• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

1. Tinjauan Metode Quantum Learning

Dalam setiap kegiatan pembelajaran, metode adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi bahan ajar dan karakteristik siswa akan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Nana Sudjana (1995 :76) mengungkapkan bahwa metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengandalkan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.

Menurut Sagala dalam Ruminiati (2007:2-3), metode adalah cara yang digunakan oleh guru/siswa dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi.

Sedangkan Akhmad Sudrajat dalam tulisannya menyatakan bahwa metode

pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya, (http://www.psb-psma.org).

Dari berbagai pernyataan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara yang digunakan oleh guru ataupun siswa dalam kegiatan

commit to user

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dalam memilih metode pembelajaran, guru harus

mempertimbangkan berbagai kriteria, dan harus disesuaikan dengan materi pembelajaran dan kondisi, agar apa yang akan dicapai dalam tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Terdapat beberapa kriteria yang bisa dijadikan acuan dalam pemilihan metode pembelajaran Walter E. Sistrunk dan Robert C Maxson dalam Abdul Aziz Wahab (2007-85) antara lain:

1. The nature of the topic determines methods to some degree.

2. The needs of students and the class are the mayorfactor in identifying the proper methodology.

3. Variety is a factor in selecting methods. Learning takes place when there is interest.

4. Individual, small-group, and large group experience should be provided. Yang artinya adalah :

1. Materi pokok menentukan tingkatan suatu metode.

2. Kebutuhan siswa dan kelas adalah faktor utama dalam penentuan metode yang tepat.

3. Keanekaragaman adalah faktor dalam pemilihan metode. Belajar diawali adanya ketertarikan.

4. Pengalaman individu, kelompok kecil, kelompok besar dapat diperoleh.

b. Pengertian Metode Quantum Learning

Kata Quantum Learning berasal dari dua kata yaitu quantum dan learning. Definisi Quantum, menurut Stephen Hawking, ahli fisika adalah suatu unit terkecil yang gelombangnya bisa memancarkan atau menyerap energi, (http://www.eftindonesia.com). Sedangkan arti kata learning itu sendiri menurut menurut John M. Echols dan Hassan Shadily (2003: 352) adalah pengetahuan.

Quantum Learning is powerful and engaging teaching and learning methodology that integrates best educational practices into a unified whole. This synergistic approach to the learning process covers both theory and practice. It

commit to user

has been proven to increase academic achievement and improve student’s attitudes towards the learning process. These integrated, comprehensive programs turn abstract theory into practical applications that can be used immediately in the classroom,(www.qln.com). Yang dapat diartikan Pembelajaran Quantum adalah metode belajar mengajar yang menarik dan berkarakter yang disatukan ke dalam praktik pendidikan yang terbaik. Metode ini menjalankan secara bersama-sama proses pembelajaran antara teori dan praktik. Metode ini telah membuktikan dapat meningkatkan prestasi akademik dan memperbaiki sikap siswa terhadap pembelajaran. Ini program yang lengkap, menyatu, penerapan sederhana dari teori ke dalam praktik, yang dapat digunakan segera di dalam ruang kelas.

Menurut Porter dan Hernacki (2008: 14) Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang telah terbukti efektif di sekolah dan bisnis bekerja…untuk semua tipe orang, dan segala usia. Quantum Learning didefinisikan sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah Massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan Energi. Atau sudah biasa dikenal dengan E=mc². Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya; interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya (Porter dan Hernacki, 2008: 16).

Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik yang berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebut sebagai “Suggestology” atau “Suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif, ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk memberikan sugesti positif yaitu mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan media pembelajaran untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih. (Porter dan Hernacki 2008: 14).

commit to user

Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa metode Quantum Learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang mengedepankan suasana yang menyenangkan selama pembelajaran. Baik melalui penataan kelas, penggunaan berbagai media maupun pemberian sugesti atau motivasi positif. Metode Quantum Learning bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus untuk menghidupkan kembali kegembiraan dan kecintaan siswa dalam belajar. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam keefektifan pembelajaran adalah perasaan senang dari siswa itu sendiri. Seperti yang disampaikan oleh Hernowo ( 2007:17) bahwa “Dan penciptaan kegembiraan ini jauh lebih penting ketimbang segala teknik atau metode atau medium yang mungkin dipilih untuk digunakan”.

c. Pelaksanaan Metode Quantum Learning

Menurut De Porter dan Hernacki (2008: 16) Quantum Learning

menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP (Program neurolinguistik) dengan teori, keyakinan dan metode kami sendiri. Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain seperti:

1) Teori otak kanan atau kiri

Proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear, dan rasional. Sisi ini sangat teratur. Walaupun berdasarkan realitas, ia mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi, auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme.

Cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenan dengan perasaan (merasakan kehadiran suatu benda atau orang), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.(DePorter dan Hernacki,2008:36)

commit to user

Kemampuan otak kanan dan otak kiri sangatlah berbeda, sehingga jika kita hanya memanfaatkan kemampuan salah satu bagian otak, maka hasilnya tidak akan maksimal. Tetapi jika kita mampu memanfaatkakn kedua belah otak tersebut, maka hasilnya akan maksimal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Irwan Widiatmoko (2008: 19) bahwa otak manusia akan optimal jika otak kanan dan kirinya seimbang… . Pada umumnya manusia, khususnya di Indonesia lebih cenderung menggunakan otak kiri saja, terutama dalam mengingat. Ini sesuai dengan penelitian di Habibie Center bahwa hanya tiga persen penggunaan otak kanan di Indonesia.

2) Teori otak 3 in 1

Irwan Widiatmoko (2008: 17) mengemukakan bahwa otak manusia terdiri dari tiga bagian utama yaitu Neocortex, Limbic System, dan Reptilian Complex. Dan berikut ini adalah fungsi dari bagian-bagian tersebut :

Reptilian Complex: Bagian otak dekat dengan bagian atas leher disebut juga otak reptile, karena mirip dengan otak reptile berdarah dingin. Ia mengendalikan sebagian besar fungsi naluriah tubuh, seperti bernafas.

Limbic System: Disebut juga otak mamalia tua yang mirip dengan otak mamalia berdarah panas lainnya. Ia mengendalikan emosi, seksualitas, dan berperanan penting dalam memori.

Neocortec: Otak ini digunakan untuk berpikir, berbicara, melihat, mendengar, dan mencipta.

Hal itu juga diperkuat oleh para ahli lainnya. DePorter dan Hernacki (2008:26) mengutarakan bahwa Otak anda mempunyai tiga bagian dasar : batang atau “otak reptile”, sistem limbik, atau “otak mamalia”, dan neokorteks. Seorang peneliti, Dr. Paul MacLean, menyebutnya “ otak triune” karena terdiri dari tiga bagian, masing-masing berkembang pada waktu yang berbeda dalam sejarah evolusi kita.

Ketiga bagian tersebut mempunyai struktur saraf tertentu dan mengatur tugas masing-masing. Fungsi masing-masing bagian otak tersebut adalah: 1. Batang atau otak reptil

commit to user

· Fungsi motor sensorik

· Kelangsungan hidup

· “Hadapi atau lari”

2. Sistem limbik atau otak mamalia

· Perasaan/emosi

· Memori

· Bioritmik

· Sistem kekebalan

3. Neokorteks atau otak berpikir

· Berpikir intelektual

· Penalaran

· Perilaku waras

· Bahasa

· Kecerdasan yang lebih tinggi

3) Pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinetik).

DePorter dan Hernacki (2008:112) berpendapat bahwa Pada awal pengalaman belajar, salah satu di antara langkah-langkah pertama kita adalah mengenali modalitas seseorang sebagai modalitas visual, auditorial, atau kinestetik ( V-A-K ). Seperti yang diusulkan istilah-istilah ini, orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukannya melaui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan. Walaupun masing-masing dari kita belajar dengan menggunakan keriga modalitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya.

Dengan mengetahui gaya belajar masing-masing siswanya, akan lebih mempermudah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Guru dapat mengatasi berbagai hambatan yang dialami siswa mengenai kemampuan memahami pelajaran.

W. Nugroho (2007: 121-127) mengemukakan berbagai ciri gaya belajar: 1. Ciri-ciri gaya belajar tipe auditorial :

commit to user

oMampu mengingat dengan baik materi yang telah didiskkusikan di kelas maupun dalam kelompok.

oMengenal banyak lagu, misalnya lagu dari iklan radio ataupun televise dan mampu menirukannya dengan tepat.

oSangat gemar berbicara.

oKurang suka apabila diberi tugas untuk membaca.

oKurang baik dalam mengerjakan tugas mengarang ataupun menulis.

oKurang begitu memperhatikan hal-hal baru di lingkungan sekitarnya. 2. Ciri-ciri gaya belajar tipe visual :

oSelalu berusaha melihat bibir guru ataupun orang yang sedang berbicara (menyampaikan materi pelajaran).

oSaat menemukan sebuah petunjuk mengenai sesuatu hal yang harus dilakukannya, biasanya ia akan melihat teman-temannya terlebih dahulu baru kemudian turut bergerak.

oKurang menyukai untuk bicara di depan kelompok dan kurang suka mendengarkan orang berbicara.

oCenderung menggunakan gerak tubuh untuk mengungkapkan sesuatu

(untuk menggantikan penggunaan kata-kata untuk mengekspresikan sesuatu hal).

oKurang bias mengingat informasi yang diberikan secara lisan.

oLebih menyukai pembelajaran dengan menggunakan peragaan dari pada penjelasan secara lisan.

oDapat duduk dengan tenang dalam situasi lingkungan yang ramai dan bising tanpa merasa terganggu.

3. Ciri-ciri gaya belajar tipe kinestetik :

oSenang menyentuh segala sesuatu (benda) yang dijumpainya. oTidak suka berdiam diri.

oSenang mengerjakan segala sesuatu dengan menggunakan tangannya.

oMemiliki koordinasi tubuh yang sangat baik.

commit to user

oSulit mempelajari hal-hal yang abstrak, seperti symbol matematika atau peta.

oCenderung agak tertinggal dengan teman sekelasnya karena ada

ketidakcocokan antara gaya belajarnya dengan metode pengajaran yang lazim digunakan di kelas.

4) Teori kecerdasan ganda

DePorter, Reardon, Nourie (2007:96) mengemukakan multi kecerdasan dengan istilah SLIM-n-BIL, yaitu :

1. Spasial-Visual yaitu berpikir dalam citra gambar. 2. Linguistik-Verbal yaitu berpikir dalam kata-kata.

3. Interpersonal yaitu berpikir lewat berkomunikasi dengan orang lain. 4. Musikal-Ritmik yaitu berpikir dalam irama dan melodi.

5. Naturalis yaitu berpikir dalam acuan alam.

6. Badan-Kinestetik yaitu berpikir melalui sensasi dan gerakan fisik. 7. Intrapersonal yaitu berpikir secara reflektif.

8. Logis-Matematis yaitu berpikir dengan penalaran. 5) Pendidikan holistic (menyeluruh)

Pendidikan secara holistic berarti pendidikan tersebut tidak hanya terbatas pada kegiatan di lingkungan kelas saja dengan mempelajari materi-materi pelajaran. Pendidikan menyeluruh mencakup ruang lingkup yang luas seperti penataan ruang, penataan kesiapan siswa secara fisik dan mental. Selain itu dalam pendidikan tersebut juga harus melibatkan lingkungan sekitar.

Berbicara mengenai lingkungan sekitar, lingkungan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi perkembangan anak. Secara garis besar, ada tiga klasifikasi lingkungan perkembangan utama yang lajim dikenal, yakni lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam konteks pendidikan, tiga macam lingkungan tersebut dikenal sebagai tripusat pendidikan (Conny R. Semiawan, 1999:195).

6) Belajar berdasarkan pengalaman

Menurut DePorter, Reardon, Nourie (2007:10) belajar berdasarkan pengalaman dikenal dengan istilah TANDUR yaitu :

commit to user

1. Tumbuhkan yaitu menumbuhkan minat

2. Alami yaitu menciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti

semua pelajar

3. Namai yaitu menyediakan kata kunci, konsep, rumus, strategi

4. Demonstrasikan yaitu menyediakan tempat untuk menunjukkan

bahwa mereka tahu

5. Ulangi yaitu menunjukkan cara pelajar untuk mengulang materi 6. Rayakan yaitu pengakuan untuk penyelesaian , partisipasi, dan

pemerolehan keterampilan dan pengetahuan. 7) Belajar dengan simbol (Metaphoric Learning).

Di dalam pembelajaran, penggunaan media atau alat peraga sangat membantu siswa dalam pemahaman materi. Hal ini seperti yang disampaikan DePorter, Reardon, Nourie (2007:67) bahwa “Sebuah gambar lebih berarti daripada seribu kata. Jika Anda menggunakan alat peraga dalam situasi belajar, akan terjadi hal yang menakjubkan. Bukan hanya mengawali proses belajar dengan cara merangsang modalitas visual, alat peraga juga secara harfiah menyalakan jalur saraf seperti kembang api di malam Lebaran.

8) Simulasi / permainan.

Permainan akan sangat membantu siswa dalam menciptakan motivasi untuk selalu belajar dan peningkatan kemampuan pemahaman siswa. Hal tersebut disebabkan karena permainan dapat menimbulkan kesenangan bagi siswa. Sehingga jika siswa sudah senang diharapkan prestasi siswa juga akan meningkat.

Adapun langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep Quantum Learning dengan cara:

1) Kekuatan Ambak

Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan (De Potter dan Hernacki, 2008: 49). Motivasi sangat diperlukan dalam berbagai kegiatan, termasuk dalam belajar, karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini siswa akan diberi motivasi oleh guru dengan

commit to user

memberi penjelasan tentang manfaat apa saja setelah mempelajari suatu materi dan dihubungkan pada dunia nyata.

Motivasi itu sendiri dipengaruhi oleh dua faktor,yaitu faktor internal dan eksternal. Menurut Conny R. Semiawan (1999: 294) “ Adalah disadari bahwa diantara faktor internal dan eksternal, faktor internallah yang memiliki sumbangan yang besar bagi terciptanya kegiatan belajar mengajar yang efektif serta hasil pendidikan yang memuaskan. Adapun salah satu faktor psikologis yang sangat potensial untuk mendukung keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah motivasi kompetensi dan berprestasi.

2) Penataan lingkungan belajar

Dalam proses belajar dan mengajar, penataan lingkungan sangat diperlukan, karena dapat membuat siswa merasa betah dalam belajarnya. Selain itu, dengan penataan lingkungan akan memudahkan dalam mengembangkan dan mempertahankan sikap positif. Penataan lingkungan yang baik meliputi perabotan, pencahayaan, iringan musik (instrument), poster/gambar/papan pajangan(visual), penempatan persediaan, temperatur, tanaman, kenyamanan, suasana hati secara umum.

Dalam penataan lingkungan belajar, khususnya untuk lingkungan fisik, tidak selalu sama dalam setiap pembelajaran, tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Sunaryo Kartadinata dan Nyoman Dantes (1997: 87) menjelaskan “ Manajemen kelas yang baik terarah kepada upaya pencegahan munculnya perilaku bermasalah, dan penataan lingkungan fisik merupakan unsur penting dalam manajemen kelas. Penataan kelas akan mempengaruhi keterlibatan dan partisipasi peserta didik, dan penataan secara fisik harus sejalan dengan tujuan pembelajaran”.

Khusus untuk iringan musik itu sendiri menurut W. Nugroho (2007: 77) menyatakan, “Musik klasik adalah pilihan yang cocok bagi seseorang yang ingin meningkatkan daya konsentrasi”. Dengan memperhatikan pendapat tersebut, kita dapat mengetahui bahwa tidak semua jenis musik dapat digunakan sebagai iringan dalam belajar anak. Misalnya saja musik yang dapat membuat seseorang menjadi rileks dan tenang.

commit to user 3) Memupuk sikap juara

Hambatan dominan yang ada dalam diri siswa adalah tidak adanya sikap juara. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah komentar negatif dari orang-orang sekitar. Hal ini diperkuat oleh DePorter dan Hernacki (2008:24) bahwa “ Pada tahun 1982, Jack Canfield, pakar masalah kepercayaan diri, melaporkan hasil penelitian dimana seratus anak ditunjuk untuk seorang periset selama satu hari… . Penemuan Canfield adalah bahwa setiap anak rata-rata menerima 460 komentar negatif atau kritik dan hanya 75 komentar positif atau yang bersifat mendukung”. Sehingga seorang guru seharusnya lebih sering memberikan pujian kepada siswa agar kemauan belajar siswa tetap terjaga. Selain itu, pujian dari guru juga berfungsi untuk menyeimbangkan dengan komentar-komentar negatif yang diperoleh siswa di lingkungan tempat tinggalnya.

4) Menemukan gaya belajar yang tepat

Menurut DePorter dan Hernacki (2008:110) “Gaya belajar Anda adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ada berbagai macam gaya belajar yang kita ketahui, yaitu: visual(belajar dengan cara melihat), auditorial(belajar dengan cara mendengar) dan kinestetik(belajar dengan cara bergerak, bekerja dan

menyentuh). Dalam Quantum Learning guru hendaknya memberikan

kebebasan dalam belajar pada siswanya dan janganlah terpaku pada satu gaya belajar saja.

Dengan memperhatikan modalitas yang dimiliki oleh setiap anak, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Kita dapat menentukan gaya belajar yang tepat. W. Nugroho (2007: 121-129) mengemukakan cara terbaik untuk membantu belajar anak yang disesuaikan dengan modalitas VAK ( Visual - Auditorial – Kinestetik ).

1. Cara belajar terbaik untuk tipe auditorial :

o Mengajaknya berdiskusi dalam rangka untuk lebih memahami suatu pelajaran.

commit to user

o Membantunya menghafal pelajaran dengan cara membacakan

materinya atau menyuruhnya menghafal sambil dibaca dengan suara keras.

o Mengajaknya untuk bermain tanya jawab tentang suatu pelajaran tertentu.

o Perhatikan kondisi fisik sekitar, usahakan hindari kebisingan atau suara-suara yang dapat mengganggu.

o Putarkan musik-musik berirama tenang tanpa lirik dengan volume yang tidak terlalu keras untuk menghindari pecahnya konsentrasinya dalam belajar, karena dia sangat sensitif dengan suara.

2. Cara belajar terbaik untuk tipe visual :

o Usahakan untuk selalu menyediakan alat peraga seperti bagan, gambar, flow chart, atau alat-alat eksperimen lainnya. Alat-alat eksperimen ini dapat dibuat sendiri. Misalnya ketika belajar tentang sistem tata surya, buatlah alat eksperimen dari bola-bola pingpong atau bola tenis untuk menggambarkan sistem tata surya.

o Membantunya untuk selalu menuliskan hal-hal yang penting dalam materi yang sedang dipelajarinya.

o Beri kesempatan untuk mengobservasi.

o Merapikan tempat belajarnya. Hindari barang-barang berserakan di tempat belajarnya untuk menghindari pecahnya konsentrasi karena melihat hal-hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran.

o Menyediakan kertas-kertas dan pensil warna atau spidol sebagai alat untuk menuliskan hal-hal penting atau membuat gambar dari materi yang tengah dipelajarinya.

3. Cara belajar terbaik untuk tipe kinestetik :

o Memberikan alat peraga yang nyata untuk belajar, seperti balok-balok, miniatur bangunan, patung peraga dan sebagainya.

o Memberikan kesempatan untuk berpindah tempat, karena anak dengan

gaya ini cenderung tidak bisa diam pada satu posisi dalam kurun waktu yang relatif lama.

commit to user

o Biarkan ia menyentuh segala sesuatu yang berhubungan dengan

pelajarannya.

o Beri kesempatan untuk mempraktekkan apa yang telah ataupun sedang

dipelajarinya. 5) Membiasakan mencatat

Kegiatan mencatat merupakan salah satu kegiatan yang kurang menyenangkan bagi siswa. Hal ini mungkin disebabkan karena bentuk catatannya yang membosankan, yang terdiri dari beribu-ribu kata tanpa adanya gambar-gambar atau visualisasi. Hal tersebut dapat dirubah dengan cara memberikan berbagai warna, simbol-simbol atau gambar yang mudah dimengerti oleh siswa itu sendiri. Dengan sedikit mengubah bentuk catatan, diharapkan siswa lebih termotivasi untuk mencatat, karena mencatat merupakan kegiatan yang penting dalam proses pembelajaran. Alasan pertama untuk mencatat adalah bahwa mencatat meningkatkan daya ingat. (DePorter dan Hernacki, 2008:146).

6) Membiasakan membaca

Membaca adalah kegiatan untuk mendapatkan sebuah informasi melalui sebuah teks bacaan. Sehingga kegiatan membaca sangat penting dalam proses pembelajaran, karena dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah. Seorang guru hendaknya membiasakan siswa untuk membaca, baik buku pelajaran maupun buku-buku pengetahuan yang lain.

7) Jadikan anak lebih kreatif

Siswa yang kreatif adalah siswa yang mempunyai rasa ingin tahu, suka mencoba hal-hal baru dan senang bermain. Untuk menumbuhkan sikap kreatif ini guru harus menjauhkan siswa dari perasaan takut akan suatu kegagalan, menumbuhkan keberanian untuk mengambil resiko serta selalu mendorong siswa untuk mencoba hal-hal baru. Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa akan mampu memecahkan masalah dengan berbagai cara dan menghasilkan ide-ide baru dalam belajarnya.

commit to user 8) Melatih kekuatan memori anak

Memori atau ingatan, merupakan bagian penting dari otak. David Gamon dan Allen Bragdon (2008: 76 ) berpendapat bahwa “Ingatan adalah mitra dalam mengembangkan semua keterampilan mental lain”. Tetapi ingatan tersebut juga harus melalui proses latihan agar sel-sel otak tetap aktif.

Otak kita memiliki kemampuan untuk mengingat segala sesuatu yang ada dalam kehidupan. Akan tetapi, untuk mendapatkan kemampuan tersebut diperlukan latihan yang rutin. Otak kita mengingat lebih baik terhadap hal-hal yang mengesankan bagi kita. Hal ini, seperti yang disampaikan DePorter dan Hernacki (2008:214) bahwa “Pada umumnya, kita paling ingat informasi yan dicirikan oleh salah satu atau beberapa hal berikut ini :

a. Asosiasi indrawi, terutama visual

b. Konteks emosional, seperti cinta, kebahagiaan, dan kesedihan

Dokumen terkait