• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Ketelitian Interpretasi Citra

(%) Laki-laki Perempuan

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Tingkat Ketelitian Interpretasi Citra

a. Ketelitian Interpretasi Citra

Untuk menguji tingkat ketelitian atau keakuratan hasil interpretasi dan mengetahui seberapa besar peranan Citra IKONOS didalam memberikan informasi untuk kajian evaluasi swasembada dan untuk mengetahui kemampuan interpreter dalam melakukan interpretasi maka perlu dilakukan uji ketelitian. Uji ketelitian interpretasi merupakan proses membandingkan antara hasil interpretasi dengan kondisi nyata di lapangan melalui kerja lapangan.

Penelitian ini menggunakan Citra IKONOS pada situs Googleearth yang pemotretan atau perekamannya dilakukan pada tahun 2009. Meskipun citra yang digunakan ber-angka tahun yang sama dengan waktu penelitian namun tetap dilakukan pengecekan lapangan untuk mendapatkan hasil interpretasi yang lebih baik. Uji ketelitian sangat penting untuk dilakukan sebelum peneliti menuju ketahap berikutnya karena uji ketelitian akan mempengaruhi seberapa besar kepercayaan terhadap data hasil interpretasi citra.

Tahap pertama adalah mengidentifikasi obyek dengan memperhatikan unsur-unsur interpretasi. Apabila seluruh obyek telah teridentifikasi maka dilakukan uji ketelitian interpretasi. Tahap kedua setelah identifikasi obyek adalah kerja lapangan dengan tujuan untuk meyakinkan dan menguji kebenaran hasil interpretasi citra dengan keadaan sebenarnya di lapangan.

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive dengan pertimbangan sampel yang diambil mewakili seluruh penggunaan lahan hasil interpretasi Citra IKONOS. Untuk penggunaan lahan sawah jumlah sampel yang diambil lebih banyak, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data luas sawah yang lebih akurat, karena tujuan utama interpretasi citra adalah untuk menghitung luas sawah. Pemilihan lokasi sampel diutamakan pada daerah yang mudah dijangkau dan lokasinya mudah untuk dikenali, selanjutnya akan dilakukan persentasi ketepatan hasil interpretasi.

commit to user

Interpretasi citra dapat digunakan sebagai data masukan apabila rerata benar atau omisi lebih dari 80% dan rerata salah atau komisi kurang dari 20%. Untuk lebih jelasnya tabel kontingensi uji ketelitian disajikan sebagai berikut:

Tabel 15. Uji Ketelitian Interpretasi

Kategori Interpretasi Total

Ketelitian Pemetaan (%) Omisi (%) (A) (B) (C) (D) (E) L ap an gan A’ 10 10 10/10 =100 0 B’ 1 19 20 19/20 = 95 5 C’ 1 9 10 9/10 = 90 10 D’ 6 6 6/6 =100 0 E’ 1 3 4 3/4 = 75 25 jumlah 12 19 10 6 3 ∑=46 Ketelitian Interpretasi (%) 83 100 90 100 100 Ketelitian Total = 50 47 = 94% Komisi (%) 17 0 10 0 0

Sumber : Interpretasi citra IKONOS (2009) dan cek lapangan

Keterangan: A = Permukiman B = Sawah C = Kebun campur D = . Bangunan E = Lahan kosong

Berdasarkan tabel di atas dapat dihitung ketelitian seluruh hasil interpretasinya adalah sebagai berikut:

Ketelitian total interpretasi = 100% 50 3 6 9 19 10 = 94 %

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh ketelitian Citra IKONOS yang digunakan memilki rerata ketelitian sebesar 94%. Ketelitian pemetaan untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

permukiman, industri. Untuk penggunaan lahan sawah memiliki ketelitian pemetaan sebesar 95%.

Kesalahan interpretasi dapat terjadi karena kenampakan yang mirip pada citra misalnya pada penggunaan lahan kebun campur dengan lahan kosong. Penyebab lain adalah karena rentang waktu dari tanggal pemotretan citra dan pengecekkan ke lapangan maka dimungkinkan terjadi konversi penggunaan lahan. Misalnya, terdapat kesalahan interpretasi pada sawah disalah satu lokasi, setelah dicek ke lapangan ternyata berupa pemukiman yang sedang dibangun, hal ini disebabkan karena meningkatnya pendirian perumahan-perumahan baru untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal bagi masyarakat.

Dengan rata-rata ketelitian interpretasi sebesar 94% maka dapat disimpulkan bahwa hasil interpretasi Citra IKONOS sebagian besar cocok dengan kondisi di lapangan, sehingga memenuhi syarat untuk dapat digunakan sebagai data masukan untuk evaluasi swasembada beras di Kecamatan Jaten tahun 2009.

Selain menguji ketelitian interpretasi citra juga dilakukan pengujian untuk membuktikan keakuratan citra IKONOS dalam melakukan pengukuran. Gambar berikut ini adalah contoh pengecekkan keakuratan citra IKONOS dengan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) sebagai pembanding untuk mengukur panjang. Pada lokasi yang sama dilakukan pengukuran dengan menggunakan citra IKONOS dan Peta RBI. Sebagai tolok ukur, dilakukan pula pengukuran langsung di lapangan dengan meteran. Hasil pengukuran citra dikatakan semakin akurat apabila semakin mendekati hasil pengukuran dilapangan dengan menggunakan meteran.

commit to user

Pada citra IKONOS menunjukan angka 283 meter, pada peta RBI menunjukkan angka 300 meter, sedangkan pengukuran di lapangan dengan menggunakan meteran menunjukkan angka 274 meter. Dengan demikian antara pengukuran dilapangan dengan citra IKONOS terdapat selisih sebesar 9 meter, sedangkan pada peta RBI terdapat selisih sebesar 26 meter. Hasil pengukuran menggunakan citra IKONOS dan peta RBI disajikan pada tabel 16 berikut ini :

Tabel 16. Ketelitian Pengukuran Citra IKONOS dan Peta RBI Citra/Peta Hasil pengukuran Selisih dengan meteran Keakuratan Tingkat Kesalahan Citra IKONOS 283 m 9 m 96% 4% Peta RBI 300 m 26 m 91% 9%

Dari hasil pengukuran diatas dapat diketahui bahwa citra IKONOS memiliki keakuratan sebesar 96%, sedangkan keakuratan peta RBI sebesar 91%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa citra IKONOS daerah liputan Kecamatan Jaten memiliki keakuratan yang lebih baik dalam hal pengukuran daripada Peta RBI. Perbedaan hasil pengukuran citra IKONOS dengan pengukuran menggunakan meteran di lapangan dapat disebabkan karena tingkat perbesaran (zoom) maksimal pada citra masih kurang, sehingga memungkinkan terjadi kesalahan pada saat meletakkan titik yang akan diukur panjangnya tersebut.

b. Penggunaan Lahan

Data penggunaan lahan di Kecamatan Jaten diperoleh dari interpretasi Citra IKONOS. Interpretasi citra adalah proses mengenali dan mengkaji suatu obyek, wilayah ataupun fenomena yang terjadi di suatu wilayah pada citra penginderaan jauh dengan maksud untuk mendapatkan informasi mengenai obyek, fenomena ataupun wilayah itu sendiri. Obyek dapat dikenali melalui delapan unsur interpretasi yang berupa rona atau warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs dan asosiasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Untuk mempercepat proses interpretasi maka tidak semua unsur interpretasi digunakan untuk mengenali setiap obyek, namun hanya beberapa saja antara lain rona atau warna, bentuk dan tekstur, karena hanya dari beberapa unsur saja sudah dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis penggunaan lahan, misalnya untuk sawah, sungai dan permukiman sudah dapat dikenali dari bentuknya saja, namun untuk lebih memastikannya maka digunakan unsur interpretasi yang lain seperti warna dan tekstur.

Dari interpretasi citra IKONOS yang telah dilakukan diperoleh beberapa klasifikasi jenis penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Jaten yaitu: permukiman, lahan pertanian (sawah), kebun campur, lahan tebuka, bangunan (industri, perdagangan dan peternakan). Pada citra juga dapat dikenali kenampakan dengan bentuk garis seperti rel kereta api, sungai, jalan, dan saluran irigasi.

1) Permukiman

Permukiman merupakan jenis penggunaan lahan yang peruntukannya untuk tempat tinggal tempat tinggal. Pada citra IKONOS tampak dengan bentuk persegi, persegi panjang ataupun kumpulan dari keduanya, ukurannya yang hampir seragam dan memiliki tekstur kasar. Gambar 21 berikut ini adalah gambar kenampakan permukiman pada citra IKONOS.

Gambar 16. Permukiman pada Citra IKONOS dan di Lapangan

commit to user

Lahan persawahan merupakan lahan yang pada umumnya diusahakan oleh manusia untuk budidaya tanaman padi. Jenis penggunaan lahan sawah relatif mudah diamati pada citra IKONOS, berbentuk kotak-kotak dengan ukuran yang tidak sama, terdapat petak-petak (galengan/pematang) sebagai batas kepemilikan sawah, mempunyai tekstur yang lebih halus daripada penggunaan lahan lainnya.

Umumnya sawah berwarna hijau, rona yang gelap (hijau/biru) menunjukkan adanya air di permukaan sawah yang biasanya terdapat pada sawah dengan tanaman padi yang masih muda yang memerlukan pengairan lebih banyak, sementara pada tanaman yang lebih tua atau pada sawah yang kering umumnya ronanya lebih cerah. Sawah berasosiasi dengan sungai dan saluran irigasi.

Dari bentuk dan teksturnya saja sawah sudah dapat dikenali, namun untuk lebih meyakinkan terutama pada lokasi meragukan maka digunakan unsur interpretasi yang lain.

Gambar 17. Sawah pada Citra IKONOS dan di Lapangan 3) Kebun Campur

Kebun campur ialah areal yang ditanami rupa-rupa jenis tanaman keras atau kombinasi tanaman keras dengan tanaman semusim dengan tidak jelas jenis mana yang menonjol. Pada citra tampak seperti sawah namun dengan tekstur yang lebih kasar, berasosiasi dengan sawah atau dengan permukiman, biasanya ditanami singkong atau pisang, kadang dikombinasi dengan tanaman keras seperti jati dan sebagainya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 18. Kebun Campur pada Citra IKONOS dan di Lapangan

4) Lahan terbuka atau lahan kosong

Lahan terbuka atau lahan kosong merupakan lahan pada wilayah tertentu yang belum/tidak digunakan untuk pembangunan ataupun budidaya tanaman tertentu sehingga pada citra tampak berona cerah, teksturnya halus. Umumnya berbentuk persegi panjang, pada keadaan sebenarnya di lapangan biasanya berupa padang rumput atau lapangan sepak bola.

Gambar 19. Lahan Kosong pada Citra IKONOS dan di Lapangan

5) Saluran Irigasi

Saluran irigasi tampak seperti sungai kecil yang dibuat untuk mengairi sawah-sawah yang ada disekitarnya, jika dibandingkan dengan sungai bentuknya lebih lurus atau berkelok dengan teratur.

commit to user

Gambar 20. Saluran Irigasi pada Citra IKONOS dan Foto di Lapangan

6) Bangunan

Bangunan yang dimaksud disini adalah penggunaan lahan berupa kawasan terbangun selain permukiman. Bangunan ini antara lain meliputi bangunan/gedung untuk industri (pabrik, gudang, dan lain-lain), peternakan, perdagangan (pasar tradisional, pasar swalayan, SPBU, apotik, pertokoan, dealer dan bengkel,), dan jasa (tempat pendidikan, rumah sakit dan hotel).

Penggunaan lahan industri, peternakan perdagangan dan jasa tidak dirinci sendiri-sendiri melainkan digeneralisir menjadi bangunan karena dilakukan penyederhanaan sesuai dengan kebutuhan penelitian, sebab untuk mengidentifikasi masing-masing penggunaan lahan tersebut secara detil dari citra IKONOS sangat sulit karena masing-masing obyek sulit dibedakan, untuk mengenalinya sangat membutuhkan pekerjaan lapangan (pengecekan langsung). Berbagai jenis pennggunaan lahan yang tampak pada citra IKONOS yang digeneralisir menjadi penggunaan lahan banguan adalah sebagai berikut:

a. Industri

Bangunan industri baik berupa pabrik atau gudang pada umumnya berbentuk persegi panjang, ukuran lebih besar daripada bangunan permukiman penduduk, teksturnya kasar dan berasosiasi dengan jalan, dan sawah. Kebanyakan berona cerah, namun sebagian ada yang berona gelap, ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

disebabkan perbedaan jenis atap yang digunakan. Kenampakan penggunaan lahan industri disajikan pada gambar 21.

Gambar 21. Kenampakan Industri pada Citra dan Foto Bangunan Industri

b. Peternakan

Peternakan merupakan lahan yang diusahakan untuk memelihara hewan ternak. Untuk peternakan ayam pada citra umumnya tampak dengan rona coklat kehitaman, sebagian besar polanya teratur, bentuknya persegi panjang, cenderung memanjang dan berderet-deret dengan ukuran lebih besar daripada bangunan permukiman. Teksturnya kasar dan berasosiasi dengan jalan atau sawah. Kenampakan penggunaan lahan peternakan disajikan pada gambar 22.

commit to user

c. SPBU (Stasiun Pompa Bensin Umum)

SPBU mudah dikenali karena bentuknya yang khas, terletak di pinggir jalan, memiliki halaman yang luas (tempat antri kendaraan). Penggunaan lahan SPBU dapat simak pada gambar 31.

Gambar 23. SPBU pada Citra IKONOS dan Foto Sebenarnya

d. Hotel

Hotel pada citra IKONOS tampak dari ukurannya yang relatif besar, tereletak dipinggir jalan besar, biasaanya terdapat kolam renang yang airnya tampak berwarna biru (berona gelap). Penggunaan lahan hotel disajikan pada gambar 24.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penggunaan lahan hasil interpretasi citra IKONOS diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi penggunaan lahan yang dilakukan oleh Sandy (1989:87) dengan penyederhanaan sesuai kebutuhan penelitian. Penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Jaten dari hasil hasil interpretasi citra IKONOS disajikan pada tabel 8 berikut ini:

Tabel 14. Penggunaan Lahan Kecamatan Jaten Tahun 2009

Jenis Penggunaan Lahan Luas

Ha % 1. Sawah 1.180 50,90 2. Tegalan/ladang 117 5,05 3. Lahan kosong 9 0,39 4. Pemukiman 820 35,38 5. Bangunan 192 8,28 Jumlah 2.318 100

Sumber: Hasil Interpretasi Citra Ikonos dan hasil perhitungan

Menurut data pada tabel, penggunaan lahan dengan prosentase tertinggi adalah penggunaan lahan berupa sawah dengan, yaitu seluas 1.180 Ha (55,95%) dan yang kedua adalah permukiman yaitu seluas 820 Ha (30,33%). Prosentase penggunaan lahan pertanian yang besar menunjukkan bahwa aktifitas pertanian di daerah penelitian masih menjadi kegiatan utama, hal ini juga karena sektor pertanian merupakan salah satu komoditas yang dikembangkan di Kabupaten Karanganyar selain industri dan pariwisata, sesuai dengan slogan Kabupaten Karanganyar yaitu INTANPARI (Industri, Pertanian dan Pariwisata). Lahan kosong merupakan penggunaan lahan tekecil seluas 9 Ha (0,39%), lahan kosong ini merupakan lahan terbuka yang berupa padang gembala yang ditumbuhi rumput atau semak, kadang berupa lapangan sepakbola atau lapangan sekolah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dokumen terkait