• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

K. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan

Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 –

2009 Model Altman

Kebangkrutan suatu perusahaan dapat diprediksi dan diketahui dengan menggunakan formula yang ditemukan oleh Altman dan Foster yang dikenal dengan Z-Score Altman dan Z-Score Foster. Z-Score Altman dan Z-Score Foster dapat digunakan sebagai Early Warning System (sistem peringatan dini) untuk mendeteksi kondisi perusahaan terutama yang berkaitan dengan kondisi keuangan perusahaan, sehingga apabila terjadi kesulitan keuangan akan segera dapat diambil tindakan perbaikan untuk mencapai kinerka keuangan yang lebih baik dimasa mendatang.

Dari hasil perhitungan data laporan keuangan tahun 2007 sampai dengan 2009 dari seluruh perusahaan industry

144

textile dan garment yang dimasukkan ke dalam model

prediksi dengan menggunakan Z-Score Altman diperoleh nilai yang memperlihatkan daftar perusahaan yang diprediksi bangkrut, rawan bangkrut dan tidak bangkrut. Nilai – nilai Z-Score yang dicapai oleh sebagian besar perusahaan industry

textile dan garment masih lebih kecil dari nilai cut-off, yang berarti banyak perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang cukup parah yang bisa mengarah pada terjadinya kebangkrutan terhadap perusahaan – perusahaan tersebut. a. Kategori Perusahaan Bangkrut

Perusahaan dalam kategori bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan semakin parah dari tahun ke tahun ada 6,67% atau 1 perusahaan yaitu PT Argo Pantes Tbk. Perusahaan dalam kategori bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan secara konsisten selam tiga tahun berturut – turut ada 33,33% atau 5 perusahaan yaitu PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT Sunson Textile Manufacture Tbk dan PT Tifico Tbk. Meskipun kelima perusahaan ini mempunyai nilai Z-Score yang terus meningkat dari tahun 2007 sampai tahun 2009, namun kenaikan tersebut masih berada dalam kategori bangkrut. Dan perusahaan yang mampu memperbaiki diri keluar dari kategori bangkrut menuju

145 kategori rawan bangkrut pada tahun 2009 sebanyak 26,67% atau 4 perusahaan yaitu PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, dan PT Ricky Putra Globalindo Tbk.

Berdasarkan Z-Score model Altman, rata – rata perusahaan yang bangkrut memiliki nilai cut – off dibawah 1,20. Hal ini membuktikan bahwa nilai Z-Score yang dicapai oleh semua perusahaan bangkrut tersebut sangat rendah, ini berarti semua perusahaan tersebut berada dalam kondisi kesulitan keuangan yang cukup parah yang bila dibiarkan bisa mengarah pada kebangkrutan perusahaan.

b. Kategori Perusahaan Rawan Bangkrut

Perusahaan dalam kategori rawan bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan semakin memburuk ada 6,67% atau satu perusahaan yaitu PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk. Meskipun pada tahun 2008 mengalami peningkatan tetapi pada tahun 2009 PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk tidak mampu mempertahankan kondisi keuangannya sehingga masuk dalam kategori perusahaan bangkrut. Perusahaan dalam kategori rawan bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan dan mampu bertahan ada 6,67% atau satu perusahaan juga, yaitu PT Roda Vivatex Tbk, meskipun belum dapat masuk dalam kategori perusahaan

146 sehat. Dan perusahaan yang mampu memperbaiki diri masuk dalam kategori rawan bangkrut pada tahun 2009 sebanyak 26,67% atau 4 perusahaan yaitu PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, dan PT Ricky Putra Globalindo Tbk.

Berdasarkan Z-Score model Altman, rata – rata perusahaan yang masuk kategori rawan bangkrut memiliki nilai cut – off antara 1,20 sampai dengan 2,90. Hal ini membuktikan bahwa nilai Z-Score yang dicapai oleh semua perusahaan yang masuk dalam kategori rawan bangkrut masih belum maksimal, ini berarti semua perusahaan tersebut berada vdalam kondisi keuangan yang masih abu – abu jadi bagus tidak buruk juga tidak. Sebaiknya perusahaan cepat mengambil keputusan langkah – langkah agar kondisi keuangannya menjadi sehat atau jika tidak sebaiknya perusahaan mampu mempertahankan diri agar tidak masuk dalam kategori perusahaan bangkrut.

c. Kategori Perusahaan Tidak Bangkrut

Hanya ada 6,67% atau satu perusahaan yang menurut model prediksi Z-Score Altman terklasifikasi dalam perusahaan “tidak bangkrut” pada tahun 2007 samapi tahun 2009. Perusahaan tersebut adalah PT Pan Brother Tex Tbk, ini berarti hanya ada satu perusahaan yang benar – benar dalam

147 kondisi sehat, namun sebaiknya perusahaan jangan sampai lengah dan mampu mempertahankan kondisi keuangannya agar perusahaan tidak masuk dalam kategori perusahaan rawan bangkrut maupun perusahaan bangkrut. Meskipun perusahaan mengalami penurunan, tetapi masih berada dalam kondisi yang aman dari kecenderungan kebangkrutan.

Berdasarkan Z-Score model Altman, rata – rata perusahaan yang masuk kategori tidak bangkrut memiliki nilai

cut – off lebih besar dari 2,90. Hal ini membuktikan bahwa

nilai Z-Score yang dicapai oleh perusahaan yang masuk dalam kategori tidak bangkrut sudah cukup bagus karena berada jauh di atas nilai cut – off sebesar 2,90. Hal ini terlihat dari rasio – rasio keuangan yang tinggi. Laba yang dihasilkan akan dapat memperlancar aktivitas perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan, karena laba perusahaan merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan sebuah perusahaan. Laba akan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapatkan pinjaman dan pendapatan ekuitas, posisi likuiditas perusahaan serta kemampuan perusahaan untuk berubah. Dengan demikian akan berpengaruh pula terhadap besarnya nilai Z-Score.

148 L. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan

Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 –

2009 Model Foster

Hasil perhitungan data laporan keuangan tahun 2007 sampai 2009 dari seluruh perusahaan textile dan garment yang dimasukkan ke dalam model prediksi dengan menggunakan Z-Score Foster diperoleh nilai yang memperlihatkan daftar perusahaan yang diprediksi bangkrut dan tidak bangkrut. Nilai – nilai Z-Score yang dicapai oleh sebagian besar perusahaan textile dan garment masih lebih kecil dari nilai cut – off, yang berarti banyak perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang cukup parah yang bisa mengarah pada terjadinya kebangkrutan terhadap perusahaan – perusahaan tersebut. a. Kategori Perusahaan Bangkrut

Perusahaan dalam kategori bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan semakin parah dari tahun ke tahun ada 20% atau 3 peusahaan yaitu PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, dan PT Ricky Putra Globalindo Tbk. Perusahaan dalam kategori bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan secara konsisten selama tiga tahun berturut – turut ada 20% atau 3 perusahaan yaitu PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Pan Brother Tex Tbk, dan PT Roda Vivatex Tbk. Bahkan ketiga

149 perusahaan tersebut mampu memperbaiki diri menjadi perusahaan kategori tidak bangkrut pada tahun 2009.

Berdasarkan Z-Score model Foster, rata – rata perusahaan yang bangkrut memilki nilai cut – off dibawah 0,640. Hal ini membuktikan bahwa nilai Z-Score yang dicapai oleh semua perusahaan bangkrut tersebut sangat rendah, ini berarti semua perusahaan tersebut berada dalam kondisi kesulitan keuangan yang cukup parah yang bila dibiarkan bisa mengarah pada kebangkrutan perusahaan.

b. Kategori Perusahaan Tidak Bangkrut

Perusahaan dalam kategori tidak bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan semakin parah dari tahun ke tahun ada 33,33% atau 5 perusahaan yaitu PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT Sunson Textile Manufacture Tbk, dan PT Tifico Tbk. Bahkan kelima perusahaan ini pada tahun 2009 masuk dalam kategori perusahaan bangkrut. Perusahaan dalam kategori bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan secara konsisiten selama tiga tahun berturut – turut ada 20% atau 3 perusahaan yaitu PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Pan Brother Tex Tbk, dan PT Roda Vivatex Tbk. Ketiga perusahaan tersebut mampu memperbaiki diri menjadi perusahaan kategori tidak bangkrut pada tahun 2009.

150 Berdasarkan Z-Score model Foster, rata – rata perusahaan yang masuk kategori tidak bangkrut memiliki nilai

cut – off lebih besar dari 0,640. Hal ini membuktikan bahwa

nilai Z-Score yang dicapai oleh perusahaan yang masuk dalam kategori tidak bangkrut sudah cukup bagus karena berada jauh diatas nilai cut – off sebesar 0,640. Hal ini terlihat dari rasio – rasio keuangan yang tinggi, dengan demikian akan berpengaruh pula terhadap besarnya nilai Z-Score.