• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Deskripsi Data

1. Tingkat Kelayakan Perluasan TPA Aspek Fisik

Aspek fisik merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena aspek fisik mempengaruhi daya dukung lahan terhadap suatu kegiatan/aktivitas. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan

atau daya dukung lahan, disamping dapat menimbulkan terjadinya kerusakan lingkungan juga akan meningkatkan masalah sosial. Aspek Fisik wilayah yang berpengaruh terhadap kelayakan lokasi perluasan TPA dan dianalisi dengan SIG antara lain curah hujan, kelerengan, muka air tanah dan litologi.

a. Curah Hujan

Berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Staklim Pondok Betung, dapat dijelaskan tentang perubahan curah hujan selama sepuluh tahun dari tahun 2005 – 2014 di Kelurahan Serpong ditampilkan pada tbel 4.5

Tabel 4.5

Data Curah Hujan Kelurahan Serpong Data Curah Hujan Bulanan (millimeter)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des 2005 329.4 211 269.5 103 204. 3 27 8.1 22 5.3 157.3 143. 3 241. 3 206. 7 131. 4 2006 396.8 287. 7 157.9 256.5 132. 3 88. 2 48 6.2 0.2 5 98.9 336 2007 140.5 831. 4 83.4 256.8 180. 2 70. 4 0.5 65.4 128. 8 181. 5 250. 8 484. 8 2008 239.9 592. 4 174.2 206.6 113. 2 99. 9 9.1 53.1 68.5 41 370. 3 99.7 2009 221 286. 5 291.1 205.7 212. 6 44 37. 6 29.2 23.3 208 287. 9 273. 5 2010 263.9 170. 4 111.1 132.1 197. 7 16 3.4 30 2 186.2 448. 9 518 226. 3 192. 5 2011 170.8 132 64 186.2 122. 6 75. 5 71. 8 0 53.1 49.3 71.1 83.5 2012 430.7 258. 1 133.3 277.4 199. 1 89. 1 7.3 9.3 12.4 96 368. 4 320. 4 2013 526.8 224. 8 102.1 336.9 227. 2 82. 7 34 8.4 129.2 31.8 132. 6 261. 6 346. 2 2014 681.3 402. 7 138.3 137.8 263. 2 29 7.2 21 6.2 109.3 33.1 29.4 265. 3 105. 5 Rata- rata 340 340 152 211 185 12 9 12 7 75 94 150 241 237

Sumber : BMKG Staklim Pondok Betung tahun 2015

Dari data pada tabel 4.5 diketahui bahwa Kelurahan Serpong merupakan wilayah yang ber-iklim panas dengan kelembaban yang tinggi. Curah hujan rata – rata dalam 10 tahun terakhir adalah 2821. Dengan memiliki curah hujan sebanyak 2821 mm/tahun Kelurahan Serpong

termasuk dalam kelas kelayakan S-3 (kurang sesuai) dengan kisaran 2000 – 3000 mm/thn.

Besarnya curah hujan berkaitan dengan limpasan air permukaan yang tinggi sehingga sampah akan menjadi mudah runtuh dan pengelola juga akan kesulitan dalam penyediaan sarana TPA berupa parit pembuangan air larian, kolam pengumpul air lindi dan oksidasi yang juga menjadi tinggi. Dengan kondisi curah hujan yang termasuk tinggi maka ada hambatan dalam segi curah hujan. Peta Curah hujan Kelurahan Serpong ditampilkan pada gambar 4.2

b. Kelerengan

Atas dasar elevasi atau ketinggian garis kontur Desa Serpong, bentang alam Desa Serpong memiliki tingkat kelerengan sebesar 2%, ditampilkan pada gambar 4.3 Peta Kelerengan Kelurahan Serpong. Untuk melihat perbedaan kelerengan di sekitar wilayah sekitar Serpong di tampilkan pada gambar 4.4 Peta Kelerengan.

Kemiringan lereng berkaitan erat dengan kemudahan pekerjaan konstruksi dan operasional TPA sampah. Semakin terjal suatu daerah semakin sulit pekerjaan konstruksi dan pengoperasiannya. Seluruh wilayah Desa Serpong termasuk sesuai dengan kelas kemiringan lereng yang diijinkan untuk lokasi TPA, karena wilayahnya relatif datar. Dengan kelerengan yang diwilayah Kelurahan Serpong sebesar 2% termasuk kedalam kategori S-4 (<2%) atau sangat sesuai.

c. Potensi Muka Air Tanah

Berdasarkan peta dari Hidrogeologi Indonesia Lembar Jakarta yang telah diolah kembali dan dianalisis diketahui bahwa kondisi potensi muka air tanah di wilayah Kelurahan Serpong merupakan termasuk ke dalam potensi muka air tanah sedang, dengan akuifer produktif sedang dan luas

sebarannya, kelulusan kecil sampai sedang. Dengan kondisi muka air tanah di wilayah Desa Serpong yang termasuk ke dalam sedang maka termasuk kedalam kelas kelayakan S-3 (kelulusan sedang) atau kurang sesuai. Kedudukan muka air tanah dalam evaluasi kelayakan TPA merupakan parameter penting. Semakin rendah potensi dan dangkal air muka air tanah, semakin mudah pencemaran terjadi. Daerah dengan kedalaman muka air tanah kurang dari 3 meter dianggap tidak layak sebagai lokasi TPA. Peta kedalaman muka air tanah wilayah Desa Serpong dapat dilihat pada gambar 4.5

d. Litologi

Jenis batuan sangat berperan dalam mencegah atau mengurangi pencemaran air tanah dan air permukaan secara alami yang berasal dari air lindi. Tingkat peredaman sangat tergantung pada kemampuan peredaman dari batuan. Formasi batuan di wilayah Kelurahan Serpong terdiri dari jenis batuan lempung, lanau, pasir, kerikil. Sebagian wilayah ada yang terdiri dari jenis batuan breksi, lahar, tuf batuapung. Ada yang terdiri dari jenis batuan tuf halus berlapis dan tuf pasiran. Sedangkan yang dijadikan sebagai perluasan TPA Cipeucang merupakan jenis batuan lempung, lanau, pasir, dan kerikil. Sehingga dikategorikan dalam kelas kelayakan S-3 (Batu pasir, breksi , breksi volk, tersier breksi volk, kwarter batuan beku, alluvial) atau kurang sesuai.

Dengan kelas kelayakan S-3 (kurang sesuai) pada area perluasan TPA ini, dikarenakan jenis batuan diwilayah ini merupakan batuan pasir yang poros dan mudah meresapkan air. Sehingga kurang dapat menahan air rembesan. Oleh karena itu, lokasi ini lebih aman jika dalam pengoperasiannya dilapisi dengan tanah lempung yang bersifat kedap air dengan ketebalan kurang lebih 20 cm. Peta jenis batuan Desa Serpong ditampilkan pada gambar 4.6.

48

Dari keempat peta, yaitu peta curah hujan, peta kelerengan, peta potensi muka air tanah dan peta litologi, dilakukan analasis SIG menggunakan aplikasi ArcView 3.3 yaitu dengan overlay atau tumpang susun.

Masing – masing peta kriteria kelayakan di lakukan pembobotan, data pembobotan yang ditampilkan pada tabel 4.6 dijadikan sebagai

data atribut dalam proses overlay sehingga akan didapatkan nilai yang menunjukkan kelayakan area perluasan TPA sampah.

Setiap kriteria kelayakan yang terdiri dari litologi, potensi muka air tanah, kelerengan dan curah hujan memiliki bobot masing – masing Hasil penilaian kelayakan area perluasan TPA Cipeucang ditampilkan pada tabel 4.7

Tabel 4.6

Kelayakan Fisik Area Peluasan TPA

No Kriteria Kelayakan Bobot Area Perluasan TPA

Eksiting Nilai

1 Litologi 4 (2) Batu pasir,

breksi, breksi volk. Tersier breksi volk. Kwarter batuan beku, alluvial.

8

2 Potensi Muka air tanah 3 (2) Sedang 6

3 Kelerengan 2 (4) <2% 8

4 Curah Hujan 1 (2) 2000-3000 mm 2

Jumlah (Bobot x Nilai) 24

Kategori S-3

Sumber : Hasil Pengolahan Data tahun 2016 Tabel 4.7

Kriteria Kelayakan Fisik Area Perluasan TPA

Kelas Keterangan Rentang

Nilai S – 1 Sangat sesuai (Memenuhi syarat tanpa hambatan) 33 – 40 S – 2 Cukup sesuai (Memenuhi syarat dengan perbaikan

ringan)

25 – 32 S – 3 Kurang sesuai (Memenuhi syarat dengan perbaikan

berat)

17 – 24 N Tidak Sesuai (tidak memenuhi syarat) 10 - 16 Sumber : Hasil Pengolahan Data tahun 2016

Berdasarkan hasil analisis aspek fisik area perluasan TPA Cipeucang berada pada rentang nilai yaitu 17 - 24 dengan nilai 24 termasuk kedalam kriteria kelas S-3 (kurang sesuai). Hal ini

dikarenakan hanya kategori kelerengan yang memenuhi syarat untuk sebuah TPA Sampah dengan kelerengan <2% kriteria kelas S-2 (sangat sesuai), sedangkan untuk kategori curah hujan di lokasi perluasan TPA Cipeucang termasuk dalam kelas kriteria S-3 (kurang sesuai) karena dalam satu tahun memiliki rata – rata curah hujan antara 2000 mm - 3000 mm, untuk aspek potensi muka air tanah, daerah perluasan TPA Sampah Cipeucang termasuk kedalam kelas kriteria S-3 (kurang sesuai) dengan kelulusan sedang dan kategori litologi termasuk ke dalam kelas kriteria S-3 (kurang sesuai) karena memiliki susunan batuan jenis lempung, lanau, pasir, dan kerikil.

Dari hasil analisis fisik ini, TPA Sampah Cipeucang atau wilayah perluasan dari TPA Cipeucang kurang sesuai. Oleh karena itu wilayah perluasan TPA Sampah Cipeucang memerlukan beberapa perhatian atau perlakukan yang lebih intensif untuk mengakomodir kekurangan fisik yang ada. Diantaranya tidak boleh dilakukan pengoperasian dengan sistem open dumping, karena dengan curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan limpasan permukaan yang tinggi, sehingga air lindi mudah mencemari air permukaan lainnya. Untuk mencegah atau mengurangi pencemaran air tanah bisa dilakukan dengan memberikan lapisan tanah liat sekitar 20 cm agar cairan lindi tidak meresap kedalam air tanah.

Hasil dari keempat peta yaitu peta muka air tanah, peta kelerengan, peta curah hujan, dan peta jenis batuan yang di overlay ditampilkan pada gambar 4.7.

55

Dokumen terkait