• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAMBUTAN SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA. Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SAMBUTAN SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA. Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh"

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 i

SAMBUTAN

SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena hanya atas petunjuk dan ridho-Nya kita dapat menyelesaikan penyusunan buku Penyajian Data Informasi Statistik Kepemudaan Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun 2010.

Buku ini mengetengahkan secara rinci dan komprehensif tentang kondisi dan perkembangan profil pemuda Indonesia dewasa ini dilihat dari aspek kependudukan, pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan, dan hasil berbagai program kepemudaan. Disamping itu, diuraikan pula masalah kesenjangan pemuda dalam aspek potensi, kualitas, dan dinamika pemuda menurut jenis kelamin dan wilayah (provinsi dan perkotaan/ pedesaan).

Data dan informasi yang tersaji dalam buku ini dihimpun dan diolah dari sumber resmi yang dikeluarkan oleh (1) Badan Pusat Statistik: Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2009 dan Hasil Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) Tahun 2009; (2) Kementerian Sosial, (3) Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan (4) Dinas yang menangani kepemudaan tingkat provinsi se Indonesia.

Melalui buku ini ingin ditunjukkan pula bahwa seluruh kebijakan yang ditempuh guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional di bidang kepemudaan sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, telah dirumuskan secara sistemik dan sistematis berdasarkan data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Kami berharap buku ini dapat menjadi acuan bagi masyarakat dan organisasi pemuda, serta instansi/lembaga dan pemangku kepentingan terkait lainnya dalam mengoptimalkan efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas perencanaan, pelaksanaan, dan

(3)

pengendalian program pemberdayaan, pengembangan, dan pembinaan pemuda di lingkungan dan/ atau wilayah tugas masing masing.

Akhirnya, kepada para penyusun, narasumber, dan semua pihak yang berperan serta dalam pen

kasih. Semoga buku ini dapat bermakna dan memberikan andil yang positif bagi suksesnya program peningkatan partisipasi dan peran aktif pemuda di berbagai bidang pembangunan dalam rangka menuju bangsa yang berkarakter, b

Billahittaufik Wal Hidayah,

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Desember

Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga,

Drs. Wafid Muharram, MM NIP. 19600709 198803 1 001

pengendalian program pemberdayaan, pengembangan, dan pembinaan pemuda di lingkungan dan/ atau wilayah tugas

masing-Akhirnya, kepada para penyusun, narasumber, dan semua pihak serta dalam penerbitan buku ini kami ucapkan terima kasih. Semoga buku ini dapat bermakna dan memberikan andil yang positif bagi suksesnya program peningkatan partisipasi dan peran aktif pemuda di berbagai bidang pembangunan dalam rangka menuju bangsa yang berkarakter, bermartabat dan berdaya saing.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Desember 2010

Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga,

Drs. Wafid Muharram, MM NIP. 19600709 198803 1 001

(4)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah meridhoi kemampuan bagi segenap Tim Penyusun dalam hal persiapan dan penyusunan buku Penyajian Data dan Informasi Statistik Kepemudaan Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun 2010.

Buku berjudul Penyajian Data dan Informasi Statistik Kepemudaan Tahun 2010, yang saat ini sedang dalam genggaman Anda, merupakan medium publikasi yang menyajikan informasi mengenai kondisi umum kepemudaan di Indonesia. Data dan informasi kepemudaan yang disajikan meliputi; kependudukan, jumlah pemuda, persentase pemuda yang tinggal di perkotaan, rasio jenis kelamin pemuda, struktur umur pemuda, status pernikahan pemuda, partisipasi sekolah pemuda dan pendidikan formal pemuda, pekerjaan pemuda, tingkat pengangguran, tingkat kesehatan pemuda, keberadaan organisasi kepemudaan, serta program kepemudaan (antara lain SP3, BPAP-JPI, PPAN, KUPP, dan SPP).

Basis data dan informasi yang digunakan dalam publikasi ini diambil dari berbagai sumber antara lain; Hasil Susenas 2009, BPS RI-Sakernas 2009, Data Statistik Persekolahan dari Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), dan data dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) khususnya mengenai SP3 dan KUPP.

Publikasi ini merupakan publikasi tahunan dari Kemenpora, sehingga data dan informasi yang tersedia untuk tahun 2010 ini tentunya mengalami sejumlah perubahan dibandingkan dengan data dan informasi pada tahun-tahun sebelumnya. Yang pasti, ketersediaan data dan informasi kepemudaan ini diharapkan dapat membantu terjadinya sinkronisasi mengenai database kepemudaan secara nasional.

Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam seluruh tahapan penyusunan buku ini, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Kami sungguh membuka diri atas kritik, saran, dan masukan demi penyempurnaan materi buku ini di masa mendatang.

Semoga keberadaan buku ini memberikan manfaat bagi masyarakat luas khususnya segenap pemangku kepentingan

(5)

(stakeholders) kepemudaan di Indonesia. Kiranya Tuhan Yang Maha

Kuasa berkenan menolong kita semua dalam menunaikan tugas-tugas pengabdian demi kemajuan negara dan bangsa tercinta.

Jakarta, Desember 2010

(6)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 v

Ringkasan Eksekutif

Pemuda adalah simbol dari idealisme, semangat dan cita-cita sebuah bangsa. Pemuda merupakan harapan dan tulang punggung bangsa di masa depan. Potensi besar pemuda terletak pada sifat yang cenderung pada pembaruan dan perubahan. Potensi lain yang dimiliki oleh pemuda adalah sebagai aset ekonomi dalam pembangunan dan perkembangan ekonomi di Indonesia, ini terkait dengan usia, tenaga dan kemampuan berpikir pemuda. Selain itu, ada beberapa permasalahan yang menyangkut pemuda. Diantaranya pengangguran, krisis mental, krisis eksistensi, dan dekadensi moral. Budaya permisif dan pragmatisme yang kian merebak membuat sebagian pemuda terjebak dalam kehidupan hedonis, serba instan, dan tercabut dari idealisme sehingga cenderung menjadi manusia yang anti sosial (rumahzakat.org). Jumlah pemuda yang relatif banyak, merupakan aset yang dapat diandalkan dalam pembangunan. Pemuda akan menempati posisi strategis, baik sebagai pelaku pembangunan maupun penerus pembangunan di masa datang.

Jumlah pemuda Indonesia (penduduk berusia 16-30 tahun) sekitar 57,81 juta jiwa atau 25,04 persen dari penduduk Indonesia yang berjumlah 230,87 juta jiwa. Persentase pemuda paling kecil dibandingkan penduduk usia di bawah 16 tahun (30,88 persen) serta penduduk di atas 30 tahun (44,08 persen). Meskipun demikian

(7)

jumlah pemuda mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007 (57,17 juta orang) dan 2008 (56,73 juta orang).

Persentase pemuda yang tinggal di perkotaan (26,68 persen), lebih besar dibandingkan di perdesaan (23,50 persen). Rasio jenis kelamin pemuda tercatat sebesar 98,00. Hal ini berarti secara rata-rata dalam setiap 100 pemuda perempuan terdapat sekitar 98 pemuda laki-laki.

Struktur umur pemuda menunjukkan bahwa kelompok umur 16-20 tahun merupakan komponen terbesar pemuda dengan persentase sebesar 34,56 persen, diikuti pemuda pada kelompok umur 26-30 tahun (34,00 persen), dan kelompok umur 21-25 tahun (31,44 persen).

Lebih dari separuh pemuda (55,86 persen) berstatus belum kawin, 42,68 persen berstatus kawin dan 1,45 persen berstatus cerai hidup/mati. Pemuda perempuan berstatus kawin (54,23 persen). lebih tinggi dibandingkan laki-laki (30,90 persen). Pada status belum kawin, pemuda laki-laki (68,39 persen) lebih tinggi dibandingkan perempuan (43,59 persen). Persentase pemuda perempuan di perdesaan yang berstatus kawin (61,81 persen) lebih besar dibandingkan dengan perkotaan (47,09 persen). Status pemuda dalam rumah tangga yang paling besar adalah sebagai isteri/suami dari kepala rumah tangga (19,18 persen) dan sebagai kepala rumah tangga (12,01 persen).

Partisipasi sekolah pemuda dalam pendidikan formal dan non formal masih rendah. Sebesar 1,25 persen pemuda tidak/belum pernah sekolah, 17,07 persen masih sekolah dan 81,68 persen tidak

(8)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 vii

bersekolah lagi. Persentase pemuda di perkotaan yang masih bersekolah (20,47 persen) lebih besar dibanding di perdesaan (13,45 persen). Sementara itu, persentase pemuda perkotaan yang tidak/belum pernah sekolah (0,47 persen) lebih kecil dibandingkan di perdesaan (2,09 persen).

Menurut jenis kelamin, persentase pemuda perempuan yang tidak/belum pernah sekolah (1,48 persen) lebih besar dibanding laki-laki (1,03 persen). Di perkotaan, persentase pemuda perempuan yang tidak/belum pernah sekolah tercatat sebesar 0,55 persen dan laki-laki sebesar 0,38 persen. Di perdesaan persentase pemuda perempuan yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 2,46 persen sedangkan laki-laki sebesar 1,71 persen.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) pemuda kelompok usia sekolah (16-18 tahun dan 19-24 tahun) lebih tinggi dibandingkan kelompok diatas usia sekolah (25-30 tahun). Secara umum, APS pemuda laki-laki lebih tinggi dibandingkan APS pemuda perempuan. Sedangkan menurut tipe daerah, APS pemuda di perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan APS pemuda di perdesaan. Persentase pemuda yang buta huruf selama kurun waktu 2005 hingga 2009 mengalami penurunan yang signifikan. Pada tahun 2005, pemuda buta huruf tercatat sebesar 1,56 persen, turun menjadi 1,51 persen pada tahun 2007, dan menjadi 0,90 persen tahun 2009. Persentase pemuda perempuan yang buta huruf (1,08 persen) lebih tinggi dibandingkan pemuda laki-laki (0,72 persen).

Secara nasional rata-rata lama sekolah pemuda mencapai 9,41 tahun. Rata-rata lama sekolah pemuda di perkotaan sebesar 10,50 tahun sedangkan di perdesaan sebesar 8,26 tahun.

(9)

Rata-rata lama sekolah pemuda laki-laki (9,42 tahun) lebih tinggi dibandingkan pemuda perempuan (9,40 tahun). Pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh sebagian besar pemuda adalah jenjang SMP/sederajat (31,19 persen), SM/sederajat (30,93 persen) dan SD/sederajat (23,93 persen). Pemuda yang belum tamat SD dan tidak/belum sekolah persentasenya masing-masing sebesar 6,51 persen dan 1,25 persen. Sedangkan pemuda yang tamat PT persentasenya sebesar 6,18 persen.

Berdasarkan kegiatan sehari-hari, sebanyak 52,61 persen pemuda bekerja, 10,07 persen menganggur/sedang mencari kerja, 17,95 persen mengurus rumah tangga, 15,74 persen sekolah dan 3,62 persen melakukan kegiatan lainnya. Persentase pemuda laki-laki yang bekerja (65,56 persen) lebih tinggi dibandingkan pemuda perempuan (39,72 persen). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pemuda tahun 2009 sebesar 62,69 persen. TPAK pemuda laki-laki sebesar 77,46 persen dan TPAK pemuda perempuan sebesar 47,98 persen.

Dari keseluruhan pemuda yang bekerja, sebagian besar bekerja di sektor pertanian (32,87 persen), perdagangan (21,42 persen), dan industri (16,59 persen). Di perkotaan, mayoritas pemuda bekerja di sektor perdagangan (31,41 persen), industri (22,44 persen) dan jasa (20,59 persen). Sedangkan di perdesaan, pemuda bekerja di sektor pertanian (53,68 persen), perdagangan (13,43 persen) dan industri (11,91 persen). Pemuda yang bekerja sebagian besar berpendidikan tamat SM/sederajat (30,88 persen), tamat SMP/sederajat (27,15 persen), tamat SD/sederajat (24,78 persen) dan tamat Akademi/PT (7,38 persen). Pemuda yang bekerja

(10)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 ix

sebagian besar berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai (38,04 persen), pekerja tidak dibayar/pekerja keluarga (23,19 persen), berusaha sendiri (16,09 persen), dan berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar (10,35 persen). Sebanyak 70,20 persen pemuda yang bekerja memiliki jumlah jam kerja minimal 35 jam seminggu. Sementara itu, pemuda yang bekerja dengan jumlah jam kerja di bawah normal yaitu antara 15-34 jam seminggu sebesar 22,38 persen dan mereka yang bekerja dengan jumlah jam kerja 1-14 jam sebesar 5,76 persen.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pemuda di Indonesia tahun 2009 sebesar 10,07 persen. Ini berarti bahwa secara rata-rata dari setiap 100 orang pemuda angkatan kerja, sebanyak 10 pemuda diantaranya belum mempunyai pekerjaan. Bila dilihat menurut jenis kelamin, TPT pemuda laki-laki lebih tinggi dibanding TPT pemuda perempuan (11,89 persen dibanding 8,26 persen). Menurut tipe daerah, TPT pemuda di perkotaan (12,06 persen) lebih tinggi dibanding TPT pemuda di perdesaan (8,34 persen).

Dari data Susenas 2009, sekitar 24,41 persen pemuda mengalami keluhan kesehatan selama sebulan terakhir. Dibandingkan menurut tipe daerah, pemuda di perdesaan yang mengalami keluhan kesehatan (25,01 persen) persentasenya lebih tinggi dibandingkan pemuda perkotaan (23,84 persen). Dilihat menurut jenis kelamin, persentase pemuda perempuan yang mengalami keluhan kesehatan (25,96 persen) lebih tinggi dibanding pemuda laki-laki (22,82 persen). Keluhan kesehatan yang paling banyak dirasakan pemuda adalah pilek (11,99 persen), batuk (11,68 persen) dan panas (8,84 persen).

(11)

Sebanyak 12,70 persen pemuda menderita sakit. Dari keseluruhan pemuda yang sakit, sebanyak 57,81 persen diantaranya menderita sakit selama 1-3 hari, 32,03 persen menderita sakit selama 4-7 hari, serta selebihnya adalah pemuda yang menderita sakit lebih dari 7 hari. Pengobatan secara modern cenderung dipilih oleh pemuda guna mengurangi gejala sakit yang dideritanya (92,24 persen) dibandingkan cara tradisional (20,28 persen) dan pengobatan lainnya (4,98 persen). Tempat fasilitas pelayanan kesehatan paling banyak dikunjungi pemuda adalah Praktek Dokter (33,53 persen), Puskesmas (32,13 persen) dan Praktek Nakes/Tenaga Kesehatan (27,30 persen).

Keberadaan organisasi kepemudaan saat ini berkembang dengan pesat. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah organisasi kepemudaan. Tahun 2007, organisasi kepemudaan di Indonesia berjumlah 191 dan tahun 2009 meningkat menjadi 229.

Pembangunan kepemudaan dilaksanakan melalui berbagai macam program yang menyentuh kepentingan pemuda. Beberapa program kepemudaan yang ada pada tahun 2009 antara lain Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (SP-3) dengan jumlah 288 orang, Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) dengan jumlah peserta sebanyak 393 orang, dan Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang beranggotakan 5.009 orang. Program kepemudaan yang lain adalah Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dengan jumlah anggota 152.110 orang, Karang Taruna dengan jumlah pemuda yang aktif sebanyak 61.695 orang. Sementara itu, program kewirausahaan pemuda antara lain Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP) pada tahun 2009 berjumlah 383 buah dan Sentra Pemberdayaan Pemuda (SPP) sebanyak 13 buah.

(12)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 xi

DAFTAR ISI

Halaman

SAMBUTAN i

KATA PENGANTAR iii

RINGKASAN EKSEKUTIF v

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR TABEL LAMPIRAN xvii

DAFTAR ISTILAH/GLOSSARY xxii

BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 4 1.3 Sistematika Penyajian 4 BAB 2 METODOLOGI 6 2.1 Sumber Data 6 2.2 Cakupan 9

2.3 Konsep dan Definisi 9

2.3.1 Tipe Daerah 9

2.3.2 Rumah Tangga dan Anggota Rumah Tangga 12

2.9 Metode Analisis 18

BAB 3 KEPENDUDUKAN 19

3.1 Jumlah dan Distribusi Pemuda 20 3.2 Komposisi Pemuda menurut Jenis Kelamin 24 3.3 Komposisi Pemuda menurut Kelompok Umur 26 3.4 Komposisi Pemuda menurut Status Perkawinan 28 3.5 Komposisi Pemuda menurut Status Dalam Rumah

Tangga 31

BAB 4 PENDIDIKAN 34

4.1 Partisipasi Pendidikan 35

4.2 Angka Buta Huruf 41

4.3 Rata-rata Lama Sekolah 47

(13)

Halaman

BAB 5 KETENAGAKERJAAN 52

5.1 Pemuda Menurut Jenis Kegiatan 54 5.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Pemuda 56 5.3 Pemuda Bekerja menurut Lapangan Usaha 58 5.4 Pemuda Bekerja menurut Status Pekerjaan 61 5.5 Pemuda Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja 63 5.6 Tingkat Pengangguran Terbuka Pemuda 64

BAB 6 KESEHATAN 68

6.1 Keluhan Kesehatan 70

6.2 Jenis Keluhan Kesehatan 72

6.3 Lama Sakit 74

6.4 Kebiasaan Berobat 77

BAB 7 PROGRAM DAN ORGANISASI KEPEMUDAAN 82

7.1 Sejarah Organisasi Kepemudaan Sebelum

Kemerdekaan Indonesia 82

7.2 Organisasi Kepemudaan setelah Kemerdekaan

Indonesia 84

7.3 Kegiatan Program Kepemudaan 87

TABEL LAMPIRAN 96

(14)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel A Variabel, Klasifikasi, Skor & Kriteria Desa 2000 10 Tabel 3.1.1 Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur dan

Daerah Tempat Tinggal, 2009

20

Tabel 3.1.2 Proporsi dan Perkiraan Jumlah Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2007- 2009

21

Tabel 3.1.3 Persentase Pemuda menurut Pulau dan Jenis Kelamin, 2009

23

Tabel 3.2.1 Perkiraan Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009

24

Tabel 3.2.2 Angka Rasio Jenis Kelamin Pemuda menurut Tipe Daerah, 2009

25

Tabel 3.4.1 Persentase Pemuda yang Pernah Kawin menurut Kelompok Umur, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009

30

Tabel 3.5.1 Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Status dalam Rumah Tangga, 2009

32

Tabel 4.1.1 Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2009

37

Tabel 4.1.2 Persentase Pemuda menurut Kelompok Umur dan Partisipasi Sekolah, 2009

39

Tabel 4.1.3 Angka Partisipasi Sekolah Formal + Nonformal Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2009

40

Tabel 4.2.1 Persentase Pemuda yang Buta Huruf menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2005, 2007 dan 2009

45

Tabel 4.2.2 Persentase Pemuda yang Buta Huruf menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2009

46

Tabel 4.3.1 Rata- Rata Lama Sekolah (dalam tahun) Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009

(15)

Tabel Halaman

Tabel 4.4.1 Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009

50

Tabel 5.1 Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Jenis Kegiatan, 2009

55

Tabel 5.3.1 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Lapangan Usaha dan Tipe Daerah, 2009

58

Tabel 5.3.2 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Tipe Daerah, 2009

60

Tabel 5.4 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Tipe Daerah, 2009

62

Tabel 5.5 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja Selama Seminggu Terakhir dan Tipe Daerah, 2009

63

Tabel 5.6.1 TPT Pemuda menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009

65

Tabel 5.6.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Tipe Daerah, 2009

65

Tabel 6.1 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Sebulan Terakhir menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009

71

Tabel 6.2.1 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenis Keluhan, 2009

72

Tabel 6.2.2 Proporsi Pemuda yang Sakit menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009

73

Tabel 6.3.1 Persentase Pemuda yang Sakit menurut Lamanya Sakit dan Tipe Daerah, 2009

75

Tabel 6.3.2 Persentase Pemuda yang Sakit menurut Lamanya Sakit dan Jenis Kelamin, 2009

(16)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 xv

Tabel Halaman

Tabel 6.4.1 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Mengobati menurut Jenis Obat, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009

79

Tabel 6.4.2 Persentase Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Tempat Berobat, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Tahun 2009

80

Tabel 7.1 Jumlah Organisasi Kepemudaan di Indonesia menurut Jenis Organisasi, 2007-2009

87

Tabel 7.2 Jumlah Pemuda Peserta Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) menurut Negara Tujuan, 2007-2009

90

Tabel 7.3 Jumlah Pemuda menurut Program Kepemudaan, 2007-2009

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 3.3.1 Persentase Pemuda menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah, 2009

27

Gambar 3.4.1 Persentase Pemuda menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan, 2009

28

Gambar 3.4.2 Persentase Pemuda menurut Status Perkawinan, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009

29

Gambar 5.1 TPAK Penduduk Pemuda Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009

57

Gambar 6.4 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri menurut Jenis Pengobatan dan Tipe Daerah, Tahun 2009

78

Gambar 7.1 Jumlah Peserta Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (SP-3), 2001-2009

(18)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 xvii

DAFTAR TABEL LAMPIRAN

Tabel Halaman

Tabel 3.1.1 Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2007

96

Tabel 3.1.2 Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2008

97

Tabel 3.1.3 Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2009

98

Tabel 3.2.1 Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009 (Perkotaan)

99

Tabel 3.2.2 Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009 (Perdesaan)

100

Tabel 3.2.3 Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009 (Perkotaan+ Perdesaan)

101

Tabel 3.3.1 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Kelompok Umur, 2009 (Perkotaan)

102

Tabel 3.3.2 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Kelompok Umur, 2009 (Perdesaan)

103

Tabel 3.3.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Kelompok Umur, 2009 (Perkotaan+ Perdesaan)

104

Tabel 3.4.1 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Status Perkawinan, 2009 (Perkotaan)

105

Tabel 3.4.2 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Status Perkawinan, 2009 (Perdesaan)

106

Tabel 3.4.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Status Perkawinan, 2009 (Perkotaan+ Perdesaan)

107

Tabel 3.5.1 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Status dalam Rumah Tangga, 2009 (Perkotaan)

(19)

Tabel Halaman

Tabel 3.5.2 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Status dalam Rumah Tangga, 2009 (Perdesaan)

109

Tabel 3.5.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Status dalam Rumah Tangga, 2009 (Perkotaan+Perdesaan)

110

Tabel 3.6.1 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Status dalam Rumah Tangga, 2009 (Laki-laki)

111

Tabel 3.6.2 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Status dalam Rumah Tangga, 2009 (Perempuan)

112

Tabel 3.6.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Status dalam Rumah Tangga, 2009 (Laki-laki+Perempuan)

113

Tabel 4.1.1 Persentase Pemuda menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur dan Status Pendidikan (Formal dan Nonformal), 2009 (Perkotaan)

114

Tabel 4.1.2 Persentase Pemuda menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur dan Status Pendidikan (Formal dan Nonformal), 2009 (Perdesaan)

115

Tabel 4.1.3 Persentase Pemuda menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur dan Status Pendidikan (Formal dan Nonformal), 2009 (Perkotaan+Perdesaan)

116

Tabel 4.2.1 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Status Sekolah, 2009 (Perkotaan)

117

Tabel 4.2.2 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Status Sekolah, 2009 (Perdesaan)

118

Tabel 4.2.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Status Sekolah, 2009 (Perkotaan+Perdesaan)

119

Tabel 4.3 Persentase Pemuda yang Buta Huruf menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009

120

Tabel 4.4 Rata-rata Lama Sekolah (dalam Tahun) Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009

(20)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 xix

Tabel Halaman

Tabel 4.5.1 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 (Perkotaan)

122

Tabel 4.5.2 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 (Perdesaan)

123

Tabel 4.5.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 (Perkotaan+ Perdesaan)

124

Tabel 5.1.1 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Kegiatan Utama Selama Seminggu Terakhir, 2009 (Perkotaan)

125

Tabel 5.1.2 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Kegiatan Utama Selama Seminggu Terakhir, 2009 (Perdesaan)

126

Tabel 5.1.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Kegiatan Utama Selama Seminggu Terakhir, 2009 (Perkotaan+ Perdesaan)

127

Tabel 5.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Pemuda menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2009

128

Tabel 5.3.1 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Lapangan Usaha, 2009 (Perkotaan)

129

Tabel 5.3.2 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Lapangan Usaha, 2009 (Perdesaan)

130

Tabel 5.3.3 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Lapangan Usaha, 2009 (Perkotaan+Perdesaan)

131

Tabel 5.4.1 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 (Perkotaan)

132

Tabel 5.4.2 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 (Perdesaan)

133

Tabel 5.4.3 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 (Perkotaan+Perdesaan)

134

Tabel 5.5.1 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Status Pekerjaan, 2009 (Perkotaan)

(21)

Tabel Halaman

Tabel 5.5.2 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Status Pekerjaan, 2009 (Perdesaan)

136

Tabel 5.5.3 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Status Pekerjaan, 2009 (Perkotaan+Perdesaan)

137

Tabel 5.6.1 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Jumlah Jam Kerja (Jam) Selama Seminggu Terakhir, 2009 (Perkotaan)

138

Tabel 5.6.2 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Jumlah Jam Kerja (Jam) Selama Seminggu Terakhir, 2009 (Perdesaan)

139

Tabel 5.6.3 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Jumlah Jam Kerja (Jam) Selama Seminggu Terakhir, 2009 (Perkotaan+Perdesaan)

140

Tabel 5.7.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 (Perkotaan)

141

Tabel 5.7.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 (Perdesaan)

142

Tabel 5.7.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 (Perkotaan+Perdesaan)

143

Tabel 6.1 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2009

144

Tabel 6.2.1 Proporsi Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Keluhan, 2009 (Perkotaan)

145

Tabel 6.2.2 Proporsi Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Keluhan, 2009 (Perdesaan)

146

Tabel 6.2.3 Proporsi Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Keluhan, 2009 (Perkotaan+ Perdesaan)

(22)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 xxi

Tabel Halaman

Tabel 6.3 Persentase Pemuda yang Sakit Selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2009

148

Tabel 6.4.1 Persentase Pemuda yang Sakit Selama Sebulan yang Lalu menurut Provinsi dan Lama Sakit (Hari), 2009 (Perkotaan)

149

Tabel 6.4.2 Persentase Pemuda yang Sakit Selama Sebulan yang Lalu menurut Provinsi dan Lama Sakit (Hari), 2009 (Perkotaan)

150

Tabel 6.4.3 Persentase Pemuda yang Sakit Selama Sebulan yang Lalu menurut Provinsi dan Lama Sakit (Hari), 2009 (Perkotaan+Perdesaan)

151

Tabel 6.5 Proporsi Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Sebulan Terakhir dan Mengobati Sendiri Keluhan Kesehatannya menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Obat, 2009

152

Tabel 6.6.1 Proporsi Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Provinsi dan Tempat Berobat, 2009 (Perkotaan)

153

Tabel 6.6.2 Proporsi Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Provinsi dan Tempat Berobat, 2009 (Perdesaan)

154

Tabel 6.6.3 Proporsi Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Provinsi dan Tempat Berobat, 2009 (Perkotaan+ Perdesaan)

155

Tabel 7.1 Jumlah Pemuda yang Terdaftar Sebagai Pekerja Sosial Masyarakat menurut Provinsi, 2007-2009

156

Tabel 7.2 Jumlah Pemuda yang Terdaftar Sebagai Anggota Karang Taruna menurut Provinsi, 2007-2009

157

Tabel 7.3 Jumlah Pemuda yang Terdaftar Sebagai Anggota Taruna Siaga Bencana menurut Provinsi, 2007-2009

158

Tabel 7.4 Jumlah Pemuda yang Terdaftar Sebagai Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan menurut Provinsi, 2007-2009

159

Tabel 7.5 Jumlah Pemuda yang Terdaftar dalam Program Kepemudaan menurut Provinsi, 2007-2009

(23)

DAFTAR ISTILAH/GLOSSARY

APK : Angka Partisipasi Kasar APS : Angka Partisipasi Sekolah ABH : Angka Buta Huruf

BPS : Badan Pusat Statistik

IPM : Indek Pembangunan Manusia KEMDIKNAS : Kementerian Pendidikan Nasional KEMENAG : Kementerian Agama

KEMENPORA : Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga KEMSOS RI : Kementerian Sosial Republik Indonesia KUPP : Kelompok Usaha Pemuda Produktif MSBP : Modul Sosial Budaya dan Pendidikan PMKS : Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PODES : Potensi Desa

PPAN : Pertukaran Pemuda Antar Negara PSKS : Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial PSM : Pekerja Sosial Masyarakat

PT : Perguruan Tinggi

RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah SAKERNAS : Survei Angkatan Kerja Nasional

SUSENAS : Survei Sosial Ekonomi Nasional SD : Sekolah Dasar

SDM : Sumber Daya Manusia SDM : Sumber Daya Manusia SM : Sekolah Menengah SMA : Sekolah Menengah Atas SMK : Sekolah Menengah Kejuruan SMP : Sekolah Menengah Pertama SPP : Sentra Pemberdayaan Pemuda

SP-3 : Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan SUKMA : Surat Keterangan Melek Aksara

TAGANA : Taruna Siaga Bencana

TPAK : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPT : Tingkat Pengangguran Terbuka

(24)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pemuda adalah simbol dari idealisme, semangat dan cita-cita sebuah bangsa. Pemuda merupakan harapan dan tulang punggung bangsa di masa depan. Sejarah membuktikan bahwa pemuda berperan penting dalam perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan. Karena pemudalah yang paling bersemangat, ambisius dan berani merombak serta bertindak revolusioner terhadap tatanan sistem kenegaraan. Hasan Al Banna seorang tokoh pergerakan di Mesir pernah berkata, "Di setiap kebangkitan pemudalah pilarnya, di setiap pemikiran pemudalah pengibar panji-panjinya." (Bryan Aga Murida, 2009, Pemuda dalam Perjuangan).

Potensi besar pemuda terletak pada sifat yang cenderung pada pembaruan dan perubahan. Peran pemuda dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia dimulai dari kebangkitan nasional, sumpah pemuda yang menjadi tonggak persatuan Indonesia, perjuangan merebut kemerdekaan Republik Indonesia, tumbangnya orde baru serta lahirnya orde reformasi seluruhnya dimotori oleh pemuda. Meskipun pemuda bukan merupakan satu-satunya agen perubahan, namun pemuda selalu berada pada garda terdepan proses perubahan.

(25)

Potensi lain yang dimiliki oleh pemuda adalah sebagai aset ekonomi dalam pembangunan dan perkembangan ekonomi di Indonesia, hal ini terkait dengan usia, tenaga dan kemampuan berpikir yang dimiliki oleh pemuda. Kelompok pemuda tergolong usia produktif, berpotensi untuk memasuki dunia kerja dibandingkan kelompok penduduk lainnya.

Disamping potensi yang dimiliki pemuda, terdapat juga beberapa permasalahan yang menyangkut pemuda. Mulai dari masalah pengangguran, krisis mental, krisis eksistensi, hingga masalah dekadensi moral. Budaya permisif dan pragmatisme yang kian merebak membuat sebagian pemuda terjebak dalam kehidupan hedonis, serba instan, dan tercabut dari idealisme sehingga cenderung menjadi manusia yang anti sosial (rumahzakat.org).

Mengingat potensi dan posisi pemuda yang sangat strategis sebagai sumberdaya manusia dalam pembangunan dan calon-calon pemimpin masa depan serta berbagai permasalahan yang menghinggapi kaum muda pada masa sekarang, perhatian khusus sudah semestinya diberikan kepada pemuda. Pembangunan kepemudaan menjadi suatu keharusan guna mendukung pencapaian pembangunan sumberdaya manusia. Pentingnya pembangunan sumberdaya manusia seringkali terkait dengan fakta, bahwa prestasi pembangunan manusia Indonesia, yang dipresentasikan dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) relatif masih kurang baik dibandingkan negara-negara tetangga di lingkup ASEAN. Menurut Human Development Report 2007-2008, HDI Indonesia berada dalam peringkat 107 dari 177 negara yang disurvei oleh UNDP dengan nilai sebesar 0,728. Peringkat ini masih berada di bawah Vietnam (105), Philipina (90), Thailand (78), Malaysia (63),

(26)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 3

Brunei Darussalam (30) dan Singapura (25) (Renstra Kemenpora 2010-2014). Oleh karena itu, pembangunan sumberdaya manusia menempati posisi prioritas utama dan sangat strategis dalam pembangunan nasional.

Kementerian Pemuda dan Olahraga sebagai wadah yang bertanggung jawab dalam pemberdayaan dan pengembangan pemuda telah menyusun Visi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) 2010-1014, yaitu “Mewujudkan Kepemudaan dan Keolahragaan Yang Berdaya Saing”, guna mendukung upaya pembangunan sumberdaya manusia Indonesia khususnya pemberdayaan pemuda. Untuk mencapai hal tersebut, maka Kementerian Pemuda dan Olahraga mempunyai misi “ Meningkatkan Daya Saing Kepemudaan dan Keolahragaan”. Berdasarkan Visi dan Misi yang telah diuraikan tersebut, tujuan yang hendak dicapai oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga tahun 2010-2014 adalah “Terselenggaranya pelayanan kepemudaan yang mendukung upaya peningkatan partisipasi dan peran aktif pemuda di berbagai bidang pembangunan serta pengelolaan keolahragaan nasional yang mendukung upaya peningkatan pembudayaan olahraga dan pembinaan prestasi olahraga dalam rangka menuju bangsa yang berkarakter dan berdaya saing”.

Agar pembangunan kepemudaan terarah, maka diperlukan data statistik kepemudaan yang akurat sehingga dapat menjadi dasar/acuan menentukan kebijakan. Tersedianya publikasi dan data mengenai pemuda Indonesia sangat dibutuhkan untuk memberikan gambaran secara makro mengenai kondisi dan situasi pemuda Indonesia.

(27)

1.2 Tujuan

Tujuan penyusunan publikasi Penyajian Data Informasi Statistik Kepemudaan 2010 ini secara umum adalah untuk memperoleh gambaran rinci dan menyeluruh tentang profil pemuda di Indonesia, baik pada tingkat nasional maupun tingkat regional. Kondisi dan perkembangan pemuda dalam publikasi ini akan dilihat dari aspek kependudukan, pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan serta berbagai program kepemudaan. Penyusunan publikasi Penyajian Data Informasi Statistik Kepemudaan 2010 juga dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang berkaitan dengan masalah kesenjangan dalam aspek potensi, kualitas dan dinamika pemuda yang dilihat menurut jenis kelamin pemuda serta wilayah (provinsi dan perkotaan/perdesaan).

Secara keseluruhan, publikasi ini menyajikan informasi berbagai aspek mengenai kepemudaan yang sangat bermanfaat sebagai bahan pengambilan kebijakan pembangunan kepemudaan. Dalam jangka pendek, informasi yang disajikan dapat digunakan sebagai bahan untuk penyusunan berbagai program dan sebagai sarana evaluasi program sebelumnya.

1.3 Sistematika Penyajian

Publikasi Penyajian Data Informasi Statistik Kepemudaan ini secara sistematis disajikan dalam tujuh bagian (bab) dan satu ringkasan eksekutif. Ringkasan eksekutif yang disajikan pada bagian awal publikasi dimaksudkan untuk memberikan gambaran ringkas dan menyeluruh kepada pembaca mengenai keseluruhan isi publikasi. Uraian yang lebih rinci disajikan dalam bab-bab sesuai

(28)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 5

dengan tema pokok bahasan dari publikasi. Pada bagian pertama (Bab I) disajikan hal-hal yang menjadi latar belakang dan tujuan penyusunan publikasi, serta sistematika penyajian publikasi Penyajian Data Informasi Statistik Kepemudaan 2010. Metodologi mencakup sumber dan metode pengumpulan data, keterbatasan data serta konsep dan definisi disajikan pada bagian kedua (Bab II). Lima bagian berikutnya secara berturut-turut menyajikan gambaran mengenai kondisi dan perkembangan pemuda dari berbagai aspek diantaranya kependudukan, pendidikan, ketenagakerjaan dan kesehatan serta program kepemudaan.

Indikator penting yang dicakup dalam aspek kependudukan menyangkut perkembangan jumlah pemuda, rasio jenis kelamin, kelompok umur, status perkawinan dan status dalam rumah tangga. Aspek pendidikan digambarkan oleh partisipasi sekolah, angka buta huruf, lama sekolah serta tingkat pendidikan yang ditamatkan. Bahasan mengenai ketenagakerjaan pemuda meliputi jenis kegiatan, tingkat partisipasi angkatan kerja, lapangan usaha, status pekerjaan, jumlah jam kerja dan tingkat pengangguran. Aspek kesehatan meliputi keluhan kesehatan dan jenisnya, angka kesakitan, lama sakit serta kebiasaan berobat. Selanjutnya program kepemudaan yang merupakan bab terakhir membahas mengenai berbagai program kepemudaan serta lembaga/organisasi kepemudaan yang berkembang di Indonesia.

(29)

Metodologi

2.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam publikasi Penyajian Data Informasi Statistik Kepemudaan 2010 ini adalah :

1. Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2009 sebagai sumber data utama. Data yang dikumpulkan dalam Susenas Tahun 2009 adalah:

a. Data Susenas Kor Juli Tahun 2009, sebagai dasar untuk memperoleh gambaran makro mengenai kondisi dan potensi pemuda dari sisi demografi, kesehatan, ketenagakerjaan dan pendidikan.

b. Data Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan Tahun 2009, sebagai dasar untuk memperoleh gambaran makro mengenai keterangan kegiatan sosial budaya yang dilakukan oleh pemuda.

2. Data hasil Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) Agustus Tahun 2009, untuk memperoleh gambaran mengenai ketenagakerjaan pemuda.

3. Data dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), untuk memperoleh gambaran mengenai berbagai program kepemudaan serta lembaga kepemudaan yang ada di Indonesia.

(30)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 9

4. Data dari Kementerian Sosial RI (Kemsos RI), untuk memperoleh gambaran mengenai program Kepemudaan yang ada di Indonesia.

2.2 Cakupan

Data yang bersumber dari Susenas Kor dan Modul MSBP Juli 2009, beberapa indikatornya disajikan hingga level provinsi. Begitu pula data yang bersumber dari Sakernas disajikan hingga level provinsi.

Data yang bersumber dari Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Kementerian Sosial RI disajikan hingga level provinsi.

2.3 Konsep dan Definisi

2.3.1 Tipe Daerah

Untuk menentukan apakah suatu desa/kelurahan tertentu termasuk daerah perkotaan atau perdesaan digunakan suatu indikator komposit (indikator gabungan) yang skor atau nilainya didasarkan pada skor atau nilai-nilai tiga buah variabel: kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan akses fasilitas umum. Penentuan skor suatu desa/kelurahan dapat dilihat pada Tabel A. Kolom (1) menunjukkan variabel/klasifikasi yang digunakan, dan Kolom (2) menunjukkan nilai skor untuk setiap variabel.

(31)

Tabel A. Variabel, Klasifikasi, Skor & Kriteria Desa, 2000

Variabel/Klasifikasi Skor Variabel/Klasifikasi Skor

(1) (2) (1) (2)

Total Skor C) Sekolah Menengah

• Skor Minimum 2 Umum

• Skor Maksimum 26 • Ada atau ≤ 2,5 Km 1

• > 2,5 Km 0 1. Kepadatan Penduduk/Km2 <500 1 D) Pasar 500 – 1 249 2 • Ada atau ≤ 2,5 Km 1 1 250 – 2 499 3 • > 2,5 Km 0 2 500 – 3 999 4 4 000 – 5 999 5 E) Bioskop 6 000 – 7 499 6 • Ada atau ≤ 5 Km 1 7 500 – 8 499 7 • > 5 Km 0 8 500 + 8 F) Pertokoan

2. Persentase Rumah Tangga • Ada atau ≤ 2,5 Km 1

Pertanian • > 2,5 Km 0 70,00+ 1 50,00 – 69,99 2 G) Rumah Sakit 30,00 – 49,99 3 • Ada atau ≤ 5 Km 1 20,00 – 29,99 4 • > 5 Km 0 15,00 – 19,99 5 10,00 – 14,99 6 H) Hotel/Biliar/Diskotik/ 5,00 – 9,99 7 Panti Pijat/Salon < 5,00 8 • Ada 1 • Tidak ada 0

3. Akses Fasilitas Umum 0,1,2,..,10

I) Persentase Rumah

A) Taman Kanak-Kanak (TK) Tangga Telepon

• Ada atau ≤ 2,5 Km 1 • 8,00 1

• > 2,5 Km 0 • < 8,00 0

B) Sekolah Menengah J) Persentase Rumah

Pertama Tangga Listrik

• Ada atau ≤ 2,5 Km 1 • 90,00 1

• > 2,5 Km 0 • < 90,00 0

(32)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 11

Cara perhitungan skor adalah sebagai berikut:

a. Variabel kepadatan penduduk mempunyai skor antara 1-8, satu bagi desa dengan kepadatan kurang dari 500 orang per km2, dua bagi desa dengan kepadatan kurang dari 500 - 1.249 orang per km2 dan seterusnya sampai dengan 8 bagi desa dengan kepadatan lebih besar atau sama dengan 8.500 orang per km2. b. Skor persentase rumah tangga pertanian berkisar 1 - 8, satu bila

desa memiliki 70,00 persen atau lebih rumah tangga tani, dua bila 50,00 - 69,99 persen, dan seterusnya sampai dengan 8, bila desa mempunyai 5 persen atau kurang.

c. Variabel akses fasilitas umum merupakan kombinasi antara keberadaan dan akses untuk mencapai fasilitas perkotaan.

d. Skor untuk akses fasilitas umum adalah 1 dan 0. Desa-desa yang tidak memiliki fasilitas perkotaan tetapi jaraknya relatif dekat dengan fasilitas perkotaan dan atau mudah mencapainya, maka desa tersebut dianggap setara dengan desa yang memiliki fasilitas dan diberi skor 1, dengan pertimbangan mudahnya akses kepada perkotaan tersebut serupa dengan memiliki.

e. Jumlah skor dari ketiga variabel tersebut kemudian digunakan untuk menentukan apakah suatu desa termasuk daerah perkotaan atau perdesaan. Desa dengan skor gabungan 9 atau kurang digolongkan sebagai desa perdesaan, sedangkan desa dengan skor gabungan mencapai 10 atau lebih digolongkan sebagai desa perkotaan.

(33)

f. Dalam pelaksanaannya penentuan apakah suatu desa/kelurahan termasuk daerah perkotaan atau perdesaan dilakukan oleh BPS RI dengan menggunakan hasil pendataan Potensi Desa (PODES).

2.3.2 Rumah Tangga dan Anggota Rumah Tangga

Rumah Tangga Biasa adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami atau tinggal bersama di sebagian atau seluruh bangunan fisik/bangunan sensus dan biasanya makan dari satu dapur. Yang dimaksud satu dapur adalah jika pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola menjadi satu. Beberapa orang yang bersama-sama mendiami satu kamar dalam satu bangunan sensus walaupun mengurus makannya sendiri-sendiri dianggap satu rumah tangga biasa.

Anggota Rumah Tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang pada waktu pencacahan berada di rumah tangga tersebut maupun yang sedang bepergian kurang dari 6 bulan dan tidak berniat pindah.

Tidak termasuk anggota rumah tangga yaitu orang yang telah bepergian selama 6 bulan atau lebih, atau kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah (akan meninggalkan rumah selama 6 bulan atau lebih).

Di sisi lain, orang yang telah 6 bulan atau lebih tinggal di rumah tangga yang sedang dicacah atau yang telah tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat menetap dianggap sebagai anggota rumah tangga dari rumah tangga yang sedang dicacah tersebut.

(34)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 13

Kawin adalah mempunyai isteri (bagi pria) atau suami (bagi wanita) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun tinggal terpisah. Dalam hal ini yang dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami isteri.

Cerai hidup adalah berpisah sebagai suami-isteri karena bercerai dan belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai walaupun belum resmi secara hukum. Sebaliknya tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin, misalnya suami/isteri ditinggalkan oleh isteri/suami ke tempat lain karena sekolah, bekerja, mencari pekerjaan, atau untuk keperluan lain. Wanita yang mengaku belum pernah kawin tetapi mengaku pernah hamil, dianggap sebagai cerai hidup.

Cerai mati adalah ditinggal mati oleh suami atau isterinya dan belum kawin lagi.

Rasio Jenis Kelamin adalah perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan pada suatu daerah dan pada waktu tertentu, yang biasanya dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan.

Buta Huruf adalah tidak dapat membaca surat atau kalimat sederhana dengan suatu huruf, termasuk huruf Braille. Orang cacat yang pernah dapat membaca dan menulis digolongkan tidak buta huruf.

Angka Partisipasi Sekolah adalah nilai perbandingan (dalam persen) banyaknya penduduk yang bersekolah terhadap total penduduk, menurut batasan umur sekolah pada setiap jenjang

(35)

pendidikan formal dan nonformal (Paket A setara SD, Paket B setara SMP dan Paket C setara SM).

Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang sudah ditamatkan oleh seseorang yang sudah tidak sekolah lagi atau jenjang pendidikan tertinggi yang pernah diduduki dan ditamatkan oleh seseorang yang masih bersekolah.

Bersekolah adalah mereka yang terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan baik di suatu jenjang pendidikan formal (pendidikan dasar yaitu SD/sederajat dan SMP/sederajat, pendidikan menengah yaitu SMA/sederajat dan pendidikan tinggi yaitu PT/sederajat) maupun non formal (Paket A setara SD, paket B setara SMP dan paket C setara SMA) yang berada di bawah pengawasan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Kementerian Agama (Kemenag), instansi lainnya negeri maupun swasta.

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, meliputi SD/MI/sederajat, SMP/MTs/sederajat, SM/MA/sederajat dan PT.

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Meliputi pendidikan kecakapan hidup (kursus), pendidikan anak usia dini (PAUD) atau pra-sekolah, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan (paket A, paket B, dan paket C) serta pendidikan lainnya yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

(36)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 15

Tidak/belum pernah sekolah adalah tidak/belum pernah terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan, termasuk mereka yang tamat/belum tamat Taman Kanak-kanak yang tidak melanjutkan ke Sekolah Dasar.

Belum tamat SD adalah pernah/sedang bersekolah di SD atau yang sederajat tetapi tidak/belum tamat.

SD meliputi Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah dan sederajat. SMP meliputi jenjang pendidikan SMP Umum, Madrasah Tsanawiyah, SMP kejuruan dan sederajat.

SM meliputi jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah dan sederajat.

Diploma/Sarjana adalah program DI/DII/DIII atau mendapatkan gelar sarjana muda pada suatu akademi/perguruan tinggi yang menyelenggarakan program diploma/mengeluarkan gelar sarjana muda, program pendidikan diploma IV, sarjana pada suatu perguruan tinggi, program pendidikan pasca sarjana (master atau doktor), spesialis 1 atau 2 pada suatu perguruan tinggi.

Angkatan Kerja Pemuda adalah penduduk berumur 16 - 30 tahun yang selama seminggu sebelum pencacahan mempunyai pekerjaan, baik bekerja maupun sementara tidak bekerja, atau yang sedang mencari pekerjaan.

Bukan Angkatan Kerja Pemuda adalah penduduk berumur 16-30 tahun yang selama seminggu sebelum pencacahan hanya bersekolah, mengurus rumah tangga, atau melakukan kegiatan lainnya. Dapat juga berarti tidak melakukan kegiatan yang dapat dimasukkan dalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari pekerjaan.

(37)

Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh/membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu sebelum pencacahan. Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut dan tidak terputus (termasuk pekerja keluarga tanpa upah, yang membantu dalam kegiatan usaha/ekonomi).

Menganggur adalah mereka yang termasuk angkatan kerja tetapi tidak bekerja.

Mencari Pekerjaan adalah kegiatan dari mereka yang bekerja tetapi karena suatu hal masih mencari pekerjaan; atau mereka yang dibebastugaskan dan akan dipanggil kembali tetapi sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan; atau mereka yang pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan; atau mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.

Mempersiapkan suatu usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu usaha yang baru, yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan/keuntungan atas resiko sendiri, dengan atau tanpa mempekerjakan buruh/karyawan/pegawai dibayar maupun tak dibayar. Mempersiapkan suatu usaha yang dimaksud adalah apabila seseorang telah/sedang melakukan tindakan nyata seperti mengumpulkan modal atau alat, mencari lokasi, mengurus surat ijin usaha, dsb.

(38)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 17

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. TPAK dihitung dengan rumus:

Jumlah Angkatan Kerja

TPAK = —————————————————— X 100% Jumlah Penduduk Usia Kerja

Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas. Namun pada publikasi ini umur dibatasi 16-30 tahun.

Lapangan Usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/ perusahaan/instansi tempat seseorang bekerja.

Status Pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam pekerjaan, misalnya berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain, berusaha dibantu buruh tetap, atau buruh/karyawan.

Jam Kerja adalah jumlah waktu (dalam jam) yang digunakan untuk bekerja.

Tingkat Pengangguran Terbuka adalah persentase angkatan kerja yang aktif mencari pekerjaan dan tidak sedang mempunyai pekerjaan. TPT dihitung dengan rumus:

Jumlah Orang yang Mencari Pekerjaan

TPT = ———————————————————— X 100% Jumlah Angkatan Kerja

Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan baik karena penyakit, kecelakaan, kriminal dll.

(39)

Sakit adalah menderita penyakit baik akut maupun kronis atau gangguan kesehatan lainnya yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu. Orang yang mempunyai keluhan kesehatan (misalnya masuk angin atau pilek) tetapi kegiatan sehari-harinya tidak terganggu dianggap tidak sakit.

2.4 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam publikasi Penyajian Data Informasi Statistik Kepemudaan 2010 adalah analisis deskriptif dengan penyajian data dalam bentuk tabel ulasan sederhana dan visualisasi berupa gambar/grafik untuk memudahkan pembaca dalam memahaminya. Analisis yang disajikan disertai dengan analisis diferensial untuk melihat perbedaan pola serta gambaran antar daerah perkotaan dan perdesaan serta antar wilayah provinsi. Selain itu disertakan juga analisis tren dalam upaya memperoleh gambaran mengenai kecenderungan/perkembangan selama be-berapa periode waktu. Pada bagian akhir publikasi ini dilengkapi dengan tabel lampiran untuk melihat data pada tingkat provinsi.

(40)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 19

Kependudukan

Indonesia mempunyai penduduk yang sangat besar dan termasuk empat besar di dunia setelah Republik Rakyat China, India dan Amerika Serikat. Penduduk Indonesia memiliki berbagai latar belakang, multi etnis dan budaya yang beragam. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai modal berharga bila dikelola dengan baik. Salah satu potensi penduduk adalah generasi muda atau yang disebut dengan pemuda. Pemuda merupakan sumber daya manusia (SDM) yang mempunyai potensi besar mendukung keberhasilan pembangunan, bila dilihat dari aspek kuantitas maupun produktivitas. Potensi tersebut dapat menjadi beban bila sebagian besar tidak terserap dalam proses pembangunan, karenanya perlu perencanaan dan kebijakan yang tepat untuk meningkatkan kualitas pemuda. Data kependudukan sangat diperlukan pada setiap kegiatan perencanaan pembangunan khususnya perencanaan input dan output pembangunan serta penetapan prioritas pembangunan di segala bidang.

Data dasar kependudukan yang berkaitan dengan jumlah dan struktur penduduk sebagai input pembangunan digunakan sebagai rujukan untuk memperkirakan jumlah SDM yang berperan dalam pembangunan, sedangkan sebagai output pembangunan, digunakan untuk menentukan kelompok sasaran (target groups) pembangunan.

(41)

Pada bagian kependudukan ini akan diuraikan gambaran rinci pemuda dilihat dari jumlah, distribusi dan struktur/komposisi pemuda, baik pada level nasional maupun level provinsi. Pada bagian ini juga akan dilihat beberapa aspek demografis penting, yaitu jenis kelamin, umur, status perkawinan dan hubungan dengan kepala rumah tangga.

3.1 Jumlah dan Distribusi Pemuda

Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional (human capital). Pemuda merupakan kelompok penduduk usia produktif yang sangat potensial sebagai penunjang kegiatan ekonomi. Jumlah pemuda yang relatif banyak, merupakan aset yang dapat diandalkan dalam pembangunan. Pemuda akan menempati posisi strategis, baik sebagai pelaku pembangunan maupun penerus pembangunan di masa datang.

Tabel 3.1.1

Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur dan Daerah Tempat Tinggal, 2009 Kelompok Umur (Tahun) Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan % Jumlah Penduduk (1) (2) (3) (4) (5) < 16 29,32 32,34 30,88 71.297.414 16 – 30 26,68 23,50 25,04 57.806.580 > 30 43,99 44,16 44,08 101.764.435 Total 100,00 100,00 100,00 230.868.429 10 + 81,54 80,06 80,78 186.485.738 15 + 72,44 69,54 70,94 163.787.957 Sumber: BPS RI - Susenas 2009

(42)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 21

Hasil Susenas Juli 2009 yang disajikan pada Tabel 3.1.1 memperlihatkan jumlah pemuda Indonesia (penduduk berusia 16-30 tahun) sekitar 57,81 juta jiwa atau 25,04 persen dari jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan yang saat ini berjumlah 230,87 juta jiwa. Berdasarkan kelompok umur, terlihat bahwa pemuda mempunyai persentase yang paling kecil jika dibandingkan dengan persentase penduduk usia di bawah 16 tahun (30,88 persen) serta penduduk di atas 30 tahun (44,08 persen).

Tabel 3.1.2

Proporsi dan Perkiraan Jumlah Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2007- 2009

Tipe Daerah / Jenis Kelamin

Proporsi (Perkiraan Jumlah)

2007 2008 2009 (1) (2) (3) (4) Tipe Daerah Perkotaan (K) 27,60 26,73 26,68 (27.187.445) (29.439.105) (29.780.668) Perdesaan (D) 23,67 23,15 23,50 (29.984.030) (27.292.217) (28.025.912) K+D 25,39 24,88 25,04 (57.171.475) (56.731.322) (57.806.580) Jenis Kelamin Laki-laki (L) 25,15 24,63 25,02 (28.268.856) (28.012.366) (28.611.380) Perempuan (P) 25,63 25,13 25,06 (28.902.619) (28.718.956) (29.195.200) L+P 25,39 24,88 25,04 (57.171.475) (56.731.322) (57.806.580)

(43)

Peningkatan pertumbuhan penduduk yang besar tanpa adanya peningkatan kesejahteraan justru bisa menjadi bencana, yang pada gilirannya dapat menimbulkan gangguan terhadap program-program pembangunan yang sedang dilaksanakan. Pemerintah berupaya menekan laju pertumbuhan penduduk melalui Program Keluarga Berencana yang dicanangkan di akhir tahun 1960-an, yang salah satu tujuannya menekan kelahiran untuk mengatasi masalah peledakan penduduk. Upaya tersebut menunjukkan keberhasilan, salah satunya terlihat pada menurunnya beban/angka ketergantungan penduduk usia muda, struktur dalam keluarga (jumlah keluarga mengecil) dan orangtua mulai mendapatkan kesempatan yang lebih baik untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas anak-anaknya.

Tabel 3.1.2 menampilkan proporsi dan perkiraan jumlah pemuda pada tahun 2007-2009. Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pada tahun 2009 jumlah pemuda Indonesia telah mencapai 57,81 juta atau sekitar 25,04 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2007 (57,17 juta orang) maupun tahun 2008 (56,73 juta orang).

Dilihat menurut tipe daerah, pada tahun 2009 jumlah pemuda di perkotaan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pemuda di perdesaan, yaitu sebesar 29,78 juta jiwa (26,68 persen) berbanding dengan 28,02 juta jiwa (23,50 persen).

(44)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 23

Dilihat berdasarkan penyebaran atau distribusinya menurut pulau, pada Tabel 3.1.3 menunjukkan bahwa separuh lebih pemuda terkonsentrasi di pulau Jawa (55,64 persen). Sisanya berturut-turut tersebar di pulau Sumatera (23,12 persen), Sulawesi (7,30 persen), Kalimantan (6,39 persen) dan sisanya sebesar 7,56 persen tersebar di pulau-pulau lainnya seperti Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.

Tabel 3.1.3

Persentase Pemuda menurut Pulau dan Jenis Kelamin, 2009

Pulau Laki-laki Perempuan Laki-laki +

Perempuan (1) (2) (3) (4) Sumatera 23,45 22,80 23,12 Jawa 55,76 55,51 55,64 Kalimantan 6,35 6,42 6,39 Sulawesi 7,20 7,40 7,30 Pulau Lainnya 7,23 7,87 7,56 Indonesia 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS RI - Susenas 2009

Distribusi dan potensi pemuda pada setiap provinsi bervariasi. Pada Lampiran Tabel 3.1.3, terlihat bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang paling banyak jumlah pemudanya, yaitu sebanyak 10,44 juta jiwa, disusul kemudian dengan Provinsi Jawa Timur sebanyak 8,01 juta jiwa dan Provinsi Jawa Tengah sebanyak 7,24 juta jiwa. Sementara provinsi yang memiliki jumlah pemuda yang paling sedikit adalah Papua Barat

(45)

(205,11 ribu jiwa), Gorontalo (219,16 ribu jiwa) dan Maluku Utara (257,52 ribu jiwa).

3.2 Komposisi Pemuda Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan Tabel 3.2.1 yaitu komposisi pemuda menurut jenis kelamin, terlihat bahwa pada tahun 2009 komposisi pemuda perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pemuda laki-laki. Jumlah pemuda perempuan sebanyak 29,20 juta jiwa (50,50 persen), sedangkan jumlah pemuda laki-laki sebanyak 28,61 juta jiwa (49,50 persen). Pola yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Komposisi pemuda di daerah perkotaan terdiri dari 15,04 juta perempuan (50,50 persen) dan 14,74 juta laki-laki (49,50 persen), sedangkan di perdesaan ada sebanyak 14,16 juta perempuan (50,51 persen) dan 13,87 juta laki-laki (49,49 persen).

Tabel 3.2.1

Perkiraan Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009

Tipe Daerah

Laki-laki Perempuan Laki-laki+

Perempuan

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Perkotaan (K) 14.741.828 49,50 15.038.840 50,50 29.780.668 100,00

Pedesaan (D) 13.869.552 49,49 14.156.360 50,51 28.025.912 100,00

K+D 28.611.380 49,50 29.195.200 50,50 57.806.580 100,00

Sumber: BPS RI - Susenas 2009

(46)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010 25

provinsi (23 provinsi) memiliki presentase pemuda perempuan yang sedikit lebih tinggi daripada pemuda laki-laki. Sepuluh provinsi yang menunjukkan pola pemuda laki-laki lebih besar dari pemuda perempuan, yaitu Provinsi Sumatera Utara (50,59 persen), Riau (50,17 persen), Sumatera Selatan (50,14 persen), Bengkulu (50,63 persen), Lampung (51,88 persen), Kepulauan Bangka Belitung (51,36 persen), Jawa Barat (50,17 persen), Banten (50,93 persen), Sulawesi Utara (50,70 persen) dan Sulawesi Tengah (50,07 persen).

Tabel 3.2.2

Angka Rasio Jenis Kelamin Pemuda menurut Tipe Daerah, 2009

Tipe Daerah Rasio Jenis Kelamin

(1) (2)

Perkotaan (K) 98,03

Perdesaan (D) 97,97

K+D 98,00

Sumber: BPS RI - Susenas 2009

Komposisi jenis kelamin pemuda dapat juga dilihat dari angka rasio jenis kelamin (sex ratio) seperti yang disajikan pada Tabel 3.2.2. Dari tabel tersebut nampak bahwa angka rasio jenis kelamin pemuda di daerah perkotaan dan daerah perdesaan nilainya kurang dari 100 yaitu 98,03 dan 97,97. Hal ini menunjukkan kaum perempuan masih sebagai komponen terbesar dalam populasi pemuda.

Sebaran rasio jenis kelamin pemuda pada tahun 2009 dilihat menurut provinsi sebagian besar menunjukkan angka lebih kecil dari

(47)

100 (Lampiran Tabel 3.2.3). Secara nasional, jumlah pemuda perempuan lebih banyak daripada jumlah pemuda laki-laki. Ini tercermin dari rasio jenis kelamin pemuda tahun 2009 sebesar 98,00. Hal ini berarti bahwa secara rata-rata dalam setiap 100 pemuda perempuan terdapat sekitar 98 pemuda laki-laki. Namun ada beberapa provinsi yang memiliki rasio jenis kelamin pemuda lebih dari 100, atau jumlah pemuda laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah pemuda perempuan. Provinsi yang memiliki rasio jenis kelamin lebih dari 100 adalah Provinsi Sumatera Utara (102,38), Riau (100,69), Sumatera Selatan (100,57), Bangka Belitung (105,59), Bengkulu (102,57), Lampung (107,82), Jawa Barat (100,68), Banten (103,77), Sulawesi Utara (102,84) dan Sulawesi Tengah (100,27), seperti yang disajikan pada Lampiran Tabel 3.2.3.

3.3 Komposisi Pemuda menurut Kelompok Umur

Distribusi penduduk menurut umur memperlihatkan dampak pengendalian angka kematian bayi dan perkembangan usia harapan hidup yang biasa digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Dalam analisis ini struktur umur pemuda pada tahun 2009 disajikan pada Gambar 3.3.1.

Gambar 3.3.1 menunjukkan bahwa komponen terbesar pemuda terdapat pada kelompok umur 16-20 tahun dengan persentase sebesar 34,56 persen, diikuti pemuda pada kelompok umur 26-30 tahun dengan persentase sebesar 34,00 persen, dan kelompok umur 21-25 tahun sebesar 31,44 persen.

Jika dikaji berdasarkan tipe daerah, terlihat adanya perbedaan komposisi keberadaan pemuda pada masing-masing

(48)

Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 20

kelompok umur. Di daerah perdesaan, komponen terbesar adalah pemuda pada kelompok umur 16

sebesar 35,49 persen, kemudia

30 tahun dengan persentase 33,88 persen dan pemuda pada kelompok umur 21-25 tahun sebagai yang terkecil dengan persentase 30,64 persen. Sementara itu, di daerah perkotaan pemuda pada kelompok umur 26

terbesar dengan persentase 34,11 persen, diikuti pemuda kelompok umur 16-20 tahun dengan persentase 33,70 persen dan pemuda kelompok umur 21-25 tahun sebagai komponen terkecil dengan persentase sebesar 32,19 persen.

Gambar 3.3.1

Persentase Pemuda menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah, 2009 Sumber: BPS RI - Susenas 2009 30 31 32 33 34 35 36 16-20 33.70 35.49 34.56 %

Kelompok Umur (tahun)

Perkotaan Perdesaan

Informasi Statistik Kepemudaan 2010 27

kelompok umur. Di daerah perdesaan, komponen terbesar adalah pemuda pada kelompok umur 16-20 tahun dengan persentase sebesar 35,49 persen, kemudian pemuda pada kelompok umur 26-30 tahun dengan persentase 33,88 persen dan pemuda pada

25 tahun sebagai yang terkecil dengan persentase 30,64 persen. Sementara itu, di daerah perkotaan pemuda pada kelompok umur 26-30 tahun menjadi komponen terbesar dengan persentase 34,11 persen, diikuti pemuda kelompok 20 tahun dengan persentase 33,70 persen dan pemuda 25 tahun sebagai komponen terkecil dengan persentase sebesar 32,19 persen.

Gambar 3.3.1

Persentase Pemuda menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah, 2009 Susenas 2009 21-25 26-30 32.19 34.11 30.64 33.88 31.44 34.00

Kelompok Umur (tahun)

Referensi

Dokumen terkait

Proses penambahan bahan-bahan kimia untuk membentuk gumpalan (flok) yang selanjutnya dipisahkan pada proses flokulasi. Digunakan untuk mematikan bakteri patogen yang ada

 Hasil nilai porositas pada spesimen dengan fraksi serbuk SiC 10% mempunyai nilai rata-rata porositas sebesar 3,7% dan semakin mengecil pada spesimen dengan fraksi serbuk SiC

peningkatan kadar clay dikarenakan pada saat proses ini, komposisi dari komposit paduan tidak tercampur secara merata yang mengakibatkan adanya gas-gas

Pendampingan merupakan salah satu aspek penting dalam mensukseskan program strategis Kementerian Pertanian. Pendampingan yang holistik, bersinergi, terkoordinir,

(2) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.. (3)

Program umum pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian program-program yang berkesinambungan dan menyeluruh dalam rangka merealisir tujuan organisasi Persatuan Dayah

Dengan penjelasan yang sama pada analisa hasil pengujian nomor 1, dijelaskan bahwa perbedaan lokasi tidak akan mempengaruhi dalam proses identifikasi duplikasi berkas lagu,

• Kegiatan temporal mencakup seluruh Indonesia, namun Program Pengembangan Sistem Pemulihan bagi Pekerja Migran, sejak 2011-2014, dilaksanakan hanya di Timor Tengah Selatan