• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 109-114)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mengenai Iklan Obat Sakit Kepala terhadap

3. Tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden

Proses pengukuran aspek tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan responden diukur melalui 14 pernyataan mengenai pola penggunaan obat sakit kepala di kalangan responden. Pada Tabel XXVII terlihat bahwa persentase responden yang menjawab benar pada aspek tindakan yaitu sebanyak 8 pernyataan dari 14 pernyataan kecuali pada item pernyataan ke-4, 6, 7, 8, 11, dan 14 yang ditampilkan pada Lampiran 7.

Pada item pernyataan ke-4 hanya sebanyak 31,5% responden yang menunjukkan tindakan sesuai mengenai penggunaan obat sakit kepala, padahal pernyataan tersebut bertolak belakang dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 386/MENKES/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas bagian A poin ke-15 dan ke-16 yang menyatakan bahwa :

BACA ATURAN PAKAI JIKA SAKIT BERLANJUT,

HUBUNGI DOKTER

(MenKes, 1994). Pada item pernyataan ke-6 hanya sebanyak 39,4% responden yang menunjukkan tindakan sesuai mengenai penggunaan obat sakit kepala, padahal pernyataan tersebut bertolak belakang dengan Kriteria Etik Promosi Obat (Ethical

Criteria for Medicinal Drug Promotion) tahun 1988 yang mencantumkan bahwa : “Informasi dalam iklan obat yang ditujukan kepada masyarakat awam meliputi nama senyawa aktif dalam International Non-proprietary Names (INN) atau nama generiknya dan nama dagang, bentuk sediaan dan kandungan senyawa aktif tiap sediaan, dosis dan aturan pakai yang dianjurkan, indikasi terapetik, efek samping dan efek yang tidak dikehendaki, perhatian khusus, peringatan dan kontraindikasi, interaksi penting, sumber referensi yang berkaitan, dan nama/alamat pabrik” (WHO, 1988).

Pada item pernyataan ke-7 hanya sekitar 33,3% responden yang menunjukkan tindakan sesuai mengenai penggunaan obat sakit kepala, padahal pernyataan tersebut bertolak belakang dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 386/MENKES/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas bagian A poin ke-11a menyatakan bahwa :

“Iklan obat tidak boleh memberikan anjuran dengan mengacu pada pernyataan profesi kesehatan mengenai khasiat, keamanan dan mutu obat (misalnya, "Dokter saya merekomendasi …..")” (MenKes, 1994).

Pada item pernyataan ke-8 hanya sekitar 37,5% responden yang menunjukkan tindakan sesuai mengenai penggunaan obat sakit kepala, padahal pernyataan tersebut bertolak belakang dengan Kriteria Etik Promosi Obat (Ethical

Criteria for Medicinal Drug Promotion) tahun 1988 yang mencantumkan bahwa : “Informasi dalam iklan obat yang ditujukan kepada masyarakat awam meliputi nama senyawa aktif dalam International Non-proprietary Names (INN) atau nama generiknya dan nama dagang, bentuk sediaan dan kandungan senyawa

aktif tiap sediaan, dosis dan aturan pakai yang dianjurkan, indikasi terapetik, efek samping dan efek yang tidak dikehendaki, perhatian khusus, peringatan dan kontraindikasi, interaksi penting, sumber referensi yang berkaitan, dan nama/alamat pabrik” (WHO, 1988).

Pada item pernyataan ke-11 hanya sekitar 46,1% responden yang menunjukkan tindakan sesuai mengenai penggunaan obat sakit kepala, padahal pernyataan tersebut bertolak belakang dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 386/MENKES/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas bagian A poin ke-13 yang menyatakan bahwa :

“Iklan obat tidak boleh menunjukkan efek/kerja obat segera sesudah penggunaan obat” (MenKes, 1994).

Pada item pernyataan ke-14 hanya sekitar 33,9% responden yang menunjukkan tindakan sesuai mengenai penggunaan obat sakit kepala, padahal pernyataan tersebut bertolak belakang dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 386/MENKES/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas bagian A poin ke-6 menyatakan bahwa :

“Iklan obat tidak boleh mendorong penggunaan berlebihan dan penggunaan terus menerus” (MenKes, 1994).

Berikut ini gambaran jawaban aspek tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan ibu rumah tangga di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta Tahun 2014.

Tabel XXVII. Gambaran jawaban tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan ibu rumah tangga di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman

Yogyakarta Tahun 2014

Keterangan Tabel XXVII :

SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju Angka yang dicetak tebal : jawaban yang sesuai dengan peraturan periklanan yang berlaku.

No Pernyataan

Persentase responden yang menjawab pilihan (100%)

N=165

Kecenderungan (SS+S)/(TS+STS)

SS S TS STS

1. Menggunakan obat sakit kepala yang mencantumkan nama industri farmasi

20 44,2 34 1,8 Setuju 2. Penggunaan obat tidak didasari

janji kesembuhan yang tercantum diiklannya

14,6 52,1 29,7 3,6 Setuju 3. Menggunakan obat yang iklannya

diperankan tenaga kesehatan 15,8 33,3 47,9 3,0 Tidak Setuju 4. Penggunaan obat tidak

dipengaruhi oleh informasi perhatian dalam iklannya

9,1 59,4 30,3 1,2 Setuju 5. Menggunakan obat sakit kepala

setiap merasakan nyeri kepala. 13,3 27,8 46,1 12,8 Tidak Setuju 6. Penggunaan obat tidak

dipengaruhi oleh adanya informasi efek samping dalam iklan

7,9 52,7 36,4 3,0 Setuju 7. Menggunakan obat sakit kepala

yang terdapat rekomendasi dari tenaga kesehatan.

15,2 51,5 30,3 3,0 Setuju 8. Penggunaan obat tidak

dipengaruhi oleh adanya informasi kontraindikasi di iklan

14,0 48,5 32,7 4,8 Setuju 9. Menggunakan obat yang

mencantumkan informasi peringatan dalam iklan

18,8 55,2 25,4 0,6 Setuju 10. Menggunakan obat sakit kepala

atas dasar pilihan saya sendiri 20,6 57,0 17,0 5,4 Setuju 11. Menggunakan obat sakit kepala

yang menunjukkan efek segera menyembuhkan

13,9 40,0 43,0 3,1 Setuju 12. Penggunaan obat tidak

dipengaruhi iklan obat yang sering muncul

16,4 53,9 23,6 6,1 Setuju 13. Menggunakan obat sakit kepala

yang mencantumkan kandungan zat aktif

12,1 54,0 31,5 2,4 Setuju 14. Menggunakan obat sakit kepala

dengan merek dagang yang sama bila sebelumnya pernah menyembuhkan sakit kepala

Untuk mempermudah proses pengkategorian peneliti mengkategorikan tindakan sesuai berdasarkan nilai rata-rata skor total responden antara 2,51-4,0 dan tindakan tidak sesuai berdasarkan nilai rata-rata skor total responden antara 1-2,50. Berikut ini kategori tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan ibu rumah tangga di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta Tahun 2014.

Tabel XXVIII. Distribusi persentase tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan ibu rumah tangga di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman

Yogyakarta Tahun 2014

Kategori Skor ∑ Responden Persentase (100%) N=165

Sesuai 2,51-4,0 83 50,3

Tidak sesuai 1-,2,50 82 49,7

Pada Tabel XXVIII terlihat bahwa tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan ibu rumah tangga di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta Tahun 2014 masuk dalam kategori sesuai dengan persentase 50,3%, artinya responden menggunakan obat sakit kepala sesuai dengan kriteria periklanan berdasarkan undang-undang yang berlaku. Adanya responden yang menjawab salah pada item pernyataan ke-4, 6, 7, 8, 11, dan 14 dapat dipengaruhi beberapa faktor.

Menurut Kotler dan Armstrong (2006), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam menentukan keputusan pembelian/penggunaan suatu produk meliputi faktor budaya dalam cara hidup dan kebiasaan, faktor sub-budaya atau kebudayaan khusus pada satu golongan masyarakat, faktor kelas sosial, keluarga, dan faktor pribadi yang terdiri dari usia dan tahap daur hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri,

gaya hidup, serta faktor psikologis yang meliputi motivasi, presepsi, belajar, keyakinan dan sikap.

Handoko dan Dharmmesta (2011) juga menyebutkan bahwa kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan berhubungan dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (minat beli). Ketika konsumen akan membeli produk tertentu, konsumen akan melakukan perencanaan, mengambil tindakan relevan berupa usul, rekomendasi, melakukan pemilihan, dan pada akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan pembelian. Pengambilan tindakan penggunaan obat dapat dipengaruhi oleh rekomendasi dari berbagai sumber informasi, salah satunya berupa iklan. Liliweri (2013) menyebutkan bahwa fungsi iklan adalah sebagai komunikasi persuasif yang bertujuan mempengaruhi sikap dan perilaku penerima iklan. Morrisan (2010) juga menambahkan bahwa kreativitas dan efek iklan obat melalui media televisi sangat efektif menunjukkan cara kerja dari suatu produk pada saat digunakan sehingga mampu membujuk konsumen untuk membeli produk obat tersebut.

D. Hubungan Tingkat Pengetahuan mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 109-114)

Dokumen terkait