goreng?” “Dih, kok nasi goreng. Barangnya bagus nggak?”/ “Yee… orang sate kambing.” Terus cewek nanya, “Bang, barangnya bagus nggak?”/ “Bagus banget.” Haji Bolot.

(18) Sebenernya ya, tau nggak kenapa gua kesannya sebel banget sama rating? Karna menurut rating, gua bukan artis pendongrak rating. Tau nggak? Ada istilahnya tuh, “Artis pendongrak rating.” Ada istilahnya. Dan tentunya, gua bukan salah satunya. Lu nggak pernah liat Raffi Ahmad protes soal rating… Orang ada dia mulu di mana-mana. Kalau dia ratingnya tinggi. Yang protes? “aa..” (Menunjuk dirinya.) Nih ya, gara-gara rating, gua yakin gara-gara gua bukan artis pendongrak rating, orang tu nggak tau kalau gua lagi world tour. Ini tu world tour kedua gua. Waktu itu, 2014-2015 gua bikin “Mesakke Bangsaku World Tour”, 11 kota empat benua. Ini 24 kota di lima benua! Ah, udah nggak usah, nggak usah! Percuma! Nggak ada yang ngeliput! Heh, gua bikin press conference, undang media. Sepi! Sunyi! Gua kirim press release. Press release ke media cetak, elektronik, televisi, gua kirim… press release. Kok beritanya nggak naik-naik? Gua telepon yakinin, “Sorry, kemarin gua nge-email press release. Ee… orang Indonesia pertama yang tur dunia. Prestasi bangsa. Nggak, nggak, bukan komedian pertama. Orang Indonesia pertama. Terima? Oke, gua tunggu aja ya.” Nggak naik-naik juga! Tapi gua legowo… gua

pikir mungkin, mungkin ada yang lebih penting… yang harus tayang… Ya gua terima. Gua nyalain tv. Gua nyalain tv, di tv lagi ada liputan tentang isi tasnya Melanie Ricardo. Isi tas Melanie Ricardo diliput! Isi tas! Di isi tas nih, dibuka, diliput! Isi tas ni, dibuka, “hee.” Gitu. Ini world tour! Kok bi… Apa sih isi tasnya? Paling dompet, handphone, tissue, make up. Kalo isinya rahasia Illahi baru gua pengen tau tu! “Pemirsa, jawaban terhadap rahasia Illahi ditemukan dalam tas Melanie Ricardo. Berikut liputanya…” Gua nonton. Ini nggak. Salah gue apa. Tapi okelah… Nggak apa-apa, berita nggak ada soal gua world tour pertama, prestasi. It’s okay… Fine. No problem. No problem, tapi dibahas di panggung. (19) Ini ada lagi nih, dan lebih ekstrim, lu pasti tau ni… suatu hari, sebuah stasiun tv memutuskan buat menayangkan liputan tentang susu sapi… Lu tau ni arahnya kemana, lu tau ni. Lalu, ketika ada adegan sapi diperah, pentil sapinya, di-blur! Yang nafsu siapa? Siapa yang nafsu liat pentil sapi? Siapa? Kasih tau ama gua. Ada nggak orangnya sekarang? Siapa? Siapa? Siapa yang ngeliat pentil sapi, trus… “Wiss.. Idih… Tarik terus sob…” Siapa?! Dan, dan orang-orang pada protes kemana? Ke KPI? Salah! “Wah, KPI ni parah, KPI nyensor”, KPI tu nggak pernah nyensor, KPI nggak bisa nyensor. KPI tu kerjanya negur! KPI tu kerjanya ngirim surat teguran ketika sebuah acara tv kelewatan. KPI tu kayak, anak nggak asyik di kelas yang suka ngadu ke guru kalo lu berisik. Nah itu, tuh. Bener. Bener, tapi nggak asyik! Yang nyensor adalah orang tv-nya sendiri, saking takutnya ditegur.

(20) Apalagi? Apalagi yang pemerintah lakukan, yang gampang, padahal belum tentu benar? Nge-blokir konten internet. Lu kalo mau “huu”, liat yang lain dulu. Biar nggak aneh sendiri. “Wooo.” Gini… Akhir 2015… Kominfo merilis pernyataan, bahwa… kata Kominfo, nih… di tahun 2015… Ada orang Kominfo nih, kayaknya. Taun 2015, Kominfo berhasil ngeblokir lebih dari 700.000 internet negatif, 90%-nya konten porno. Oke… Kominfo, pemerintah, dengan bangga merilis informasi tersebut. Dia pake duit kita, duit pajak kita, duit kerja keras kita, dikumpulin… masuk APBN, alokasi ke… Kominfo. Dengan bangga dia bilang, “700 ribu konten internet berhasil kita blokir! kami hebat!”, tanpa sadar semua situs yang mereka blokir… bisa dibuka, hanya dengan proxy “unblocksit.es”. Ahh… itu… ya! Ya? Belum tau? Belum tau? Aah ini, gua kasih informasinya nih! Iya! Apapun situp bokep yang mau lu buka, bisa kebuka! Ketik aja, “unblocksit.es”. Nanti ada tab-nya, nah lu isi, redtube.com, youporn, pornhub, apalagi? Jangan gua mulu, kesannya gua yang porno nih! Ayo, apa? Semuanya kebuka, sekarang buat apa coba? Uang lu! Uang kerja

keras elu! Dikumpulin, dikasih ke pemerintah, untuk melakukan sesuatu yang percuma! Semua yang mereka lakukan, bisa dibuka oleh kita. Daripada dipake buat memblokir akses… situs-situs yang porno, mending ngembangin akses internet di daerah tertinggal di Indonesia. Harusnya itu, duit kita kesana!

(21) Tau nggak, apa yang dibutuhkan oleh orang Islam? Pemikir atau cendekiawan Muslim yang progresif. Mungkin bukan hanya Islam, bahkan orang beragama. Yang dibutuhkan di Indonesia adalah orang yang percaya agama, tapi tidak anti science. Sekarang kesannya dikotomis banget. Kalo lu percaya apa yang agama katakan, kemungkinan besar lu nggak percaya yang science katakan. Sebaliknya, kalo lu percaya apa yang science buktikan, cenderung nggak percaya sama agama. Padahal kan nggak musti kayak gitu. Lu bisa beragama dan percaya sama science, jadi progresif. Contoh kasus: teori evolusi. Oke… teori evolusi. Charles Darwin. Charles Darwin kan bukan yang mencetus teori evolusi ya. Dia mencetus teori evolusi by natural selection, beda lagi. Tapi kita anggap, Charles Darwin ini bapak teori evolusi, oke? Tapi ratusan tahun, ratusan taun… Look it up, Google dan baca, pergi ke perpus, belajar lah… sekali-sekali. Ratusan taun, sebelum Charles Darwin mempopulerkan teori evolusi… cendikiawan Muslim: Ibnu Khaldun, Ibnu Miskawaih… Alfarabi, bikin penelitian, bikin paper. Dan menyatakan “kemungkinan besar, manusia terjadi dari semacam proses evolusi”. Ratusan taun sebelum Charles Darwin! Gua bukan memuji orang Islam, maksud gua, dulu orang beragama, tapi progresif secara pemikiran. Ini bener lho, nggak ada yang tau, nih. Orang taunya yang Charles Darwin. Ini anak indie, ini pop, ini indie. Ini Efek Rumah Kaca, ini Afgan lah, gitu. Sama-sama keren, tapi nggak ada yang tau. Ni kayak orang tau “Uptown Girl” dari Weslife, padahal Billy Joel, gitu lho. Kayak gitu, beda. Nah, dulu orang tu progresif! Gua tau darimana ini? Dari baca buku. Bukunya Quraish Shihab, gua baca. Dan Quraish Shihab itu adalah ahli tafsir yang dihormati ya. Bukan cuma di Indonesia, di seluruh dunia. Jadi kalo lu nggak percaya, lu cari ahli tafsir yang lebih hebat daripada dia. Di bukunya, gua baca, Quraish Shihab ditanya, “Islam tuh percaya teori evolusi nggak, sih?” Beliau bilang, “bisa jadi”. Beliau nggak bilang ya, beliau nggak bilang nggak. Beliau bilang bisa jadi, kenapa? Karna Al-Quran, penciptaan manusia disebut tiga kali… dibuat dari bahan tanah, yang berarti mineral, which is true. Bahannya disempurnakan, yang berarti ada proses… which is true. Dan dihembuskan nyawa oleh Allah SWT, which is true. Yang ngomong Quraish Shihab, masa gua nggak percaya? Kecuali yang ngomong Farhat Abbas, tuh. Baru gua, “Eh, apaan sih lu, nyet? Apa lu? eeh! Sotoy lu….” Kalo Farhat yang ngomong, gua nggak

percaya, ini Quraish Shihab yang ngomong, masa gua nggak percaya sih. Poin gua, poin gua… poin gua adalah menjadi umat beragama, harusnya membuat kita jadi orang yang lebih baik. Apapun agama lu! Bukan membuat orang merasa paling benar. Karna ketika lu merasa paling benar, lu cenderung mengkoreksi yang menurut lu salah. Dan ketika lu mengkoreksi yang menurut lu salah, disitulah terjadi perpecahan. Salah satu masalah terbesar manusia adalah ketika dia merasa benar, dia merasa… boleh ngelakuin segalanya kepada yang menurut dia salah. Kalo dia merasa lebih mulia, dia boleh ngelakuin apapun kepada yang nggak mulia. Dari dulu manusia kayak gitu. Dulu dengan perbudakan… orang kulit item, kayak nggak punya hak. Orang kulit putih di Amerika Serikat, perbudakan itu gila banget, tau? Lu tau film “12 years a slave”? Itu parah banget, dan itu beneran. Sedih ngeliatnya! Sekarang… manusia udah nggak gitu lagi, udah nggak ada perbudakan… tapi, kelakuan kita, manusia, suka sembarangan sama yang kita anggap tidak semulia. Sama kita, masih terjadi sekarang… yaitu sama satwa.

(22) Ada yang tau aksi Kamisan nggak disini? Disini yang tau aksi Kamisan tepuk tangan… Not Bad! Masih banyak yang nggak tepuk tangan, ya? Kalo ada satu aksi yang perlu lu pelajari… pelajari aksi Kamisan... Ada twitternya, @AksiKamisan. Bisa lu baca. Aksi Kamisan adalah aksi yang dilakukan oleh kebanyakan para orang tua… yang anaknya ilang taun 98. Setiap hari kamis, atasan item, bawahan item, di bawah payung item, di depan Istana Presiden… Jam 4 sore, nanya, “Anak saya mana?” Tujuh taun, setiap kamis. Selama tujuh taun, setiap kamis, dia berdiri di depan Istana Presiden, nanyain anaknya. Bayangin lu punya anak, mungkin lu punya anak. Bayangin… lu inget waktu dia pertama kali lahir. Lu inget betapa kecilnya dia di tangan lu… kemudian dia besar dan waktu dia nangis, lu gendong sampe dia tidur… kemudian lu merasa bangga, karena lu merasa dia membutuhkan lu. Lalu suatu hari dia masuk TK, pulang dari situ dia nyanyiin lagu-lagu yang… luar biasa, lu nggak akan nyangka dia bisa nyanyi lagu ini. Trus dia masuk SD, masuk SMP, masuk SMA, lalu masuk kuliah. Lalu suatu hari, dia bilang ama ibunya, “Bu aku mau berangkat kuliah”, lalu dia nggak pulang… anak lu nggak pulang. Trus lu baca ada sebuah kejadian hari itu… Trus lu mulai bertanya, “Pemerintah tau nggak, anak saya kemana?” Lalu selama tujuh tahun, setiap kamis, berdiri di depan Istana. Badannya udah tua, renta. Ibu Sumarsih sudah tua sekali! Nanya sama presiden, “anak saya mana?” “Kalo dia udah meninggal, bilang sama saya, supaya saya nggak berharap… tapi kalo dia masih hidup, saya nungguin dia selamanya.” “Kasih tau saya, anak saya mana?” Selama tujuh taun, mereka ngirim surat ke presiden,

nggak pernah sekali pun dibalas. Kesel nggak, lu? Pasti kesel. Lu ngirim Whatsapp di-read nggak dibales aja emosi, ya kan? “Anjing kenapa nggak dibales ya? Setan.”

Wacana (16), (17), (18), (19), (20), (21), (22) memuat jenis tindak tutur kolaboratif menginformasikan. Wacana (16) ditandai dengan tuturan “Kalau gua disuruh milih kota atau negara untuk ngebuka, gua pilih negara yang budayanya nggak terlalu belanglah sama Indonesia. Ini beda banget gitu. Jadi ada culture shock. Ok... Sebagai contoh… dan gua nggak bohong… Karna gua kesana kan, gua baru tahu bahwa budaya orang tiongkok adalah kentut nggak boleh ditahan” Dilihat dari tuturannya, tuturan tersebut menginformasikan kepada masyarakat bahwa terdapat budaya yang sangat berbeda dengan Indonesia di Tiongkok sehingga menimbulkan kecemasan bagi yang belum terbiasa. Budaya tersebut adalah budaya tidak boleh menahan kentut.

Wacana (17) ditandai dengan tuturan “Sekarang, ganja di banyak negara bagian AS udah legal untuk rekreasional. Untuk rekreasi, hisap ganja untuk rekreasi, kaya piknik. Jadi di Amerika Serikat udah banyak artis yang jualan ganja merek mereka. Terutama artis yang sering nyimeng ya, kayak Willie Nelson punya ganja merek mereka. Snoop Dog bahkan punya Vape ganja. Terus Wiz Khalifa punya Khalifakush.” Dilihat dari tuturannya, tuturan tersebut menginformasikan kepada masyakat bahwa banyak negara bagian di Amerika Serikat telah melegalkan ganja untuk tujuan rekreasional. Legalnya ganja tersebut menyebabkan banyak artis memanfaatkannya dengan menjual berbagai jenis ganja dengan namanya atau ganja dengan merk artis.

Wacana (18) ditandai dengan tuturan “Ini tu world tour kedua gua. Waktu itu, 2014-2015 gua bikin “Mesakke Bangsaku World Tour”, 11 kota empat benua.” Dilihat dari tuturannya, tuturan tersebut menginformasikan kepada masyakat bahwa “Juru Bicara” merupakan pertunjukan stand up comedy world tour keduanya, sedangkan pada tahun 2014-2015 Pandji telah melangsungkan pertunjukan stand up comedy di 11 kota di empat benua bertajuk “Mesakke Bangsaku World Tour”.

Wacana (19) ditandai dengan tuturan “KPI tu nggak pernah nyensor, KPI nggak bisa nyensor. KPI tu kerjanya negur! KPI tu kerjanya ngirim surat teguran ketika sebuah acara tv kelewatan. KPI tu kayak, anak nggak asyik di kelas yang suka ngadu ke guru kalo lu berisik. Nah itu, tuh. Bener. Bener, tapi nggak asyik! Yang nyensor adalah orang tv-nya sendiri, saking takutnya ditegur.” Dilihat dari tuturannya, tuturan tersebut menginformasikan kepada masyarakat bahwa yang bertugas menyensor sebuah tayangan di tv merupakan tugas dari stasiun tv tersebut, bukan tugas KPI. KPI bertugas sebagai lembaga yang mengawasi dan menegur tayangan tv yang menyalahi aturan.

Wacana (20) ditandai dengan tuturan “Gini… Akhir 2015… Kominfo merilis pernyataan, bahwa… kata Kominfo, nih… di tahun 2015… Ada orang Kominfo nih, kayaknya. Taun 2015, Kominfo berhasil ngeblokir lebih dari 700.000 internet negatif, 90%-nya konten porno.” Dilihat dari tuturannya, tuturan tersebut menginformasikan kepada masyarakat bahwa pada tahun 2015 Kominfo mengeluarkan pernyataan bahwa mereka telah berhasil memblokir 700.000 konten internet negatif dan 90% merupakan konten porno.

Wacana (21) ditandai dengan tuturan “Charles Darwin kan bukan yang mencetus teori evolusi ya. Dia mencetus teori evolusi by natural selection, beda lagi. Tapi kita anggap, Charles Darwin ini bapak teori evolusi, oke? Tapi ratusan tahun, ratusan taun… Look it up, Google dan baca, pergi ke perpus, belajar lah… sekali-sekali. Ratusan taun, sebelum Charles Darwin mempopulerkan teori evolusi… cendikiawan Muslim: Ibnu Khaldun, Ibnu Miskawaih… Alfarabi, bikin penelitian, bikin paper. Dan menyatakan “kemungkinan besar, manusia terjadi dari semacam proses evolusi”. Ratusan taun sebelum Charles Darwin!” Dilihat dari tuturannya, tuturan tersebut menginformasikan kepada masyarakat bahwa Charles Darwin bukan pencetus teori evolusi tetapi teori evolusi berdasarkan seleksi alam (by natural selection). Charles Darwin merupakan tokoh yang mempopulerkan teori evolusi. Sebelum itu, sekitar ratusan tahun lalu Ibnu Miskawaih telah melakukan penelitian tentang evolusi.

Wacana (22) ditandai dengan tuturan “Aksi Kamisan adalah aksi yang dilakukan oleh kebanyakan para orang tua… yang anaknya ilang taun 98. Setiap hari kamis, atasan item, bawahan item, di bawah payung item, di depan Istana Presiden… Jam 4 sore, nanya, “Anak saya mana?” Tujuh taun, setiap kamis.” Dilihat dari tuturannya, tuturan tersebut menginformasikan kepada masyarakat tentang Aksi Kamisan, sebuah aksi yang dilakukan para orang tua korban pelanggaran HAM pada tahun 1998.

Dokumen terkait