• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM ANTI DUMPING DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

C. Tindakan Remedial

Untuk mengatasi praktik dumping, maka di dalam ketentuan GATT-WTO ditegaskan bahwa, apabila suatu negara terbukti melakukan praktik dumping yang dapat menimbulkan kerugian bagi negara pengimpor, maka negara pengimpor yang dirugikan oleh praktik tersebut mempunyai hak untuk menjatuhkan sanksi balasan. Sanksi balasan tersebut adalah berupa pengenaan bea masuk tambahan yang disebut dengan “bea masuk antidumping” yang dijatuhkan terhadap produk- produk yang diekspor secara dumping. Hal ini telah ditegaskan dalam Article VI

section (2) sebagai berikut.

“in order to offset or prevent dumping, a contracting party may levy on aany dumped product an antidumping duty not greater in amount than the margin of dumping in respect of such product. For the purpose of this Article, the margin of dumping is the price difference determined in accordance with the provision of paragraph 1.”

Berdasarkan pasal di atas, maka negara yang dirugikan dengan adanya dumping dapat mengenakan bea tambahan pada barang-barang yang terkena dumping sebesar “margin dumping”.

Remedi perdagangan baik berupa Anti Dumping, Anti Subsidi maupun tindakan pengamanan (Safeguard), merupakan instrument kebijakan perdagangan internasional yang paling banyak digunakan oleh negara-negara importir anggota

World Trade Organization (WTO) untuk melindungi industri dalam negerinya.

Secara umum pengertian remedi perdagangan mengacu kepada tindakan atau kebijakan pemerintah untuk menimalkan dampak negatif dari impor terhadap industri dalam negeri.

Tindakan remedi ini digunakan dalam dua kondisi baik yang dilakukan secara tidak jujur (unfair trade) maupun secara jujur (fair trade) tidak jarang

dapat merugikan industri dalam negeri. Impor yang dilakukan secara tidak jujur dan merugikan industri dalam negeri adalah impor produk-produk asing dengan harga dumping, dan impor produk asing yang bersubsidi. Sedangkan impor yang dilakukan secara jujur tapi dapat merugikan industri dalam negeri adalah impor yang jumlahnya melonjak secara tepat dan tidak wajar. Jika industri dalam negeri dibiarkan untuk terlindas industri asing dengan cara membiarkan mereka melaukan praktek dumping dan subsidi serta membiarkan terjadinya lonjakan impor, maka dikhawatirkan akan berdampak pada kerugian perusahaan yang pada gilirannya akan mengarah pada PHK.

Namun tidak sepenuhnya para ekonom pro-liberalisasi mendukung tindakan remedi ini karena dianggap sebagai proteksi terhadap impor yang mengarah pada inefisiensi kesejahteraan ekonomi dan tidak lebih hanya diposisikan sebagai kebijakan terbaik kedua (second-best policy). Meskipun demikian para ekonom telah menyepakati tindakan remedy perdagangan kedalam perjanjian perdagangan internasional yakni WTO, sebagai pengecualian dengan motivasi insurance (jaminan) dan safety value (katup pengaman).56

56

Nandang Sutrisno, “Memperkuat Sistem Hukum Remedi Perdagangan, Melindungi

Industri Dalam Negeri,”Jurnal Hukum No. 2 Vol. 14, (14 April 2007); hlm 234

Sebenarnyya negara anggota WTO akan sangat sulit menandatangani perjanjian tersebut jika tidak menjamin keselamatan produk industri dalam negerinya, namun harus diakui bahwa mekanisme ini sangat berpotensi untuk disalahgunakan sebagai proteksi terselubung sehingga kontraproduktif dengan paradigma liberalisasi perdagangan yang merupakan filosofi dasar dari WTO sendiri. Maka mekanisme

ini diatur dalam ketentuan-ketentuan WTO secara ketat, baik mengenai dimensi- dimensi substansi maupun proseduralnya.

Untuk mengenakan tindakan remedi terhadap produk dumping harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut57

1. Adanya penentuan bahwa tindakan dumping telah terjadi, termasuk estimasi margin dumping-nya.

:

2. Adanya kerugian material atau ancaman terjadinya kerugian material terhadap industri dalam negeri.

3. Adanya hubungan kausal yang menunjukkan bahwa tindakan dumping merupakan penyebab terjadinya kerugian atau ancaman kerugian tersebut. Tindakan remedial dapat dikenakan baik sementara maupun tetap. Pengenaan tindakan remedial ini hanya dapat dilakukan setelah adanya investigasi oleh otoritas yang berwenang berdasarkan prosedur sebagaimana diatur dalam pasal 5 sampai dengan pasal 14 Antidumping Agreement.

Disamping itu untuk melaksanakan ketentuan antidumping, dalam Perjanjian Uruguay Round (GATT-WTO) telah dibentuk suatu Komite Praktik Antidumping (Committe Practice) yang disebut dengan “komite” yang terdiri atas wakil dari tiap-tiap anggota selanjutnya akan memilih ketua. Komite akan menjalankan tanggung jawab sebagaimana ditugaskan berdasarkan persetujuan para anggota. Setiap anggota diberi kesempatan untuk berkonsultasi mengenai setiap permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan persetujuan.

57

Keputusan pengenaan “bea masuk anti dumping” ditentukan oleh pihak yang berwenang dari negara pengimpor. Bea masuk antidumping dapat dikenakan untuk jangka waktu lima tahun. Adapun bea masuk antidumping sementara (provisional duties) dapat diterapkan untuk jangka waktu empat sampai sembilan tahun, tergantung pada keadaannya dengan persyaratan sebelumnya telah ditemukan adanya dumping dan injury. Jika bea masuk antidumping berlaku surut, maka penentuan pembayaran bea masuk antidumping akan berlaku segera, biasanya antara 12 bulan hingga 18 bulan setelah tanggal permintaan untuk penaksiran akhir jumlah bea masuk anti dumping dibuat.

Setiap pembayaran kembali akan segera dilakukan dalam waktu maksimal 90 hari setelah penentuan pembayaran final. Dalam setiap kasus yang berwenang akan memberikan penjelasan apabila diminta. Jika bea masuk antidumping diterapkan secara prospektif, maka akan dibuat ketentuan untuk pengembalian secara cepat, atas permintaan untuk setiap bea masuk yang dibayar yang melebihi selisih dumping.

Pembayaran kembali setiap bea masuk antidumping yang dibayarkan melebihi selisih dumping yang sebenarnya akan dilakukan dalam waktu 12 bulan, dan tidak lebih dari 18 bulan setelah tanggal permintaan pembayaran kembali. Hal ini harus didukung oleh bukti yang dibuat oleh pengimpor produk yang dikenakan bea masuk antidumping. Pembayaran kembali tersebut dibuat dalam waktu 90 hari sebagaimana dijelaskan di atas.

Dalam ketentuan pembayaran kembali, yang berwenang harus mempertimbangkan setiap perubahan dalam nilai normal, setiap perubahan dalam

biaya yang terjadi antara pengimpor dan penjualan kembali, dan setiap gerakan dalam harga penjualan kembali yang tercermin dalam harga-harga penjualan selanjutnya, dan harus menghitung harga ekspor dengan tanpa potongan untuk sejumlah bea masuk antidumping yang dibayar ketika bukti-bukti di atas disediakan.

Apabila suatu produk yang dikenakan bea masuk antidumping di negara anggota pengimpor, maka yang berwenang akan segera melakukan peninjauan kembali di negara pengekspor. Peninjauan kembali tersebut dimaksudkan untuk menentukan selisih dumping tiap-tiap pengekspor atau produsen yang belum mengekspor produk dimaksud ke anggota pengimpor pada waktu dilakukan penyelidikan asalkan pengekspor dam produsen tersebut dapat menunjukkan bukti bahwa mereka tidak ada hubungan dengan pengekspor atau produsen di negara pengekspor yang dikenakan bea masuk antidumping.

Selama dalam peninjauan kembali pengekspor atau produsen yang ditinjau tersebut tidak dikenakan bea masuk antidumping. Namun demikian, pihak yang berwenang dapat meminta jaminan bahwa apabila dalam melakukan peninjauan menghasilkan temuan bahwa adanya indikasi terjadinya dumping yang dilakukan oleh pengekspor/produsen, maka bea masuk antidumping dapat dikenakan berlaku surut sejak tanggal mulai peninjauan.

Dalam pelaksanakan bea masuk antidumping semua pihak yang berkepentingan harus diberi kesempatan untuk menyampaikan bukti dan mempertahankan kepentingan mereka. Semua informasi mengenai suatu kasus, termasuk petisi harus dapat diperoleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan

memperhatikan permintaan perlakuan confidential. Jadi informasi yang dapat memberikan keuntungan kepada kompetitor tidak perlu dibuka, kecuali berbentuk ringkasan.

Keputusan untuk mengenakan bea masuk antidumping atau tidak terhadap kasus-kasus yang persyaratannya telah terpenuhi dan berapa jumlah bea masuk anti dumping yang akan dikenakan merupakan kewenangan pihak yang berwenang dari negara pengimpor.

BAB III