• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN DAN KONDISI USAHA RISK MANAGEMENT

A. pRINSIp peNeRApAN MANAJeMeN RISIKO

Penerapan manajemen risiko di Bank Mandiri menggunakan pendekatan Enterprise Risk Management (ERM), yang dibangun oleh 4 building block yaitu Organisasi & Sumber Daya Manusia, Kebijakan & Prosedur, Sistem & Data, serta Metodologi/ Model & Analytics.

1. ORGANISASI & SUMBeR DAYA MANUSIA

Organisasi manajemen risiko di Bank Mandiri terdiri dari Dewan Komisaris yang menjalankan fungsi pengawasan risiko (risk oversight), Dewan Direksi yang menjalankan fungsi kebijakan risiko (risk policy), dan Risk & Capital Committee yang terdiri dari subkomite Risk Management

Committee, Asset & Liability Committee, Operational Risk Committee, dan Capital & Investment Committee. Kunci sukses pelaksanaan manajemen risiko yaitu adanya risk awareness dan kemampuan teknis yang memadai pada seluruh unit kerja di Bank Mandiri, dimana hal ini menjadi tanggung jawab dan melibatkan seluruh unit kerja di Bank Mandiri.

Risk Management Academy (RMA) secara rutin

menyelenggarakan pelatihan secara internal baik bagi pegawai di lingkungan Direktorat Risk Management maupun Direktorat lainnya. Selain itu, setiap tahun dilaksanakan sosialisasi, forum diskusi, magang, maupun

program mengenai manajemen risiko yang sejalan dengan internalisasi budaya perusahaan.

2. KeBIJAKAN & pROSeDUR

Penerapan manajemen risiko di Bank Mandiri adalah optimalisasi penggunaan business judgement bersama dengan analisa

berdasarkan kondisi historis dengan tujuan menerapkan proses manajemen risiko yang melekat dalam proses bisnis. Pedoman utama Bank Mandiri dalam pelaksanaan pengelolaan risiko mengacu pada Kebijakan Manajemen Risiko Bank Mandiri (KMRBM). Untuk area bisnis yang lebih spesifik, Bank memiliki kebijakan dan prosedur, misalnya di bidang perkreditan, treasury, dan operasional. Seluruh kebijakan dan prosedur di Bank Mandiri merupakan bentuk pengelolaan risiko yang melekat pada setiap aktivitas operasi Bank yang direview dan diupdate minimal sekali dalam setahun.

3. SISTeM & DATA

Sistem manajemen risiko dikembangkan untuk mendukung proses bisnis yang lebih efisien agar pengambilan keputusan dapat lebih cepat namun

STRUKTUR TATA KELOLA MANAJEMEN RISIKO SECARA KESELURUHAN

RISK MANAGEMENT

COMMITTEE

dEwAN KOMISARIS dEwAN dIREKSI RISK & CAPITAl COMMITTEE

CAPITAl & INVESTMENT

COMMITTEE ASSET & lIABIlITY

COMMITTEE RISK COMMITTEEOPERATIONAl

Market Risk Operational Risk

Reputation Risk Strategic Risk Legal Risk Credit Risk Capital Management

Interest Rate Risk

Strategy and Policy on Capital

& Investmen Allocation Liquidity Risk

TINJAUAN DAN KONDISI USAHA

RISK MANAGEMENT

untuk meningkatkan efisiensi proses kredit serta menjaga kualitas data di segmen korporasi, komersial maupun retail, termasuk juga Integrated Collection System untuk meningkatkan produktivitas aktivitas collection, khususnya di segmen konsumer dan ritel. Untuk kegiatan treasury, khususnya pengelolaan trading book, Bank menggunakan OPICS System untuk transaksi Plain Vanilla dan Summit System untuk transaksi derivative. Untuk pengelolaan asset & liability management (banking book), Bank menggunakan Sendero System. Untuk mendapatkan gambaran profil risiko Bank Mandiri baik selaku perusahaan induk maupun profil risiko Bank yang terkonsolidasi dan terintegrasi dengan perusahaan anak, Bank telah mengimplementasikan Risk Profile Mandiri System (RPX) secara web-based sehingga mempercepat akses dan mempermudah kontrol. Untuk mengintegrasikan pengelolaan risiko secara bankwide, Bank mengimplementasikan ERM system sebagai sarana untuk memantau pengelolaan risiko secara holistik, termasuk menghitung modal untuk

international best practice dengan menggunakan pendekatan permodelan kuantitatif maupun kualitatif melalui pengembangan model risiko seperti rating, scoring, model Value at Risk (VaR), dan model lainnya sebagai pendukung judgemental decision making. Secara periodik, model-model risiko tersebut dikalibrasi dan divalidasi oleh unit Model Risk Validator yang bersifat independen untuk menjaga keandalan dan validitas model. B. RISK peRfORMANce ReVIeW

Pada tahun 2011, Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan kredit perbankan nasional yang cukup pesat. Akan tetapi, masih dirasakan potensi ancaman krisis global, khususnya ancaman perlambatan pertumbuhan ekonomi dan volatilitas pasar keuangan akibat terjadinya European sovereign debt crisis. Bank Mandiri menyadari pentingnya penanganan potensi krisis secara dini, sehingga di tahun 2011 telah dilakukan serangkaian stress testing secara komprehensif, penyusunan contingency plan serta pengoperasian Business Command Center sebagai crisis management center yang terintegrasi. pertumbuhan dan Kualitas Kredit

➢ Kondisi Likuiditas

• Kondisi likuiditas yang baik dan mendukung aktivitas bisnis dengan LDR sebesar 71,65%. • Akses pendanaan yang baik. ➢

penerapan Manajemen Risiko

• Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi. • Kebijakan manajemen risiko

yang disusun sesuai dengan misi, strategi bisnis, kecukupan permodalan, kemampuan SDM dan risk appetite Bank.

➢ penerapan GcG

• Menjaga aspek kepatuhan terhadap ketentuan internal dan regulator.

• Pengakuan dan penghargaan pihak independen atas kualitas Good Corporate Governance (GCG). c. RISK OVeRVIeW

Bank Mandiri melakukan evaluasi yang terintegrasi secara bankwide terhadap risiko-risiko yang dihadapi. Beberapa ketidakpastian yang dihadapi Bank Mandiri berikut mitigasi yang telah dilakukan selama

KETIDAKPASTIAN DESKRIPSI MITIGASI Krisis Global Konsentrasi Kredit Perubahan ketentuan Pemerintah dan Regulator Kompleksitas proses bisnis dan coverage jaringan yang luas

Persaingan di industri perbankan yang meningkat

Internal & Eksternal Fraud

European sovereign debt crisis menyebabkan ancaman perlambatan pertumbuhan ekonomi dan volatilitas pasar keuangan.

Eksposur yang berlebihan kepada satu individu atau entitas, sekelompok entitas yang saling terkait, suatu wilayah geografis, sektor industri, produk tertentu dan lain sebagainya yang mempunyai kriteria sistematik yang serupa, dapat mengakibatkan potensi kerugian yang sangat besar.

Adanya perubahan ketentuan yang terkait dengan regulator yang menimbulkan peningkatan eksposur Bank.

Sejalan dengan pertumbuhan bisnis yang agresif dan anorganik, Bank Mandiri memiliki bisnis yang beragam dan kompleks serta memiliki jaringan yang luas meliputi kantor luar negeri dan perusahaan anak.

Perekonomian negara yang membaik mengakibatkan peningkatan persaingan industri perbankan, salah satunya dalam hal pricing suku bunga.

Kerugian akibat tindakan tindak penggelapan, ketidaksesuaian properti atau pelanggaran peraturan, hukum atau

• Melakukan stress testing secara komprehensif dan berkala, serta menyusun contingency plan. • Mengoperasikan Business Command Center

sebagai crisis management center yang terintegrasi.

• Menggunakan alat bantu yang dinamakan Portfolio Guideline (PG) pada seluruh tahapan pengelolaan risiko kredit.

• Melakukan pembatasan eksposur melalui kebijakan limit (limit industri dan limit debitur).

Menyesuaikan portfolio atau eksposur risiko pada Bank sehingga dapat megurangi dampak atas perubahan kebikakan pemerintah/ regulator, antara lain melalui diversifikasi portfolio Bank, meningkatkan permodalan, dan lain-lain.

• Menerapkan Enterprise Risk Management dalam pelaksanaan manajemen risiko. • Melaksanakan konsolidasi pengelolaan risiko

dengan perusahaan anak yang bergerak di bidang keuangan secara bertahap dan berkesinambungan.

• Menerapkan strategi sebagai market leader dalam hal pricing pendanaan.

• Menerapkan risk based pricing, yaitu pemberian suku bunga kredit kepada nasabah yang bervariasi berdasarkan tingkat risiko kreditnya.

• Meningkatkan risk awareness unit kerja diantaranya melalui program budaya, penggunaan aplikasi / sistem untuk

RISK OVERVIEW

TINJAUAN DAN KONDISI USAHA

RISK MANAGEMENT

dan regulator, melalui kebijakan diversifikasi sumber permodalan yang sinkron dengan rencana strategis jangka panjang, dan kebijakan alokasi modal secara efisien pada segmen bisnis yang memiliki profil risk-return yang optimal (termasuk penempatan pada perusahaan anak).

Bank Mandiri memastikan memiliki kecukupan modal untuk mengcover risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional, baik dalam kondisi normal maupun kondisi stress yang sekaligus menjadi dasar bagi Bank untuk mulai mengimplementasikan VBM (Value Based Management) melalui pengukuran RORAC (Return On Risk Adjusted Capital). Selama tahun 2011, salah satu fokus bisnis Bank Mandiri adalah pada segmen mikro, terbukti dengan pertumbuhan kredit segmen mikro yang signifikan sebesar 60% (YoY). Hal ini dijustifikasi dengan angka RORAC yang tinggi pada segmen mikro yaitu diatas 60%. Bank mengacu kepada regulasi Bank Indonesia (Basel I atau Basel II) dalam melakukan perhitungan kecukupan modal untuk risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional. Untuk risiko kredit, Bank menggunakan pendekatan Basel I dan saat ini telah mensimulasikan Pendekatan Standar Basel II (Standardized Approach). Untuk risiko pasar, Bank menggunakan Model Standar, sedangkan secara internal Bank tahun 2011 adalah sebagai berikut:

D. eNTeRpRISe RISK MANAGeMeNT (eRM)

ERM merupakan pengelolaan risiko secara terintegrasi, yang menghubungkan antara strategic planning, risk appetite, execution, risk assessment dan performance evaluation, dalam upaya

memaksimalkan shareholder value. Implementasi ERM sekaligus menjadi wahana untuk penerapan Basel II Accord di Bank Mandiri secara bertahap sesuai dengan regulasi dari Bank Indonesia.Untuk pemenuhan regulasi Bank Indonesia, Bank Mandiri akan memulai dengan perhitungan kecukupan modal menggunakan Standardized Approach.

Bank Mandiri telah menyelesaikan implementasi ERM system, yang mencakup perhitungan capital charge (Standardized Approach dan Advanced Approach), implementasi operational risk management tools, dan pengembangan parameter credit risk model yaitu Probability of Default, Loss Given Default dan Exposure at Default (PD, LGD, dan EAD). Cakupan implementasi ERM project dilakukan dengan pendekatan two-prong, yaitu pengelolaan risiko melalui permodalan dan pengelolaan risiko melalui aktivitas operasional, sehingga diharapkan tercapai pengelolaan risiko yang melekat dalam pengelolaan

Pengelolaan