• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Praktek Pengupahan Outsourcing PT. Permata Indonesia

ANALISIS PRAKTEK PENGUPAHAN OUTSOURCING PT. PERMATA INDONESIA PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

B. Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Praktek Pengupahan Outsourcing PT. Permata Indonesia

Dalam ekonomi Islam disyaratkan agar upah dalam transaksi ijarah disebutkan secara jelas. Sebagaimana sabda Rosulullah SAW :

ﺮﺟأ اﺮ ﺟأ ﺮﺟﺄﺘﺳا

Artinya:

Siapa yang memperkerjakan seseorang hendaklah ia memberitahukan kepadanya berapa bayarannya.21

Hadist ini menegaskan bahwa seorang buruh jangan sampai tidak mengetahui upahnya karena hal itu dapat membuka peluang terjadinya proses penipuan.

Dalam hal pengupahan, PT. Permata Indonesia bersikap transfaran terhadap tenaga kerja hal itu bisa terlihat dalam klausul perjanjian yang mana besarnya

upah yang diterima tenaga kerja outsourcing disebutkan didalam perjanjian

tersebut. Dalam hal besarnya upah yang diterima oleh tenaga kerja outsourcing

mengikuti peraturan perusahaan dimana ia bekerja. Jadi dalam hal ini PT. Permata Indonesia tidak mempunyai wewenang dalam menentukan upah dan PT. Permata Indonesia tidak punya hak atas upah karyawan tersebut. Dalam artian perusahaan tidak mengambil keuntungan dari upah tenaga kerja dengan cara memotongnya. Akan tetapi PT. Permata Indonesia memperoleh keuntungan dari fee managemen. Dalam hal pengambilan keuntungan (fee) PT.

21

Permata Indonesia menerapkan 2 (dua jenis) sistem fee manajemen, yaitu

recrutmen services/fee dan paying agen fee.

Islam mengharamkan segala jenis kezaliman dan mengajak dihilangkannya berbagai bencana dan keburukan yang timbul darinya, sebagaimana tercantum dalam surat Al-Baqarah :

)

ةﺮ ا

( ٢٧٩ : ٢ /

Artinya :

Kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.(Q.S Al-Baqarah/ 2 : 279)

Diantara bentuk-bentuk kezaliman yang paling jelas adalah memeras kaum buruh dan menahan upah kerja mereka. Sesungguhnya hal semacam itu sangat diharamkan dan sangat jelas pelarangannya karena dapat dikategorikan sebagai

memakan harta secara batil.22 Di dalam hadist qudsi yang diriwayatkan oleh

Bukhari dalam shahihnya , disebutkan:

ﺔ ﺎ ْا مْﻮ ْ ﻬ ْﺼﺧ ﺎ أ ﺔﺛﻼﺛ

:

ْ ﻰﻄْﻋا ﺟر

ﺟر ،رﺪﻏ ﱠﺛ

اﱠﺮﺣ عﺎ

ﺮْﺟأ ْﻮ ْ و ْ ﻰ ْﻮﺘْﺳﺎ اﺮْﺟأ ﺮﺟْﺄﺘْﺳإ ﺟرو ، ﺛ آﺄ

Artinya:

Tiga orang yang aku menjadi seteru mereka pada hari kiamat: Seseorang yang berjanji pada-Ku kemudian ia melarangnya, seseorang yang menjual orang merdeka lalu ia memakan hasil penjualannya, dan seseorang yang mempekerjakan seorang buruh lalu sang buruh itu memenuhi pekerjaannya tetapi ia tidak memberikan upahya kepadanya.23

22

Baqir Sharief Qorashy, Keringat Buruh (Hak dan Peran Pekerja dalam Islam)., h. 249 23

Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam, penj. K.H Didin Hafiduddin, (Jakarta: Robbani Press, 2001). Cet. 1., h. 403

Begitu juga Islam menganjurkan untuk mempercepat dalam pembayaran upah tenaga kerja, sebagaimana Hadist Riwayat Ibnu Majah:

ﺮﻋ ﱠ ْنأ ْ ﺮْﺟأ ﺮ ﺟﺄْا اﻮﻄْﻋأ

)

ﺔﺟﺎ اور

(

Artinya:

“Berikanlah upah kepada orang yang dipakai tenaganya sebelum kering keringatnya”.*

Hadist ini mempertegas bahwa pemilik usaha (perusahaan) berkewajiban membayar upah kepada buruh yang telah selesai melaksakan pekerjaannya, entah itu dibayarkan secara harian, mingguan, bulanan, ataupun lainnya.24

Dalam hal pembayaran upah, PT. Permata Indonesia membayar upah tenaga kerja setiap bulan. Adapun tentang mengenai penentuan upah, yaitu rujukannya kepada kesepakatan antara kedua belah pihak. Tetapi tidak sepatutnya bagi pihak yang kuat dalam akad (kontrak) mengeksploitasi kebutuhan pihak yang

lemah dan memberikan kepadanya upah di bawah setandar.25 Hukum yang

berlaku dalam masalah upah atau gaji, sebenarnya kembali kepada keridhaan

kedua belah pihak. Prinsipnya adalah ‘an taradhin, yaitu kedua belah pihak

saling ridha yang disepakati di awal perjanjian.26

*

(HR. Ibnu Majah dari Umar, Abu ya’la dari Abu Hurairah, a-Tabrani dalam al-Ausath dari Jabir, al-Hakim dari Anas dan semua jalan riwayatnya adalah lemah, tetapi secara kolektif menjadi hadist hasan, seperti dikatakan oleh al-Munawi dalam Faidhul Qadir (I/562-563), dihasankan oleh al-Bani dalam Shahih al-Jami’ Ash-Shaghir wa Ziyadatuh (1055))

24

Baqir Sharief Qorashy, Keringat Buruh (Hak dan Peran Pekerja dalam Islam)., h. 251 25

Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam, h. 405 26

Ahmad Sarwat, Sistem Memberi Upah dalam Islam, Artikel di akses pada 21 Juli 2010 dari http://assunnah.or.id

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam ekonomi Islam, upah (ujrah) merupakan bagian dari Ijarah. Di dalam pelaksanannya ada syarat dan ketentuan yang mengikat kedua belah pihak, baik pemberi upah dan yang menerimanya. Dalam hal besar kecilnya upah, Islam mengakui terjadinya perbedaan dikarenakan beberapa sebab seperti, perbedaan jenis pekerjaan, perbedaan kemampuan, keahlian, dan pendidikan,

2. Upah yang diberikan kepada tenaga kerja outsourcing di PT. Permata Indonesia mengikuti peraturan yang ada di perusahaan pengguna jasa

outsourcing (klien). Aturan yang yang diikuti oleh PT. Permata Indonesia dalam hal pengupahan adalah waktu pembayaran dan besarnya upah tenaga kerja outsourcing. Upah pokok karyawan tidak ada pemotongan oleh PT. Permata Indonesia. Adapun pemotongan dari upah pokok karyawan hal itu digunakan untuk Jamsostek sebesar 2% dan 4,24% nya menjadi beban perusahaan pengguna jasa outsourcing (klien). PT. Permata Indonesia tidak mengambil keuntungan dari upah pokok karyawan, namun keuntungannya diperoleh dari fee manajemen. Fee manajemen adalah biaya atau bayaran

yang diterima PT. Permata Indonesia dari klien atas jasa penyediaan tenaga kerja. Fee managemen itu tidak ada hubungannya dengan tenaga kerja, akan tetapi hubungannya antara PT. Permata Indonesia dengan perusahaan pengguna jasa (klien). Selain upah, hak-hak tenaga kerja outsourcing yang diberikan oleh PT. Permata Indonesia adalah hak Jamsostek, Hak Asuransi, dan mendapat THR.

3. Secara umum praktek pengupahan outsourcing yang diberlakukan PT. Permata Indonesia terhadap tenaga kerja outsourcing nya telah memenuhi aspek-aspek Syariah Islam antara lain ditinjau dari perjanjian kerjanya, karena masalah upah diputuskan oleh mereka yang mengadakan perjanjian kerja. Dalam melaksanakan perjanjian kerja, PT. Permata Indonesia memberikan kejelasan kepada tenaga kerja outsourcing baik dari aspek bentuk dan jenis kerjanya, masa kerjanya, maupun upah yang diberikan. Sebagaiman Islam sangat menekankan dalam hal pengupahan harus dengan rasa keadilan dan tidak ada unsur kedzaliman. Pada prinsipnya dalam praktek pengupahan adalah ‘an taradhin, yaitu kedua belah pihak saling ridha yang disepakati di awal perjanjian.

B. Saran-saran

Sebagai program perbaikan kedepan, penulis memberi saran-saran kepada PT. Permata Indonesia sebagai berikut :

1. PT. Permata Indonesia hendaknya senantiasa menjaga hubungan baik antara tenga kerja outsourcing maupun dengan para klien, karena mereka adalah mitra-mitra kerja yang mendukung perkembangan bisnis outsourcing

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) baik dari karyawan PT. Permata Indonesia maupun dari para tenaga kerja yang direkrut, mengingat faktor SDM memiliki dampak yang signifikan dalam mendorong sebuah kinerja perusahaan kearah yang lebih baik dan supaya tenaga kerja yang disalurkan mempunyai skill dan ada harganya di mata para klien atau perusahaan pengguna jasa outsourcing

3. Meningkatkan kembali pelayanan, baik dari segi pembayaran upah, pemenuhan hak-hak para tenaga kerja outsourcing lainnya. Karena dengan memenuhi hak-hak dasar tenaga kerja, maka akan meningkatkan kinerja para tenaga kerja dan hal itu sangat di cintai Allah SWT dan Rasul-Nya.

Dokumen terkait