• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISTILAH/GLOSSARY

5.6 Tingkat Pengangguran Terbuka Pemuda

Pengangguran merupakan akibat dari ketidakmampuan lapangan kerja menyerap angkatan kerja yang tersedia. Hal tersebut dikarenakan terbatasnya lapangan pekerjaan, ketidaksesuaian kualifikasi pencari kerja dengan kebutuhan, dan jumlah pencari kerja yang terus meningkat.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator ekonomi makro yang digunakan untuk melihat tingkat perekonomian suatu negara. Indikator ini merupakan persentase antara banyaknya pemuda penganggur (mencari kerja, sedang mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena tak mungkin mendapatkan pekerjaan termasuk putus asa, atau sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja) terhadap jumlah pemuda angkatan kerja. Pada Tabel 5.6.1 disajikan TPT pemuda tahun 2009 yang dirinci menurut jenis kelamin dan tipe daerah. Dari tabel tersebut tercatat bahwa tingkat pengangguran pemuda di Indonesia sebesar 10,07 persen. Angka tersebut menunjukkan bahwa secara rata-rata dari setiap 100 orang pemuda angkatan kerja, sebanyak 10 pemuda diantaranya belum mempunyai pekerjaan.

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 65

Tabel 5.6.1

TPT Pemuda menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009

Jenis Kelamin Perkotaan Perdesaan Perkotaan+

Perdesaan

(1) (2) (3) (4)

Laki-laki 14,25 9,86 11,89

Perempuan 9,91 6,79 8,26

Laki-laki + Perempuan 12,06 8,34 10,07

Sumber: BPS RI - Sakernas Agustus 2009

Bila dilihat menurut jenis kelamin, ternyata TPT pemuda laki-laki lebih tinggi dibanding TPT pemuda perempuan (11,89 persen dibanding 8,26 persen). Pola yang serupa terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan.

Tabel 5.6.2

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Tipe Daerah, 2009

Pendidikan Tertinggi

yang Ditamatkan Perkotaan Perdesaan

Perkotaan+ Perdesaan (1) (2) (3) (4) Tdk/Blm Pernah Sekolah 5,74 2,83 3,30 Tidak Tamat SD 9,88 4,64 5,90 SD/sederajat 9,63 6,30 7,22 SMP/sederajat 7,07 6,24 6,60 SM/sederajat 15,26 15,52 15,35 Akademi/PT 18,51 19,33 18,72 Jumlah 12,06 8,34 10,07

Bila dilihat menurut tipe daerah, TPT pemuda di perkotaan cenderung lebih tinggi daripada TPT pemuda di perdesaan. TPT pemuda daerah perkotaan sebesar 12,06 persen, lebih tinggi dibandingkan TPT pemuda daerah perdesaan yang hanya sebesar 8,34 persen. TPT pemuda perkotaan yang lebih tinggi disinyalir erat kaitannya dengan sifat pekerjaan di perkotaan yang lebih kompleks dibandingkan dengan daerah perdesaan. Pekerjaan yang tersedia di perkotaan pada umumnya membutuhkan pekerja dengan ketrampilan dan kualifikasi pendidikan tertentu. Sedangkan daerah perdesaan umumnya jenis pekerjaan yang tersedia adalah pekerjaan informal sehingga cenderung lebih mudah bagi pemuda perdesaan mendapatkan pekerjaan daripada pemuda perkotaan.

Pada Tabel 5.6.2 disajikan TPT pemuda yang dirinci menurut tingkat pendidikan dan tipe daerah. Dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, ternyata TPT pemuda dengan pendidikan tamat akademi/PT menduduki tingkat teratas sebesar 18,72, diikuti TPT pemuda berpendidikan tamat SM/sederajat sebesar 15,35, dan tamat SD/sederajat sebesar 7,22 persen. Pola yang sama terjadi untuk daerah perdesaan, dimana TPT tertinggi terletak pada pemuda dengan pendidikan tamat akademi/PT sebesar 19,33 persen, diikuti tamat SM/sederajat 15,52 persen, tamat SD/sederajat sebesar 6,30 persen, dan tamat SMP/sederajat sebesar 6,24 persen. Untuk daerah perkotaan, TPT tertinggi juga terletak pada pemuda dengan pendidikan tamat akademi/PT yaitu sebesar 18,51 persen, diikuti oleh tamat SM/sederajat sebesar 15,26 persen, tidak tamat SD sebesar 9,88 persen dan tamat SD/sederajat sebesar 9,63 persen.

TPT pemuda menurut provinsi disajikan pada Lampiran Tabel 5.7.1–5.7.3. TPT pemuda menurut provinsi berkisar antara 4,91–

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 67 15,29, dimana TPT tertinggi terjadi di Provinsi Banten sebesar 15,29 persen, diikuti Provinsi Jawa Barat dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 13,53 persen dan 13,49 persen. Sedangkan provinsi dengan TPT terendah adalah Sulawesi Barat sebesar 4,91 persen, diikuti Bali sebesar 5,22 persen dan Nusa Tenggara Timur sebesar 5,31 persen.

Distribusi TPT pemuda perkotaan menurut provinsi berkisar antara 6,01–17,43 dimana TPT tertinggi terjadi di Provinsi Papua Barat sebesar 17,43 persen, diikuti Provinsi Sulawesi Utara sebesar 15,72 persen dan Maluku sebesar 15,12 persen. Sedangkan provinsi dengan TPT terendah adalah Bali sebesar 6,01 persen, diikuti Sulawesi Barat sebesar 6,02 persen dan Jambi sebesar 8,46 persen. Sementara itu distribusi TPT pemuda perdesaan menurut provinsi berkisar antara 3,92–16,54 dimana TPT tertinggi terjadi di Provinsi Banten sebesar 16,54 persen, diikuti Provinsi Jawa Barat sebesar 12,97 persen dan Sulawesi Utara sebesar 11,94 persen. Sedangkan provinsi dengan TPT terendah adalah Papua sebesar 3,92 persen, diikuti Nusa Tenggara Timur sebesar 4,03 persen dan Kalimantan Tengah sebesar 4,09 persen.

Kesehatan

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan merupakan upaya memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) dan Undang-Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang antara lain diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dalam pengukuran IPM, kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan. Kesehatan juga merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan dibutuhkan perubahan cara pandang (mindset) dari paradigma sakit ke paradigma sehat, sejalan dengan visi Indonesia Sehat 2010.

Setiap kegiatan dalam upaya memelihara kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dilaksanakan berdasarkan prinsip non disrikriminatif, partisipatif dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 69 Indonesia yang berkualitas. Indonesia memang telah mengalami kemajuan dalam meningkatkan kualitas kesehatan penduduk. Namun demikian masalah dan tantangan baru muncul sebagai akibat perubahan sosial ekonomi. Permasalahan tersebut antara lain adalah disparitas status kesehatan antar kawasan, dan antar perkotaan-perdesaan yang masih cukup tinggi. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut sasaran pembangunan kesehatan pada tahun 2004-2009 (RPJM 2004-2009) adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi terutama pembangunan kesehatan bagi pemuda untuk menciptakan sumber daya manusia pemuda yang berkualitas.

Kualitas kesehatan pemuda umumnya tercermin dari status atau derajat kesehatan yang biasanya dilihat melalui berbagai indikator kesehatan seperti angka kesakitan (morbidity rate) dan rata-rata lama sakit. Angka kesakitan dan rata-rata lama sakit merupakan indikator kesehatan negatif yang artinya semakin tinggi angka kedua indikator tersebut menunjukkan kualitas kesehatan yang semakin memburuk. Indikator lain yang juga biasa digunakan untuk melihat status atau derajat kesehatan adalah indikator perilaku hidup sehat antara lain pola makan, kebiasaan berobat, cara berobat, kebiasaan merokok dan kebiasaan melakukan kegiatan fisik atau olahraga.

Pada bab ini akan dibahas beberapa indikator kesehatan dalam rangka memperoleh gambaran secara rinci mengenai kualitas kesehatan pemuda seperti keluhan kesehatan, angka kesakitan (morbidity rate), rata-rata lama sakit, dan cara berobat

Dokumen terkait