• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Deskripsi Karakteristik Responden

3.93 Tinggi 2. Saya sering membeli

produk yang terlihat

3. Ketika saya berbelanja di Shopee, saya membeli Rata-rata Skor Total 3,86 Tinggi Sumber: Data Primer Diolah (2020)

Berdasarkan hasil di tabel V.7 dapat diketahui bahwa item pernyataan pada variabel pembelian impulsif yang memiliki rata-rata skor paling rendah adalah “Saya membeli produk di Shopee walaupun mengurangi anggaran kebutuhan lainnya” dengan rata-rata skor 3,61 meskipun termasuk dalam kategori tinggi. Ini menunjukkan bahwa

persepsi responden terhadap pembelian impulsif di Shopee tetap dilakukan walaupun mengurangi anggaran kebutuhan lainnya. Item pernyataan yang memiliki rata-rata skor paling tinggi adalah “Ketika saya berbelanja di Shopee, saya membeli karena saya merasa ingin segera mendapatkan produk tersebut” dengan rata-rata skor 4,05. Ini menunjukkan bahwa dorongan yang dirasakan responden untuk segera mendapatkan produk yang dijual di Shopee tinggi. Selain itu, rata-rata skor persepsi responden secara keseluruhan terhadap variabel pembelian impulsif di Shopee sebesar 3,86 termasuk dalam kategori tinggi. Ini berarti bahwa, pembelian impulsif di Shopee dilakukan konsumen karena ada keinginan untuk segera mendapatkan produk tersebut, dan mempersepsikan produk yang ditawarkan di Shopee terlihat menarik meskipun tidak ada kebutuhan dan keinginan, bahkan pembelian tersebut dapat mengurangi anggaran kebutuhan lainya.

4. Emosi Positif

Kuesioner pada variabel emosi positif menggunakan skala berbasis 1-5, dimana skala 1 menunjukkan bahwa persepsi konsumen terhadap setiap item pernyataan kuesioner pada variabel emosi positif pada Shopee sangat rendah. Sedangkan skala 5 menunjukkan bahwa persepsi konsumen terhadap setiap item pernyataan kuesioner pada variabel emosi positif pada Shopee sangat tinggi (lihat tabel III.4). Berikut ini hasil analisis deskriptif variabel emosi positif tersebut:

Tabel V.8

Hasil Analisis Deskriptif Variabel Emosi Positif Variabel No Item Pernyataan

Rata-rata Skor

Kategori

Emosi Positif

1. Saat berbelanja di Shopee saya merasa puas karena

pelayanannya yang baik.

4,15 Tinggi

2. Saat berbelanja di Shopee saya merasa senang karena produk yang saya beli sesuai.

4,11 Tinggi

3. Saya berbelanja di Shopee karena Shopee menyediakan apa yang saya butuhkan.

4,23 Sangat Tinggi 4. Saat berbelanja di Shopee saya

merasa senang karena Shopee

5. Saya merasa senang karena produk yang dibeli datang tepat waktu.

4,06 Tinggi

Rata-rata Skor Total 4,15 Tinggi Sumber: Data Primer Diolah (2020)

Berdasarkan hasil pada tabel V.8 dapat diketahui bahwa item pernyataan pada variabel emosi positif yang memiliki rata-rata skor paling rendah adalah “Saya merasa senang karena produk yang dibeli datang tepat waktu.” dengan rata-rata skor 4,06, termasuk kategori tinggi. Ini menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap ketepatan waktu dalam penerimaan produk yang dibeli di Shopee tinggi. Item pernyataan yang memiliki rata-rata skor paling tinggi adalah “Saya berbelanja di Shopee karena Shopee menyediakan apa yang saya butuhkan” dengan rata-rata skor 4,23. Ini menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap Shopee

yang memberikan kemudahan untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan oleh responden sangat tinggi. Selain itu, rata-rata skor total persepsi responden terhadap variabel emosi positif sebesar 4,15 dan termasuk dalam kategori tinggi. Ini dapat diartikan bahwa persepsi responden terhadap emosi positif (rasa puas dan rasa bahagia), yang diberikan Shopee tinggi sehingga bisa membuat konsumen merasa puas dan bahagia saat berbelanja di Shopee. Hal tersebut menunjukkan bahwa emosi positif yang diberikan oleh Shopee melalui pelayanan yang baik, kesesuaian produk yang dibeli, produk yang ditawarkan dapat memenuhi kebutuhan konsumen, kemudahan yang diberikan dan ketepatan waktu dalam pengiriman dapat membuat responden merasa puas dan bahagia (emosi positf) berbelanja di Shopee.

D. Pengujian

1. Pengujian Model Pengukuran (Outer Model)

Model pengukuran digunakan untuk mengetahui validitas konstruk dan reliabilitas instrumen penelitian.

a. Validitas Konstruk

Uji validitas digunakan untuk mengetahui validitas kuesioner untuk memastikan bahwa item-item pernyataan yang digunakan dalam penelitian dapat dimengerti oleh responden. Validitas konstruk terdiri dari validitas konvergen dan validitas diskriminasi.

1) Uji Validitas Konvergen

Menurut Chin (dalam Abdillah dan Hartono, 2015: 195) rule of thumb yang digunakan untuk validitas konvergen adalah loading factor > 0,7. Setelah kuesioner disebarkan kepada 20 responden pada tahap pra survei pertama yaitu masyarakat yang berdomisili di kota DIY yang menggunkan aplikasi Shopee, kuesioner lalu dikumpulkan lalu diolah dengan menggunakan aplikasi WarpPLS 6.0 yang menghasilkan loading factors sebagai berikut:

Tabel V.9

Nilai Loading Factor Kuesioner Pra Survei I

No Item

Pernyataan Nilai Loading Factor Status

1 X11 0,711 Valid

Tabel V.9

Nilai Loading Factor Kuesioner Pra Survei I (Lanjutan)

No Item Pernyataan Nilai Loading Factor Status

20 M11 0,768 Valid

21 M12 0,817 Valid

22 M13 0,603 Tidak Valid

23 M14 0,797 Valid

24 M15 0,848 Valid

25 M16 0,860 Valid

Sumber: Data Primer diolah dengan WarpPLS 6.0

Berdasarkan tabel V.9 tabel nilai loading factor, diperoleh item pernyataan X17 memiliki nilai loading factor sebesar 0,639, X24 bernilai 0,458, Y14 bernilai 0,684 dan M13 bernilai 0,603, sehingga ke4 item pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid karena nilai loading factor <0,70. Oleh karena itu penulis melakukan penghapusan terhadap 4 item yang tidak valid tersebut, sehingga yang tersisa dalam kuesioner tersebut ada 21 item pernyataan valid.

Sesudah dilakukan penghapusan terhadap 4 item pernyataan yang tidak valid maka selanjutnya penulis melakukan penyebaran kuesioner kepada 30 responden baru lainnya (tahap pra survei II). Setelah diuji diperoleh hasil seluruh item yang berjumlah 21 pernyataan kuesioner valid, kemudian penulis menyebar kepada 90 responden lagi, sehingga total responden yang digunakan dalam penelitian ini

sebanyak 120 responden, terdiri dari 30 responden pra survei tahap ke dua + 90 responden baru. 120 responden tersebut merupakan masyarakat yang berdomisili di DIY yang menggunakan aplikasi Shopee yang melakukan transaksi pembelian minimal 3 kali di bulan Januari 2020 – Februari 2020.

Berikut ini merupakan hasil nilai loading factor kuesioner untuk 120 responden pasca pra survei tahap dua dengan menggunakan aplikasi WarpPLS 6.0 dan menghasilkan nilai loading factor sebagai berikut:

Tabel V.10

Nilai Loading Factor Kuesioner Setelah Pra Survei No Item Pernyataan Nilai Loading Factor Status

1 X11 0,809 Valid

Tabel V.10

Nilai Loading Factor Setelah Pra Survei (Lanjutan)

No Item Pernyataan Nilai Loading Factor Status

17 M11 0,829 Valid

18 M12 0,740 Valid

19 M14 0,800 Valid

20 M15 0,814 Valid

21 M16 0,718 Valid

Sumber: Data Primer diolah dengan WarpPLS 6.0

Tabel V.10 menunjukkan hasil bahwa loading factor untuk 21 item pernyataan kuesioner dinyatakan valid sebab nilai loading factor >0,70.

Alat ukur lain untuk validitas konvergen adalah dengan menggunakan Average Variance Extracted (AVE). Rule of thumb yang digunakan untuk mengukur validitas konvergen adalah Average Variance Extracted (AVE) > 0,5 (Chin, dalam Abdillah dan Hartono, 2015: 195). Berikut nilai AVE dalam tabel:

Tabel V.11

Nilai Average Variance Extracted (AVE)

No Variabel Nilai AVE Status

1 MBH 0,626 Valid

2 PP 0,754 Valid

3 PI 0,754 Valid

4 EP 0,611 Valid

Sumber: Data Primer Diolah dengan WarpPLS 6.0

Berdasarkan tabel V.10 nilai Average Variance Extracted (AVE), semua variabel dinyatakan valid karena nilai AVE > 0,50.

2) Uji Validitas Diskriminan

Chin, Gopal, dan Salinsbury (dalam Abdillah dan Hartono, 2015: 195) mengatakan bahwa suatu model mempunyai validitas diskriminan yang cukup besar jika akar AVE untuk setiap konstruk lebih besar daripada korelasi antara konstruk lainnya dalam model. Berikut ini adalah nilai akar AVE dan korelasi variabel laten dalam tabel:

Tabel V.12

Nilai Akar AVE dan Korelasi Variabel Laten

Sumber: Data Primer diolah dengan WarpPLS 6.0

Berdasarkan tabel V.11 nilai akar AVE dan korelasi variabel laten di atas menunjukkan bahwa, semua variabel dinyatakan valid karena akar AVE > korelasi variabel laten.

MBH PP PI EP

MBH (0,791) 0,366 0,183 0,427

PP 0,356 (0,868) 0,109 0,189

PI 0,183 0,109 (0,868) 0,288

EP 0,427 0,189 0,288 (0,781)

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan akurasi, konsistensi, dan keputusan suatu alat ukur dalam suatu penelitian. Menurut Hair dkk (dalam Abdillah dan Hartono, 2015:196) suatu konstruk dikatakan reliabel jika memenuhi syarat rule of thumb nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability harus > 0,7 walaupun nilai 0,6 masih dapat diterima. Berikut adalah nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability dalam tabel:

Tabel V.13

Nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability No Variabel Cronbach’s

Alpha

Sumber: Data Primer diolah dengan WarpPLS 6.0

Berdasarkan tabel V.12 nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability di atas dapat disimpulkan bahwa semua variabel dinyatakan reliabel karena Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability > 0,6. Pada nilai Cronbach’s Alpha, nilai tertinggi sebesar 0,919 pada variabel promosi penjualan dan nilai terendah sebesar 0,839 pada variabel emosi positif. Selain itu, pada Composite Reliability, nilai tertinggi sebesar 0,940 pada variabel promosi

penjualan dan nilai terendah sebesar 0,887 pada variabel emosi positif.

2. Pemaknaan 𝑅2 dan Pengujian Model Struktural (Inner Model) a. Nilai 𝑅2

Nilai 𝑅2 digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut adalah nilai 𝑅2 yang diolah dengan menggunakan program WarpPLS 6.0 digunakan untuk menilai pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen:

Tabel V.14 Nilai 𝑹𝟐

No Variabel 𝑅2

1 Emosi Positif 0,293

2 Pembelian Impulsif 0,127

Sumber: Data Primer diolah dengan WarpPLS 6.0

Berdasarkan tabel V.13 nilai 𝑅2 di atas dapat diketahui bahwa nilai 𝑅2 variabel emosi positif sebesar 0,293 yang berarti 29,3%

variabel emosi positif dipengaruhi secara bersama-sama oleh variabel motivasi belanja hedonis dan promosi penjualan. Sedangkan sisanya, yaitu 70,7%, dapat dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian ini.

Nilai 𝑅2 pada variabel pembelian impulsif sebesar 0,127 yang berarti 12,7% variabel pembelian impulsif dipengaruhi secara

bersama-sama oleh variabel motivasi belanja hedonis dan promosi penjualan dan emosi positif, sedangkan sisanya, 87,3%, dapat dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian ini.

b. Pengujian Hipotesis 1-5

Hubungan antar variabel dalam metode penelitian ini dapat diketahui dari hasil estimasi path coefficient (koefisien jalur) dan p- value (tingkat signifikansinya). Berikut ini merupakan gambar hasil pengujian yang diolah dengan menggunakan WarpPLS 6.0:

Gambar V.1

Pengujian Model Penelitian dengan WarpPLS 6.0

Pengujian hipotesis yang diajukan dapat diketahui dari besarnya nilai p-value. Apabila p-value ≤ 0,05, maka Ho ditolak atau HA diterima, yang dapat diartikan terdapat pengaruh yang signifikan.

Jika p-value > 0,05 maka HO diterima atau HA ditolak, yang artinya

tidak terdapat pengaruh yang signifikan. Hasil estimasi path coefficient untuk mengetahui kekuatan pengaruh antar masing-masing variabel dan dapat menjelaskan ketegasan hubungan antar variabel dapat diketahui sebagai berikut ini:

Tabel V.15

Hasil Estimasi Path Coefficient

No Hipotesis Path

Coefficient

p-value Keterangan 1 MBH PI 0,177 0,022 Signifikan 2 PP PI 0,058 0,259 Tidak Signifikan 3 MBH EP 0,352 < 0,001 Signifikan 4 PP EP 0,253 0,002 Signifikan 5 EP PI 0,215 0,007 Signifikan Sumber: Data Primer diolah dengan WarpPLS 6.0

Berdasarkan tabel V.14 hasil Estimasi Path Coefficient di atas, maka hasil uji hipotesis 1-5 adalah sebagai berikut:

1) Uji Hipotesis 1 a) Hipotesis:

HO: Motivasi belanja hedonis tidak berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif pada pengguna Shopee.

HA: Motivasi belanja hedonis berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif pada pengguna Shopee.

b) Dasar Pengambilan Keputusan

p-value ≤

α

(= 5%), HO ditolak dan HA diterima p-value >

α

(= 5%), HO diterima dan HA ditolak c) Keputusan

p-value (0,022) <

α

(0,05) HA diterima dan HO ditolak.

d) Penjelasan:

Motivasi belanja hedonis berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif pada pengguna Shopee, ini terlihat dari nilai p-value. Ini berarti bahwa, semakin tinggi motivasi belanja hedonis yang dimiliki oleh konsumen maka pembelian impulsif yang akan dilakukan olehnya akan semakin tinggi dengan tingkat keyakinan 95%

(kesalahan 5%).

2) Uji Hipotesis 2 a) Hipotesis:

HO: Promosi penjualan tidak berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif pada pengguna Shopee.

HA: Promosi penjualan berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif pada pengguna Shopee.

b) Dasar Pengambilan Keputusan:

p-value ≤

α

(= 5%), HO ditolak dan HA diterima p-value >

α

(= 5%), HO diterima dan HA ditolak c) Keputusan:

p-value (0,259) >

α

(0,05) maka HO diterima dan HA ditolak

d) Penjelasan:

Promosi penjualan tidak berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif pada pengguna Shopee, ini terlihat pada p value. Ini berarti bahwa, semakin tinggi promosi penjualan yang dilakukan oleh Shopee maka tidak semakin meningkatkan pembelian impulsif yang dilakukan oleh konsumen dengan tingkat keyakinan 95%

(kesalahan 5%).

3) Uji Hipotesis 3 a) Hipotesis:

HO: Motivasi belanja hedonis tidak berpengaruh positif terhadap emosi positif pada pengguna Shopee.

HA: Motivasi belanja hedonis berpengaruh positif terhadap emosi positif pada pengguna Shopee.

b) Dasar Pengambilan Keputusan:

p-value ≤

α

(= 5%), HO ditolak dan HA diterima p-value >

α

(= 5%), HO diterima dan HA ditolak c) Keputusan:

p-value (0,001) ≤

α

(0,05) maka HA diterima dan HO ditolak.

d) Penjelasan:

Motivasi belanja hedonis berpengaruh positif terhadap emosi positif pada pengguna Shopee, ini terlihat pada nilai p value. Ini berarti bahwa semakin tinggi motivasi belanja hedonis yang dimiliki oleh konsumen Shopee maka akan semakin tinggi pula emosi positif yang akan dirasakan oleh konsumen dengan tingkat keyakinan 95%

(kesalahan 5%).

4) Uji Hipotesis 4 a) Hipotesis:

HO: Promosi penjualan tidak berpengaruh positif terhadap emosi positif pada pengguna Shopee.

HA: Promosi penjualan berpengaruh positif terhadap emosi positif pada pengguna Shopee.

b) Dasar Pengambilan Keputusan:

p-value ≤

α

(= 5%), HO ditolak dan HA diterima p-value >

α

(= 5%), HO diterima dan HA ditolak c) Keputusan:

p-value (0,002) ≤

α

(0,05) maka HO ditolak dan HA diterima

d) Penjelasan:

Promosi penjualan yang dilakukan oleh Shopee berpengaruh positif terhadap emosi positif, ini terlihat dari nilai p-value. Ini berarti semakin tinggi promosi penjualan yang dilakukan oleh Shopee maka semakin meningkatkan emosi positif yang akan dirasakan oleh konsumen dengan tingkat keyakinan 95% (kesalahan 5%).

5) Uji Hipotesis 5 a) Hipotesis:

HO: Emosi positif tidak berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif pada pengguna Shopee.

HA: Emosi positif berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif pada pengguna Shopee.

b) Dasar Pengambilan Keputusan:

p-value ≤

α

(= 5%), maka HO ditolak dan HA diterima p-value >

α

(= 5%), maka HO diterima dan HA ditolak c) Keputusan:

p-value (0,007) <

α

(0,05) maka HA diterima dan HO ditolak.

d) Penjelasan:

Emosi positif berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif pada pengguna Shopee, ini terlihat pada nilai p value. Ini berarti bahwa semakin tinggi emosi positif yang dirasakan oleh konsumen saat berbelanja di Shopee maka semakin tinggi pula pembelian impulsif yang akan dilakukan dengan tingkat keyakinan 95% (kesalahan 5%).

c. Pengujian Hipotesis 6 dan 7 dengan Efek Mediasi

Menurut Baron dan Keny (dalam Sholihin dan Ratmono, 2013:

56) pengujian efek mediasi dilakukan dengan 2 langkah, yaitu:

1) Melakukan estimasi direct effect antara variabel independen dan variabel dependen. Penulis melakukan estimasi direct effect yaitu pengaruh langsung antara variabel motivasi belanja hedonis dan promosi penjualan terhadap pembelian impulsif. Hasil estimasi direct effect disajikan dalam bentuk gambar dan tabel sebagai berikut:

Gambar V.2

Pengujian Model Direct Effect dengan WarpPLS 6.0 Tabel V.16

Hasil Estimasi Path Coefficient Direct Effect

No Hipotesis Path

Coefficient

p-value Keterangan 1 MBH PI (H1) 0,204 0,010 Signifikan 2 PP PI (H2) 0,153 0,042 Signifikan Sumber: Data Primer diolah dengan WarpPLS 6.0

2) Melakukan estimasi indirect effect secara simultan dengan menambahkan variabel mediasi antara variabel independen dan variabel dependen. Penulis melakukan estimasi indirect effect yaitu peran emosi positif dalam memediasi pengaruh variabel motivasi belanja hedonis dan promosi penjualan terhadap

pembelian impulsif Hasil estimasi indirect effect disajikan dalam bentuk gambar dan tabel sebagai berikut:

Gambar V.3

Pengujian Model Indirect Effect Tabel V.17

Hasil Estimasi Path Coefficient Indirect Effect

No Hipotesis Path

Coefficient

p-value Keterangan 1 MBH PI 0,177 0,022 Signifikan 2 PP PI 0,058 0,259 Tidak Signifikan 3 MBH EP 0,352 < 0,001 Signifikan 4 PP EP 0,253 0,002 Signifikan 5 EP PI 0,215 0,007 Signifikan Sumber: Data Primer diolah dengan WarpPLS 6.0

Setelah dilakukan estimasi melalui direct maupun indirect effect, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian efek mediasi pada hipotesis 6 dan 7 sebagai berikut:

3) Uji Hipotesis 6 a) Hipotesis:

HO: Emosi positif tidak memediasi pengaruh motivasi belanja hedonis terhadap pembelian impulsif pada pengguna Shopee.

HA: Emosi positif memediasi pengaruh motivasi belanja hedonis terhadap pembelian impulsif pada pengguna Shopee.

b) Dasar Pengambilan Keputusan

▪ Jika path coefficient antara motivasi belanja hedonis dan pembelian impulsif dari direct effect (lihat pada tabel V.15) ke indirect effect (lihat pada tabel V.16) tidak berubah dan tetap signifikan, maka HO diterima dan HA ditolak.

▪ Jika path coefficient antara motivasi belanja hedonis dan pembelian impulsif dari direct effect (lihat pada tabel V.15) ke indirect effect (lihat pada tabel V.16) nilainya turun dan tetap signifikan, maka HO ditolak dan HA diterima dengan mediasi sebagian (partial mediation).

▪ Jika path coefficient antara motivasi belanja hedonis dan pembelian impulsif dari direct effect (lihat pada tabel V.15) ke indirect effect (lihat pada tabel V.16) nilainya turun dan menjadi tidak signifikan, maka HO ditolak dan HA diterima dengan mediasi penuh (fulll mediation).

c) Keputusan

Path coefficient 0,204 turun menjadi 0,177 dan tetap menjadi signifikan. Maka HO ditolak dan HA diterima yaitu motivasi belanja hedonis berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif dengan emosi positif sebagai mediasi diterima sebagian (partial mediation).

Variabel independen (motivasi belanja hedonis) mampu memengaruhi variabel dependen (pembelian impulsif) melalui atau tanpa melalui variabel mediasi (emosi positif).

d) Penjelasan

Emosi positif memediasi pengaruh motivasi belanja hedonis terhadap pembelian impulsif pada pengguna Shopee dengan mediasi sebagian (partial mediation). Ini berarti bahwa motivasi belanja hedonis dapat

memengaruhi secara signifikan pembelian impulsif melalui ataupun tanpa melalui emosi positif. Semakin tinggi motivasi belanja hedonis yang dimiliki oleh konsumen secara signifikan akan meningkatkan pembelian impulsif yang dilakukan melalui atau tanpa melalui mediasi emosi positif dengan tingkat keyakinan 95% (kesalahan 5%).

4) Uji Hipotesis 7 a) Hipotesis:

HO: Emosi positif tidak memediasi pengaruh promosi penjualan terhadap pembelian impulsif pada pengguna Shopee.

HA: Emosi positif memediasi pengaruh promosi penjualan terhadap pembelian impulsif pada pengguna Shopee.

b) Dasar Pengambilan Keputusan:

▪ Jika path coefficient antara promosi penjualan dan pembelian impulsif dari direct effect (lihat pada tabel V.15) ke indirect effect (lihat pada tabel V.16) tidak berubah dan tetap signifikan, maka HO diterima dan HA ditolak.

▪ Jika path coefficient antara promosi penjualan dan pembelian impulsif dari direct effect (lihat pada tabel V.15) ke indirect effect (lihat pada tabel V.16) nilainya turun dan tetap signifikan, maka HO ditolak dan HA diterima dengan mediasi sebagian (partial mediation).

▪ Jika path coefficient antara promosi penjualan dan pembelian impulsif dari direct effect (lihat pada tabel V.15) ke indirect effect (lihat pada tabel V.16) nilainya turun dan menjadi tidak signifikan, maka HO ditolak dan HA diterima dengan mediasi penuh (fulll mediation).

▪ Jika path coefficient antara motivasi belanja hedonis dan pembelian impulsif dari direct effect (lihat pada tabel V.15) ke indirect effect (lihat pada tabel V.16) nilainya turun dan menjadi tidak signifikan, maka HO ditolak dan HA diterima dengan mediasi penuh (fulll mediation).

c) Keputusan:

Path coefficient turun dari 0,204 menjadi 0,117 dan berubah menjadi tidak signifikan. Maka HO ditolak dan

HA yaitu promosi penjualan berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif dengan emosi positif sebagai mediasi diterima dengan mediasi penuh (full mediation). Variabel indepenen (promosi pejualan) tidak mampu memengaruhi secara signifikan variabel dependen (pembelian impulsif) tanpa melalui variabel mediasi (emosi positif).

d) Penjelasan:

Emosi positif memediasi penuh pengaruh promosi penjualan terhadap pembelian impulsif pada pengguna Shopee. Ini berarti bahwa, promosi penjualan tidak mampu memengaruhi secara signifikan pembelian impulsif tanpa melalui emosi positif. Meskipun semakin menarik promosi penjualan yang dilakukan oleh Shopee tidak akan meningkatkan pembelian impulsif secara signifikan tanpa melalui mediasi emosi positif konsumen dengan tingkat keyakinan 95% (kesalahan 5%).

d. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Ringkasan hasil pengujian hipotesis secara keseluruhan disajikan melalui tabel berikut:

Tabel V.18

Hasil Pengujian Hipotesis Keseluruhan

Sumber: Data Primer diolah dengan Warp PLS 6.0

E. Pembahasan

1. Motivasi belanja hedonis berpengaruh terhadap pembelian impulsif pada pengguna Shopee.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belanja hedonis berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif pada pengguna Shopee yang berarti bahwa semakin tinggi motivasi belanja hedonis yang dimiliki oleh konsumen maka akan semakin tinggi pula pembelian impulsif yang akan dilakukan konsumen tersebut. Hasil ini didukung oleh hasil analisis deskriptif variabel motivasi belanja hedonis yang menunjukkan bahwa persepsi responden yang menganggap bahwa berbelanja bisa menghilangkan kejenuhan dan bisa membuat responden merasa bersemangat kembali untuk melanjutkan aktivitasnya masuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata skor masing-masing 3,75 (berbelanja untuk menghilangkan kejenuhan) dan 3,80 (berbelanja bisa membuat bersemangat kembali). Ini berarti bahwa, pada saat responden merasa jenuh

No Hipotesis Hasil

1 H1 Terdukung

2 H2 Tidak Terdukung

3 H3 Terdukung

4 H4 Terdukung

5 H5 Terdukung

6 H6 Terdukung

7 H7 Terdukung

mereka lebih senang untuk berbelanja walaupun terkadang mereka membeli hanya untuk mendapatkan suatu kesenangan dan cenderung membeli tanpa memiliki perencanaan atau keinginan sebelumnya. Menurut responden dengan berbelanja mereka dapat menghilangkan kejenuhan dan dapat membuat mereka merasa bersemangat kembali untuk melanjutkan aktivitasnya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Paramita (2015) (dalam Ratih dan Astiti, 2016: 216) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi belanja hedonis yang dimiliki oleh konsumen dalam berbelanja guna mendapatkan kesenangan, maka perilaku pembelian impulsif akan terjadi sehingga konsumen lebih mungkin terlibat dalam pembelian impulsif ketika termotivasi oleh dorongan hedonis seperti kesenangan, fantasi dan kepuasan emosional. Selain itu, hal ini juga sesuai dengan penelitian Rahmawati (2018: 93), yang menyatakan bahwa motivasi belanja hedonis berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Alviani (2018:

64) yang menyatakan bahwa motivasi belanja hedonis seperti adventure shopping, value shopping, idea shopping dan relaxation shopping berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gultekin dan Ozer yang menemukan bahwa faktor-faktor motivasi hedonis seperti adventure shopping, gratification shopping, role shopping, value shopping, social shopping, dan idea shopping memiliki pengaruh pada pembelian impulsif, motif

hedonis mempengaruhi browsing, browsing memengaruhi pembelian impulsif, dan browsing memediasi antara motif hedonis dan pembelian impulsif. Ini juga mendukung teori yang dikatakan oleh Utami (2017:59) bahwa motivasi belanja hedonis akan memotivasi konsumen untuk berbelanja karena konsumen menganggap bahwa berbelanja merupakan suatu kesenangan sehingga terkadang tidak memperhatikan manfaat dari dari produk yang dibeli dan sesuai dengan teori yang dikatakan oleh Arfianti dkk (2010, dalam Alviani 2018:19) yang mengatakan bahwa pembelian impulsif tidak didasarkan pada kebutuhan, melainkan adanya ketertarikan suatu barang.

2. Promosi penjualan tidak berpengaruh terhadap pembelian impulsif pada pengguna Shopee.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi penjualan yang dilakukan oleh Shopee tidak berpengaruh terhadap pembelian impulsif pengguna Shopee, yang artinya bahwa semakin menarik promosi penjualan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi penjualan yang dilakukan oleh Shopee tidak berpengaruh terhadap pembelian impulsif pengguna Shopee, yang artinya bahwa semakin menarik promosi penjualan

Dokumen terkait