• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Deskripsi Data

3. Tingkat Kelayakan Perluasan TPA Aspek Sosial

Pada analisis aspek sosial (observasi), dilakukan skoring terhadap parameter-parameter sosial yang ditemui dari hasil identifikasi lapangan. Penilaian terhadap aspek sosial diperlukan untuk memantau kondisi dan kegiatan pengelolaan di TPA agar tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan sosial disekitarnya. Hasil identifikasi lokasi penelitian ditampilkan pada tabel 4.8 dan dianalisis sesuai kelas kriteria pada tabel 4.9.

Tabel 4.8

Hasil Pengamatan Aspek Sosial (Observasi)

No. Kriteria kelayakan

sosial Bobot

Area Perluasan TPA Cipuecang

Eksisting Nilai

1. Batas administrasi 5 Dalam batas administrasi 4 2. Kebisingan dan bau 5 Tidak bising tetapi bau setiap saat 2 3. Estetika 4 Penimbunan sampah 100% terlihat

dari luar

1 4. Jalan masuk 4 Lintas transportasi tidak

mengganggu masyarakat

4 5. Pertanian 4 Tidak memberi dampak terhadap

pertanian

4 6. Pemilik hak atas

tanah

3 Pemerintah daerah/pusat 4 7. Kapasitas lahan 3 Dapat menampung sampah >10

tahun lagi

4 8. Jalan menuju lokasi 2 Datar dengan kondisi baik 4 9. Transport sampah 2 Kurang dari 30 menit dari centroid

sampah

4 10. Lalu lintas 2 Terletak dari 0-500m dari jalan

umum

2 11. Daerah lindung/cagar

alam

1 Tidak ada daerah lindung/cagar alam dalam jarak >10km

4

Jumlah ( Bobot x Nilai) 110

Kategori S-2

Sumber : Hasil Pengolahan Data tahun 2015 Tabel 4.9

Kriteria Kelayakan Aspek Sosial (Observasi)

Kelas Keterangan Rentang Nilai

S-1 Sangat sesuai (Memenuhi syarat tanpa hambatan) 115-140 S-2 Cukup sesuai (Memenuhi syarat dengan perbaikan ringan) 88-114 S-3 Kurang sesuai (Memenuhi syarat dengan perbaikan berat) 61-87

N Tidak Sesuai (Tidak memenuhi syarat) 35-60 Sumber : Hasil Pengolahan Data tahun 2015

Area perluasan TPA Cipeucang memiliki jumlah nilai 110 sehingga masuk ke dalam kategori S-2 dengan kriteria Cukup Sesuai (memenuhi syarat dengan perbaikan ringan) Batas administrasi, area perluasan TPA Sampah Cipeucang seluruhnya masih termasuk ke dalam administrasi, karena berada di Kelurahan Serpong yang merupakan bagian Kecamatan Serpong dan Kota Tangerang Selatan. Kebisingan dan bau, hasil observasi peneliti di tempat penelitian tidak mendengarkan kebisingan dalam jarak 500 m tetapi sudah dapat mencium bau sampah dari jarak radius >500 m dari TPA Sampah yang sudah ada. Untuk segi estetika, timbunan sampah terlihat dari jarak 500 m dan seluruh timbunan yang terlihat, sehingga mengurangi penilaian dalam kategori estetika karena mengurangi keindahan wilayah setempat. Jalan masuk menuju TPA Sampah yang sudah ada sudah memadai dengan lebar jalan cukup untuk dua arah mobil pengangkut sampah dan tidak mengganggu kendaraan lainnya.

Pertanian tidak berdampak karena tidak ada lahan pertanian di sekitar area perluasan TPA Sampah Cipeucang sehingga tidak menimbulkan masalah. Pemilik hak katas tanah area perluasan TPA Sampah sepenuhnya telah dimiliki oleh pemerintah yang telah melalui proses pembelian dari warga setempat. Dengan area baru diperluas diperkirakan wilayah ini bisa menampung sampah untuk jangka waktu lebih dari 10 tahun. Kondisi jalan menuju area perluasan TPA Sampah Cipeucang terlihat baik karena jalan telah dibeton dan tidak ada kerusakan. Akses transport sampah dari tempat pengumupul sampah ke TPA Sampah yang sudah ada dapat ditempuh kurang 30 menit dari tempat pengumpulan sampah, dan terletak <500 m dari jalan umum dan tidak ada daerah cagar/lindung disekitar area perluasan TPA Sampah Cipeucang.

4. Aspek Persepsi Masyarakat

Persepsi masyarakat diketahui dengan melakukan wawancara kepada tiga orang responden. Wawancara yang dilakukan secara tersembunyi, hal ini terpaksa dilakukan karena peneliti sudah berusaha untuk menyebarkan angket tetapi semua warga tidak mau mengisi dikarenakan keamanan mereka akan terganggu jika diketahui memberikan informasi terkait dengan masalah TPA Sampah Cipeucang.

a. Identitas Responden

Responden di wilayah penelitian adalah laki – laki, demi kemanan peneliti tidak menyebutkan namanya. Ketiga responden berusia sekitar 40 – 50 tahun. Ketiga responden merupakan warga asli di Kelurahan Serpong yang bekerja sebagai Buruh/Karyawan.

b. Persepsi Masyarakat

Persepsi masyarakat diketahui dengan melakukan wawancara untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang perluasan TPA Sampah Cipeucang, keikutsertaan masyarakat dalam perluasan TPA Sampah Cipeucang, dampak positif dan negatif yang dirasakan masyarakat dari perluasan TPA Sampah, serta tingkat ketergangguan masyarakat dengan bertambahnya jumlah pemulung yang akan datang. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap ketiga responden di dapatkan informasi sebagai berikut:

1) Pengetahuan tentang perluasan TPA Sampah Cipeucang, semua responden menjawab bahwa tidak ada informasi yang diberikan oleh pihak pengelola TPA Sampah bahwa TPA yang sudah ada akan diperluas, kalaupun ada mereka hanya mendengar kabar dari obrolan – obrolan masyarakat. Ada juga yang mendengar justru dari berita di media massa seperti Koran dan televisi. Hal ini menandakan bahwa perluasan yang dilakukan oleh pihak pengelola TPA Sampah minim informasi yang diberikan kepada masyarakat sekitar.

2) Tanggapan masyarakat tentang keikutsertaan mereka dalam proses perluasan TPA Sampah, semua responden menjawab bahwa tidak adanya himbauan atau informasi yang mengharuskan mereka setuju atau tidak untuk proses perluasan area TPA Sampah yang sudah ada. Salah satu responden menjawab bahwa hal ini bisa saja terjadi karena memang masih adanya konflik antara masyarakat dengan pihak pengelola TPA Sampah, masyarakat banyak yang mengeluh bau sampah yang mereka rasakan, banyak yang memprotes langsung ke pihak pengelola tetapi tanggapannya hanya sebatas janji saja. Dan ada kasus sempat ada masyarakat yang menyuarakan lewat media sosial mengeluh dengan bau sampah, dan diketahui oleh pihak pengelola TPA Sampah, warga yang menyuarakan aspirasinya tersebut langsung dilakukan peneguran untuk tidak melakukan tindakan tersebut kembali. Hal ini bisa menyebabkan pihak pengelola TPA Sampah tidak mengikutsertakan masyarakat dalam perluasan TPA Sampah Cipeucang agar tidak terjadi penolakan kembali.

3) Dampak positif yang dirasakan dari perluasan TPA Sampah, dari hasil wawancara yang dilakukan, responden menjawab bahwa hanya sedikit dampak positif yang dirasakan. Karena memang ada beberapa orang yang dipekerjakan sebagai pengelola di TPA Sampah Cipeucang, bisa mengurangi pengangguran walaupun dalam skala kecil. Dan selama kegiatan proses perluasan pihak pengelola TPA Sampah aktif membantu masyarakat sekitar, contoh adalah dengan membiayai renovasi mushola, atau membantu dana dalam kegiatan yang dibuat oleh masyarakat sekitar. Hal ini bisa saja terjadi dilakukan agar masyarakat sekitar tidak terlalu mengeluh dengan adanya perluasan TPA Sampah, sehingga membuat masyarakat menerima apa adanya. Ini terbukti memang dari ketiga responden sudah tidak peduli lagi, mereka pasrah jika TPA Sampah diperluas dan masih terus lama beroperasi.

4) Dampak negatif dari perluasan TPA Sampah, dari ketiga responden semuanya menyatakan bahwa, sejak adanya TPA Sampah dan sekarang sudah diperluas, mereka lebih banyak mendapatkan dampak negatifnya dibandingkan dengan dampak positifnya. Contoh dampak negatif yang mereka rasakan adalah, setiap harinya mereka harus mencium bau sampah yang tidak enak dihirup, apa lagi jika musim penghujan datang maka bau sampah akan semakin menyengat sepanjang hari. Dan dari salah satu responden merasakan bahwa anaknya pernah terserang penyakit ISPA yang diakibatkan oleh bau sampah, tetapi pada saat responden mengeluhkan kepada pihak pengelola TPA Sampah, pihak pengelola langsung mendatangi Dokter tempat responden memeriksakan anaknya, dan memerintahkan agar sang Dokter jangan membocorkan informasi kepada orang lain. Salah satu responden lainnya meceritakan bahwa pernah air tanah yang digunakan tercemar oleh sampah, pada saat musim penghujan, tampungan air lindi dari TPA Cipeucang jebol sehingga menimbulkan pencemaran air, dan air yang digunakan menjadi bau serta tidak bisa dijadikan untuk kebutuhan sehari – hari. Ketiga responden juga mengeluhkan area perluasan TPA Sampah Cipeucang sudah mendekati daerah pemukiman dan sungai yaitu sungai Cisadane, khawatir akan mencemari air sungai.

5) Ketergangguan dengan bertambahnya pemulung, ketiga responden menanggapi bahwa area yang dijadikan pemulung sebagai tempat mereka tinggal, tidak mengganggu kenyaman masyarakat sekitar. Pemulung hanya tinggal di dekat area TPA Sampah, tidak sampai dekat ke pemukiman. Dan pemulung tidak boleh masuk ke daerah – daerah pemukiman warga sehingga warga masih merasa aman dari pemulung. Tanggapan bahwa akan bertambahnya pemulung, ketiga responden menjawab tidak terlalu memusingkan hal

tersebut, karena selama ini warga sekitar masih merasakan aman dari pemulung.

5. Tingkat Kelayakan Perluasan TPA

Tingkat kelayakan TPA diketahui dari hasil akumulasi penilaian ke dua aspek, yaitu aspek fisik, sosial serta didukung hasil dari persepsi masyarakat. Hasil akumulasi dari aspek fisik dan aspek sosial ditampilkan pada tabel 4.10 dan diklasifikasi dalam kriteria tingkat kelayakan pada tabel 4.11

Tabel 4.10

Tingkat Kelayakan Perluasan TPA

No Kriteria TPA Cipeucang

Kelas Nilai

1. FISIK S-3 24

2. SOSIAL S-2 110

Nilai Total 134

Tingkat Kelayakan S-3

Sumber: Hasil pengolahan Data

Tabel 4.11

Kriteria Tingkat Kelayakan Perluasan TPA

Kelas Keterangan Rentang Nilai

S-1 Sangat sesuai (Memenuhi syarat tanpa pengecualian) 206-253 S-2 Cukup sesuai (Memenuhi syarat dengan perbaikan

ringan)

158-205 S-3 Kurang sesuai (Memenuhi syarat dengan perbaikan

berat)

110-157 N Tidak Sesuai (Tidak memenuhi syarat) 62-109 Sumber: Hasil pengolahan Data

Hasil dari penilaian terhadap tingkat kelayakan area perluasan TPA sampah Cipeucang memiliki nilai total 134, berada pada tingkat kelayakan S-3 yaitu Kurang Sesuai (memenuhi syarat dengan perbaikan berat).

Area perluasan TPA sampah Cipeucang memiliki banyak kekurangan terutama pada aspek fisik karena curah hujan yang tinggi dan memiliki potensi muka air yang sedang sehingga rawan menimbulkan pencemaran terhadap air tanah yang digunakan oleh masyarakat sekitar. Pada faktor

pembatas aspek fisik, area perluasan TPA sampah Cipeucang terlihat berbatasan langsung dengan sungai Cisadane dan berjarak <300 m dari pemukiman. Oleh karena itu jika untuk jangka panjang TPA Cipeucang tidak boleh dilakukan dengan sistem operasional open dumping. Karena apabila sistem ini digunakan dengan curah hujan yang tinggi akan menyebabkan tumpukan sampah dan air limbahnya terbawa air hujan ke badan sungai dan menyebabkan pencemaran air permukaan. Selain itu akan menyebabkan bau yang lebih mengganggu karena sampah tidak diberi penutup tanah, sehingga dengan jarak pemukiman yang dekat dengan lokasi area perluasan TPA sampah akan menyebabkan tingkat ketergangguan masyarakat terhadap bau terus terasa.

Aspek sosial area perluasan TPA sampah Cipeucang memiliki kekurangan pada kebisingan dan bau, hal ini harus diatasi dengan intensifikasi buffer zone dengan pepohonan yang rapat dan dapat menyerap bau agar tidak terlalu berdampak kepada masyarakat sekitar. Tingkat estetika juga yang terlihat dari luar harus dilakukan dengan pembuatan buffer zone pepohonan yang rapat dan pembangunan pagar pembatas.

Tingkat kelayakan area perluasan TPA sampah Cipeucang yang kurang sesuai berbanding lurus dengan persepsi masyarakat dari dari hasil wawancara yang dilakukan area perluasan yang sudah dekat sekali dengan sungai Cisadane membuat masyarakat khawatir akan mencemari air tanah mereka karena pernah suatu waktu mereka merasakan air tanah menjadi bau dan tidak bisa digunakan untuk keperluan rumah tangga. Masyarakat merasakan bau sampah yang menyengat sepanjang hari dan ditambah jika hujan maka akan bertambah bau sampah. Pihak pengelola TPA sampah Cipeucang juga seharusnya lebih kooperatif terhadap keluhan masyarakat dan berdiskusi untuk menyelesaikan masalah yang ada agar tidak terjadi perdebatan antara masyarakat dengan pihak pengelola TPA sampah.

Dokumen terkait