• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan tentang Kitab Irshād al-‘Ibād

BAB III DESKRIPSI KITAB IRSHĀD AL-ʻIBĀD

B. Tinjauan tentang Kitab Irshād al-‘Ibād

Kitab yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini adalah Kitab Irshād al-‘Ibād ilā Sabīl al-Rashād karangan Zain al-Dīn al-Malībārī. Kitab ini merupakan kitab tradisional pesantren, yang pada umumnya disebut kitab kuning. Disebut kitab kuning sebab kitab ini di cetak di atas kertas berwarna

28Syekh Zainuddin Makhdum’s, Tuḥfat al-Mujāhidīn (Madras: University Of Madras, 1942), Translated Into English by Muhammad Husayn Nainar.

29Ahmad Zain al-Dīn, Fath al-Mu’īn, 8.

30Khairi al-Dīn al-Zirikli, Al-A’lām Qamūs Tarājum Li Ashhūr al-Rijāl wa al-Nisā Min al-‘Arabī wa al-Mustaʻribīn al-Mustashriqīn, Juz 3 (Beirut: Dār al-‘Ilmi lil-Malāyyīn, 1990), 64.

31Abdul Aziz, Skripsi: “Studi Kualitas Sanad Hadis Bab Ghībah Kitab Irshād

al-‘Ibād Ilā Sabīl Al-Rashād” (Ciputat: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), 13.

32Mir’atin Indayati, Skripsi: “Hadis-Hadis Tentang Keimanan dalam Kitab Irshād Al-Ibād ilā Sabil Al-Rashād” (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2017), 33.

kuning. Namun, kebanyakan kitab kuning yang dipelajari di pesantren adalah kitab komentar (sharḥ) atau komentar atas komentar (hāshiyah) atas teks yang lebih tua yang berbahasa Jawa atau Sunda, dan dicetak di tepi halamannya.33 Akan tetapi kitab Irshād al-‘Ibād ini merupakan kitab ringkasan (mukhtasar)/

kutipan dari dua buah kitab, yaitu Kitab Zawājir karya Ibnu Ḥajar al-Haytamī dan Murshid al-Ṭullāb karya Zain al-Dīn bin ‘Alī. Sedangkan pinggirnya merupakan ringkasan (mukhtasar) Ahādīth Dzikr al-Maut.34

Kitab Irshād al-‘Ibād ini telah dicetak diberbagai negara, salah satunya Indonesia. Adapun kitab yang saya kaji adalah kitab yang diterbitkan di Semarang, percetakan Karya Toha Putra, dan tahun terbitannya tidak dicantumkan. Kitab ini dicetak dengan cover biru muda dihiasi oleh gambar skesta yang berwarna kuning kehijauan (kuning kunyit), dan memiliki 120 halaman. Tiap halaman-halaman ini dapat di bawa hanya beberapa halaman saja, karena lembaran yang ada di kitab ini bersifat tak menyatu secara keseluruhan, sehingga orang yang sedang mempelajari kitab ini dalam suatu pengajian bisa membawanya hanya beberapa halaman yang kebetulan sedang dipelajari. Kitab ini juga dalam pemaparannya di bagi dalam bab per bab sesuai pokok permasalahan yang berkaitan, sehingga memudahkan pembaca dalam mencari bab-bab tertentu.

Demikian sekilas gambaran mengenai format yang ada dalam kitab Irshād al-‘Ibād karya Zain al-Dīn al-Malībārī yang menunjukan adanya karakteristik yang membuat kitab ini menjadi kitab tradisional.

2. Isi Kitab Irshād al-‘Ibād

Dalam muqaddimah kitab Irshād al-‘Ibād ilā Sabīl al-Rashād, kitab ini merupakan ringkasan dari 2 kitab, yakni kitab Zawājir dan Murshid

al-33Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia (Bandung: Mizan, 1995), 141.

34Zain Al-Dīn Al-Malībārī, Irshād Al-‘Ibād (Semarang: Toha Putra, tt), 2.

Tullāb, seperti yang sudah dijelaskan di atas. Tetapi Zain al-Dīn al-Malībārī menambahkan beberapa hadis, masalah-masalah fikih, hikayat-hikayat (cerita) dan nasehat-nasehat pada karyanya.35

Dalam muqaddimahnya juga, ia mengajak setiap muslim untuk meluruskan niat perbuatan. Lalu ia mengutip hadis tentang niat yang diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan Muslim:

ْنَع َّطَْلْا ُنْب ُرَمُع اََّنَِّّإ :ُلْوُقَ ي َمَّلَسَو ِّهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِّالله َلوُسَر ُتْعَِّسَ :َلاَق ُهْنَع ُالله َيِّضَر ِّبا

لِّبِ ُلاَمْعَْلْا ِّالله َلَِّإ ُهُتَرْجِّهَف ِّهِّلْوُسَرَو ِّالله َلَِّإ ُهُتَرْجِّه ْتَناَك ْنَمَف .ىَوَ ناَم ٍئِّرْما ِّ لُكِّل اََّنَِّّإَو .ِّتاَّيِّ ن

ِّهْيَلِّإ َرَجاَهاَم َلَِّأ ُهُتَرْجِّهَف اَهُحِّكْنَ ي ٍةَأَرْما ِّوَأ اَهُ بْ يِّصُي اَيْ نُدِّل ُهُتَرْجِّه ْتَناَك ْنَمَو .ِّهِّلوُسَرَو اور( .

ه

)ملسم و ىراخبلا

36

“Dari ʻUmar b. Khaṭṭāb ra berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw., bersabda: Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, setiap orang hanya mendapatkan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang (berniat) hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa (berniat) hijrah karena dunia yang ingin diraihnya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang diniatkannya itu”. (HR. al-Bukhārī dan Muslim)

Berdasarkan hadis di ataslah Zain al-Dīn al-Malībārī namai kitabnya dengan kitab Irshād al-ʻIbād ilā Sabīl al-Rashād (penuntun manusia ke jalan yang baik).37

Kitab ini dapat digolongkan sebagai kitab tauhid, fikih sekaligus akhlak. Dikatakan demikian, karena didalamnya membahas tentang bidang-bidang ibadat, mu’amalat, dan akhlak. Seluruh pembahasannya dikelompokkan pada 44 bab. Pada tiap bab terdapat beberapa buah hadis.

35Zain Al-Dīn Al-Malībārī, Irshād Al-‘Ibād, 2.

36Muḥammad b. Ismāʻīl al-Bukhārī, Sahih Al-Bukhārī, Kitab Permulaan Wahyu (Kairo: Dār al-‘Alamiyah, 2015), 30. Lihat juga An-Nawawi, Sahih Muslim (Dār Al-Hadis, 2001), 264.

37Zain Al-Dīn Al-Malībārī, Irshād Al-‘Ibād Ilā, 2.

Kitab ini juga memuat pokok-pokok pikiran Zain al-Din al-Malībārī.

Maka selain dalil ‘aqli, beliau juga mengutip dalil naqli dari al-Qur’an dan Hadis. Dalam menuangkan pokok pikirannya, Zain al-Dīn tidak sampai bertolak belakang atau bertentangan dengan matan, karena ia menganggap matan sebagai acuannya. Sehingga pendapat yang ia kemukakan, paling tidak memberikan batasan antara matan dengan pendapatnya.

3. Hadis-Hadis dalam Kitab Irshād al-‘Ibād

Hadis-hadis yang ada dalam kitab Irshād al-‘Ibād berjumlah 1.072 hadis dari 44 bab pembahasan. Akan tetapi, hadis-hadis ini hanya menyantumkan riwayat atau mukharrīj nya saja, bahkan ada beberapa hadis yang menyantumkan rawi aʻla.38 Dari sinilah bisa dilihat bahwa kitab ini bukanlah kitab hadis asli yang bersanad. Hadis-hadis dalam kitab ini juga tidak mencantumkan kualitas hadisnya, apakah hadis ini Sahih, Hasan, Ḍa’īf, Marfu’ bahkan Mauquf. Maka hadis-hadis ini perlu adanya uji kualitas, agar terbukti kualitasnya.

Adapun hadis-hadis yang tercantum dalam tiap bab nya di uraikan dalam tabel berikut:

No Pembahasan Jumlah Hadis

1. Bab Iman 15

2. Bab Ilmu 25

3. Bab Wudu 16

4. Bab Mandi 14

5. Bab Keutamaan Salat Wajib 62

6. Bab Salat Sunah 49

38Rawi Aʻla ialah rawi tertinggi pada sanad hadis. Maksud dari rawi tertinggi tersebut adalah rawi di tingkat Sahabat. Lihat, Jon Pamil, Takhrij Hadist Langkah Awal Penelitian Hadis, Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 37, No. 1, 2012, 7.

7. Bab Salat Jemaah 30

8. Bab Salat Jumat 40

9. Bab Pakaian dan Perhiasan yang diharamkan bagi Kaum Laki-laki dan yang

Menyerupai dengan Kaum Perempuan

12

10. Bab Menjenguk Orang Sakit 14

11. Bab Merintih karena Kematian dan

Mendengarkannya 43

12. Bab Zakat 87

13. Bab Puasa 60

14. Bab Haji 15

15. Bab Keutamaan Membaca Al-Quran 48

16. Bab Bacaan Zikir di Waktu Pagi dan

Petang 21

17. Bab Bacaan hendak Tidur dan Bangun 14

18. Bab Untuk Sebagian Keadaan 9

19. Bab Zikir yang tidak Terbatas Pada Waktu 14 20. Bab Keutamaan Membaca Solawat kepada

Nabi 15

21. Bab Syirik yang Kecil 16

22. Bab Sombong dan Membanggakan Diri

atas Suatu Perbuatan yang dilakukan 20

23. Bab Dengki dan Iri Hati 8

24. Bab Marah 12

25. Bab Gibah 8

26. Bab Mengadu Domba 8

27. Bab Dusta 10

28. Bab Perintah Kebaikan dan Melarang

Kemungkaran 7

29. Bab Kerja 61

30. Bab Mencela Bea Cukai 5

31. Bab Penganiayaan 39

32. Bab Wasiat 4

33. Bab Nikah 54

34. Bab Memutuskan Hubungan Antar

Sesama 5

35. Bab Durhaka kepada Kedua Orangtua 16

36. Bab Memutus Hubungan Kerabat 40

37. Bab Pembunuhan 13

38. Bab Jihad 49

39. Bab Perdukunan, Mengadu Nasib, Tebak

Menebak, Tenung dan Sihir 8

40. Bab Zina 35

41. Bab Meminum Khamar 15

42. Bab Sumpah Palsu 5

43. Bab Saksi Palsu 4

44. Bab Taubat 27

Adapun hadis-hadis yang diriwayatkan berdasarkan mukharrīj-nya di uraikan dalam table berikut ini:

No Mukharrīj Jumlah Hadis

1. Al-Bukhārī 132

2. Muslim 173

3. Abū Dāwud 113

4. At-Tirmidhī 128

5. An-Nasā’ī 57

6. Ibnu Mājah 82

7. Aḥmad b. Ḥanbal 137

8. Mālik 3

9. Ad-Dārimī 5

10. Al-Ḥākim 77

11. Ibnu ʼAsākir 19

12. Aṭ-Ṭabarānī 140

13. Al-Baihaqī 100

14. Ad-Dailamī 29

15. Ad-Dāruqṭnī 4

16. Ibnu Abī Shaibah 10

17. ʻAbd ar-Razzāq 2

18. Al-Bazzār 15

19. Ibnu Khuzaimah 3

20. Aṭ-Ṭayālisī 3

21. Abū Ya’lā 5

22. Ibnu ‘Abd al-Bar 5

23. Ash-Shāfi’ī 3

24. Ash-Shairāzī 2

25. Ibnu An-Najjār 5

26. Abū Nuʼaim 14

27. Al-Khaṭīb 11

28. Abū Ash-Shekh 13

29. Samweh 11

30. Ibnu Ḥibbān 33

31. Adh-Dhahabī 2

32. Ibnu Zanwajeh 2

33. Ibnu As-Sunnī 22

34. Ar-Rafi’i 1

35. Ibnu Naṣar 3

36. Aḍ-Ḍihya’ 3

37. Al-‘Uqailī 4

38. Al-Quḍā’ī 4

39. Ibnu Mardaweh 3

40. Ibnu Adī 10

41. Abū Yaʼlā 9

42. Ibnu Miṣrī 1

43. Al-Azdī 1

44. Abū Saīd 2

45. Ibnu Manī’ 1

46. ‘Abdullah b. Ḥumaid 1

47. Ibnu Ad-Dāris 1

48. Abū ‘Ubaid 1

49. Al-Baghowī 1

50. At-Taimī 2

51. Ibnu Abī ʼĀṣim 1

52. An-Namīrī 1

53. Bashkuwāl 1

54. Al-Kharāiṭī 1

55. Al-Aṣbihānī 12

56. Ibnu ʼAbd al-Ḥakam 1

57. Tidak mencantumkan mukharrīj-nya 74

Demikianlah saya uraikan hadis-hadis dalam kitab Irshād al-‘Ibād berdasarkan bab pembahasan dan mukharrīj. Namun, mengenai hadis-hadis berdasarkan bab pembahasan, jika di lihat dari daftar isi kitab Irsyād al-‘Ibād, pembahasan pada tiap bab nya berjumlah 46 bab. Dan setelah saya melakukan telaah pada kitab Irshād al-‘Ibād, 2 bab terakhir masuk ke dalam pembahasan bab ke 44, yakni bab taubat. Sehingga secara keseluruhan, jumlah pembahasan yang ada dalam kitab Irsyād al-‘Ibād ada 44 bab pembahasan.

53 BAB IV

ANALISIS HADIS-HADIS BAB WUDU DAN MANDI DALAM KITAB IRSHAD AL-ʻIBĀD

Pada bab IV ini akan mencantumkan analisis hadis-hadis tentang wudu dan mandi dalam kitab Irshād al-ʻIbād dengan menggunakan tiga metode takhrīj yang sudah dijelaskan pada bab II. Adapun ketiga metode tersebut adalah takhrīj dengan indeks nama sahabat (bi ar-rawi al-aʻla), takhrīj dengan permulaan matan (bi awwal matan), dan takhrīj dengan indeks kata (bi al-lafẓi).

Ketiga metode di atas akan diaplikasikan pada hadis-hadis bab wudu dan mandi yang akan dianalisis. Hadis tersebut berjumlah 23 hadis, maka tiap hadis akan mendapatkan metode yang berbeda sesuai kebutuhan atas konteks hadis itu sendiri. Adapun hadis-hadisnya sebagai berikut:

A. Hadis-Hadis Pada Bab Wudu

Hadis-hadis pada bab wudu dalam kitab Irshād al-ʻIbād ini terdiri dari 11 hadis. Adapun hadis-hadis tersebut di antaranya adalah:

1. Hadis Pertama

َجَرْخَأ َلَ ف ٍةَدْلَج َةَئاِّم ِّهِّْبَْق ِّفِ ُبَرْضُي َلَاَعَ ت ِّالله ِّداَبِّع ْنِّم ٍدْبَعِّب َرِّمُأ :ٍدْوُعْسَم ِّنْبا ِّنَع ،خْيَّشلا وُبَأ ه

ْم ًةَدِّحاَو ًةَدْلَج ْتَراَص َّتََّح ْوُعْدَيَو ُلَئْسَي ْلَزَ ي

َم َلاَع َلاَق ُهْنَع َعَفَ تْرا اَّمَلَ ف اًرَنَ ِّهْيَلَع ُهُْبَْق َُلََتْم اَف

ُهْرُصْنَ ت ْمَلَ ف ٍمْوُلْظَِّبِ َتْرَرَمَو ٍرْوُهَط ِّْيَْغِّب ًة َلاَص َتْيَّلَص َكَّنِّإ َلاَق ِّنِْوُُتُْدَلَج

1

“Dari Ibnu Masūd: Ada seorang hamba Allah yang para Malaikat diperintahkan memukulnya seratus dera di dalam kuburannya. Namun dia tidak segan meminta dan berdoa pada Allah (agar seratus dera itu dikurangi, lantas permintaan itu dikabulkan) sehingga hukumannya menjadi satu kali dera, lantas kuburannya penuh dengan api yang menyala-nyala. Setelah api itu tidak ada, lalu mayat itu bertanya: “Atas dasar apa kamu menderaku?” lalu dijawab “Sesungguhnya engkau

1Zain Al-Dīn Al-Malībārī, Irsyād Al-‘Ibād (Semarang: Toha Putra, tt), 8.

pernah melakukan salat tanpa wudu atau tayammum, dan kamu pernah berjalan bertemu dengan orang yang teraniaya tapi kamu tidak mau membelanya”. (HR. Abū Syekh)

Pada hadis ini al-Malībārī menyebutkan nama sahabat-nya, namun tidak ditemukan dengan metode pertama. Setelah menggunakan metode kedua yakni menggunakan kitab Mawsuʻah Aṭraf al-Hadis,2 ditemukan datanya dalam kitab Sharh Mushkil al-Āthār saja, dan terdapat perbedaan pada redaksi hadisnya. Hadis pada kitab Sharh Mushkil tidak adanya lafaẓ “Taʻālā”, adanya tambahan lafaẓ “Fajulida jaldatan wāḥidatan” dan “Fakāna fī dhālika mā qad dalla dst. sampai akhir matan”. Adapun hadis lengkapnya adalah:

ْيَلُس ُنْب ُرَفْعَج اَنَ ثَّدَح :َلاَق ُّيِّطِّساَوْلا ٍنْوَع ُنْب وُرْمَع اَنَ ثَّدَح :َلاَق َناَمْيَلُس ُنْب ُدْهَ ف اَنَ ثَّدَح ،َناَم

َص ِّ ِّبَِّنلا ِّنَع ،ٍدوُعْسَم ِّنْبا ِّنَع ،ٍقيِّقَش ْنَع ،ٍمِّصاَع ْنَع ٍدْبَعِّب َرِّمُأ " :َلاَق ُهَّنَأ َمَّلَسَو ِّهْيَلَع َُّللَّا ىَّل

ِّحاَو ًةَدْلَج ْتَراَص َّتََّح وُعْدَيَو ُلَأْسَي ْلَزَ ي ْمَلَ ف ،ٍةَدْلَج َةَئاِّم ِّهِّْبَْق ِّفِ َبَرْضُي ْنَأ ِّالله ِّداَبِّع ْنِّم ،ًةَد

ِّهْيَلَع ُهُْبَْق ََلََتْماَف ،ًةَدِّحاَو ًةَدْلَج َدِّلُجَف َكَّنِّإ :اوُلاَق ،؟ ِّنِوُُتُْدَلَج َم َلاَع :َلاَق ُهْنَع َعَفَ تْرا اَّمَلَ ف ،اًرَنَ

ىَلَع َّلَد ْدَق اَم َكِّلَذ ِّفِ َناَكَف ." ُهْرُصْنَ ت ْمَلَ ف ٍموُلْظَم ىَلَع َتْرَرَمَو , ٍروُهُط ِّْيَْغِّب ًة َلاَص َتْيَّلَص َّنَأ

َّلاَص ْنُكَي َْلَ ِّة َلاَّصلا َكْلِّت َكِّرَتَ

َّلَد ْدَق اَم , ُهَءاَعُد َّلَجَو َّزَع ِّالله ِّةَباَجإ ِّفَِو ،اَهُ تْ قَو َجَرَخ َّتََّح اَه

َّلَجَو َّزَع ِّالله ِّلْوَ ق ِّفِ ًلاِّخاَد ُهُؤاَعُد َناَك اًرِّفاَك َناَك ْوَل ُهَّنَِّلْ ; اًرِّفاَك َكِّلَذِّب ْنُكَي َْلَ ُهَّنَأ ُءاَعُد اَمَو{ :

َّلاِّإ َنيِّرِّفاَكْلا .} ٍل َلاَض ِّفِ

خيشلا وبأ هاور

3

Untuk lebih memudahkan melihat perawi-perawi pada hadis di atas, berikut saya tampilkan dalam bentuk skema:

2Kode yang ditemukan pada kitab ini adalah 231 :4 لكشم. Lihat, Abū Ḥajar Muḥammad as-Saʻīd b. Bashuni Zaglul, Mawsuʻah Aṭraf al-Hadis an-Nabawī as-Sharīf, Juz 2 (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Alamiyyah, 1989), 371.

3Abū Ja’far Aḥmad Aṭ-Ṭahāwī, Syarh Mushkil al-Āthār, Juz 8, Hadis No. 3185 (Tt:

Muassasah ar-Risālah, 1494), 212.

انث دح انث دح انث دح نع نع نع نع

Adapun sanad pada hadis di atas adalah sebagai berikut:

Aṭ-Ṭaḥāwī (w. 321 H). Namanya ialah Abū Jaʻfar Aḥmad b.

Muḥammad b. Salāmah b. ‘Abd al-Malik b. Salamah b. Salīm b. Sulaimān b.

Jawāb al-Azdī aṭ-Ṭaḥāwī. Ia lahir pada tahun 237 H dan wafat pada tahun 321 H. Di antara gurunya ialah Abū Jaʻfar Aḥmad, Yūnus b. ‘Abd al-Aʻlā dan lainnya. Adapun muridnya antara lain Abū Bakr Aḥmad, ‘Alī b. Aḥmad dan lainnya. Ibnu Yūnus berkata bahwa aṭ-Ṭaḥāwī adalah thiqah thabat faqīh ‘āqil, Adh-Dhahabi juga berkata bahwa aṭ-Ṭaḥāwī adalah orang yang faqīh, muhaddith, hāfiẓ, thiqah, thabat dan ‘āqil.4

Fahd b. Sulaimān (w. 275 H). Namanya adalah Fahd b. Sulaimān an-Nahās al-Miṣrī. Di antara gurunya adalah Mūsā b. Dāwud, ʻAmru b. ʻAun dan lainnya. Adapun di antara muridnya ialah Aḥmad b. Mihzād, Ḥasan b. Ḥubaib dan lainnya. Abū Saʻīd b. Yūnus al-Miṣrī berkata bahwa Fahd adalah perawi yang thiqah.5

4Ibnu Abī al-‘Izzi al-Ḥanafī, Syarḥ al-‘Aqīdah aṭ-Ṭaḥāwiyyah (Al-Islāmiyyah, 1418 H), 11.

5Ar-Rāzī Ibnu Abī Ḥātim, al-Jarḥ wa al-Taʻdīl (Beirut: Dār al-Iḥyāʼ, 1952), 89.

ملسو هيلع الله ى لص الله لوسر دوعسم نبا (w. 32 H)

قيقش (w. 82 H) مصاع (w. 127 H)

نوع نب رمع (w. 225 H) ناميلس نب رفعج (w. 178 H)

ىواحطلا (w. 321 H) ناميلس نب دهف (w. 275 H)

‘Amru b. ‘Aun al-Wāsiṭī (w. 225 H). Nama lengkapnya adalah ‘Amru b. ‘Aun b. Aus b. Jaʻd as-Salmī, dengan kuniyah Abū ‘Uthmān Wāsiṭī al-Bazzāz. Di antara gurunya adalah Isḥāq b. Yūsuf, Ḥafṣ b. Sulaimān, dan lainnya. Adapun di antara muridnya ialah Al-Bukhārī, Abū Dāwud, dan lainnya. Ia wafat pada tahun 225 H. Al-‘Ajlī mengatakan bahwa ia perawi thiqah, Abū Zurʻah mengatakan athbat minhu, Abū Ḥātim mengatakan thiqah ḥujjāḥ, dan Ibnu Ḥibbān menyebutkannya dalam ath-Thiqāt.6

Jaʻfar b. Sulaimān (w. 178 H). Nama lengkapnya adalah Jaʻfar b.

Sulaimān aḍ-Ḍaʻī, dengan kuniyah Abū Sulaimān al-Baṣrī. Di antara gurunya adalah Ibrāhīm b. ‘Amru, Ḥumaid b. Qais, dan lainnya. Adapun muridnya antara lain Ḥibbān b. Hilāl, al-Ḥasan b. ‘Amru, dan lainnya. Ia wafat pada tahun 178 H,7 dan Ibnu Ḥibbān berkata mengenai dirinya dengan thiqah mutqīn,8 Al-‘Ajlī berkata thiqah9 dan Abī Ḥātim mengatakan bahwa ia rawi thiqah.10

‘Āṣim (w. 127 H). Nama lengkapnya adalah ‘Āṣim b. Buhdalah, dengan kuniyah Abū Bakr al-Muqri’. Ia wafat pada tahun 127 H, dan di antara gurunya ialah Shaqīq b. Salamah, Ḥumaid aṭ-Ṭawīl, dan lainnya. Adapun muridnya antara lain Abān b. Yazīd, Isrāīl b. Yūnus, dan lainnya. Aḥmad b.

Ḥanbal berkata thiqah kepadanya. Yaḥyā b. Maʻīn berkata lā ba’sa bihi,11 dan Abī Ḥātim berkata bahwa dia thiqah, ḥafiẓ, ṣāliḥ hadis.12

Shaqīq (w. 82 H). Namanya ialah Shaqīq b. Salamah, dengan kuniyah Abū Wāil al-Asadī. Di antara gurunya ialah Usāmah b. Zaid, Jarīr b. ‘Abdillah,

6Abī Muhammad Qaḍā’ī al-Kalbī al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā ar-Rijāl, Juz 22 (Beirut: Muassasat ar-Risālah, 1987), 177-179.

7Al-Kalbī al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl, Juz 5, 43-49.

8Muḥammad b. Ḥibbān, Ath-Thiqāt (Dār al-Maʻārif, 1973), 140.

9Abū al-Ḥasan Aḥmad b. ‘Abdullah b. Ṣāliḥ al- Ajlī, Tārīkh ath-Thiqāt (Dār al-Bāz, 1984), 97.

10Abī Ḥātim, al-Jarḥ wa at-Taʻdīl, 481.

11Al-Kalbī al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl, Juz 13, 473-479.

12Abī Ḥātim, al-Jarḥ wa at-Taʻdīl, 340.

dan lainnya. Adapun di antara muridnya ialah Saʻīd b. Masrūq, ‘Āṣim b.

Buhdalah, dan lainnya.13 Al-‘Ajlī berkata bahwa Shaqīq adalah rajul ṣāliḥ,14 dan Abī Ḥātim berkata bahwa Abū Wāil thiqah.15

Ibnu Masʻūd (w. 32 H). Nama lengkapnya ialah ‘Abdullah b. Masʻūd b. Ghāfil b. Ḥabīb b. Shamkh, dengan kuniyah Abū ‘Abd ar-Raḥmān al-Hudhalī. Gurunya antara lain Rasulullah Saw., Saʻd b. Mu’ādh, dan lainnya.

Dan di antara muridnya ialah ‘Utbah b. Masʻūd, Abū Sa’īḍ, dan lainnya. Ia wafat pada tahun 32 H. Menurut Ibnu Ḥajar, Ibnu Masʻūd adalah sahabat Rasulullah Saw.16

Berdasarkan penelitian sanad yang terdapat pada jalur Abū Shekh di atas, hadis ini memiliki kriteria hadis Sahih, mulai dari ketersambungan sanad, rawinya ʻadil dan ḍabiṭ, tidak ada celaan, serta tidak mengandung shadh dan ʻillat, walaupun dalam sanad hadis ini ada yang menggunakan lafaẓ ‘An dalam periwayatannya.17 Maka dapat disimpulkan bahwa hadis ini Sahih.

2. Hadis Kedua

َجَرْخَأ ناَمْلَس ْنَع يِّقَهْ يَ بْلا ه ِّةَرَجَّشلا ِّهِّذَه ُقَرَو َّتاََتَ اَمَك هبْوُ نُذ ُهْنَع ْتَّتاََتَ ُدْبَعْلا َأَّضَوَ ت اَذِّإ :

18

13Al-Kalbī al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl, Juz 12, 548-551.

14Al-‘Ajlī, Tārīkh ath-Thiqāt, 221.

15Abī Ḥātim, al-Jarḥ wa at-Ta’dīl, 371.

16Ibn Ḥajar Asqalāni, Tahdhīb al-Tahdhīb, Juz 2 (Muassasah ar-Risālah, tt), 431-432.

17Lafaẓ "ْنَع" adalah salah satu cara penyampaian periwayatan dalam hadis, yakni hadis Muʻanʻan. Secara bahasa muʻanʻan adalah isim mafʻūl dari kata ‘Anʻan – Yuʻanʻin – Muʻanʻun yang memiliki arti “dari”. Sedangkan secara istilah adalah hadis yang disebutkan dalam sanadnya diriwayatkan oleh si Fulan dari si Fulan, dengan tidak menyebutkan perkataan memberitakan, mengabarkan, atau mendengar. Hukum pengamalannya menurut mayoritas ulama, hadis ini dihukumi muttasil (bersambung) dengan 2 syarat: 1) Periwayat yang menggunakan ‘an = dari (muʻanʻin) tidak mudallis (tidak seorang yang menyembunyikan cacat). 2) Periwayat yang menggunakan ‘an = dari (muʻanʻin) bertemu atau mungkin bertemu dengan orang yang menyampaikan hadis padanya. Lihat, Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: Amzah, 2013), 266-267.

18Zain Al-Dīn Al-Malībārī, Irsyād Al-‘Ibād, 8.

“Dari Salmān: Apabila seorang hamba berwudu, maka dosa yang ada pada dirinya gugur, sebagaimana rontoknya daun pohon ini”. (HR. Al-Bayhaqī)

Nama Sahabat pada hadis yang termaktub pada kitab Irshād al-ʻIbād adalah Salmān ra. Setelah ditelusuri menggunakan metode pertama yakni takhrīj bi rawi al-aʻla dengan kitab Musnad Aḥmad dan Muʻjam al-Kabīr sebagai acuannya, maka ditemukan datanya dalam kitab Musnad Aḥmad dua hadis19 dan Muʻjam al-Kabīr karya aṭ-Ṭabrānī satu hadis.20 Dari ketiga hadis tersebut, terjadi perbedaan redaksi dengan hadis yang dikutip oleh al-Malībārī.

Pertama, pada ketiga hadis tersebut merupakan hadis yang disandarkan kepada Rasulullah Saw., bukan dari sahabat. Kedua, pada ketiga hadis tersebut, terdapat perkataan sahabat sebelum memasuki sabda Rasul. Dan yang ketiga, adanya perbedaan redaksi pada matan hadisnya, pada riwayat Imām Aḥmad hadis no. 23707 menggunakan redaksi “Inna al-muslima idhā tawaḍḍaʼ fa ahsana al-wuḍūʼa”, pada hadis Aḥmad no. 23716 menggunakan redaksi “Inna al-ʻabda al-muslima idhā qāma ilā aṣ-ṣalāti”, dan pada hadis riwayat Imām aṭ-Ṭabrānī no. 6152 menggunakan redaksi “Inna al-ʻabda idhā tawaḍaʼ fa ahsana al-wuḍūʼa”. Sedangkan al-Malībārī menggunakan redaksi

“Idhā tawaḍdaʼ al-ʻabdu taḥāttat ʻanhu dhunūbahu”. Walaupun dari ketiga hadis ini memiliki redaksi yang berbeda, namun pada dasarnya memiliki makna sama.

Ketidaksamaan redaksi pada ketiga hadis yang telah ditemukan dengan hadis yang ada dalam kitab Irshād al-ʻIbād, menjadikan hadis ini menggunakan metode lain, yaitu metode permulaan matan dengan

19Abū ‘Abdullah Aḥmad b. Muḥammad b. Ḥanbal, Musnad al-Imam Aḥmad b.

Ḥanbal, Bab Salmān al-Fārisī, Juz 39, Hadis No. 23707 dan No. 23716 (Beirut: Muassasah ar-Risālah, 2001), 111.

20Abū al-Qāsim aṭ-Ṭabrānī, al-Mu’jām al-Kabīr, Bab Abī, ‘Uthmān ‘an Salmān, Juz 6, Hadis No. 6152 (Kairo: Maktabah Ibn Taimiyah, 1994), 257

menggunakan kitab Mawsuʻah Aṭraf al-Hadis21. Maka di temukan datanya dalam kitab Jamʻu al-Jawāmiʻ,22 yang hanya mencantumkan matan hadis dan hadis tersebut berada dalam kitab Shuʻab al-Īmān saja. Setelah merujuk pada kitab Shuʻab al-Īmān, terdapat juga perbedaan pada hadisnya. Pertama, hadis tersebut disandarkan kepada Rasulullah Saw., bukan dari sahabat. Kedua, adanya tambahan redaksi dari sahabat yang menceritakan tata cara berwudu.

Dan ketiga, adanya perbedaan pada lafaẓ hadisnya. Di dalam kitab al-Malībārī menggunakan lafaẓ “Tahāttat”, sedangkan di dalam kitab al-Bayhaqī menggunakan lafaẓ “Tahāttu”. Namun demikian, hadis ini adalah hadis yang paling mirip dengan hadis yang dikutip al-Malībārī. Adapun redaksi hadis

Untuk lebih jelasnya dalam melihat perawi-perawi pada hadis yang telah ditemukan, berikut ini akan ditampilkan dalam bentuk skema agar memudahkan pembacaan jaringan sanad hadis yang sedang diteliti:

21Kode yang ditemukan pada kitab ini adalah 1546 عماوج. Lihat, Bashuni Zaglul, Mawsuʻah Aṭraf, Juz 1, 282.

22Jalaluddin as-Suyūṭī, Jamʻu al-Jamāmi’ Li as-Suyūti, Juz 1, Hadis No. 1550 (Al-Azhar: Dār as-Sa’ādah, 2005), 334.

23Abū Bakr al-Bayhaqī, Shuʻab al-Īmān, Juz 4, Hadis No. 2482 (Hindi: Maktabah ar-Rush, 2003), 256.

لاق al-Baihaqī adalah sebagai berikut:

Al-Bayhaqī (w. 458 H). Nama lengkapnya adalah Abū Bakr Aḥmad b.

Ḥusayn b. ʻAlī b. Mūsā al-Bayhaqī. Di antara gurunya ialah Abī Ṭāhir az-Ziyādī, Ibnu Bishrān, dan lainnya. ʻAbd al-Ghaffār al-Fārisī berkata bahwa al-Bayhaqī adalah satu-satunya seorang yang hafiẓ, itqān, dan ḍabiṭ di zamannya, serta ia ahli dalam menjelaskan ilmu hadis dan fikih, salah satunya adalahʻilal al-hadis 24

24Abū al-Ma’ālī ‘Umar b. ‘Abd ar-Raḥmān al-Qazwainī, Mukhtaṣar Shuʻab al-Īmān al-Bayhaqī (Beirut: Dār Ibnu Kathīr, 1985), 9-10.

ِّالله ُلْوُسَر

Abū al-Ḥusain (w. 429 H). Nama lengkapnya adalah ʻAbdullāh b. ʻAlī b. Muḥammad b. ʻAbdullāḥ b. Bishrān. Dengan kuniyah Ibnu Abī al-Ḥusain.

Di antara gurunya adalah ʻAbdullāh b. Ibrāhīm, Yūsuf b. Muḥammad, dan lainnya. Adapun di antara muridnya ialah Aḥmad b. ʻAlī b. Thābit dan lainnya.

Al-Khatīb berkata bahwa apa-apa yang ditulisnya adalah sahih, Shujāʻi berkata bahwa pendengaran Abū al-Ḥusain sahih, dan Muḥammad b. Abī Naṣr berkata bahwa ia adalah rawi yang thiqah.25

Ismāīl b. Muḥammad aṣ-Ṣaffār (w. 339 H). Nama lengkapnya adalah Abū ‘Alī Ismā’īl b. Muḥammad b. Ismā’īl b. Ṣāliḥ Baghdādī aṣ-Ṣaffār al-Mulaḥī. Di antara gurunya adalah Muḥammad b. Ghālib, Yaḥyā b. Asad dan lainnya. Adapun di antara muridnya ialah Abū al-Ḥusain b. Bishrān, Ad-Dāruquṭnī dan lainnya. Ad-Ad-Dāruquṭnī berkata bahwa ia thiqah.26

Muḥammad b. Ghālib (w. 283 H). Nama lengkapnya adalah Muḥammad b. Ghālib b. Ḥarb, dengan kuniyah Tamtām. Di antara gurunya adalah ʻAbd ar-Raḥmān b. Al-Mubārak, Aḥmad b. Jumail, dan lainnya.

Adapun muridnya antara lain Aḥmad b. ʻAbdān, Aḥmad b. Al-Qāsim, dan lainnya. Ad-Dāruquṭnī mengatakan bahwa ia adalah rawi yang thiqah, dan Abī Ḥātim ar-Rāzī mengatakan bahwa ia rawi yang ṣodūq.27

‘Abd ar-Raḥman b. Al-Mubārak (w. 228 H). Nama lengkapnya adalah ‘Abd ar-Raḥman b. Al-Mubārak b. ‘Abdullah al-‘Aishī aṭ-Ṭufāwī. Di antara gurunya adalah Wuhaib b. Khāid, Abī ‘Awānah dan lainnya. Adapun di antara muridnya ialah Muḥammad b. Halī, Muḥammad b. Ayyūb dan

‘Abd ar-Raḥman b. Al-Mubārak (w. 228 H). Nama lengkapnya adalah ‘Abd ar-Raḥman b. Al-Mubārak b. ‘Abdullah al-‘Aishī aṭ-Ṭufāwī. Di antara gurunya adalah Wuhaib b. Khāid, Abī ‘Awānah dan lainnya. Adapun di antara muridnya ialah Muḥammad b. Halī, Muḥammad b. Ayyūb dan

Dokumen terkait