• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Froese dan Pauly (2000), tingkat trofik adalah posisi dari suatu organisme dalam jejaring makanan, konsep tingkat trofik telah membuka topik baru untuk penelitian ekologi laut, seperti:

19 1) Perbandingan berbagai ekosistem berdasarkan distribusi frekuensi tingkat

trofik spesies tertentu;

2) Hubungan antara tingkat trofik dengan parameter biologi lainnya dengan ukuran tertentu. Misalnya, parameter biologi antar spesies.

Menurut Michael (1995), tingkat trofik menunjukkan keberadaan ikan dan organisme lainnya yang masing-masing berperan dalam jejaring makanan (Tabel 1 dan Gambar 7). Tabel 1 menjelaskan tingkat trofik yang berhubungan dengan komponen biotik.

Tabel 1 Tingkat trofik

Komponen biotik Organisme Tingkat trofik

Produsen Tumbuhan Hijau Tingkat trofik pertama

Konsumen Primer Herbivora Tingkat trofik kedua

Konsumen Sekunder Karnivora dan Parasit Tingkat trofik ketiga Konsumen Tersier Karnivora yang lebih tinggi

dan hiperparasit

Tingkat trofik keempat Sumber: Michael (1995)

Suatu spesies tertentu dapat menghuni lebih dari satu tingkatan trofik. Ukuran hewan dalam tingkatan-tingkatan trofik yang berurutan cenderung bertambah (Michael, 1995)

Tingkat trofik dibatasi jenisnya dari komposisi makanan yang meliputi seluruh bahan makanan yang dikonsumsi oleh suatu spesies pada suatu lokasi dan musim. Berdasarkan Gambar 7 suatu trofik dan penyusunnya kemudian dapat dibatasi dari rataan tingkat trofik mangsa ditambah satu (Froese and Pauly, 2000). Menurut Stergio et al. (2007), tingkat trofik yang digunakan, yaitu :

1) 2,1 – 2,9 : Omnivora yang cenderung pemakan tumbuhan; 2) 3,0 – 3,7 : Omnivora yang cenderung pemakan hewan; 3) 3,8 – 4,0 : Karnivora, menyukai decapoda dan ikan; 4) 4,1 – 4,5 : Karnivora, menyukai ikan dan Cephalopoda.

20

Sumber : Stergio et al. (2007)

Gambar 7 Ilustrasi struktur tingkat trofik seimbang alamiah

Menurut Nebel et al. (1998), semua rantai makanan pada dasarnya menjurus pada serangkaian tahap atau tingkatan, dari produsen kepada konsumen primer atau primary detritus feeders kemudian ke konsumen sekunder atau secondary detritus feeders, dan seterusnya. Feeding levels yang semacam ini disebut trophic levels. Menurut Bengen (2001), sumberdaya hayati wilayah pesisir dan laut merupakan satuan kehidupan organisme hidup saling berhubungan dan berinteraksi dengan lingkungan nir-hayatinya fisik membentuk suatu sistem trofik level.

Menurut Heddy dan Kurniati (1994), organisme yang sumber makannya diperoleh dari tumbuhan dengan jumlah langkah yang sama disebut mempunyai tingkat trofik yang sama. Tingkat trofik I adalah produsen, tingkat trofik II adalah herbivora dan tingkat trofik III adalah karnivora konsumen II. Penggolongan organisme berdasar tingkat trofik jenjang makanan didasarkan atas fungsi organisme dalam rantai makanan dan bukan berdasarkan atas spesies. Oleh karena itu, satu spesies dalam populasi dapat menduduki lebih dari satu jenjang makanan. Komponen biotik yang menyusun suatu ekosistem pesisir dan laut terbagi atas empat kelompok utama:

21 (1) produsen,

(2) konsumer primer, (3) konsumer sekunder, dan (4) dekomposer.

Menurut Bengen (2001), sebagai produsen adalah vegetasi autrotof, algae dan fitoplankton yang menggunakan energi matahari untuk proses fotosintesis yang menghasilkan zat organik sederhana. Sebagai konsumen primer adalah hewan-hewan yang memakan produsen disebut herbivora. Herbivora ini menghasilkan materi organik tetapi herbivora ini tergantung sepenuhnya dari materi organik yang disintesa oleh tumbuhan atau fitoplankton yang dimakannya. Konsumen sekunder adalah karnivora yaitu, semua organisme yang memakan hewan. Konsumen tersier adalah yang memakan konsumer sebelumnya. Sebagai dekomposer adalah organisme avertebrata, bakteri dan cendawan yang memakan materi organik yang mati: bangkai, daun-daunan yang mati, ekskreta. Pada prinsipnya terdapat tiga proses dasar yang menyusun struktur fungsional komponen biotik: produksi, konsomasi, dan dekomposisi atau mineralisasi.

Menurut Bengen (2001), proses produksi yang dilakukan oleh produsen dengan memanfaatkan energi dan nutrien yaitu komponen abiotik yang kemudian dimakan oleh konsumer pada berbagai tingkatan trofik terjadi proses konsomasi membentuk suatu piramida makanan dimana pada tingkatan trofik yang semakin tinggi terjadi pertambahan ukuran individu, namun jumlah individu semakin sedikit. Komponen abiotik dari suatu ekosistem pesisir dan laut terbagi atas tiga komponen utama:

1) Unsur dan senyawa anorganik berupa karbon, nitrogen dan air yang terlibat dalam siklus materi di suatu ekosistem;

2) Bahan organik berupa karbohidrat, protein dan lemak yang mengikat komponen abiotik dan biotik;

3) Regim iklim seperti suhu dan faktor fisik lain yang membatasi kondisi kehidupan.

Tingkat trofik dibagi menjadi empat yaitu: primary production, herbivore, predator, dan top predator (Gambar 8). Menurut Stergio et al. (2007), keunggulan dari tingkat trofik sebagai indikator ekologi ada pada efisiensinya dalam

22 mengungkapkan efek dari penangkapan ikan terhadap ekosistem, baik itu secara langsung atau tidak langsung. Efek penangkapan ikan secara langsung dapat diketahui dalam bentuk nilai tingkat trofik dari hasil tangkapan dalam kurun waktu beberapa tahun. Efek penangkapan ikan secara tidak langsung dapat diketahui dengan mengestimasi indikator lain seperti primary production yang dibutuhkan untuk mendukung penangkapan ikan dan indeks fisheries in balance.

Sumber : The University of Waikato (2007-2009) Gambar 8 Tingkat trofik perairan

Menurut Stergio et al. (2007), penangkapan ikan dilakukan dengan menggunakan beragam jenis alat penangkapan ikan. Alat penangkapan ikan dengan sasaran tangkap yang spesifik berdasarkan ukuran dan jenis ikan, berbeda dengan tipe alat tangkap untuk beragam jenis ikan sasaran tangkapan. Contohnya, hasil tangkapan trawl lebih beragam bentuk, ukuran dan jenisnya. Sementara gillnet, ikan hasil tangkapannya memiliki ukuran yang hampir sama / satu ukuran. Dibandingkan dengan gillnet dan trammel net, longline memiliki variasi ukuran dan jenis hasil tangkapan yang jauh lebih sedikit. Sebagai tambahan, penggunaan kapal penangkapan ikan dan teknologi, membuat para penangkap ikan bisa beroperasi di wilayah penangkapan ikan yang berbeda dengan fungsi penggunaan tingkat trofik yang berbeda di tiap wilayah penangapan ikan. Hal ini memunculkan sebuah pertanyaan penting, yaitu apakah jumlah spesies yang

Dokumen terkait