• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Keterampilan Menulis Deskripsi a.Pengertian Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang dalam

melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut (Agus Suriamiharja, 1997:2)

Pengertian menulis sendiri menurut H.G. Tarigan dalam Agus Suriamiharja adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Sedangkan menurut Robert Lado dalam H.Akhlah Husen,dkk mengatakan bahwa: ”To write is to put down the grapic symbols that represent a language one understands, so that other can read these grapic representation”. Dapat diartikan bahwa menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh oang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya.

Hal ini diperkuat oleh pendapat David Webb dalam Agus Suriamiharja, dkk (1997) yang mengatakan baahwa”Seorang anak yang pendiam dan malu lebih senang mengungkapkan pendapatnya secara tertulis, karena dia merasa takut dan sulit untuk mengungkapkan secara lisan.” Dari pendapat itu menunjukkan bahwa tidak semua anak dapat mengungkapkan perasaannya secara lisan walaupun hal ini dapat diusahakannya, tetapi sebagai akibatnya tidak semua pendapat terungkapkan dengan cara tersebut. Jalan keluarnya adalah dengan memberikan kesempatan kepada si anak untuk mengungkapkan secara tertulis. Dengan demikian, dapat dilihat apakah si anak mengerti atau tidak mengerti pokok pembicaraan yang sedang berlangsung.

commit to user

Jurnal internasional oleh David dalam (http://www.isetl.org/ijtlhe/) mengemukakan beberapa hal yang berkaitan dengan menulis sebagai berikut:

Writing contributes uniquely to learning. Through writing we can create new possibilities not inherent to speaking and observation (Emig, 1997). Artinya menulis dapat memberikan kontribusi unik untuk belajar. Melalui menulis kita dapat membuat kemungkinan-kemungkinan baru yang tidak melekat pada berbicara dan observasi semata (Emig, 1997).

Writting is an active learning process key to improving communicatioan (both written and oral) and thinkin, writing is embedded within social process some formal and others informal, and writing is primarily (although formal not exlusively) in a social activity (Russell, 1997; Young. 1994). Artinya menulis adalah proses pembelajaran aktif yang dijadikan kunci untuk meningkatkan komunikasi (baik tertulis maupun lisan) dan berfikir, menulis adalah proses sosial dalam bentuk formal maupun informal, dan menulis adalah kegiatan utama (walaupun tidak ekslusif) dalam kegiatan sosial (Russell, 1997; Young. 1994).

Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Menulis berarti menjelmakan bahasa lisan, mungkin menyalin atau melahirkan pikiran atau perasaaan seperti mengarang, membuat surat, membuat laporan, dan sebagainya (Nunuy Nurjanah, 1997:2).

Sedang menurut Sabarti Akhadiah,dkk (1997) proses menulis adalah rangkaian kegiatan mulai dari menemukan gagasan sampai menghasilkan tulisan.

Menurut Henry Guntur Tarigan (1982:13) ”Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa mencakup empat komponen yang tidak bisa dipisahkan yaitu keterampilan: 1) menyimak; 2) berbicara; 3)membaca; 4)menulis. Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang tidak dapat dipisahkan dengan keterampilan berbahasa yang lain terutama membaca. Ketrampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dikuasai seseorang sesudah menguasai keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca.

commit to user

Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan padu. Keterampilan menulis membutuhkan suatu bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosa kata dan tata bahasa tertentu atau kaidah bahasa yang digunakan sehingga dapat menggambrakan atau dapat menyajikan informasi yang diekspresikan secara jelas.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan menuangkan pikiran, gagasan, perasaan dalam bentuk simbol-simbol atau lambang grafis tertentu yang berwujud tulisan (bukan lisan) yang dimengerti oleh penulis maupun pembaca, sehingga keduanya memahami apa yang diungkapkan dalam tulisan tersebut.

Banyak yang mengatakan keterampilan mengarang atau menulis itu sulit, tetapi Arswendo Atmowiloto dalam bukunya mengatakan bahwa, ”Mengarang itu gampang”. Sebenarnya keterampilan menulis bila diminati dan ditekuni, maka akan menjadi mudah. Sulit atau mudah itu tergantung persepsi seseorang. Bisa karena biasa. Keterampilan menulis apabila sudah terbiasa dilakukan tidak akan menjadi sulit, meskipun menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang komplek. Heaton dalam St.Y. Slamet (2008:98), kompleksitas kegiatan menulis atau mengarang untuk menyusun karangan yang baik meliputi (1) keterampilan gramatikal, (2) penuangan isi, (3) keterampilan stilistika, (4) keterampilan mekanis, dan (5) keterampilan memutuskan. Sehubungan dengan kompleksnya kegiatan yang diperlukan untuk menulis, maka menulis harus dipelajari dan diperoleh melalui proses belajar sejak kecil atau sejak Sekolah Dasar dan dilatih dengan sungguh-sungguh.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Menulis

Menurut Agus Suriamiharja,dkk (1997:3) seseorang dikatakan telah mampu menulis dengan baik jika dia dapat mengungkapkan maksudnya dengan jelas sehingga orang lain dapat memahami apa yang diungkapnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Morsey dalam kutipan H.G. Tarigan, bahwa.

commit to user

Tulisan dikemukakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam, meyakinkan, melaporkan, serta mempengaruhi orang lain dan maksud serta tujuan tersebut hanya bisa tercapai dengan baik oleh orang-orang (atau para penulis) yang dapat menyusun pikirannya serta mengutarakannnya dengan jelas dan mudah dipahami.

Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang penulis yang baik sekurang-kurangnya harus memiliki kepekaan terhadap keadaan sekitarnya agar tujuan penulisannya dapat dipahami oleh pembaca. H.G. Tarigan dalam Nunuy Nurjanah mengatakan bahwa: ”Penulis ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan situasi dengan tepat.

Maksudnya seorang penulis harus tanggap terhadap situasi di sekitarnya. Dapat membaca situasi, dapat menggambarkan keadaan, dan dapat memaparkan keadaan sekitar dalam kalimat yang baik dan padu.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penulisan menurut D. Angelo dikutip oleh H.G. Tarigan dalam Suriamiharja, 1997:3, yaitu:

1) Maksud dan tujuan penulis

2) Pembaca atau pemirsa

3) Waktu atau kesempatan

Untuk menjadi penulis yang baik, terlebih dahulu penulis harus menentukan maksud dan tujuan penulisannya, agar pembaca memahami ke mana arah tujuan penulisan itu sendiri. Selain itu yang harus diperhatikan adalah kondisi pembaca, artinya tulisan ini ditunjukkan kepada pembaca yang bagaimana (menurut usia, pengetahuan, minat). Dengan harapan tulisan yang dibuat tepat sasaran. Sedangkan faktor terakhir yang harus diperhatikan adalah waktu dam kesempatan, artinya apakah tulisan yang dibuatnya sesuai dengan tujuan berlangsungnya suatu kejadian, sehingga menarik untuk dibaca.

c. Kegunaan Menulis

Banyak keuntungan yang didapat dan dihasilkan dari keterampilan menulis. Menurut Sabarti Akhadiyah,dkk dalam Agus Suriamiharja, dkk (1997:4) ada delapan kegunaan menulis yaitu sebagai berikut:

commit to user

Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengukur sampai dimana pengetahuaannya tentang suatu topik. Sehingga untuk mengembangkan topik tersebut ia harus menggali pengetahuan dan pengalamannya.

2) Penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan

Penulis haruslah orang yang pandai bernalar, menghubung-hubungkan, membanding-bandingkan, mengembangkan fakta untuk menciptakan berbagai gagasan.

3) Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis.

Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan baik secara teoritis maupun secara praktis mengenai fakta-fakta.

4) Penulis dapat terlatih mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat.

5) Penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara lebih obyektif

6) Dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih kongkret.

7) Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain.

8) Dengan kegiatan menulis yang terencanakan dapat membiasakan berfikir serta berbahasa secara tertib dan teratur.

d. Tujuan Menulis

Tujuan menulis menurut D. Angelo (1980:20) dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu: 1) segi penulis, 2) segi pembaca, 3) segi waktu. Hal ini dapat dijelaskan bahwa menulis bila ditinjau dari segi penulis memiliki beberapa tujuan yaitu mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, dan atau mengekspresikan peranan dan emosi yang kuat. Sedangkan tujuan menulis bila ditinjau dari segi pembaca, bahwa penulis hendaknya tidak hanya memilih satu pokok pembicaraan yang cocok, tetapi

commit to user

harus memperhatikan pembacanya, pertimbangan usia, jenis kelamin, tempat tinggal, minat budaya, agama, politik, dan lain-lain. Peninjauan dari segi waktu, menulis mencakup dalam masalah keadaan yang melibatkan berlangsungnya suatau kejadian tertentu, waktu, dan tempat.

Sedangkan menurut Hugo Hartig (dalam Depdikbud: 235) ada beberapa tujuan menulis, antara lain:

1) Assigment Purpose (tujuan penugasan)

Penulis menulis karena mendapat tugas, buakan atas kemauan sendiri. Misalnya siswa ditugaskan merangkum sebuah buku bacaan, membuat cerita pendek, membuat laporan observasi dan sebagainya.

2) Altruistic Purpose (tujuan altruistik)

Penulis menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, menolong para pembaca untuk memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin menjadikan hidup pembaca menyenangkan. Penulis berkeyakinan bahwa pembaca adalah “teman” hidupnya. Sehingga penulis benar-benar dapat mengkomunikasikan suatu idea tau gagasan bagi kepentingan pembaca. Hanya dengan cara itulah tujuan altruistik dapat tercapai.

3) Persuasive Purpose (tujuan persuasi)

Penulis bertujuan mempengaruhi pembaca, agar pembaca yakin akan kebenaran gagasan atau ide yang dituangkan oleh penulis. Tulisan semacam ini banyak dipergunakan oleh para penulis untuk menawarkan sebuah produksi barang dagangan.

4) Informatical Purpose (tujuan informasional)

Penulis menuangkan ide atau gagasan dengan tujuan memberi informasi atau keterangan kepada pembaca. Di sini penulis berusaha menyampaikan informasi agar pembaca menjadi tahu mengenai apa yang diinformasikan oleh penulis.

5) Self Expressive (tujuan pernyataan diri)

Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau menyatakan dirinya kepada para pembaca.

commit to user 6) Creative Purpose (tujuan kreatif)

Penulis bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai-nilai artistik atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan si penulis. Di sini penulis bukan hanya memberikan informasi, melainkan lebih dari itu. Dalam informasi yang disajikan oleh penulis, para pembaca bukan hanya sekedar tahu apa yang disajikan penulis, tetapi juga merasa terharu membaca tulisan tersebut.

7) Problem Solving Purpose (tujuan pemecahan masalah)

Dikenal tulisannya, penulis berusaha member kejelasan kepada para pembaca tentang bagaimana cara pemecahan suatu masalah.

e. Fungsi Menulis

Fungsi utama menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung, bukan tatap muka antara penulis dan pembaca. Penulis dan pembaca dapat berkomunikasi melalui tulisan. Oleh karena itu, pada prinsipnya hasil menulis yang paling utama adalah dapat menyampaikan pesan penulis kepada pembaca, sehingga pembaca memahami maksud penulis yang dituangkan dalm tulisannya. Mengingat proses komunikasi ini dilakukan secara tidak langsung, tidak melalui tatap muka antara penulis dan pembaca, dan agar tulisan itu berfungsi sebagaimana yang diharapkan oleh penulis, maka isi tulisan harus benar-benar dipahami baik oleh penulis maupun pembacanya. Apabila tidak demikian, tidaklah mungkin tulisan itu berfungsi sebagai alat komunikasi (Muchlisoh, 1992: 233).

Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung. Kegiatan berbicara dan mendengar (menyimak) merupakan komunikasi secara langsung, sedangkan kegiatan menulis dan membaca merupakan komunikasi tidak langsung. Keterampilan menulis sebagai salah satu cara dari empat keterampilan berbahasa mempunyai peranan yang penting

di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, seseorang dapat

mengungkapkan pikiran dan gagasannya untuk mencapai tujuan dan maksudnya (Depdiknas, 177: 1).

commit to user

f. Ragam Menulis

Ragam atau bentuk suatu tulisan atau karangan bermacam-macam. Salah satunya dapat dilihat berdasarkan penggolongan dalam penyajian dan tujuan penyampaiannya. Dengan mengetahui tujuan menulis dan bentuk tulisan yang dibuatnya akan dapat mengarahkan seorang penulis secara lebih baik dengan hasil yang maksimal.

Menurut St. Y. Slamet (2008:103) bahwa karangan dapat disajikan dalam lima bentuk yaitu deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Sedangkan menurut Gorys Keraf (1997:124) menyatakan bahwa bentuk-bentuk karangan yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, atau argumentasi.

Narasi (penceritaan atau pengisahan) adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa (St. Y. Slamet, 2008:103). Sedangkan menurut Gorys Keraf (1997:124), karangan narasi adalah karangan yang berusaha untuk mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian secara kronologis.

Deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau

menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan,

pengalaman, dan perasaan penulisnya (St. Y. Slamet, 2008:103). Hal senada diungkapkan Gorys Keraf, bahwa karangan deskripsi adalah karangan yang berusaha untuk menggambarkan sesuatu hal sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Deskripsi bertalian dengan pelukisan kesan pancaindera terhadap suatu obyek (1997:124).

Eksposisi (paparan) adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan suatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pendangan pembacanya (St. Y. Slamet, 2998:103). Menurut Gorys Keraf (1997:124) karangan eksposisi adalah karangan yang bertujuan untuk memberi penjelasan atau informasi.

Argumentasi (pembahasan atau pembuktian) adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya (St. Y. Slamet, 2008:104). Pernyataan ini lebih ditegaskan lagi oleh Gorys Keraf (1997:125) yang menyatakan bahwa

commit to user

argumentasi adalah semacam bentuk wacana yang mengajukan pembuktian-pembuktian, analisis yang bertujuan untuk membuktikan suatu kebenaran dan pemecahan suatu pokok permasalahan.

Persuasi adalah ragam wacana yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap (St. Y. Slamet, 2008:104). Sedangkan menurut pendapat Sabarti Akhadiah,dkk (1992:84) mengatakan bahwa karangan persuasi adalah karangan yang bukan hanya sekedar membuktikan sesuatu tetapi juga berusaha mempengaruhi pembaca. Dalam karangan persuasi berusaha bagaimana agar pembaca terpengaruh dan melakukan apa yang diinginkan penulis.

g. Tahap-tahap dalam Menulis

Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase. Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2008: 14) ada beberapa fase dalam menulis yaitu meliputi:

1) Tahap prapenulisan

Tahap ini merupakan fase persiapan menulis, yaitu tahap mencari, menemukan dan mengingat kembali pengetahuan atau pengalamanyang diperoleh dan diperlukan penulis. Tujuannya adalah untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam menulis sehingga apa yang ingin ditulis dapat disajikan dengan baik. Fase ini sangat menentukan aktivitas dan hasil menulis berikutnya. Persiapan yang baik sangat memungkinkan untuk menumpulkan bahan secara terarah, mengaitpadukan antargagasan secara runtut, serta membahasnya secara kaya, luas, dan dalam.

Sebaliknya, tanpa persiapan yang memadai, banyak kesulitan yang akan ditemui bahwa penulis kecewa atau bahkan tertawa melihat hasil tulisan yang dibuatnya. Pada fase prapenulisan ini terdapat aktivitas memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan idea tau gagasan dalam bentuk karangan.

commit to user 2) Tahap penulisan

Pada tahap pramenulis, penulis telah menentukan topik dan tujuan, mengumpulkan informasi yang relevan , serta membuat kerangka karangan. Dengan selesainya itu semua, berarti penulis telah siap untuk menulis. Penulis mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah dipilih dan dikumpulkan.

Dalam pengembangan setiap ide, penulis dituntut untuk mengambil keputusan, yaitu keputusan tentang kedalaman serta keluasan isi, jenis informasi yang akan disajikan, pola organisasi karangan termasuk di dalamnya teknik pengembangan alinea, serta gaya dan cara pembahasannya (pemilihan kata, pengalimatan, pengalineaan) dan tentu saja keputusan itu harus disesuaikan dengan topic, tujuan, corak karangan, dan pembaca karangan.

3) Tahap pascapenulisan

Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang penulis hasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi). Penyuntingan merupakan kegiatan membaca ulang suatu buram karangan dengan maksud untuk merasakan, menilai, dan memeriksa baik untuk mekanik atau pun isi karangan. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi tentang unsure-unsur karangan yang perlu disempurnakan. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh orang lain atau penulisnya sendiri. Berdasarkan hasil penyuntingan itulah maka kegiatan revisi atau perbaikan karangan dilakukan.

Kegiatan revisi itu dapat berupa penambahan, penggantian, penghilangan, pengubahan, atau penyusunan kembali unsure-unsur karangan. Kadar revisi itu sendiri tergantung pada tingkat keperluannya. Bila revisi berat, bisa juga sedang atau ringan. Pada revisi ringan, seperti yang disebabkan oleh kesalahan unsure-unsur mekanik, kegiatan perbaikan itu biasanya dilakukan bersamaan dengan penyuntingan. Tetapi untuk revisi berat misalnya karena kesalahan urutan gagasan, contoh atau ilustrasi, cara

commit to user

pengembangan, penyampaian penjelasan atau bukti, kegiatan perbaikan itu biasanya dilakukan setelah penyuntingan selesai. Bila perbaikan iti mendasa, maka kegiatan revisi berat biasanya diikuti kembali dengan penulisan kembali karangan (rewrite).

Kegiatan penyuntingan dan perbaikan karangan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membaca keseluruhan karangan;

b. Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan apabila ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, dan disempurnakan; serta c. Melakukan perbaikan sesuai temuan saat penyuntingan

Berdasarkan penjabaran di atas, maka ketiga fase tersebut harus dipahami sebagai komponen yang memang ada dan dilalui oleh seorang penulis dalam proses tulis menulis.

h. Menulis Deskripsi

Deskripsi adalah sebuah bentuk karangan, sajian karangan, ragam wacana, atau cara penyajian sebuah tulisan dalam bentuk yang lebih nyata, sejelas-jelasnya sehingga pembaca mampu untuk merasakan, seolah-olah melihat, ikut mengalami, atau beranggapan seperti apa yang dipaparkan penulis tersebut. Karangan deskripsi melukiskan suatu objek dengan kata-kata. Objek yang dilukiskan bisa berupa orang, benda, tempat, kejadian dan sebagainya. Dalam karangan deskripsi penulis menunjukkan bentuk, rupa, suara, bau, rasa, suasana, situasi suatu objek. Dalam memaparkan sesuatu seakan-akan menghadirkan sesuatu tersebut ke hadapan pembaca.

Deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu obyek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga obyek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri obyek tersebut (Gorys Keraf, 1995:16). Wacana deskriptif merupakan wacana yang menjadikan pembacanya secara aktif mengalami proses mental untuk ikut merasakan apa yang dituliskan oleh pengarang. Teknik menulis deskripsi tergolong dalam karangan nonfiksi (Ahmad Rofi’uddin dkk, 2002:117), yaitu karangan yang disajikan dalam realitas yang aktual,

benar-commit to user

benar tejadi secara nalar. Karangan nonfiksi bukanlah karangan yang mengandalkan cerita rekaan, bersifat imajinatif, atau khayalan. Thomas Elliot Berry (1973:109), mengatakan: ”Good descriptive writing can have no haze, no shadows, no blurring film between reader and subject”. Dapat diartikan penulisan deskripsi yang bagus yaitu tanpa keraguan, tanpa bayangan, tanpa kekaburan di antara pembaca dan penulis.

Menurut Sabarti Akhadiah,dkk (1992:82), deskripsi berarti

menggambarkan sesuatu dengan kata-kata, sehingga pembaca juga seolah-olah melihat dan merasakan apa yang dimaksud penulis. ”Successful description makes the reader see, hear, smell, taste, or feel, as the particular situation demands” (Thomas Elliot Bery, 1973:109). Dapat diartiakan sebagai kesuksesan pendeskripsian membuat pembaca melihat, mendengar, mencium, mengecap, atau merasakan sabagaimana situasi yang dipaparkan.

Dikemukakan dalam (http://adegustiann.blogsme.com/2009/02/02

/ciri-ciri-tulisan-narasi-deskripsi-eksposisi-dan-argumentasi/) bahwa karangan deskripsi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) menggambarkan atau melukiskan sesuatu, 2) penggambaran itu dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indra, 3) membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri. Sedangkan langkah untuk menyusun sebuah karangan deskripsi, yaitu:

1) tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan 2) tentukan tujuan

3) mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan 4) menyusun data tersebut data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun

kerangka karangan)

5) menguraikan kerangka karangan-karangan menjadi menjadi deskripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan.

Macam-macam pola pengembangan paragraf deskripsi dalam (http://adegustiann.blogsme.com/2009/02/02/ciri-ciri-tulisan-narasi-deskripsi-eksposisi-dan-argumentasi/) adalah sebagai berikut: 1) paragraf deskripsi spasial, paragraf ini menggambarkan objek khusus ruangan, benda atau tempat,

commit to user

2) paragraf deskripsi subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis, 3) paragraf deskripsi objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.

Untuk menghasilkan sebuah tulisan atau karangan pasti memerlukan teknik tertentu, baik itu karangan narasi, eksposisi, argumentasi, persuasi, maupun deskripsi. Masing-masing teknik memiliki perbedaan, hal ini disesuaikan dengan tujuan dan isi masing-masing karangan. Salah satu ciri karangan yang baik adalah adanya unsur kohesi dan koherensi di dalamnya. Menurut tim Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997), kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik atau koheren. Sedangkan koherensi adalah hubungan semantik yang mendasari sebuah wacana. Jadi sebuah wacana atau karangan yang baik harus memiliki kohesi dan koherensi antarkalimat-kalimat sehingga membentuk wacana atau karangan yang padu dan harmonis.

Menurut Atarsemi (1990: 143) kalimat itu mempunyai ciri-ciri: (1) strukturnya teratur, (2) kata yang digunakan mendukung makna secara tepat, dan (3) hubungan antarbagiannya logis. Sedangkan kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi sasaran, mampu menimbulkan pengaruh, dan meninggalkan kesan. Kalimat tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) sesuai dengan tuntunan bahasa baku; (2) jelas; (3) ringkas atau lugas; (4) adanya hubungan yang baik atau koherensi; (5) kalimat harus hidup; dan (6) tidak ada unsur yang tidak berfungsi.

Menurut Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (2002:118), teknik menulis wacana deskripsi, yaitu:

1) Mengamati objek yang akan ditulis

Untuk mendeskripsikan suatu objek dengan baik kita memerlukan materi yang lengkap mengenai objek tersebut. Materi-materi tersebut kita peroleh melalui observasi atau pengamatan. Materi-materi tersebut dapat

Dokumen terkait