• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindakan Berbagai Pihak dan Dampaknya a Negara

HASIL DAN PEMBAHASAN

PIHAK TERLIBAT (PT), PROSES EFEK-KORBAN (PEK)

5. Tindakan Berbagai Pihak dan Dampaknya a Negara

Pemerintah daerah lokal telah banyak melakukan upaya untuk menghentikan kegiatan Ahmadiyah khususnya JAI di Kuningan. Upaya tersebut berlangsung dari

2

Peringatan pemerintah yang tercantum dalam SKB kepada masyarakat mengandaikan bahwa tindakan kekerasan adalah termasuk kriminalitas. Secara umum, hak memang bisa dibatasi, sebagaimana dalam ICCPR yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia menjadi Undang-Undang (UU). Sejauh yang menyangkut keamanan, ketertiban, kesehatan atau kehendak moral masyarakat atau hak dan kebebasan mendasar orang lain, jembatan yang menghubungkan “penyimpangan” dengan pembolehan pembatasan alasan-alasan “ketertiban masyarakat” adalah UU No. I PNPS/1965 jo, UU No. 5/1969 tentang pencegahan pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama.

78 kurun waktu tahun 2002 sampai 2010. Dalam melakukan tindakannya pemerintah daerah melibatkan banyak unsur yaitu: mulai dari Bupati sendiri, DPRD, Bakor Pakem, Kejaksaaan, Departemen Agama, Kapolres, Kodim, Camat, KUA, dan kepala desa, termasuk juga berkalobarasi dengan Ormas Islam. Berbagai tindakan tersebut mencakup beberapa bentuk. (a) pencarian fakta dan dialog dengan pihak Ahmadiyah dan ormas Islam. (b) pemrosesan secara hukum terhadap pimpinan dan warga Ahmadiyah. (c) mengeluarkan regulasi dalam bentuk SKB sebanyak dua kali agar Ahmadiyah membekukan kegiatannya dan surat perintah penutupan tempat ibadah dan sekolah (MTs) miliki Ahmadiyah, juga surat permintaan dari kepala desa agar Ahmadiyah menurunkan semua atributnya. (d) mengurangi hak-hak sipil warga Ahmadiyah khususnya pelarangan pemberian KTP dan pencatatan pernikahan.

Alasan tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah daerah terhadap Ahmadiyah tersebut pada intinya berkisar ajarannya yang dianggap sesat berdasarkan klaim yang diberikan oleh ormas Islam termausk MUI setempat. Artinya, dalam hal ini memang sejak awal telah terjadi kolaborasi antara elite politik dengan elite agama setempat.

REPUBLIKA.CO.ID,KUNINGAN--Pemerintah Kabupaten Kuningan telah dua kali melakukan penyegelan tempat kegiatan kelompok jamaah Ahmadiyah namum mereka tidak kapok dan berani membuka untuk melakukan aktivitasnya kembali. Aang Suganda, Bupati Kuningan, kepada wartawan, Kamis, mengatakan pihaknya telah mencoba menutup kegiatan kelompok jamaa Ahmadiyah, namun mereka berani membuka kembali, dalam menyelesaikan masalah seperti ini sebaiknya melalui upaya hukum, bentrokan sering terjadi ketika Ormas Islam berusaha akan menutupnya. "Kami berjanji sebelum bulan puasa akan meminta surat keputusan dari Menteri Agama, untuk menutup tempat kegiatan kelompok jamaah Ahmadiyah supaya semua berjalan lancar. Jika telah ada keputusan pasti akan dilakukan kembali penutupan," katanya. (ht t p:/ / w w w.Republika.co.id.Friday 30 July 2010, 08:10 WIB)

b. Kelompok Masyarakat Sipil 1) Ormas Islam: Resistensi

Hampir semua ormas Islam di Kuningan beresistensi dengan Ahmadiyah. Sangat menarik disimak apa yang dikemukakan seorang pimpinan Ormas Islam Kuningan yang diberitakan oleh media massa berikut ini, khususnya yang terkait dengan peristiwa penyerangan akhir Juli 2010:

... Ketua Ormas Islam Andi Mulya sudah berang melihat keadaan saat ini, dikatakannya jamaah Ahmadiyah berani melakukan pelanggaran padahal pemerintah setempat telah menunjuk Sat-Pol PP selaku penegak Perda untuk menutup semua kegiatan mereka. "Bangunan jamaah Ahmadiyah yang berdiri di Desa Manis Lor Kecamatan Jalaksana, Kuningan merupakan basis kelompok mereka dalam

79 menyampaikan ajaran sesatnya, jika masih berdiri jumlah pemurtadan akan semakin tinggi," katanya. "Kami dengan ribuan umat Islam akan tetap bertahan hingga semua masalah selesai, jika pemerintah tidak sanggup menutup, kami bisa dengan cara apapun untuk menghancurkan kelompok yang telah menodai agama Islam," katanya. Peristiwa keributan antara Ormas Islam dengan kelompok jamaah Ahmadiyah terjadi, ketika ribuan Ormas Islam mencoba memasuki tempat kegiatan Ahmadiyah namun barisan Brimob kuat menghadang, jumlah yang tak seimbang akhirnya mereka merangsek ke pemukiman, kata Yanto anggota Ormas Islam asal Indramayu.

(ht t p:/ / w w w.Republika.co.id.Friday 30 July 2010, 08:10 WIB)

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa pemerintah lokal banyak berkaloborasi dengan ormas Islam dalam melakukan tindakan kepada Ahmadiyah di Kuningan. Karena itu sangat masuk akal jika dikatakan bahwa tindakan ormas Islam sebagai salah satu kekuatan sipil di Kuningan memperoleh persetujuan dari pihak pemerintah, bahkan sebagian darinya menjadi acuan pemerintah dalam menentukan sikapnya terhadap Ahmadiyah. Hampir semua ormas Islam yang ada di Kuningan, bahkan ada juga yang berasal dari luar kota ini seperti Indramayu dan Garut, terlibat dalam upaya pembubaran dan penghentian kegiatan Ahmadiyah. Mereka adaah Rudal atau Remaja Masjid se Kuningan, NU, Muhammadiyah, GUPI, Pemuda Islam, FPI, pondok pesantren, Gerakan Anti Ahmadiyah (Gerah), FUI, bahkan tokoh ulama peroarangan. Lebih dari itu semua adalah tindakan yang dilakukan Mejalis Ulama Indonesia (MUI) Kuningan

Masing-masing melakukan tindakan dengan intensitas dan bentuk kegiatan yang relatif berbeda dalam menghadapi Ahmadiyah, namun dengan suatu tujuan yang sama yaitu penghentian kegiatan dan bahkan pembubaran Ahmadiyah. Peran mereka dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis. (1) pada level ideologis yang meliputi bentuk wacana, dialog, dan regulasi seperti MUI, Muhammadiyah, GUPI, NU. (2) pada level praksis-aksi di lapangan seperti yang dilakukan Rudal, Gerah, dan FPI.

Pada level ideologis, ormas Islam, termasuk pemerintah lokal, mewacanakan kepada publik melalui beberapa stereotif tentang Ahmadiyah (JAI) yaitu: (1) ajarannya sesat dan menyimpang dari ajaran Islam (2) Ahmadiyah sebagai perpanjangan tangan dari kepentingan politik Inggris di Asia dan bertujuan untuk menyesatkan Islam. Wacana ini kemudian dijadikan sandaran teologis pemerintah daerah untuk melarang aktivitas Ahmadiyah Kuningan dengan menerbitkan SKB sebanyak dua kali dan tindakan-tindakan lainnya.

80 Pada level ideologis ini, ada juga upaya-upaya dari pihak ormas Islam di Kuningan untuk tetap menjaga kerukunan dan berdialog dengan Ahmadiyah. Hal ini seperti ditegaskan oleh ketua MUI Kuningan:

... K.H. Hafidin Achmad menegaskan komitmennya bersama ormas-ormas di Kabupaten Kuningan untuk mengedepankan upaya dialogis dalam penanganan masalah-masalah keagamaan, termasuk Jemaah Ahmadiyah di Desa Manis Lor Kecamatan Jalaksana. " Di Kuningan, kami menghadapi persoalan Ahmadiyah dengan menggunakan pendekatan dialogis yang melibatkan ulama dan umaro setempat yang berdasarkan SKB 3 Menteri. Pelaksanaan penangan Ahmadiyah melibatkan 4 komponen sesuai dengan perintah yang ada di SKB 3 Menteri tersebut," tegasnya. Namun demikian, KH. Hafidin Ahmad beserta ormas Islam (MUI, NU, Muhammadiyah, Persis, Mathlaul Anwar, FPI, FUI, dan GAMAS) Kabupaten Kuningan berharap keterlibatan lebih aktif dari umat Islam untuk bersama-sama membangun kehidupan beragama agar benih-benih yang potensial melahirkan konflik dapat ditangani secara sistematis sehingga tidak tumbuh. (ketika acara kunjungan ormas Islam ke Bimas Islam Kemenag RI Rabu, 21 November 2012) (Kemenag.go.id)

Pada level praksis-aksi, massa ormas Islam melakukan berbagai tindakan, misalnya pembentangan spanduk dan brosur ketersesatan Ahmadiyah, perusakan tempat ibadah, demonstrasi dan pengumpulan massa agar Ahmadiyah menghentikan kegiatannya, dan penyerangan warga Ahmadiyah.