BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
D. Refleksivitas Anggota Klub Motor WKC
3. Tindakan
Tindakan menjadi tingkat paling nyata adanya refleksivitas
seseorang. Hal ini disebabkan karena tindakan yang diambil seseorang
commit to user
clxii
merupakan hasil dan keputusan pribadinya untuk melakukan sesuatu
(Lawang, 2004 :71). Dengan demikian, tindakan – tindakan yang
dilakukan para anggota WKC merupakan bentuk refleksivitas nyata
terhadap risiko fisik dan sosial yang telah berhasil mereka identifikasi dan
mereka sikapi.
Tindakan pertama yang akan dijelaskan merupakan wujud
refleksivitas para anggota WKC terhadap risiko fisik yaitu kecelakaan
lalu lintas. Tindakan refleksivitas anggota WKC terhadap risiko
kecelakaan terbagi menjadi dua bentuk, yaitu kelengkapan piranti safety
riding (keamanan berkendara) bagi pengendara dan motor, serta dari
kebiasaan dan pelaksanaan berbagai peraturan klub yang memuat perilaku
atau tindakan safety riding.
Piranti safety riding yang idealnya dikenakan oleh pengendara
antaralain : helmfull face (berukuran besar hingga menutupi wajah), jaket
dengan body protector (pelindung tubuh), sepatu, dan sarung tangan.
Sementara itu, piranti safety riding yang idealnya ada dalam kendaraan
atau motor antara lain kaca spion, lampu sign , dan speedo meter . Ketiga
piranti tersebut memiliki kegunaan masing-masing yang memudahkan
pengendara dalam berkendara secara aman dan nyaman. Kaca spion
sangat berguna untuk melihat kendaraan yang ada di belakang baik dari
sisi kanan atau kiri, dan lampu sign berguna sebagai tanda bagi kendaraan
di belakang jika pengendara ingin berbelok ke kanan atau kiri. Sementara
commit to user
clxiii
itu, speedo meter sangat berguna dalam mengontrol kecepatan kendaraan
saat melaju.
Tindakan refleksif anggota WKC dalam mengatasi risiko
kecelakaan tercermin dalam kelengkapan piranti safety riding yang
dikenakan pengendara maupun yang ada dalam kendaraan atau motor.
Piranti safety riding yang dikenakan oleh para pengendara motor juga
dilakukan oleh para anggota WKC. Menurut pengamatan yang telah
dilakukan,
helm
full face menjadi piranti safety riding yang selalu
digunakan para anggota WKC saat berkendara sehari-hari, baik jarak
dekat maupun jauh. Pengamatan dari 10 informan anggota WKC juga
menunjukkan bahwa semuanya memakai helm
full face saat berkendara,
baik saat jarak dekat maupun saat jarak jauh (saat melakukan touring).
Sementara itu, piranti safety riding berupa sepatu
penggunaannya berbeda oleh tiap anggota. Tidak semua anggota WKC
memakai sepatu saat berkendara jarak dekat (dalam kota), namun terdapat
beberapa orang yang tetap memakai sepatu dalam berkendara jarak dekat.
Dari hasil pengamatan terhadap 10 informan , ditemukan bahwa sebanyak
5 orang yang memakai sepatu saat berkendara jarak dekat.
Hasil pengamatan lain menunjukan, bahwa seluruh anggota
WKC yang 10 informan memakai sepatu saat mengikuti touring atau
berkendara dengan jarak yang jauh. Sementara itu, piranti lain yaitu jaket
dengan body protector juga hanya dikenakan oleh para seluruh informan
commit to user
clxiv
inti saat berkendara dalam jarak yang jauh atau saat sedang mengikuti
touring saja, dan tidak digunakan saat berkendara pada jarak dekat
(lingkup dalam kota). Dari pengamatan terhadap seluruh 10 informan
diketahui bahwa seluruhnya tidak mengenakan jaket saat berkendara jarak
dekat, dan mengenakannya hanya saat berkendara dengan jarak jauh/
touring.
Gambar 10
Perlengkapan Safety Riding Anggota WKC saat Touring ke Pacitan
Piranti
safety riding yang ideal dikenakan pengendara
selanjutnya adalah sarung tangan. Piranti tersebut jarang dikenakan oleh
para anggota WKC, dan hanya dikenakan saat berkendara jarak jauh /
melakukan
touring, dan tidak semua anggota mengenakannya. Hasil
pengamatan terhadap 10 informan inti menunjukkan bahwa hanya
sejumlah 4 anggota saja yang mengenakan sarung tangan dan hanya saat
berkendara jarak jauh.
commit to user
clxv
Untuk mempermudah penjelasan mengenai piranti-piranti safety
riding yang dikenakan oleh para anggota Klub Motor WKC yang menjadi
informan , dapat digambarkan pada tabel berikut ini :
Tabel 11
Piranti Safety Riding yang dikenakan Anggota Klub Motor
WKC
No
Nama Informan
Jenis perjalanan
Jarak dekat
Jarak Jauh /touring
Piranti yang digunakan
1 Erwin
Helmfull face,
Helm
full face ,jaket body protector ,
sepatu
2
Faisal Hidayat
Helm full face
Helmfull face, jaket body protector
3
Beny Ery C
Helmfull face , sepatu
Helm
full face, jaket body protector ,
sepatu
4
Bp. Bagus
Pradondon
Helmfull face, sepatu
Helm
full face, jaket body protector ,
sepatu
5
Bp. Susilo
Helmfull face
Helm
full face, jaket body protector ,
sepatu
6
Anthony Ilham
Helmfull face
Helm
full face, jaket body
protector,
sepatu, sarung tangan
7
Prasetyo
Helmfull face, sepatu
Helm
full face, jaket body protector,
sepatu
8
Agus Purwanto
Helmfull face, sepatu
Helm
full face, jaket body protector,
sepatu, sarung tangan
9
Bp. Deva
Wardana
Helmfull face
Helm
full face, jaket body protector,
sepatu, sarung tangan
10 Bp. Anang
Mardiyanto
Helmfull face, sepatu
Helm
full face, jaket body protector,
commit to user
clxvi
Piranti safety
riding yang digunakan para anggota WKC dalam
motornya melalui hasil pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa hanya lampu sign saja yang terdapat dalam seluruh motor para
informan . Sementara itu, untuk kaca spion dan speedo meter diketahui
bahwa tidak semua motor milik informan anggota WKC, yang dilengkapi
keduanya. Untuk kaca spion ditemukan bahwa sejumlah 8 kendaraan
dari 10 kendaraan informan dilengkapi piranti tersebut, namun kaca spion
yang terpasang tidak berjumlah dua, hanya satu saja, baik di kiri maupun
kanan. Untuk speedo meter, diketahui bahwa dari 10 kendaraan informan,
hanya sebanyak 4 kendaraan yang dilengkapi oleh piranti tersebut.
Untuk mempermudah penjelasan mengenai piranti-piranti safety
riding yang dikenakan oleh para anggota Klub Motor WKC yang menjadi
commit to user
clxvii
Tabel 12
Piranti Safety Riding yang digunakan pada Motor
Anggota Klub Motor WKC
No
Nama Informan
Piranti yang digunakan
Lampu sign
Kaca spion
Speedo
meter
1
Erwin
V
V
-
2 Faisal Hidayat
V
V
-
3 Beny Ery C
V
V
V
4 Bp. Bagus
Pradondon
V - -
5 Bp. Susilo
V
V
V
6 Anthony Ilham
V
-
-
7 Prasetyo
V
V
-
8 Agus Purwanto
V
V
V
9
Bp. Deva Wardana
V
V
-
10 Bp. Anang
Mardiyanto
V V V
Keterangan :
Tanda ( v ) : menggunakan
Tanda ( - ) : tidak menggunakan
Bentuk tindakan refleksif anggota WKC terhadap risiko fisik
atau kecelakaan lalu lintas selanjutnya adalah kebiasaan dan pelaksanaan
peraturaan atau norma WKC yang berkaitan dengan perilaku atau
tindakan
safety riding. Norma atau peraturan tersebut sifatnya tidak
tertulis. Norma atau peraturan yang dimaksud antara lain : norma dalam
pelantikan anggota baru, dan pelaksanaan berbagai peraturan saat
melakukan touring.
commit to user
clxviii
Peraturan bagi para anggota baru WKC harus menjalani proses
pelantikan. Proses pelantikan yang dimaksud, berisi pengarahan
mengenai Klub Motor WKC sendiri, serta beberapa kegiatan yang
bertujuan menguji kekuatan fisik, mental dan teknis berkendara. Kegiatan
fisik yang dimaksud adalah melakukan push up sebanyak 20 kali dan skot
jump sebanyak 20 kali. Sementara itu kegiatan yang bermaksud menguji
mental para anggota adalah menyanyi dengan menyanyikan lagu-lagu
nasional di depan umum. Terakhir, kegiatan yang berkaitan dengan teknis
berkendara, maka akan dilihat bagaimana cara anggota tersebut
mengendarai RX Kingnya.
Kegiatan yang menguji kemampuan fisik dan teknik berkendara
yang merupakan tindakan refleksif anggota WKC terhadap risiko
kecelakaan. Kegiatan melakukan push up sebanyak 20 kali dimaksudkan
untuk menguji dan memperkuat kekuatan tangan dan lengan. Hal ini
penting dilakukan mengingat RX King merupakan motor yang cukup
ringan sehingga kekuatan tangan dalam mencengkeram stang motor
menjadi kunci agar pengendara tidak terjatuh saat melaju. Sementara itu,
skot jump sebanyak 20 kali juga dimaksudkan untuk menguji dan
memperkuat kekuatan kaki, yang juga diperlukan ketika kendaraan
mengalami masalah atau trouble, dimana kaki digunakan sebagai alat
penarik motor lain yang mengalami trouble. Hal tersebut juga
commit to user
clxix
Kalo di WKC itu kebetulan saya mbak yang “ngospek”
(melakukan pelantikan). Ospeknya itu, push up 20 kali, skot
jump 20 kali sama nyanyi lagu-lagu nasional di depan umum.
Kalo push up itu maksudnya nguji kekuatan tangan, soale itu
yang paling penting, kalo tangan udah kuat mau senggolan ga
bakalan jatuh, tau sendiri RX King itu kan ringan. Kalo skot
jump buat kekuatan kaki mbak, ya kalo trouble RX King itu ga
ditarik tapi dipancal pake kaki, jadi penting banget tangan dan
kaki yang kuat. (Wawancara, 12 November 2011)
Kemampuan teknis berkendara dengan RX King juga menjadi hal yang
diujikan saat pelatikan anggota baru. Dalam proses tersebut akan dilihat
apakah cara berkendara anggota tersebut telah baik (menguasai), dan
aman sehingga layak menjadi anggota WKC. Selain itu, tindakan
pelarangan bagi para anggota WKC yang notabene masih baru untuk
mengikuti touring juga menjadi contoh kegiatan refleksif selanjutnya. Hal
ini disebabkan karena
Peraturan atau norma yang tidak tertulis selanjutnya adalah
pelaksanaan berbagai peraturan dalam touring. Pelaksanaan peraturan
tersebut meliputi adanya sweeper sebagai pemimpin dalam tiap touring
yang dilakukan oleh WKC. Sweeper merupakan pemimpin dalam tiap
touring, yang mempunyai tugas pokok untuk mengatur barisan para
anggota dalam berkendara di jalan. Terdapat tiga orang sweeper dalam
WKC, yaitu Deva Wardana yang merupakan sweeper flow rider
(pembuka jalan) yang posisinya paling depan, Ericho dan Agus Purwanto
sebagai sweeper pengatur barisan, yang masing-masing berada di posisi
commit to user
clxx
tengah dan paling belakang saat perjalanan touring. Berikut kutipan
wawancara dengan Deva Wardana dan Agus Purwanto
Bapak Deva Wardana
Ya mbak saya sweeper, yang mimpin pas di jalan agar pas di
jalan tidak merugikan yang lain. Tapi saya itu yang flow rider
mbak, itu yang tugasnya membuka dan mencari jalan. Posisinya
paling depan sendiri kalo pas touring. (Wawancara, 29 Oktober
2011)
Agus Purwanto
Sweeper WKC itu ada Mas Deva, Mas Richo sama aku mbak.
Ya tugase ikut bantu ngatur temen-temen aja pas touring, ya ada
yang bilang juga yang mimpin pas di jalan (Wawancara, 29
Oktober 2011)
Sweeper atau pimpinan saat touring memiliki peran penting
dalam keamanan dan keselamatan berkendara para anggota WKC saat
berlangsungnya touring. Demi menciptakan keadaan tersebut, sweeper
juga memberi tanda atau aba-aba bagi peserta touring dalam berkendara.
Aba-aba yang dimaksud seperti untuk pelan, berhenti, dan cepat,
sementara itu aba-aba juga diberikan ketika menghadapi sesuai dengan
kondisi jalan seperti saat melewati jalan berlubang dan saat akan
mendahului kendaraan di depan.
Aba-aba yang diberikan sweeper agar kendaraan berjalan pelan
dengan cara melakukan gerakan tangan dari atas ke bawah, dan jika
berhenti dengan mengepalkan tangan. Jika aba-aba yang dimaksudkan
agar kendaraan berjalan cepat yaitu dengan menggerakan tangan dari arah
commit to user
clxxi
belakang ke depan. Selain itu, aba-aba juga diberikan sweeper saat
menghadapi kondisi tertentu seperti saat menghadapi jalan yang
berlubang dengan membuka kaki sesuai arah dimana keberadaan jalan
tersebut, jika terdapat di sebelah kiri maka membuka kaki kiri, begitupun
sebaliknya jika berada di sisi kanan maka membuka kaki kanan. Jika jalan
berlubang dengan ukuran besar maka akan diberi aba-aba dengan
membuka kedua kaki. Saat akan mendahului kendaraan di depan maka
sweeper akan memberi aba-aba tertentu mengenai jumlah kendaraan yang
dapat melewati, yaitu menunjuk satu jari untuk satu kendaraan dan dua
jari untuk dua kendaraan.
Adanya sweeper sebagai pemimpin dalam touring menjadi suatu
tindakan
refleksif karena para pengendara atau anggota WKC yang
lainnya menjadi dapat terkontrol dan tidak semaunya sendiri. Sehingga
risiko akan kecelakaan lalu lintas pun dapat dikurangi.
Tindakan refleksif anggota WKC dalam mengatasi risiko sosial,
seperti individualitas dilakukan lewat beberapa kegiatan atau aktivitas.
Tindakan mereka untuk menjadi anggota WKC dan mengikuti kegiatan
yang diselenggarakan merupakan salah satu bentuk pelaksanaan norma
tertulis WKC yaitu dalam kewajiban menjaga persatuan dan kesatuan
serta persaudaraan klub. Tindakan yang dimaksud adalah mengikuti
kegiatan-kegiatan WKC yang menjadi sarana interaksi para anggotanya,
seperti kumpul atau nongkrong setiap minggu di alun-alun Wonogiri dan
commit to user
clxxii
dealer AHAS Wonogiri, bakti sosial ke tempat atau daerah-daerah di
Wonogiri dan touring. Selain itu, dalam memenuhi kewajiban organisasi
yang salah satunya dengan membayar iuran sebesar Rp 10.000,00 tiap
bulan juga merupakan tindakan refleksif. Karena uang-uang tersebut akan
digunakan untuk mendukung melakukan kegiatan-kegiatan klub, seperti
yang bersifat sosial yaitu bakti sosial. Dalam iuran bulanan tersebut juga
dialokasikan ke dalam kas yang digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan
mendesak atau tidak terduga, seperti saat anggota mengalami musibah,
maka uang kas juga akan diberikan untuk membantu. Sesuai yang
diungkapkan oleh Ketua WKC Bapak Anang Mardiyanto
Kalo tiap bulan itu anggota bayar iuran Rp 10.000, 00. Itu nanti
selain buat klub, juga lebih buat kas mbak. Jadi nanti kas itu
diberikan kalo ada anggota yang kena musibah, meninggal atau
sakit. Tapi selain dari uang kas, kalo ada “tilik”an (menengok
orang sakit) dan “layat”an (mendatangi tempat orang yang
meninggal dunia) tetep ada sumbangan sukarela juga.
(Wawancara, 23 Oktober 2011)
Dari apa yang telah diungkapkan oleh Bapak Anang tersebut
juga dapat diketahui bahwa terdapat bentuk tindakan reflektif lainnya
yaitu tindakan saling membantu atau menolong anggota lain saat
mengalami musibah. Berbagai tindakan, seperti tindakan sukarela dengan
memberi bantuan dana sukarela saat anggota lain mengalami musibah,
dan juga saling mendatangi jika ada acara baik musibah (sakit dan
meninggal dunia) maupun perayaan (pernikahan, kelahiran anak)
commit to user
clxxiii
merupakan wujud penerapan norma resiprositas yang juga diberlakukan
WKC.
Tindakan saling mendatangi saat anggota WKC memiliki acara,
dan tindakan memberikan sumbangan sukarela saat sedang tertimpa
musibah juga berarti penerapan nilai-nilai yang dikembangkan oleh
WKC. Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai kebersamaan atau
solidaritas, dan prinsip kerukunan atau harmoni.
Kesan kurang baik pada para pengendara motor RX King yang
disebabkan suara motor yang keras dan imbas pemberitaan media massa
tentang hal-hal negatif mengenai geng motor, juga menjadi bentuk risiko
sosial yang ditindak lanjuti para anggota WKC dengan berbagai tindakan
atau kegiatan. Tindakan reflektif anggota WKC juga ditunjukkan dengan
cara memenuhi persyaratan menjadi anggota, yaitu dengan memiliki
SIM C ,KTP , dan STNK. Hal tersebut menjadi bukti bahwa para anggota
WKC tersebut memiliki identitas yang jelas sebagai anggota klub motor
dan juga sebagai seorang warga negara dan warga masyarakat layaknya
orang lain.
Tindakan menggunakan simbol atau identitas resmi anggota
WKC. Identitas resmi inilah yang akan membedakan anggota WKC
dengan klub motor, komunitas motor atau geng motor lainnya. Simbol
yang dimaksud, antara lain stiker WKC yang ditempel pada bagian
commit to user
clxxiv
belakang motor, kemeja dan jaket WKC yang dikenakan tiap
berlangsungnya acara atau kegiatan klub.
Tidak membuka gas saat melintasi tempat-tempat umum seperti
rumah sakit, sekolah, dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar
masyarakat tidak terganggu dengan keberadaan RX King yang notabene
kendaraan dengan suara yang keras.
Tidak melakukan kegiatan seperti “balap liar” juga merupakan
suatu tindakan refleksif untuk menjawab kesan yang tidak baik mengenai
para pengendara RX King. Selain itu, agar hal tersebut semakin menjadi
perhatian penting dan kebiasaan bagi para anggota, WKC juga telah
menetapkannya sebagai peraturan yang memiliki sangsi tertentu. Sangsi
yang diperuntukan bagi anggota yang melakukan balap liar adalah
peringatan dan pengeluaran dari keanggotaan WKC. Peringatan diberikan
jika hal tersebut baru pertama atau kedua kali dilakukan, namun jika
melebihi akan segera dikeluarkan dari keanggotaan WKC.
Untuk lebih memudahkan melihat refleksivitas anggota WKC, baik
berupa pemikiran, sikap maupun tindakan, berdasarkan pemaparan di atas, maka
disajikan tabel sebagai berikut
commit to user
clxxv
Tabel 13
Matrik Refleksivitas Anggota Klub Motor WKC
Refleksivitas
Pemikiran Sikap Tindakan
Kemampuan mengidentifikasi
risiko-risiko yang mengancam :
-
Risiko fisik
( kecelakaan lalu lintas )
-
Risiko sosial, terdiri dari :
1.
individualitas
2.
kesan kurang baik pada
pengendara motor RX
King, (karena suara
motor yang keras, dan
imbas pemberitaan
negatif media massa
tentang geng motor)
Adanya sikap untuk mengatasi
risiko :
-
Risiko fisik :
Adanya kepedulian terhadap
keselamatan berkendara
-
Risiko sosial, terdiri dari :
1.
Individualitas :
Adanya peraturan /norma
yang tertulis dan tidak
tertulis, berisi nilai-nilai
mengenai resiprositas,
prinsip
harmoni/kerukunan,
solidaritas/kebersamaan,
dan ”pekewuh”
Berbagai tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi
risiko :
-
Risiko fisik :
Menggunakan piranti
safety riding bagi motor
dan pengendara, kebiasaan
dan pelaksanaan peraturan
klub yang berkaitan dengan
safety riding, seperti :
pelatikan anggota dan
peraturan saat touring
-
Risiko sosial :
1.
Individualitas :
Mengikuti kegiatan
WKC, memenuhi
kewajiban organisasi
(membayar iuran tiap
bulan), dan saling
mendatangi jika anggota
memiliki acara atau saat
terkena musibah
commit to user
clxxvi
2.
Kesan kurang baik pada
pengendara motor RX
King (karena suara motor
keras dan imbas
pemberitaan negatif
media massa pada geng
motor) :
Adanya norma tertulis
dan tidak tertulis,
mengenai kewajiban para
anggota untuk menjaga
nama baik WKC,
kewajiban mematuhi tata
tertib lalu lintas, dan
keamanan dan ketertiban
masyarakat (kamtibmas),
dan beberapa larangan
untuk melakukan tindakan
kriminalitas dan
menyalahgunakan
narkoba.
2.
Kesan kurang baik pada
pengendara RX King
(karena suara motor yang
keras dan imbas
pemberitaan negatif
media massa tentang
geng motor) :
Memenuhi persayaratan
menjadi anggota WKC,
menggunakan simbol
dan identitas resmi WKC
saat acara klub, tidak
membuka gas di tempat
umum, dan tidak
melakukan “balap liar”.
Dalam dokumen
MODAL SOSIAL DAN REFLEKSIVITAS DALAM MASYRAKAT RISIKO ( Suatu Kajian terhadap Anggota Klub Motor Wonogiri King Club (WKC) )
(Halaman 161-176)