commit to user
PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
MATERI PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA
PADA MATA PELAJARAN IPS
SISWA KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
AGUNG SUSANTO
X 7108605
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
MATERI PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA
PADA MATA PELAJARAN IPS
SISWA KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh : AGUNG SUSANTO
X 7108605
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
“ PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI PERJUANGAN
KEMERDEKAAN INDONESIA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA
KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN
2010/2011 ”
Disusun Oleh :
Nama : Agung Susanto
NIM : X7108605
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Hadi Mulyono, M.Pd
NIP 19561009 198012 1 001
Pembimbing II
Dra. Hadiyah, M.Pd
NIP 19580727 198503 2 003
Ketua Program
Drs. Kartono, M.Pd.
commit to user PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
“ PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI PERJUANGAN
KEMERDEKAAN INDONESIA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA
KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN
2010/2011 ” telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : ………
Tanggal : ………
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Kartono, M.Pd. ……….
Sekretaris : Drs. Usada, M.Pd. ……….
Anggota I : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd ……….
Anggota II : Hadiyah, S.Pd, M.Pd ……….
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
commit to user ABSTRAK
Agung Susanto. Penggunaan Metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SDN Ngoresan Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam mata pelajaran IPS melalui metode Quantum Learning pada siswa kelas V SD Negeri Ngoresan Surakarta.
Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Dalam penelitian ini terbagi menjadi dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Ngoresan Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, dokumentasi dan studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik model interaktif.
commit to user ABSTRACT
Agung Susanto : THE USE OF QUANTUM LEARNING METHODS TO IMPROVE THE UNDERSTANDING OF INDONESIA INDEPENDENCE
STRUGGLE MATERIAL ON SOCIAL SCIENCE AMONG 5th GRADE SD
NEGERI NGORESAN OF SURAKARTA REGENCY OF 2010/2011 ACADEMIC YEAR. Minithesis, Surakarta : Teaching Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta, May 2011.
Purpose of the research is to improve the understanding of Indonesian independence struggle material on social science through Quantum Learning among 5th grade SD Negeri Ngoresan Surakarta regency of 2010/2011 academic year.
Methods research approach used was Classroom Action Research is the research conducted by teachers in the classroom where teaching, with emphasis on the enhancement or improvement practices and learning processes in the Social Sciences. In this study divided into two cycles, each cycle consisting of two meetings. The subjects of this study among 5th grade SD Negeri Ngoresan of Surakarta Regency of 2010/2011 academic years. Data collection techniques used was observation, tests, documentation and literature. Data analysis technique used is the technique of interactive models.
commit to user MOTTO
“Allah meninggikan orang yang beriman diantaranya kamu dan
orang-orang yang diberi Ilmu Pengetahuan.” (Q.S. Al Mujahadah : 11)
Semakin tinggi kemampuan yang kita miliki, semakin besar pula tanggung
commit to user PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Kedua orang tuaku, Bp. Suwardi dan Ibu
Tumiyem yang tersayang, yang selalu
memberi motivasi, nasehat, dan dukungan
kepada peneliti.
2. Kakak-kakakku yang selalu memberi
dukungan kepada peneliti.
3. Dosen pembimbingku Bp Hadi Mulyono dan
Ibu Hadiyah yang telah memberi bimbingan.
4. Sahabat-sahabatku yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu per satu.
5. Teman-temanku seperjuangan jurusan S1
Kualifikasi PGSD angkatan 2008.
6. Bapak Ibu Guru SD Negeri Ngoresan yang
selalu memberi dukungan dan nasehat kepada
commit to user KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayahNya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam kesempatan ini penulis akan mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Pihak-pihak
tersebut adalah :
1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin penyusunan skripsi ini.
2. Drs. Indianto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberi ijin penyusunan ini.
3. Drs. Kartono, M.Pd., selaku Ketua Program PGSD Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberi ijin untuk penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberi arahan
dan bimbingan kepada penulis.
5. Dra. Hadiyah, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberi arahan dan
bimbingan kepada penulis.
6. Enie Jatmikaningtyastuti, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SDN Ngoresan yang
telah memberi ijin penelitian ini.
7. Bapak Ibu Guru SDN Ngoresan Surakarta yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini.
8. Teman-teman S1 Kualifikasi PGSD angkatan 2008 yang telah memberikan
semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Seseorang yang telah memberikan semangat, motivasi, dan selalu
menemaniku setiap hari meski hanya lewat sms, yaitu Dik Barid Sholihah.
10. Semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan baik moril maupun
commit to user
Akhirnya penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini belum
mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan para pembaca
pada umumnya.
Surakarta, Mei 2011
commit to user
b. Pengertian Metode Quantum Learning ... 11
c. Pelaksanaan Metode Quantum Learning ... 13
commit to user
2. Tinjauan Pemahaman Perjuangan Kemerdekaan ... 24
a. Pengertian Pemahaman ... 24
b. Pengertian Konsep Perjuangan Kemerdekaan ... 25
c. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 27
d. Tujuan Pembelajaran IPS ... 27
e. Hubungan Metode Quantum Learning dan Pemahaman Perjuangan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ……… 29
B. Hasil Penelitian Yang Relevan... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Tempat Penelitian ... 43
B. Deskripsi Kondisi Awal ... 44
C. Deskripsi Hasil Siklus I ... 46
D. Deskripsi Hasil Siklus II ... 55
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ... 68
B. Implikasi ... 69
C. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
commit to user DAFTAR TABEL
... Halaman
Tabel 1. Rata-Rata Nilai Anak Sebelum Tindakan ... 3
Tabel 2. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas ... 35
Tabel 3. Frekuensi Nilai Persiapan Kemerdekaan Indonesia Siswa Sebelum
Tindakan ... 45
Tabel 4. Perbandingan Hasil Tes Sebelum dengan Tindakan Siklus I ... 50
Tabel 5. Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Persiapan Kemerdekaan
Indonesia Pada Siklus I ... 50
Tabel 6. Perbandingan Nilai Siklus I dengan Nilai Siklus II ... 60
Tabel 7. Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Persiapan Kemerdekaan
Indonesia Pada Siklus II ... 60
Tabel 8. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan Sampai Siklus
II ... 65
Tabel 9. Perbandingan Nilai Mata Pelajaran IPS dengan Mata Pelajaran
Lain ... 75
Tabel 10.Daftar Nilai Materi Pemahaman Persiapan Kemerdekaan Sebelum
Tindakan ... 77
Tabel 11.Daftar Nilai Materi Pemahaman Persiapan Kemerdekaan Siklus I .. 92
commit to user DAFTAR GAMBAR
... Halaman
Gambar 1. Bagan Pelaksanaan PTK ... 33
Gambar 2. Skema Teknik Model Interaktif ... 38
Gambar 3. Proses Siklus I – II ... 42
Gambar 4. Grafik Nilai Sebelum Tindakan ... 45
Gambar 5. Grafik Nilai Siklus I ... 51
Gambar 6. Grafik Nilai Siklus II ... 61
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam usaha
pembangunan suatu negara. Karena dengan pendidikan yang baik, segala bentuk
pembangunan fisik dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Oleh karena itu,
memberikan pendidikan yang layak sudah menjadi tujuan Negara Indonesia sejak
negara ini merdeka dari penjajahan. Hal ini sudah dicantumkan dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke 4, yaitu dalam kalimat
Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Kalimat mencerdaskan kehidupan bangsa memiliki arti bahwa Negara
Indonesia mempunyai tekad untuk membangun masyarakat yang cerdas. Cerdas
di sini tentunya tidak hanya cerdas dalam segi intelektualitas, tetapi juga cerdas
interpersonal. Dalam membangun masyarakat yang cerdas tentunya dapat dicapai
melalui pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas berawal dari
sistem pendidikan yang baik. Jika sistem pendidikan nasional sudah baik, maka
pendidikan juga akan baik sehingga akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat
suatu negara.
Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah sebuah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
commit to user
Untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia, pemerintah sudah banyak
melakukan berbagai perbaikan, mulai dari penyesuaian kurikulum agar sesuai
dengan perkembangan jaman, penyediaan sarana dan prasarana, menetapkan
undang-undang tentang sistem pendidikan nasional, hingga yang terakhir dengan
meningkatkan kinerja guru melalui program sertifikasi guru-guru professional.
Meskipun sudah begitu banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, tetapi usaha-usaha tersebut belum
dapat dijalankan secara maksimal. Sebagai contoh, program sertifikasi guru
bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru dan kesejahteraan guru.
Tetapi usaha pemerintah tersebut belum diimbangi dengan pengawasan yang
ketat. Akibatnya profesionalisme dan kinerja guru belum meningkat secara
maksimal.
Kinerja guru yang diharapkan setelah adanya program sertifikasi adalah
menjadi guru yang kreatif dalam mengorganisir proses pembelajaran, menjadi
guru yang mau mencurahkan segala ide dan gagasannya untuk kemajuan
pendidikan, maupun guru yang memiliki semangat kerja yang tinggi. Guru yang
kreatif dalam mengorganisir proses pembelajaran berarti guru yang cakap
menerapkan beberapa metode mengajar, memanfaatkan lingkungan sekitar
sebagai media pembelajaran maupun menciptakan kegiatan pembelajaran yang
menarik dan tidak membosankan.
Menjadikan kegiatan pembelajaran sebagai kegiatan yang menarik
memang sudah menjadi kewajiban guru. Guru tidak hanya diwajibkan untuk
menguasai materi pembelajaran, tetapi juga bertugas untuk mensiasati proses
pembelajaran menjadi kegiatan yang menarik, sehingga dapat memotivasi
siswa-siswa untuk lebih giat belajar. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan lain,
kegiatan pembelajaran yang seharusnya berlangsung secara menarik, penuh
aktivitas siswa, kreativitas siswa, dan sifat keingintahuan yang menggebu hilang.
Yang ada hanyalah kelas pasif dimana hanya terjadi penyampaian informasi dari
commit to user
Hal semacam ini juga terjadi di pembelajaran kelas V SD Negeri
Ngoresan No. 80 Jebres, Surakarta, khususnya pada pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah
satu mata pelajaran yang diajarkan di SD, mulai dari kelas I sampai kelas VI. Ilmu
Pengetahuan Sosial ( IPS ) merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu,
sehingga materinya sangat kompleks dan beragam.
Materi-materi yang dipelajari di kelas V, khususnya pada semester II
lebih banyak membahas mengenai peristiwa di sekitar proklamasi kemerdekaan
Indonesia, baik sebelum maupun sesudah proklamasi. Materi perjuangan
proklamasi kemerdekaan Indonesia biasanya disampaikan guru melalui kegiatan
ceramah atau bercerita. Materi tersebut akan menjadi materi yang membosankan
apabila guru kurang pandai dalam bercerita. Hal ini disebabkan materi ini
termasuk materi yang abstrak bagi siswa, karena siswa tidak dapat melihat dan
mengalami sendiri peristiwa proklamasi tersebut. Siswa hanya mendengar cerita
dan membayangkan bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Sehingga apabila hal
tersebut berlangsung secara terus menerus, siswa akan mengalami kesulitan untuk
memahami peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Kesulitan pemahaman siswa terhadap materi perjuangan proklamasi
sudah terlihat setelah diadakan tes awal. Dari 51 siswa kelas V, jumlah siswa yang
dapat mencapai KKM hanya 39%. Hal ini tampak dalam tabel nilai rata-rata siswa
kelas V di bawah ini.
Tabel 1. Rata-Rata Nilai Anak Sebelum Tindakan
Keterangan Tes Awal
Nilai Terendah 35
Nilai Tertinggi 75
Nilai Rata-Rata Kelas 56,57
commit to user
Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai di Atas KKM 20 siswa
Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai di Bawah KKM 31 siswa
Siswa yang Mencapai KKM 39%
Dengan melihat tabel 1 di atas, kita dapat mengetahui bahwa tingkat
ketuntasan kegiatan pembelajaran masih sangat rendah. Nilai tersebut diperoleh,
ketika guru terlalu banyak mengajar dengan menggunakan metode ceramah.
Rendahnya nilai rata-rata mata pelajaran IPS disebabkan oleh beberapa faktor.
Salah satunya, dikarenakan metode yang digunakan guru untuk menyampaikan
bahan ajar kurang menggugah minat belajar siswa. Hampir di setiap proses
pembelajaran, guru menggunakan metode ceramah. Metode ini paling sering
digunakan karena metode ceramah menghemat waktu kegiatan pembelajaran,
sangat praktis dalam penggunaannya dan mudah dalam mempersiapkannya.
Tetapi perlu diingat, meskipun memiliki beberapa keuntungan, metode
ceramah juga memiliki banyak kekurangan. Jika digunakan dalam waktu yang
lama, siswa akan mengalami kebosanan, apalagi jika guru yang mengajar kurang
komunikatif. Hal seperti ini terlihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran,
seperti mengantuk, bercanda dengan teman satu meja, bermain bolpen maupun
membuat lelucon ketika pelajaran berlangsung. Aktivitas murid seperti ini, tidak
sepenuhnya merupakan kesalahan murid, karena guru juga berperan dalam
aktivitas-aktivitas negatif siswa selama pembelajaran.
Permasalahan seperti ini harus segera diatasi, karena materi pada
kompetensi dasar 2.2 menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, merupakan materi yang berkaitan
dengan materi yang lain. Sehingga untuk mempelajari materi berikutnya, siswa
harus terlebih dahulu paham dengan materi saat ini. Apabila guru tidak segera
mengatasi permasalahan ini, dan permasalahan yang sama terus berlanjut, maka
dapat dikatakan pembelajaran pada materi perjuangan proklamasi kemerdekaan
Indonesia dapat dikatakan gagal. Kegagalan pembelajaran dalam jangka pendek
commit to user
bagian kecil dalam kegagalan pembelajaran, Ada hal yang lebih penting, yaitu
gagalnya pendidikan dalam menciptakan manusia yang berkualitas. Berkualitas
dalam hal ilmu pengetahuan maupun sikap mental yang tidak menyimpang dari
nilai-nilai sosial maupun agama.
Untuk menciptakan manusia yang berkualitas, pemerintah memasukkan
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ke dalam kurikulum pendidikan. Karena
menurut E. Mulyasa ( 2007 : 125-126 ) mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. (2) memiliki
kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. (3) Memiliki
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. (4)
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional maupun global.
Selain itu, dalam mata pelajaran IPS juga dimasukkan materi mengenai
nilai-nilai kepahlawanan yang syarat akan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
Nilai-nilai kepahlawanan tersebut salah satunya terdapat dalam kompetensi dasar
persiapan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam kompetensi dasar tersebut,
terdapat nilai-nilai sosial yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh pejuang
kemerdekaan yang rela berkorban berjuang demi kemerdekaan Indonesia.
Sehingga dengan mempelajari materi tersebut, diharapkan siswa dapat
mengambil nilai-nilai sosial tersebut dan mempraktikkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Hanya saja, terkadang nilai-nilai tersebut tidak mampu dimunculkan
oleh guru karena kurang kreatifnya guru dalam menggunakan metode
pembelajaran. Misalnya saja selalu menggunakan metode ceramah dalam kegiatan
belajar siswa.
Melihat kenyataan tersebut, maka dalam proses pembelajaran, khususnya
pada mata pelajaran IPS perlu diterapkan metode pengajaran yang dapat
commit to user
dan dapat meningkatkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Sehingga jika
ketiga hal tersebut dapat terlaksana, diharapkan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran IPS juga akan meningkat.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan, meningkatkan aktifitas siswa, meningkatkan
pemahaman siswa, sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa adalah metode
Quantum Learning. Seperti yang disampaikan Bobby DePorter dan Mike
Hernacki (2008: 14) bahwa “ …Quantum Learning – seperangkat metode dan
falsafah belajar yang telah terbukti efektif di sekolah dan bisnis bekerja…untuk
semua tipe orang, dan segala usia”. Melalui Quantum Learning siswa akan diajak
belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga
diharapkan siswa dapat lebih termotivasi untuk belajar.
Metode Quantum Learning sebagai salah satu alternatif dalam
pembelajaran IPS yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman
dan menyenangkan. Siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai
pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga diharapkan dapat tumbuh berbagai
kegiatan belajar siswa. Dalam Quantum Learning, siswa tidak hanya mempelajari
materi-materi pelajaran tetapi juga bagaimana cara belajar yang baik. Seperti yang
disampaikan Bobby dan Hernacki (2008: 8) bahwa “ … seperti halnya di sekolah
bisnis, kami mengajarkan kepada para siswa tentang keterampilan-keterampilan
how-to-learn dalam mencatat, menghafal, membaca dengan cepat, menulis, dan
berpikir kreatif”. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam kesempatan ini peneliti
akan menggunakan metode Quantum Learning untuk pembelajaran IPS kelas V di
SD Negeri Ngoresan No. 80 Surakarta.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti
commit to user
1. Penggunaan metode ceramah secara terus menerus tidak dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi perjuangan
kemerdekaan Indonesia.
2. Pembelajaran pada materi persiapan kemerdekaan Indonesia belum
menggunakan metode inovatif atau metode Quantum Learning.
3. Guru kurang kreatif dalam melaksanakan pembelajaran, khususnya dalam
penggunaan metode pembelajaran yang berhubungan dengan materi
perjuangan kemerdekaan Indonesia.
4. Hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya
pada kompetensi dasar perjuangan kemerdekaan Indonesia siswa masih
rendah.
5. Siswa kesulitan dalam pemahaman dan hafalan materi perjuangan
kemerdekaan Indonesia.
6. Siswa kurang termotivasi untuk belajar Ilmu Pengetahuan Sosial,
khususnya materi tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia.
7. Sarana dan prasarana serta media pembelajaran kurang mendukung proses
pembelajaran, khususnya pembelajaran IPS materi tentang perjuangan
kemerdekaan Indonesia.
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini dititikberatkan pada :
1. Penggunaan metode Quantum Learning pada pembelajaran kelas V SDN
Ngoresan Surakarta, untuk menciptakan kegiatan belajar yang
menyenangkan agar anak tidak merasa terbebani untuk mempelajari materi
pelajaran.
2. Pemahaman siswa terhadap materi perjuangan kemerdekaan Indonesia
pada siswa kelas V SDN Ngoresan Surakarta.
commit to user
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat ditentukan
rumusan permasalahan sebagai berikut :
Apakah penggunaan metode Quantum Learning dapat meningkatkan
pemahaman terhadap materi perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam
mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri Ngoresan Surakarta ?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penelitian
ini bertujuan untuk :
Meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia
dalam mata pelajaran IPS melalui metode Quantum Learning pada siswa
kelas V SD Negeri Ngoresan Surakarta.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan
memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah sebagai suatu
sistem pendidikan yang mendukung peningkatan proses belajar dan mengajar
siswa.
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi atau
memperkaya khasanah keilmuan tentang metode-metode pembelajaran bagi anak
commit to user
nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan
berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
1) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi perjuangan persiapan
kemerdekaan Indonesia sehingga prestasi akademik dan sikap siswa dapat
menjadi lebih baik.
2) Nilai-nilai perjuangan para pahlawan dalam persiapan kemerdekaan
Indonesia dapat menjadi contoh atau suri tauladan bagi siswa.
b. Bagi Guru
1) Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan metode Quantum Learning
sebagai metode pembelajaran.
2) Guru lebih termotivasi untuk menerapkan strategi pembelajaran yang lebih
bervariasi, sehingga materi pelajaran akan lebih menarik.
3) Nilai-nilai perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia dapat menjadi
inspirasi bagi guru untuk meningkatkan totalitas dalam bekerja.
c. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan
commit to user BAB II
KAJIAN TEORI
Dalam kajian teori ini, peneliti akan membahas beberapa hal yang
berkaitan dengan penelitian yang hendak dilaksanakan, yaitu: 1) Tinjauan pustaka
yang berisi tinjauan tentang metode Quantum Learning, pengertian pemahaman,
pengertian perjuangan kemerdekaan, pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial, 2)
Kerangka berfikir, dan 3) Rumusan hipotesis.
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Metode Quantum Learning
a. Pengertian Metode
Dalam setiap kegiatan pembelajaran, metode adalah hal yang tidak dapat
dipisahkan. Penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi bahan
ajar dan karakteristik siswa akan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Nana Sudjana (1995 :76) mengungkapkan bahwa metode
mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengandalkan hubungan
dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.
Menurut Sagala dalam Ruminiati (2007:2-3), metode adalah cara yang
digunakan oleh guru/siswa dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data dan
konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi.
Sedangkan Akhmad Sudrajat dalam tulisannya menyatakan bahwa metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi;
(5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9)
simposium, dan sebagainya, (http://www.psb-psma.org).
Dari berbagai pernyataan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
commit to user
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam memilih metode pembelajaran, guru harus
mempertimbangkan berbagai kriteria, dan harus disesuaikan dengan materi
pembelajaran dan kondisi, agar apa yang akan dicapai dalam tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Terdapat beberapa kriteria yang bisa dijadikan acuan dalam pemilihan
metode pembelajaran Walter E. Sistrunk dan Robert C Maxson dalam Abdul Aziz
Wahab (2007-85) antara lain:
1. The nature of the topic determines methods to some degree.
2. The needs of students and the class are the mayorfactor in identifying the
proper methodology.
3. Variety is a factor in selecting methods. Learning takes place when there is
interest.
4. Individual, small-group, and large group experience should be provided.
Yang artinya adalah :
1. Materi pokok menentukan tingkatan suatu metode.
2. Kebutuhan siswa dan kelas adalah faktor utama dalam penentuan metode yang
tepat.
3. Keanekaragaman adalah faktor dalam pemilihan metode. Belajar diawali
adanya ketertarikan.
4. Pengalaman individu, kelompok kecil, kelompok besar dapat diperoleh.
b. Pengertian Metode Quantum Learning
Kata Quantum Learning berasal dari dua kata yaitu quantum dan
learning. Definisi Quantum, menurut Stephen Hawking, ahli fisika adalah suatu
unit terkecil yang gelombangnya bisa memancarkan atau menyerap energi,
(http://www.eftindonesia.com). Sedangkan arti kata learning itu sendiri menurut
menurut John M. Echols dan Hassan Shadily (2003: 352) adalah pengetahuan.
Quantum Learning is powerful and engaging teaching and learning
methodology that integrates best educational practices into a unified whole. This
commit to user
has been proven to increase academic achievement and improve student’s
attitudes towards the learning process. These integrated, comprehensive
programs turn abstract theory into practical applications that can be used
immediately in the classroom,(www.qln.com). Yang dapat diartikan Pembelajaran
Quantum adalah metode belajar mengajar yang menarik dan berkarakter yang
disatukan ke dalam praktik pendidikan yang terbaik. Metode ini menjalankan
secara bersama-sama proses pembelajaran antara teori dan praktik. Metode ini
telah membuktikan dapat meningkatkan prestasi akademik dan memperbaiki
sikap siswa terhadap pembelajaran. Ini program yang lengkap, menyatu,
penerapan sederhana dari teori ke dalam praktik, yang dapat digunakan segera di
dalam ruang kelas.
Menurut Porter dan Hernacki (2008: 14) Quantum Learning adalah
seperangkat metode dan falsafah belajar yang telah terbukti efektif di sekolah dan
bisnis bekerja…untuk semua tipe orang, dan segala usia. Quantum Learning
didefinisikan sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”.
Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum
adalah Massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan Energi. Atau sudah
biasa dikenal dengan E=mc². Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai
pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya; interaksi, hubungan,
inspirasi agar menghasilkan energi cahaya (Porter dan Hernacki, 2008: 16).
Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang
pendidik yang berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang
disebut sebagai “Suggestology” atau “Suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa
sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa
pun memberikan sugesti positif ataupun negatif, ada beberapa teknik yang dapat
digunakan untuk memberikan sugesti positif yaitu mendudukkan murid secara
nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu,
menggunakan media pembelajaran untuk memberikan kesan besar sambil
menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih. (Porter dan
commit to user
Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa metode Quantum
Learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang mengedepankan
suasana yang menyenangkan selama pembelajaran. Baik melalui penataan kelas,
penggunaan berbagai media maupun pemberian sugesti atau motivasi positif.
Metode Quantum Learning bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
sekaligus untuk menghidupkan kembali kegembiraan dan kecintaan siswa dalam
belajar. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam keefektifan
pembelajaran adalah perasaan senang dari siswa itu sendiri. Seperti yang
disampaikan oleh Hernowo ( 2007:17) bahwa “Dan penciptaan kegembiraan ini
jauh lebih penting ketimbang segala teknik atau metode atau medium yang
mungkin dipilih untuk digunakan”.
c. Pelaksanaan Metode Quantum Learning
Menurut De Porter dan Hernacki (2008: 16) Quantum Learning
menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP (Program
neurolinguistik) dengan teori, keyakinan dan metode kami sendiri. Termasuk
diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain
seperti:
1) Teori otak kanan atau kiri
Proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear, dan rasional.
Sisi ini sangat teratur. Walaupun berdasarkan realitas, ia mampu melakukan
penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas
teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi, auditorial, menempatkan
detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme.
Cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik.
Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat
nonverbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenan dengan
perasaan (merasakan kehadiran suatu benda atau orang), kesadaran spasial,
pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan
commit to user
Kemampuan otak kanan dan otak kiri sangatlah berbeda, sehingga jika
kita hanya memanfaatkan kemampuan salah satu bagian otak, maka hasilnya
tidak akan maksimal. Tetapi jika kita mampu memanfaatkakn kedua belah otak
tersebut, maka hasilnya akan maksimal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Irwan Widiatmoko (2008: 19) bahwa otak manusia akan optimal jika otak
kanan dan kirinya seimbang… . Pada umumnya manusia, khususnya di
Indonesia lebih cenderung menggunakan otak kiri saja, terutama dalam
mengingat. Ini sesuai dengan penelitian di Habibie Center bahwa hanya tiga
persen penggunaan otak kanan di Indonesia.
2) Teori otak 3 in 1
Irwan Widiatmoko (2008: 17) mengemukakan bahwa otak manusia
terdiri dari tiga bagian utama yaitu Neocortex, Limbic System, dan Reptilian
Complex. Dan berikut ini adalah fungsi dari bagian-bagian tersebut :
Reptilian Complex: Bagian otak dekat dengan bagian atas leher disebut
juga otak reptile, karena mirip dengan otak reptile berdarah dingin. Ia
mengendalikan sebagian besar fungsi naluriah tubuh, seperti bernafas.
Limbic System: Disebut juga otak mamalia tua yang mirip dengan otak
mamalia berdarah panas lainnya. Ia mengendalikan emosi, seksualitas, dan
berperanan penting dalam memori.
Neocortec: Otak ini digunakan untuk berpikir, berbicara, melihat,
mendengar, dan mencipta.
Hal itu juga diperkuat oleh para ahli lainnya. DePorter dan Hernacki
(2008:26) mengutarakan bahwa Otak anda mempunyai tiga bagian dasar :
batang atau “otak reptile”, sistem limbik, atau “otak mamalia”, dan neokorteks.
Seorang peneliti, Dr. Paul MacLean, menyebutnya “ otak triune” karena terdiri
dari tiga bagian, masing-masing berkembang pada waktu yang berbeda dalam
sejarah evolusi kita.
Ketiga bagian tersebut mempunyai struktur saraf tertentu dan mengatur
tugas masing-masing. Fungsi masing-masing bagian otak tersebut adalah:
commit to user
· Fungsi motor sensorik
· Kelangsungan hidup
· “Hadapi atau lari”
2. Sistem limbik atau otak mamalia
· Perasaan/emosi
· Memori
· Bioritmik
· Sistem kekebalan
3. Neokorteks atau otak berpikir
· Berpikir intelektual
· Penalaran
· Perilaku waras
· Bahasa
· Kecerdasan yang lebih tinggi
3) Pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinetik).
DePorter dan Hernacki (2008:112) berpendapat bahwa Pada awal
pengalaman belajar, salah satu di antara langkah-langkah pertama kita adalah
mengenali modalitas seseorang sebagai modalitas visual, auditorial, atau
kinestetik ( V-A-K ). Seperti yang diusulkan istilah-istilah ini, orang visual
belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukannya melaui
apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak dan
sentuhan. Walaupun masing-masing dari kita belajar dengan menggunakan
keriga modalitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung
pada salah satu di antara ketiganya.
Dengan mengetahui gaya belajar masing-masing siswanya, akan lebih
mempermudah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Guru dapat
mengatasi berbagai hambatan yang dialami siswa mengenai kemampuan
memahami pelajaran.
W. Nugroho (2007: 121-127) mengemukakan berbagai ciri gaya belajar:
commit to user
oMampu mengingat dengan baik materi yang telah didiskkusikan di kelas
maupun dalam kelompok.
oMengenal banyak lagu, misalnya lagu dari iklan radio ataupun televise dan
mampu menirukannya dengan tepat.
oSangat gemar berbicara.
oKurang suka apabila diberi tugas untuk membaca.
oKurang baik dalam mengerjakan tugas mengarang ataupun menulis.
oKurang begitu memperhatikan hal-hal baru di lingkungan sekitarnya.
2. Ciri-ciri gaya belajar tipe visual :
oSelalu berusaha melihat bibir guru ataupun orang yang sedang berbicara
(menyampaikan materi pelajaran).
oSaat menemukan sebuah petunjuk mengenai sesuatu hal yang harus
dilakukannya, biasanya ia akan melihat teman-temannya terlebih dahulu
baru kemudian turut bergerak.
oKurang menyukai untuk bicara di depan kelompok dan kurang suka
mendengarkan orang berbicara.
oCenderung menggunakan gerak tubuh untuk mengungkapkan sesuatu
(untuk menggantikan penggunaan kata-kata untuk mengekspresikan
sesuatu hal).
oKurang bias mengingat informasi yang diberikan secara lisan.
oLebih menyukai pembelajaran dengan menggunakan peragaan dari pada
penjelasan secara lisan.
oDapat duduk dengan tenang dalam situasi lingkungan yang ramai dan
bising tanpa merasa terganggu.
3. Ciri-ciri gaya belajar tipe kinestetik :
oSenang menyentuh segala sesuatu (benda) yang dijumpainya.
oTidak suka berdiam diri.
oSenang mengerjakan segala sesuatu dengan menggunakan tangannya.
oMemiliki koordinasi tubuh yang sangat baik.
commit to user
oSulit mempelajari hal-hal yang abstrak, seperti symbol matematika atau
peta.
oCenderung agak tertinggal dengan teman sekelasnya karena ada
ketidakcocokan antara gaya belajarnya dengan metode pengajaran yang
lazim digunakan di kelas.
4) Teori kecerdasan ganda
DePorter, Reardon, Nourie (2007:96) mengemukakan multi kecerdasan
dengan istilah SLIM-n-BIL, yaitu :
1. Spasial-Visual yaitu berpikir dalam citra gambar.
2. Linguistik-Verbal yaitu berpikir dalam kata-kata.
3. Interpersonal yaitu berpikir lewat berkomunikasi dengan orang lain.
4. Musikal-Ritmik yaitu berpikir dalam irama dan melodi.
5. Naturalis yaitu berpikir dalam acuan alam.
6. Badan-Kinestetik yaitu berpikir melalui sensasi dan gerakan fisik.
7. Intrapersonal yaitu berpikir secara reflektif.
8. Logis-Matematis yaitu berpikir dengan penalaran.
5) Pendidikan holistic (menyeluruh)
Pendidikan secara holistic berarti pendidikan tersebut tidak hanya
terbatas pada kegiatan di lingkungan kelas saja dengan mempelajari
materi-materi pelajaran. Pendidikan menyeluruh mencakup ruang lingkup yang luas
seperti penataan ruang, penataan kesiapan siswa secara fisik dan mental. Selain
itu dalam pendidikan tersebut juga harus melibatkan lingkungan sekitar.
Berbicara mengenai lingkungan sekitar, lingkungan merupakan salah
satu faktor utama yang mempengaruhi perkembangan anak. Secara garis besar,
ada tiga klasifikasi lingkungan perkembangan utama yang lajim dikenal, yakni
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam konteks pendidikan, tiga
macam lingkungan tersebut dikenal sebagai tripusat pendidikan (Conny R.
Semiawan, 1999:195).
6) Belajar berdasarkan pengalaman
Menurut DePorter, Reardon, Nourie (2007:10) belajar berdasarkan
commit to user
1. Tumbuhkan yaitu menumbuhkan minat
2. Alami yaitu menciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti
semua pelajar
3. Namai yaitu menyediakan kata kunci, konsep, rumus, strategi
4. Demonstrasikan yaitu menyediakan tempat untuk menunjukkan
bahwa mereka tahu
5. Ulangi yaitu menunjukkan cara pelajar untuk mengulang materi
6. Rayakan yaitu pengakuan untuk penyelesaian , partisipasi, dan
pemerolehan keterampilan dan pengetahuan.
7) Belajar dengan simbol (Metaphoric Learning).
Di dalam pembelajaran, penggunaan media atau alat peraga sangat
membantu siswa dalam pemahaman materi. Hal ini seperti yang disampaikan
DePorter, Reardon, Nourie (2007:67) bahwa “Sebuah gambar lebih berarti
daripada seribu kata. Jika Anda menggunakan alat peraga dalam situasi belajar,
akan terjadi hal yang menakjubkan. Bukan hanya mengawali proses belajar
dengan cara merangsang modalitas visual, alat peraga juga secara harfiah
menyalakan jalur saraf seperti kembang api di malam Lebaran.
8) Simulasi / permainan.
Permainan akan sangat membantu siswa dalam menciptakan motivasi
untuk selalu belajar dan peningkatan kemampuan pemahaman siswa. Hal tersebut
disebabkan karena permainan dapat menimbulkan kesenangan bagi siswa.
Sehingga jika siswa sudah senang diharapkan prestasi siswa juga akan meningkat.
Adapun langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
melalui konsep Quantum Learning dengan cara:
1) Kekuatan Ambak
Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental
antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan (De Potter dan Hernacki,
2008: 49). Motivasi sangat diperlukan dalam berbagai kegiatan, termasuk
dalam belajar, karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar
commit to user
memberi penjelasan tentang manfaat apa saja setelah mempelajari suatu materi
dan dihubungkan pada dunia nyata.
Motivasi itu sendiri dipengaruhi oleh dua faktor,yaitu faktor internal dan
eksternal. Menurut Conny R. Semiawan (1999: 294) “ Adalah disadari bahwa
diantara faktor internal dan eksternal, faktor internallah yang memiliki
sumbangan yang besar bagi terciptanya kegiatan belajar mengajar yang efektif
serta hasil pendidikan yang memuaskan. Adapun salah satu faktor psikologis
yang sangat potensial untuk mendukung keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran adalah motivasi kompetensi dan berprestasi.
2) Penataan lingkungan belajar
Dalam proses belajar dan mengajar, penataan lingkungan sangat
diperlukan, karena dapat membuat siswa merasa betah dalam belajarnya.
Selain itu, dengan penataan lingkungan akan memudahkan dalam
mengembangkan dan mempertahankan sikap positif. Penataan lingkungan yang
baik meliputi perabotan, pencahayaan, iringan musik (instrument),
poster/gambar/papan pajangan(visual), penempatan persediaan, temperatur,
tanaman, kenyamanan, suasana hati secara umum.
Dalam penataan lingkungan belajar, khususnya untuk lingkungan fisik,
tidak selalu sama dalam setiap pembelajaran, tergantung pada tujuan yang
ingin dicapai. Sunaryo Kartadinata dan Nyoman Dantes (1997: 87)
menjelaskan “ Manajemen kelas yang baik terarah kepada upaya pencegahan
munculnya perilaku bermasalah, dan penataan lingkungan fisik merupakan
unsur penting dalam manajemen kelas. Penataan kelas akan mempengaruhi
keterlibatan dan partisipasi peserta didik, dan penataan secara fisik harus
sejalan dengan tujuan pembelajaran”.
Khusus untuk iringan musik itu sendiri menurut W. Nugroho (2007: 77)
menyatakan, “Musik klasik adalah pilihan yang cocok bagi seseorang yang
ingin meningkatkan daya konsentrasi”. Dengan memperhatikan pendapat
tersebut, kita dapat mengetahui bahwa tidak semua jenis musik dapat
digunakan sebagai iringan dalam belajar anak. Misalnya saja musik yang dapat
commit to user 3) Memupuk sikap juara
Hambatan dominan yang ada dalam diri siswa adalah tidak adanya sikap
juara. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah komentar
negatif dari orang-orang sekitar. Hal ini diperkuat oleh DePorter dan Hernacki
(2008:24) bahwa “ Pada tahun 1982, Jack Canfield, pakar masalah kepercayaan
diri, melaporkan hasil penelitian dimana seratus anak ditunjuk untuk seorang
periset selama satu hari… . Penemuan Canfield adalah bahwa setiap anak
rata-rata menerima 460 komentar negatif atau kritik dan hanya 75 komentar positif
atau yang bersifat mendukung”. Sehingga seorang guru seharusnya lebih sering
memberikan pujian kepada siswa agar kemauan belajar siswa tetap terjaga.
Selain itu, pujian dari guru juga berfungsi untuk menyeimbangkan dengan
komentar-komentar negatif yang diperoleh siswa di lingkungan tempat
tinggalnya.
4) Menemukan gaya belajar yang tepat
Menurut DePorter dan Hernacki (2008:110) “Gaya belajar Anda adalah
kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam
situasi-situasi antar pribadi. Ada berbagai macam gaya belajar yang kita
ketahui, yaitu: visual(belajar dengan cara melihat), auditorial(belajar dengan
cara mendengar) dan kinestetik(belajar dengan cara bergerak, bekerja dan
menyentuh). Dalam Quantum Learning guru hendaknya memberikan
kebebasan dalam belajar pada siswanya dan janganlah terpaku pada satu gaya
belajar saja.
Dengan memperhatikan modalitas yang dimiliki oleh setiap anak, yaitu
visual, auditorial, dan kinestetik. Kita dapat menentukan gaya belajar yang
tepat. W. Nugroho (2007: 121-129) mengemukakan cara terbaik untuk
membantu belajar anak yang disesuaikan dengan modalitas VAK ( Visual -
Auditorial – Kinestetik ).
1. Cara belajar terbaik untuk tipe auditorial :
o Mengajaknya berdiskusi dalam rangka untuk lebih memahami suatu
commit to user
o Membantunya menghafal pelajaran dengan cara membacakan
materinya atau menyuruhnya menghafal sambil dibaca dengan suara
keras.
o Mengajaknya untuk bermain tanya jawab tentang suatu pelajaran
tertentu.
o Perhatikan kondisi fisik sekitar, usahakan hindari kebisingan atau
suara-suara yang dapat mengganggu.
o Putarkan musik-musik berirama tenang tanpa lirik dengan volume
yang tidak terlalu keras untuk menghindari pecahnya konsentrasinya
dalam belajar, karena dia sangat sensitif dengan suara.
2. Cara belajar terbaik untuk tipe visual :
o Usahakan untuk selalu menyediakan alat peraga seperti bagan, gambar,
flow chart, atau alat-alat eksperimen lainnya. Alat-alat eksperimen ini
dapat dibuat sendiri. Misalnya ketika belajar tentang sistem tata surya,
buatlah alat eksperimen dari bola-bola pingpong atau bola tenis untuk
menggambarkan sistem tata surya.
o Membantunya untuk selalu menuliskan hal-hal yang penting dalam
materi yang sedang dipelajarinya.
o Beri kesempatan untuk mengobservasi.
o Merapikan tempat belajarnya. Hindari barang-barang berserakan di
tempat belajarnya untuk menghindari pecahnya konsentrasi karena
melihat hal-hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran.
o Menyediakan kertas-kertas dan pensil warna atau spidol sebagai alat
untuk menuliskan hal-hal penting atau membuat gambar dari materi
yang tengah dipelajarinya.
3. Cara belajar terbaik untuk tipe kinestetik :
o Memberikan alat peraga yang nyata untuk belajar, seperti balok-balok,
miniatur bangunan, patung peraga dan sebagainya.
o Memberikan kesempatan untuk berpindah tempat, karena anak dengan
gaya ini cenderung tidak bisa diam pada satu posisi dalam kurun waktu
commit to user
o Biarkan ia menyentuh segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelajarannya.
o Beri kesempatan untuk mempraktekkan apa yang telah ataupun sedang
dipelajarinya.
5) Membiasakan mencatat
Kegiatan mencatat merupakan salah satu kegiatan yang kurang
menyenangkan bagi siswa. Hal ini mungkin disebabkan karena bentuk
catatannya yang membosankan, yang terdiri dari beribu-ribu kata tanpa adanya
gambar-gambar atau visualisasi. Hal tersebut dapat dirubah dengan cara
memberikan berbagai warna, simbol-simbol atau gambar yang mudah
dimengerti oleh siswa itu sendiri. Dengan sedikit mengubah bentuk catatan,
diharapkan siswa lebih termotivasi untuk mencatat, karena mencatat
merupakan kegiatan yang penting dalam proses pembelajaran. Alasan pertama
untuk mencatat adalah bahwa mencatat meningkatkan daya ingat. (DePorter
dan Hernacki, 2008:146).
6) Membiasakan membaca
Membaca adalah kegiatan untuk mendapatkan sebuah informasi melalui
sebuah teks bacaan. Sehingga kegiatan membaca sangat penting dalam proses
pembelajaran, karena dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata,
pemahaman, menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah. Seorang
guru hendaknya membiasakan siswa untuk membaca, baik buku pelajaran
maupun buku-buku pengetahuan yang lain.
7) Jadikan anak lebih kreatif
Siswa yang kreatif adalah siswa yang mempunyai rasa ingin tahu, suka
mencoba hal-hal baru dan senang bermain. Untuk menumbuhkan sikap kreatif
ini guru harus menjauhkan siswa dari perasaan takut akan suatu kegagalan,
menumbuhkan keberanian untuk mengambil resiko serta selalu mendorong
siswa untuk mencoba hal-hal baru. Dengan adanya sikap kreatif yang baik
siswa akan mampu memecahkan masalah dengan berbagai cara dan
commit to user 8) Melatih kekuatan memori anak
Memori atau ingatan, merupakan bagian penting dari otak. David
Gamon dan Allen Bragdon (2008: 76 ) berpendapat bahwa “Ingatan adalah
mitra dalam mengembangkan semua keterampilan mental lain”. Tetapi ingatan
tersebut juga harus melalui proses latihan agar sel-sel otak tetap aktif.
Otak kita memiliki kemampuan untuk mengingat segala sesuatu yang
ada dalam kehidupan. Akan tetapi, untuk mendapatkan kemampuan tersebut
diperlukan latihan yang rutin. Otak kita mengingat lebih baik terhadap hal-hal
yang mengesankan bagi kita. Hal ini, seperti yang disampaikan DePorter dan
Hernacki (2008:214) bahwa “Pada umumnya, kita paling ingat informasi yan
dicirikan oleh salah satu atau beberapa hal berikut ini :
a. Asosiasi indrawi, terutama visual
b. Konteks emosional, seperti cinta, kebahagiaan, dan kesedihan
c. Kualitas yang menonjol atau berbeda
d. Kebutuhan untuk bertahan hidup
e. Hal-hal yang memiliki keutamaan pribadi
f. Hal-hal yang diulang-ulang
g. Hal-hal yang pertama dan terakhir dalam suatu sesi
d. Manfaat Metode Quantum Learning
Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, oleh
karena itu di dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak mungkin seorang guru
hanya menerapkan salah satu metode saja. Sehingga jika dalam pembelajaran,
guru menerapkan berbagai metode pembelajaran, maka pembelajaran tersebut
akan mempunyai banyak manfaat. Menurut DePorter dan Hernacki (2008: 13)
belajar menggunakan Quantum Learning akan didapatkan berbagai manfaat yaitu:
1) Sikap positif.
2) Motivasi.
3) Keterampilan belajar seumur hidup.
4) Kepercayaan diri.
commit to user
2. Tinjauan Pemahaman Perjuangan Kemerdekaan
a. Pengertian Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata paham yang mendapat imbuhan pe-an. Arti
kata paham menurut W.J.S. Poerwadarminta (1976: 694) adalah pengertian,
pendapat, mengerti benar, pandai dan mengerti benar.
Pemahaman mempunyai tingkatan yang lebih tinggi daripada
pengetahuan ataupun hafalan. Apabila anak didik sudah paham akan apa yang
dipelajari, maka anak didik tersebut dapat mengutarakan dengan kalimatnya
sendiri akan apa yang ia pahami.
Menurut Nana Sudjana (1991:24) Pemahaman dapat dibedakan ke dalam
tiga kategori.
1. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari
terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris
ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal Ika,
mengartikan Merah Putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam
memasang sakelar.
2. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan
bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau
menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian,
membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Menghubungkan
pengetahuan tentang konjugasi kata kerja, subjek, dan possessive
pronoun sehingga tahu menyusun kalimat “bukan”My friend
studying,” merupakan contoh pemahaman penafsiran.
3. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman
ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu
melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang
konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu,
commit to user
b. Pengertian Konsep Perjuangan Kemerdekaan
Perjuangan berarti usaha untuk menggapai sesuatu
(http://cipto.blog.uns.ac.id). Sedangkan dari sumber lain perjuangan adalah usaha
yang penuh dengan kesukaran dan bahaya (http://www.artikata.com). Dari dua
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perjuangan memiliki arti suatu usaha
untuk mendapatkan sesuatu melalui sebuah pengorbanan yang berarti. Sedangkan
arti perjuangan kemerdekaan itu sendiri adalah suatu usaha untuk mendapatkan
kemerdekaan dari kekuasan pihak lain melalui berbagai macam usaha dan
pengorbanan. Dengan mempelajari penderitaan bangsa Indonesia di bawah
penjajahan bangsa lain dan usaha bangsa Indonesia dalam memproklamasikan
kemerdekaannya, diharapkan dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dan
patriotisme siswa SD.
Perjuangan kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu materi yang
diajarkan di kelas V SD. Di dalam materi tersebut dijelaskan mengenai
usaha-usaha bangsa Indonesia dalam memperebutkan kemerdekaan Indonesia.
Usaha-usaha tersebut meliputi periode penjajahan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol,
Inggris, Belanda) dan bangsa Jepang sampai pada proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Membicarakan perjuangan kemerdekaan Indonesia berarti
membicarakan konsep sejarah, yang merupakan bagian dari mata pelajaran IPS.
Dalam mata pelajaran IPS di SD, bahan kajiannya meliputi pengetahuan sosial
dan sejarah. Materi sejarah itu sendiri memiliki ruang lingkup yang meliputi :
sejarah lokal, kerajaan-kerajaan di Indonesia, tokoh dan peristiwa, bangunan
sejarah, Indonesia pada zaman penjajahan Portugis, Spanyol, Belanda dan
pendudukan Jepang, dan peristiwa penting dalam perjuangan kemerdekaan serta
usaha mempertahankan kemerdekaan itu sendiri.
“Kata sejarah berasal dari bahasa Arab “Syajara”, artinya
terjadi.”(Hidayati, Mujinem, Anwar Senen, 2008:2-3). Sedangkan pengertian
sejarah menurut Ismaun dalam Hidayati, Mujinem, Anwar Senen (2008:2-3)
adalah suatu ilmu pengetahuan tentang rangkaian kejadian yang berkausalitas
pada masyarakat dengan segala aspeknya serta proses gerak perkembangannya
commit to user
masyarakat masa sekarang serta sebagai arah cita-cita masa depan. Faqih
Samiawi, Bunyamin Maftuh (2007:19) mengemukakan “Pada dasarnya
konsep-konsep dalam sejarah yang penting bagi IPS adalah: kesinambungan dan
perubahan (continuity and change), sebab akibat (cause and effect), masa lalu (the
past), dan pertentangan (conflict), dan nasionalisme (nationalism).”
Dari uraian para ahli tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa sejarah
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejadian-kejadian penting yang
telah terjadi di masa lampau, di mana kejadian-kejadian tersebut berpengaruh
terhadap kehidupan sekarang dan masa yang akan datang. Peristiwa perjuangan
kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu peristiwa atau kejadian penting bagi
bangsa Indonesia, karena menyangkut sejarah pembentukan Negara Indonesia
yang berdaulat. Karena peristiwa perjuangan kemerdekaan Indonesia merupakan
peristiwa yang penting bagi bangsa Indonesia, maka penyajian materi yang
menarik sangat diperlukan. Agar siswa dapat tertarik untuk mempelajari secara
mendalam mengenai sejarah pembentukan Negara Indonesia ini.
c. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Menurut Hidayati, Mujinem, Anwar Senen (2008:7) IPS merupakan
integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi
budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya.
Pengertian IPS menurut A.Dakir, Akhmad Arif Musadad, Wakino
(2005:7) adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala
dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan
atau satu perpaduan.
Sedangkan menurut Saidiharjo dalam Hidayati, Mujinem, Anwar Senen
(2008:7) IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari
sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi,
antropologi, politik.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu mata pelajaran yang mempelajari
commit to user
cabang ilmu sosial. Mata pelajaran IPS mulai diajarkan di kelas I sekolah dasar
sampai di tingkat perkuliahan.
d. Tujuan Pembelajaran IPS
Sama-sama kita ketahui bahwa semua mata pelajaran mempunyai tujuan,
demikian pula dengan pelajaran IPS. Menurut Fenton dalam A.Dakir, Akhmad
Arif Musadad, Wakino (2005:9) dikemukakan ada 3 tujuan IPS yaitu :
a. Mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik.
b. Mengajar anak didik berkemampuan berpikir.
c. Agar anak dapat melanjutkan kebudayaan bangsanya.
Menurut A.Dakir, Akhmad Arif Musadad, Wakino (2005:9) tujuan
Pembelajaran IPS di Indonesia
a. Aspek pengetahuan dan pemahaman
· Pemahaman tentang sejarah kebudayaan bangsa sendiri dan umat
manusia.
· Lingkungan geografis tempat manusia hidup serta interaksi antara
manusia dan lingkungan fisiknya.
· Cara manusia memerintah negaranya.
· Struktur kebudayaan dan cara hidup manusia di negara sendiri dan
di negara lain.
· Cara manusia membudayakan lingkungannya untuk menjamin
hidupnya dan mempertinggi kesejahteraan hidupnya.
· Pengaruh perkembangan IPTEK terhadap kehidupan manusia.
· Pengaruh pertambahan penduduk terhadap lingkungan fisik dan
sumber tenaga alam.
b. Aspek nilai dan sikap
· Mengakui dan menghormati sikap harkat manusia
· Mengakui dan menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.
commit to user
· Memupuk sikap toleransi sesama umat beragama.
· Menghormati perbedaan adat istiadat, kebudayaan setiap suku
bangsa dan bangsa lain.
· Bersikap positif terhadap bangsa dan negaranya, rela membangun
dan mempertahankannya.
· Menghormati milik orang lain dan milik bangsa.
· Memiliki sikap terbuka terhadap perubahan berdasarkan nilai-nilai
moral Pancasila.
c. Aspek keterampilan
· Kecakapan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi
· Keterampilan berfikir, menginterpretasi dan mengorganisir
informasi dari berbagai sumber.
· Kecakapan untuk meninjau informasi secara kritis, membedakan
antara fakta dan pendapat.
· Kecakapan untuk mengambil keputusan berdasarkan fakta dan
pendapat.
· Kecakapan dalam menggunakan metode pemecahan masalah.
· Keterampilan dalam membuat laporan dan membuat penelitian
sederhana.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa tujuan dari pendidikan IPS adalah membentuk anak didik
menjadi warga negara yang baik melalui pemerolehan pengetahuan, nilai sosial
maupun keterampilan hidup. Menjadikan anak didik pandai dalam hal
pengetahuan dan teknologi saja belum cukup, anak didik tersebut juga harus
mempunyai nilai sosial atau budi pekerti maupun keterampilan hidup. Hal ini
juga sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan oleh
commit to user
e. Hubungan Quantum Learning dan Pemahaman Perjuangan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Dari berbagai uraian para ahli di atas, penulis dapat menarik suatu
hubungan antara metode Quantum Learning dengan materi perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Materi perjuangan proklamasi kemerdekaan Indonesia
merupakan salah satu materi yang abstrak bagi siswa. Hal ini disebabkan karena
siswa tidak dapat merasakan dan mengalami sendiri peristiwa proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, materi mengenai perjuangan
kemerdekaan Indonesia kurang disenangi siswa. Untuk membangkitkan keinginan
siswa tersebut maka diperlukan penerapan metode Quantum Learning. Karena
metode Quantum Learning itu sendiri memiliki tujuan meningkatkan prestasi
belajar siswa sekaligus untuk menghidupkan kembali kegembiraan dan kecintaan
siswa dalam belajar. Selain itu, dengan konsep TANDURnya, metode Quantum
Learning mengajak siswa belajar dengan menciptakan pengalaman umum terlebih
dahulu mengenai materi proklamasi kemerdekaan Indonesia.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Adapun Penelitian Tindakan Kelas yang mungkin relevan dengan
Penelitian Tindakan Kelas yang akan peneliti laksanakan adalah:
1. Penelitian Tindakan Kelas yang sudah dilakukan oleh Saudara Hermawan
Widyastantyo dengan judul “Penerapan Metode Quantum Learning Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA (Sains) bagi Siswa Kelas V
SD Negeri Kebonsari Kabupaten Temanggung”
(http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/ view/5060/3631)
Dalam Penelitian Tindakan Kelas tersebut, Saudara Hermawan
Widyastantyo menuliskan hasil dan kesimpulan dalam abstraksinya sebagai
berikut :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Quantum Learning
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA (SAINS).
commit to user
dicapai antara siklus I (53,97), siklus II (65,74) peningkatan prosentase
11,77% dan siklus III (73,24) peningkatan prosentase 7,5%.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan dapat menjadi jembatan bagi
munculnya penelitian baru. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah
wawasan dalam dunia penelitian pendidikan agar mutu pendidikan di
Indonesia baik. (http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/
5060/3631)
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh saudara Hermawan
Widyastantyo dengan penelitian ini adalah metode pembelajaran yang
digunakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran. Metode Quantum
Learning yang digunakan saudara Hermawan ternyata dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Sedangkan perbedaannya adalah mata pelajaran yang
digunakan sebagai objek penelitian dan subjek penelitian. Saudara Hermawan
menggunakan metode Quantum Learning untuk meningkatkan hasil belajar
mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Kebonsari Kabupaten
Temanggung.
2. Penelitian Tindakan Kelas yang sudah dilakukan oleh saudara Sarifah
Nurhasanah dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD Untuk Meningkatkan Pemahaman Peristiwa Proklamasi Indonesia
Dalam Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Pereng Karanganyar
Tahun Pelajaran 2009/2010” (http://digilib.uns.ac.id)
Dalam Penelitian Tindakan Kelas tersebut, Saudara Sarifah
Nurhasanah menuliskan hasil dan kesimpulannya bahwa melalui penerapan
model pembelajaran koopeartif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman
peristiwa proklamasi Indonesia pada siswa kelas V SD 01 Pereng Kecamatan
Mojogedang Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010. Hal tersebut
ditunjukkan dengan nilai rerata hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada
kondisi awal 51%, siklus I sebesar 69.50% dan pada siklus II sebesar 88.50%.
Rerata pemahaman peristiwa Proklamasi Indonesia pada kondisi awal 51%