• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 2011"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

MATERI PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA

PADA MATA PELAJARAN IPS

SISWA KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

AGUNG SUSANTO

X 7108605

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

MATERI PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA

PADA MATA PELAJARAN IPS

SISWA KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh : AGUNG SUSANTO

X 7108605

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI PERJUANGAN

KEMERDEKAAN INDONESIA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA

KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2010/2011 ”

Disusun Oleh :

Nama : Agung Susanto

NIM : X7108605

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Hadi Mulyono, M.Pd

NIP 19561009 198012 1 001

Pembimbing II

Dra. Hadiyah, M.Pd

NIP 19580727 198503 2 003

Ketua Program

Drs. Kartono, M.Pd.

(4)

commit to user PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI PERJUANGAN

KEMERDEKAAN INDONESIA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA

KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2010/2011 ” telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : ………

Tanggal : ………

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Kartono, M.Pd. ……….

Sekretaris : Drs. Usada, M.Pd. ……….

Anggota I : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd ……….

Anggota II : Hadiyah, S.Pd, M.Pd ……….

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

(5)

commit to user ABSTRAK

Agung Susanto. Penggunaan Metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SDN Ngoresan Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam mata pelajaran IPS melalui metode Quantum Learning pada siswa kelas V SD Negeri Ngoresan Surakarta.

Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Dalam penelitian ini terbagi menjadi dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Ngoresan Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, dokumentasi dan studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik model interaktif.

(6)

commit to user ABSTRACT

Agung Susanto : THE USE OF QUANTUM LEARNING METHODS TO IMPROVE THE UNDERSTANDING OF INDONESIA INDEPENDENCE

STRUGGLE MATERIAL ON SOCIAL SCIENCE AMONG 5th GRADE SD

NEGERI NGORESAN OF SURAKARTA REGENCY OF 2010/2011 ACADEMIC YEAR. Minithesis, Surakarta : Teaching Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta, May 2011.

Purpose of the research is to improve the understanding of Indonesian independence struggle material on social science through Quantum Learning among 5th grade SD Negeri Ngoresan Surakarta regency of 2010/2011 academic year.

Methods research approach used was Classroom Action Research is the research conducted by teachers in the classroom where teaching, with emphasis on the enhancement or improvement practices and learning processes in the Social Sciences. In this study divided into two cycles, each cycle consisting of two meetings. The subjects of this study among 5th grade SD Negeri Ngoresan of Surakarta Regency of 2010/2011 academic years. Data collection techniques used was observation, tests, documentation and literature. Data analysis technique used is the technique of interactive models.

(7)

commit to user MOTTO

“Allah meninggikan orang yang beriman diantaranya kamu dan

orang-orang yang diberi Ilmu Pengetahuan.” (Q.S. Al Mujahadah : 11)

Semakin tinggi kemampuan yang kita miliki, semakin besar pula tanggung

(8)

commit to user PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Kedua orang tuaku, Bp. Suwardi dan Ibu

Tumiyem yang tersayang, yang selalu

memberi motivasi, nasehat, dan dukungan

kepada peneliti.

2. Kakak-kakakku yang selalu memberi

dukungan kepada peneliti.

3. Dosen pembimbingku Bp Hadi Mulyono dan

Ibu Hadiyah yang telah memberi bimbingan.

4. Sahabat-sahabatku yang tidak dapat peneliti

sebutkan satu per satu.

5. Teman-temanku seperjuangan jurusan S1

Kualifikasi PGSD angkatan 2008.

6. Bapak Ibu Guru SD Negeri Ngoresan yang

selalu memberi dukungan dan nasehat kepada

(9)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat

dan hidayahNya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu

Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Dalam kesempatan ini penulis akan mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Pihak-pihak

tersebut adalah :

1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan ijin penyusunan skripsi ini.

2. Drs. Indianto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan FKIP Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberi ijin penyusunan ini.

3. Drs. Kartono, M.Pd., selaku Ketua Program PGSD Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberi ijin untuk penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberi arahan

dan bimbingan kepada penulis.

5. Dra. Hadiyah, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberi arahan dan

bimbingan kepada penulis.

6. Enie Jatmikaningtyastuti, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SDN Ngoresan yang

telah memberi ijin penelitian ini.

7. Bapak Ibu Guru SDN Ngoresan Surakarta yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini.

8. Teman-teman S1 Kualifikasi PGSD angkatan 2008 yang telah memberikan

semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Seseorang yang telah memberikan semangat, motivasi, dan selalu

menemaniku setiap hari meski hanya lewat sms, yaitu Dik Barid Sholihah.

10. Semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan baik moril maupun

(10)

commit to user

Akhirnya penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini belum

mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan para pembaca

pada umumnya.

Surakarta, Mei 2011

(11)

commit to user

b. Pengertian Metode Quantum Learning ... 11

c. Pelaksanaan Metode Quantum Learning ... 13

(12)

commit to user

2. Tinjauan Pemahaman Perjuangan Kemerdekaan ... 24

a. Pengertian Pemahaman ... 24

b. Pengertian Konsep Perjuangan Kemerdekaan ... 25

c. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 27

d. Tujuan Pembelajaran IPS ... 27

e. Hubungan Metode Quantum Learning dan Pemahaman Perjuangan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ……… 29

B. Hasil Penelitian Yang Relevan... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Tempat Penelitian ... 43

B. Deskripsi Kondisi Awal ... 44

C. Deskripsi Hasil Siklus I ... 46

D. Deskripsi Hasil Siklus II ... 55

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ... 68

B. Implikasi ... 69

C. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(13)

commit to user DAFTAR TABEL

... Halaman

Tabel 1. Rata-Rata Nilai Anak Sebelum Tindakan ... 3

Tabel 2. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas ... 35

Tabel 3. Frekuensi Nilai Persiapan Kemerdekaan Indonesia Siswa Sebelum

Tindakan ... 45

Tabel 4. Perbandingan Hasil Tes Sebelum dengan Tindakan Siklus I ... 50

Tabel 5. Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Persiapan Kemerdekaan

Indonesia Pada Siklus I ... 50

Tabel 6. Perbandingan Nilai Siklus I dengan Nilai Siklus II ... 60

Tabel 7. Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Persiapan Kemerdekaan

Indonesia Pada Siklus II ... 60

Tabel 8. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan Sampai Siklus

II ... 65

Tabel 9. Perbandingan Nilai Mata Pelajaran IPS dengan Mata Pelajaran

Lain ... 75

Tabel 10.Daftar Nilai Materi Pemahaman Persiapan Kemerdekaan Sebelum

Tindakan ... 77

Tabel 11.Daftar Nilai Materi Pemahaman Persiapan Kemerdekaan Siklus I .. 92

(14)

commit to user DAFTAR GAMBAR

... Halaman

Gambar 1. Bagan Pelaksanaan PTK ... 33

Gambar 2. Skema Teknik Model Interaktif ... 38

Gambar 3. Proses Siklus I – II ... 42

Gambar 4. Grafik Nilai Sebelum Tindakan ... 45

Gambar 5. Grafik Nilai Siklus I ... 51

Gambar 6. Grafik Nilai Siklus II ... 61

(15)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam usaha

pembangunan suatu negara. Karena dengan pendidikan yang baik, segala bentuk

pembangunan fisik dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Oleh karena itu,

memberikan pendidikan yang layak sudah menjadi tujuan Negara Indonesia sejak

negara ini merdeka dari penjajahan. Hal ini sudah dicantumkan dalam pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke 4, yaitu dalam kalimat

Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Kalimat mencerdaskan kehidupan bangsa memiliki arti bahwa Negara

Indonesia mempunyai tekad untuk membangun masyarakat yang cerdas. Cerdas

di sini tentunya tidak hanya cerdas dalam segi intelektualitas, tetapi juga cerdas

interpersonal. Dalam membangun masyarakat yang cerdas tentunya dapat dicapai

melalui pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas berawal dari

sistem pendidikan yang baik. Jika sistem pendidikan nasional sudah baik, maka

pendidikan juga akan baik sehingga akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat

suatu negara.

Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah sebuah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

(16)

commit to user

Untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia, pemerintah sudah banyak

melakukan berbagai perbaikan, mulai dari penyesuaian kurikulum agar sesuai

dengan perkembangan jaman, penyediaan sarana dan prasarana, menetapkan

undang-undang tentang sistem pendidikan nasional, hingga yang terakhir dengan

meningkatkan kinerja guru melalui program sertifikasi guru-guru professional.

Meskipun sudah begitu banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk

meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, tetapi usaha-usaha tersebut belum

dapat dijalankan secara maksimal. Sebagai contoh, program sertifikasi guru

bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru dan kesejahteraan guru.

Tetapi usaha pemerintah tersebut belum diimbangi dengan pengawasan yang

ketat. Akibatnya profesionalisme dan kinerja guru belum meningkat secara

maksimal.

Kinerja guru yang diharapkan setelah adanya program sertifikasi adalah

menjadi guru yang kreatif dalam mengorganisir proses pembelajaran, menjadi

guru yang mau mencurahkan segala ide dan gagasannya untuk kemajuan

pendidikan, maupun guru yang memiliki semangat kerja yang tinggi. Guru yang

kreatif dalam mengorganisir proses pembelajaran berarti guru yang cakap

menerapkan beberapa metode mengajar, memanfaatkan lingkungan sekitar

sebagai media pembelajaran maupun menciptakan kegiatan pembelajaran yang

menarik dan tidak membosankan.

Menjadikan kegiatan pembelajaran sebagai kegiatan yang menarik

memang sudah menjadi kewajiban guru. Guru tidak hanya diwajibkan untuk

menguasai materi pembelajaran, tetapi juga bertugas untuk mensiasati proses

pembelajaran menjadi kegiatan yang menarik, sehingga dapat memotivasi

siswa-siswa untuk lebih giat belajar. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan lain,

kegiatan pembelajaran yang seharusnya berlangsung secara menarik, penuh

aktivitas siswa, kreativitas siswa, dan sifat keingintahuan yang menggebu hilang.

Yang ada hanyalah kelas pasif dimana hanya terjadi penyampaian informasi dari

(17)

commit to user

Hal semacam ini juga terjadi di pembelajaran kelas V SD Negeri

Ngoresan No. 80 Jebres, Surakarta, khususnya pada pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah

satu mata pelajaran yang diajarkan di SD, mulai dari kelas I sampai kelas VI. Ilmu

Pengetahuan Sosial ( IPS ) merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu,

sehingga materinya sangat kompleks dan beragam.

Materi-materi yang dipelajari di kelas V, khususnya pada semester II

lebih banyak membahas mengenai peristiwa di sekitar proklamasi kemerdekaan

Indonesia, baik sebelum maupun sesudah proklamasi. Materi perjuangan

proklamasi kemerdekaan Indonesia biasanya disampaikan guru melalui kegiatan

ceramah atau bercerita. Materi tersebut akan menjadi materi yang membosankan

apabila guru kurang pandai dalam bercerita. Hal ini disebabkan materi ini

termasuk materi yang abstrak bagi siswa, karena siswa tidak dapat melihat dan

mengalami sendiri peristiwa proklamasi tersebut. Siswa hanya mendengar cerita

dan membayangkan bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Sehingga apabila hal

tersebut berlangsung secara terus menerus, siswa akan mengalami kesulitan untuk

memahami peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Kesulitan pemahaman siswa terhadap materi perjuangan proklamasi

sudah terlihat setelah diadakan tes awal. Dari 51 siswa kelas V, jumlah siswa yang

dapat mencapai KKM hanya 39%. Hal ini tampak dalam tabel nilai rata-rata siswa

kelas V di bawah ini.

Tabel 1. Rata-Rata Nilai Anak Sebelum Tindakan

Keterangan Tes Awal

Nilai Terendah 35

Nilai Tertinggi 75

Nilai Rata-Rata Kelas 56,57

(18)

commit to user

Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai di Atas KKM 20 siswa

Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai di Bawah KKM 31 siswa

Siswa yang Mencapai KKM 39%

Dengan melihat tabel 1 di atas, kita dapat mengetahui bahwa tingkat

ketuntasan kegiatan pembelajaran masih sangat rendah. Nilai tersebut diperoleh,

ketika guru terlalu banyak mengajar dengan menggunakan metode ceramah.

Rendahnya nilai rata-rata mata pelajaran IPS disebabkan oleh beberapa faktor.

Salah satunya, dikarenakan metode yang digunakan guru untuk menyampaikan

bahan ajar kurang menggugah minat belajar siswa. Hampir di setiap proses

pembelajaran, guru menggunakan metode ceramah. Metode ini paling sering

digunakan karena metode ceramah menghemat waktu kegiatan pembelajaran,

sangat praktis dalam penggunaannya dan mudah dalam mempersiapkannya.

Tetapi perlu diingat, meskipun memiliki beberapa keuntungan, metode

ceramah juga memiliki banyak kekurangan. Jika digunakan dalam waktu yang

lama, siswa akan mengalami kebosanan, apalagi jika guru yang mengajar kurang

komunikatif. Hal seperti ini terlihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran,

seperti mengantuk, bercanda dengan teman satu meja, bermain bolpen maupun

membuat lelucon ketika pelajaran berlangsung. Aktivitas murid seperti ini, tidak

sepenuhnya merupakan kesalahan murid, karena guru juga berperan dalam

aktivitas-aktivitas negatif siswa selama pembelajaran.

Permasalahan seperti ini harus segera diatasi, karena materi pada

kompetensi dasar 2.2 menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam

mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, merupakan materi yang berkaitan

dengan materi yang lain. Sehingga untuk mempelajari materi berikutnya, siswa

harus terlebih dahulu paham dengan materi saat ini. Apabila guru tidak segera

mengatasi permasalahan ini, dan permasalahan yang sama terus berlanjut, maka

dapat dikatakan pembelajaran pada materi perjuangan proklamasi kemerdekaan

Indonesia dapat dikatakan gagal. Kegagalan pembelajaran dalam jangka pendek

(19)

commit to user

bagian kecil dalam kegagalan pembelajaran, Ada hal yang lebih penting, yaitu

gagalnya pendidikan dalam menciptakan manusia yang berkualitas. Berkualitas

dalam hal ilmu pengetahuan maupun sikap mental yang tidak menyimpang dari

nilai-nilai sosial maupun agama.

Untuk menciptakan manusia yang berkualitas, pemerintah memasukkan

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ke dalam kurikulum pendidikan. Karena

menurut E. Mulyasa ( 2007 : 125-126 ) mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta

didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang

berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. (2) memiliki

kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,

memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. (3) Memiliki

komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. (4)

Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional maupun global.

Selain itu, dalam mata pelajaran IPS juga dimasukkan materi mengenai

nilai-nilai kepahlawanan yang syarat akan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

Nilai-nilai kepahlawanan tersebut salah satunya terdapat dalam kompetensi dasar

persiapan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam kompetensi dasar tersebut,

terdapat nilai-nilai sosial yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh pejuang

kemerdekaan yang rela berkorban berjuang demi kemerdekaan Indonesia.

Sehingga dengan mempelajari materi tersebut, diharapkan siswa dapat

mengambil nilai-nilai sosial tersebut dan mempraktikkannya dalam kehidupan

sehari-hari. Hanya saja, terkadang nilai-nilai tersebut tidak mampu dimunculkan

oleh guru karena kurang kreatifnya guru dalam menggunakan metode

pembelajaran. Misalnya saja selalu menggunakan metode ceramah dalam kegiatan

belajar siswa.

Melihat kenyataan tersebut, maka dalam proses pembelajaran, khususnya

pada mata pelajaran IPS perlu diterapkan metode pengajaran yang dapat

(20)

commit to user

dan dapat meningkatkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Sehingga jika

ketiga hal tersebut dapat terlaksana, diharapkan hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran IPS juga akan meningkat.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan, meningkatkan aktifitas siswa, meningkatkan

pemahaman siswa, sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa adalah metode

Quantum Learning. Seperti yang disampaikan Bobby DePorter dan Mike

Hernacki (2008: 14) bahwa “ …Quantum Learning – seperangkat metode dan

falsafah belajar yang telah terbukti efektif di sekolah dan bisnis bekerja…untuk

semua tipe orang, dan segala usia”. Melalui Quantum Learning siswa akan diajak

belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga

diharapkan siswa dapat lebih termotivasi untuk belajar.

Metode Quantum Learning sebagai salah satu alternatif dalam

pembelajaran IPS yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman

dan menyenangkan. Siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai

pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga diharapkan dapat tumbuh berbagai

kegiatan belajar siswa. Dalam Quantum Learning, siswa tidak hanya mempelajari

materi-materi pelajaran tetapi juga bagaimana cara belajar yang baik. Seperti yang

disampaikan Bobby dan Hernacki (2008: 8) bahwa “ … seperti halnya di sekolah

bisnis, kami mengajarkan kepada para siswa tentang keterampilan-keterampilan

how-to-learn dalam mencatat, menghafal, membaca dengan cepat, menulis, dan

berpikir kreatif”. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam kesempatan ini peneliti

akan menggunakan metode Quantum Learning untuk pembelajaran IPS kelas V di

SD Negeri Ngoresan No. 80 Surakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti

(21)

commit to user

1. Penggunaan metode ceramah secara terus menerus tidak dapat

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi perjuangan

kemerdekaan Indonesia.

2. Pembelajaran pada materi persiapan kemerdekaan Indonesia belum

menggunakan metode inovatif atau metode Quantum Learning.

3. Guru kurang kreatif dalam melaksanakan pembelajaran, khususnya dalam

penggunaan metode pembelajaran yang berhubungan dengan materi

perjuangan kemerdekaan Indonesia.

4. Hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya

pada kompetensi dasar perjuangan kemerdekaan Indonesia siswa masih

rendah.

5. Siswa kesulitan dalam pemahaman dan hafalan materi perjuangan

kemerdekaan Indonesia.

6. Siswa kurang termotivasi untuk belajar Ilmu Pengetahuan Sosial,

khususnya materi tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia.

7. Sarana dan prasarana serta media pembelajaran kurang mendukung proses

pembelajaran, khususnya pembelajaran IPS materi tentang perjuangan

kemerdekaan Indonesia.

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini dititikberatkan pada :

1. Penggunaan metode Quantum Learning pada pembelajaran kelas V SDN

Ngoresan Surakarta, untuk menciptakan kegiatan belajar yang

menyenangkan agar anak tidak merasa terbebani untuk mempelajari materi

pelajaran.

2. Pemahaman siswa terhadap materi perjuangan kemerdekaan Indonesia

pada siswa kelas V SDN Ngoresan Surakarta.

(22)

commit to user

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat ditentukan

rumusan permasalahan sebagai berikut :

Apakah penggunaan metode Quantum Learning dapat meningkatkan

pemahaman terhadap materi perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam

mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri Ngoresan Surakarta ?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penelitian

ini bertujuan untuk :

Meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia

dalam mata pelajaran IPS melalui metode Quantum Learning pada siswa

kelas V SD Negeri Ngoresan Surakarta.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan

memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah sebagai suatu

sistem pendidikan yang mendukung peningkatan proses belajar dan mengajar

siswa.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi atau

memperkaya khasanah keilmuan tentang metode-metode pembelajaran bagi anak

(23)

commit to user

nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan

berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi siswa

1) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi perjuangan persiapan

kemerdekaan Indonesia sehingga prestasi akademik dan sikap siswa dapat

menjadi lebih baik.

2) Nilai-nilai perjuangan para pahlawan dalam persiapan kemerdekaan

Indonesia dapat menjadi contoh atau suri tauladan bagi siswa.

b. Bagi Guru

1) Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan metode Quantum Learning

sebagai metode pembelajaran.

2) Guru lebih termotivasi untuk menerapkan strategi pembelajaran yang lebih

bervariasi, sehingga materi pelajaran akan lebih menarik.

3) Nilai-nilai perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia dapat menjadi

inspirasi bagi guru untuk meningkatkan totalitas dalam bekerja.

c. Bagi sekolah

Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan

(24)

commit to user BAB II

KAJIAN TEORI

Dalam kajian teori ini, peneliti akan membahas beberapa hal yang

berkaitan dengan penelitian yang hendak dilaksanakan, yaitu: 1) Tinjauan pustaka

yang berisi tinjauan tentang metode Quantum Learning, pengertian pemahaman,

pengertian perjuangan kemerdekaan, pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial, 2)

Kerangka berfikir, dan 3) Rumusan hipotesis.

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Metode Quantum Learning

a. Pengertian Metode

Dalam setiap kegiatan pembelajaran, metode adalah hal yang tidak dapat

dipisahkan. Penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi bahan

ajar dan karakteristik siswa akan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan. Nana Sudjana (1995 :76) mengungkapkan bahwa metode

mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengandalkan hubungan

dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.

Menurut Sagala dalam Ruminiati (2007:2-3), metode adalah cara yang

digunakan oleh guru/siswa dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data dan

konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi.

Sedangkan Akhmad Sudrajat dalam tulisannya menyatakan bahwa metode

pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata

dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode

pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi

pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi;

(5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9)

simposium, dan sebagainya, (http://www.psb-psma.org).

Dari berbagai pernyataan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

(25)

commit to user

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dalam memilih metode pembelajaran, guru harus

mempertimbangkan berbagai kriteria, dan harus disesuaikan dengan materi

pembelajaran dan kondisi, agar apa yang akan dicapai dalam tujuan pembelajaran

dapat tercapai.

Terdapat beberapa kriteria yang bisa dijadikan acuan dalam pemilihan

metode pembelajaran Walter E. Sistrunk dan Robert C Maxson dalam Abdul Aziz

Wahab (2007-85) antara lain:

1. The nature of the topic determines methods to some degree.

2. The needs of students and the class are the mayorfactor in identifying the

proper methodology.

3. Variety is a factor in selecting methods. Learning takes place when there is

interest.

4. Individual, small-group, and large group experience should be provided.

Yang artinya adalah :

1. Materi pokok menentukan tingkatan suatu metode.

2. Kebutuhan siswa dan kelas adalah faktor utama dalam penentuan metode yang

tepat.

3. Keanekaragaman adalah faktor dalam pemilihan metode. Belajar diawali

adanya ketertarikan.

4. Pengalaman individu, kelompok kecil, kelompok besar dapat diperoleh.

b. Pengertian Metode Quantum Learning

Kata Quantum Learning berasal dari dua kata yaitu quantum dan

learning. Definisi Quantum, menurut Stephen Hawking, ahli fisika adalah suatu

unit terkecil yang gelombangnya bisa memancarkan atau menyerap energi,

(http://www.eftindonesia.com). Sedangkan arti kata learning itu sendiri menurut

menurut John M. Echols dan Hassan Shadily (2003: 352) adalah pengetahuan.

Quantum Learning is powerful and engaging teaching and learning

methodology that integrates best educational practices into a unified whole. This

(26)

commit to user

has been proven to increase academic achievement and improve student’s

attitudes towards the learning process. These integrated, comprehensive

programs turn abstract theory into practical applications that can be used

immediately in the classroom,(www.qln.com). Yang dapat diartikan Pembelajaran

Quantum adalah metode belajar mengajar yang menarik dan berkarakter yang

disatukan ke dalam praktik pendidikan yang terbaik. Metode ini menjalankan

secara bersama-sama proses pembelajaran antara teori dan praktik. Metode ini

telah membuktikan dapat meningkatkan prestasi akademik dan memperbaiki

sikap siswa terhadap pembelajaran. Ini program yang lengkap, menyatu,

penerapan sederhana dari teori ke dalam praktik, yang dapat digunakan segera di

dalam ruang kelas.

Menurut Porter dan Hernacki (2008: 14) Quantum Learning adalah

seperangkat metode dan falsafah belajar yang telah terbukti efektif di sekolah dan

bisnis bekerja…untuk semua tipe orang, dan segala usia. Quantum Learning

didefinisikan sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”.

Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum

adalah Massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan Energi. Atau sudah

biasa dikenal dengan E=mc². Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai

pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya; interaksi, hubungan,

inspirasi agar menghasilkan energi cahaya (Porter dan Hernacki, 2008: 16).

Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang

pendidik yang berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang

disebut sebagai “Suggestology” atau “Suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa

sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa

pun memberikan sugesti positif ataupun negatif, ada beberapa teknik yang dapat

digunakan untuk memberikan sugesti positif yaitu mendudukkan murid secara

nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu,

menggunakan media pembelajaran untuk memberikan kesan besar sambil

menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih. (Porter dan

(27)

commit to user

Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa metode Quantum

Learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang mengedepankan

suasana yang menyenangkan selama pembelajaran. Baik melalui penataan kelas,

penggunaan berbagai media maupun pemberian sugesti atau motivasi positif.

Metode Quantum Learning bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

sekaligus untuk menghidupkan kembali kegembiraan dan kecintaan siswa dalam

belajar. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam keefektifan

pembelajaran adalah perasaan senang dari siswa itu sendiri. Seperti yang

disampaikan oleh Hernowo ( 2007:17) bahwa “Dan penciptaan kegembiraan ini

jauh lebih penting ketimbang segala teknik atau metode atau medium yang

mungkin dipilih untuk digunakan”.

c. Pelaksanaan Metode Quantum Learning

Menurut De Porter dan Hernacki (2008: 16) Quantum Learning

menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP (Program

neurolinguistik) dengan teori, keyakinan dan metode kami sendiri. Termasuk

diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain

seperti:

1) Teori otak kanan atau kiri

Proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear, dan rasional.

Sisi ini sangat teratur. Walaupun berdasarkan realitas, ia mampu melakukan

penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas

teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi, auditorial, menempatkan

detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme.

Cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik.

Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat

nonverbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenan dengan

perasaan (merasakan kehadiran suatu benda atau orang), kesadaran spasial,

pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan

(28)

commit to user

Kemampuan otak kanan dan otak kiri sangatlah berbeda, sehingga jika

kita hanya memanfaatkan kemampuan salah satu bagian otak, maka hasilnya

tidak akan maksimal. Tetapi jika kita mampu memanfaatkakn kedua belah otak

tersebut, maka hasilnya akan maksimal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Irwan Widiatmoko (2008: 19) bahwa otak manusia akan optimal jika otak

kanan dan kirinya seimbang… . Pada umumnya manusia, khususnya di

Indonesia lebih cenderung menggunakan otak kiri saja, terutama dalam

mengingat. Ini sesuai dengan penelitian di Habibie Center bahwa hanya tiga

persen penggunaan otak kanan di Indonesia.

2) Teori otak 3 in 1

Irwan Widiatmoko (2008: 17) mengemukakan bahwa otak manusia

terdiri dari tiga bagian utama yaitu Neocortex, Limbic System, dan Reptilian

Complex. Dan berikut ini adalah fungsi dari bagian-bagian tersebut :

Reptilian Complex: Bagian otak dekat dengan bagian atas leher disebut

juga otak reptile, karena mirip dengan otak reptile berdarah dingin. Ia

mengendalikan sebagian besar fungsi naluriah tubuh, seperti bernafas.

Limbic System: Disebut juga otak mamalia tua yang mirip dengan otak

mamalia berdarah panas lainnya. Ia mengendalikan emosi, seksualitas, dan

berperanan penting dalam memori.

Neocortec: Otak ini digunakan untuk berpikir, berbicara, melihat,

mendengar, dan mencipta.

Hal itu juga diperkuat oleh para ahli lainnya. DePorter dan Hernacki

(2008:26) mengutarakan bahwa Otak anda mempunyai tiga bagian dasar :

batang atau “otak reptile”, sistem limbik, atau “otak mamalia”, dan neokorteks.

Seorang peneliti, Dr. Paul MacLean, menyebutnya “ otak triune” karena terdiri

dari tiga bagian, masing-masing berkembang pada waktu yang berbeda dalam

sejarah evolusi kita.

Ketiga bagian tersebut mempunyai struktur saraf tertentu dan mengatur

tugas masing-masing. Fungsi masing-masing bagian otak tersebut adalah:

(29)

commit to user

· Fungsi motor sensorik

· Kelangsungan hidup

· “Hadapi atau lari”

2. Sistem limbik atau otak mamalia

· Perasaan/emosi

· Memori

· Bioritmik

· Sistem kekebalan

3. Neokorteks atau otak berpikir

· Berpikir intelektual

· Penalaran

· Perilaku waras

· Bahasa

· Kecerdasan yang lebih tinggi

3) Pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinetik).

DePorter dan Hernacki (2008:112) berpendapat bahwa Pada awal

pengalaman belajar, salah satu di antara langkah-langkah pertama kita adalah

mengenali modalitas seseorang sebagai modalitas visual, auditorial, atau

kinestetik ( V-A-K ). Seperti yang diusulkan istilah-istilah ini, orang visual

belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukannya melaui

apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak dan

sentuhan. Walaupun masing-masing dari kita belajar dengan menggunakan

keriga modalitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung

pada salah satu di antara ketiganya.

Dengan mengetahui gaya belajar masing-masing siswanya, akan lebih

mempermudah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Guru dapat

mengatasi berbagai hambatan yang dialami siswa mengenai kemampuan

memahami pelajaran.

W. Nugroho (2007: 121-127) mengemukakan berbagai ciri gaya belajar:

(30)

commit to user

oMampu mengingat dengan baik materi yang telah didiskkusikan di kelas

maupun dalam kelompok.

oMengenal banyak lagu, misalnya lagu dari iklan radio ataupun televise dan

mampu menirukannya dengan tepat.

oSangat gemar berbicara.

oKurang suka apabila diberi tugas untuk membaca.

oKurang baik dalam mengerjakan tugas mengarang ataupun menulis.

oKurang begitu memperhatikan hal-hal baru di lingkungan sekitarnya.

2. Ciri-ciri gaya belajar tipe visual :

oSelalu berusaha melihat bibir guru ataupun orang yang sedang berbicara

(menyampaikan materi pelajaran).

oSaat menemukan sebuah petunjuk mengenai sesuatu hal yang harus

dilakukannya, biasanya ia akan melihat teman-temannya terlebih dahulu

baru kemudian turut bergerak.

oKurang menyukai untuk bicara di depan kelompok dan kurang suka

mendengarkan orang berbicara.

oCenderung menggunakan gerak tubuh untuk mengungkapkan sesuatu

(untuk menggantikan penggunaan kata-kata untuk mengekspresikan

sesuatu hal).

oKurang bias mengingat informasi yang diberikan secara lisan.

oLebih menyukai pembelajaran dengan menggunakan peragaan dari pada

penjelasan secara lisan.

oDapat duduk dengan tenang dalam situasi lingkungan yang ramai dan

bising tanpa merasa terganggu.

3. Ciri-ciri gaya belajar tipe kinestetik :

oSenang menyentuh segala sesuatu (benda) yang dijumpainya.

oTidak suka berdiam diri.

oSenang mengerjakan segala sesuatu dengan menggunakan tangannya.

oMemiliki koordinasi tubuh yang sangat baik.

(31)

commit to user

oSulit mempelajari hal-hal yang abstrak, seperti symbol matematika atau

peta.

oCenderung agak tertinggal dengan teman sekelasnya karena ada

ketidakcocokan antara gaya belajarnya dengan metode pengajaran yang

lazim digunakan di kelas.

4) Teori kecerdasan ganda

DePorter, Reardon, Nourie (2007:96) mengemukakan multi kecerdasan

dengan istilah SLIM-n-BIL, yaitu :

1. Spasial-Visual yaitu berpikir dalam citra gambar.

2. Linguistik-Verbal yaitu berpikir dalam kata-kata.

3. Interpersonal yaitu berpikir lewat berkomunikasi dengan orang lain.

4. Musikal-Ritmik yaitu berpikir dalam irama dan melodi.

5. Naturalis yaitu berpikir dalam acuan alam.

6. Badan-Kinestetik yaitu berpikir melalui sensasi dan gerakan fisik.

7. Intrapersonal yaitu berpikir secara reflektif.

8. Logis-Matematis yaitu berpikir dengan penalaran.

5) Pendidikan holistic (menyeluruh)

Pendidikan secara holistic berarti pendidikan tersebut tidak hanya

terbatas pada kegiatan di lingkungan kelas saja dengan mempelajari

materi-materi pelajaran. Pendidikan menyeluruh mencakup ruang lingkup yang luas

seperti penataan ruang, penataan kesiapan siswa secara fisik dan mental. Selain

itu dalam pendidikan tersebut juga harus melibatkan lingkungan sekitar.

Berbicara mengenai lingkungan sekitar, lingkungan merupakan salah

satu faktor utama yang mempengaruhi perkembangan anak. Secara garis besar,

ada tiga klasifikasi lingkungan perkembangan utama yang lajim dikenal, yakni

lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam konteks pendidikan, tiga

macam lingkungan tersebut dikenal sebagai tripusat pendidikan (Conny R.

Semiawan, 1999:195).

6) Belajar berdasarkan pengalaman

Menurut DePorter, Reardon, Nourie (2007:10) belajar berdasarkan

(32)

commit to user

1. Tumbuhkan yaitu menumbuhkan minat

2. Alami yaitu menciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti

semua pelajar

3. Namai yaitu menyediakan kata kunci, konsep, rumus, strategi

4. Demonstrasikan yaitu menyediakan tempat untuk menunjukkan

bahwa mereka tahu

5. Ulangi yaitu menunjukkan cara pelajar untuk mengulang materi

6. Rayakan yaitu pengakuan untuk penyelesaian , partisipasi, dan

pemerolehan keterampilan dan pengetahuan.

7) Belajar dengan simbol (Metaphoric Learning).

Di dalam pembelajaran, penggunaan media atau alat peraga sangat

membantu siswa dalam pemahaman materi. Hal ini seperti yang disampaikan

DePorter, Reardon, Nourie (2007:67) bahwa “Sebuah gambar lebih berarti

daripada seribu kata. Jika Anda menggunakan alat peraga dalam situasi belajar,

akan terjadi hal yang menakjubkan. Bukan hanya mengawali proses belajar

dengan cara merangsang modalitas visual, alat peraga juga secara harfiah

menyalakan jalur saraf seperti kembang api di malam Lebaran.

8) Simulasi / permainan.

Permainan akan sangat membantu siswa dalam menciptakan motivasi

untuk selalu belajar dan peningkatan kemampuan pemahaman siswa. Hal tersebut

disebabkan karena permainan dapat menimbulkan kesenangan bagi siswa.

Sehingga jika siswa sudah senang diharapkan prestasi siswa juga akan meningkat.

Adapun langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran

melalui konsep Quantum Learning dengan cara:

1) Kekuatan Ambak

Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental

antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan (De Potter dan Hernacki,

2008: 49). Motivasi sangat diperlukan dalam berbagai kegiatan, termasuk

dalam belajar, karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar

(33)

commit to user

memberi penjelasan tentang manfaat apa saja setelah mempelajari suatu materi

dan dihubungkan pada dunia nyata.

Motivasi itu sendiri dipengaruhi oleh dua faktor,yaitu faktor internal dan

eksternal. Menurut Conny R. Semiawan (1999: 294) “ Adalah disadari bahwa

diantara faktor internal dan eksternal, faktor internallah yang memiliki

sumbangan yang besar bagi terciptanya kegiatan belajar mengajar yang efektif

serta hasil pendidikan yang memuaskan. Adapun salah satu faktor psikologis

yang sangat potensial untuk mendukung keterlibatan siswa dalam kegiatan

pembelajaran adalah motivasi kompetensi dan berprestasi.

2) Penataan lingkungan belajar

Dalam proses belajar dan mengajar, penataan lingkungan sangat

diperlukan, karena dapat membuat siswa merasa betah dalam belajarnya.

Selain itu, dengan penataan lingkungan akan memudahkan dalam

mengembangkan dan mempertahankan sikap positif. Penataan lingkungan yang

baik meliputi perabotan, pencahayaan, iringan musik (instrument),

poster/gambar/papan pajangan(visual), penempatan persediaan, temperatur,

tanaman, kenyamanan, suasana hati secara umum.

Dalam penataan lingkungan belajar, khususnya untuk lingkungan fisik,

tidak selalu sama dalam setiap pembelajaran, tergantung pada tujuan yang

ingin dicapai. Sunaryo Kartadinata dan Nyoman Dantes (1997: 87)

menjelaskan “ Manajemen kelas yang baik terarah kepada upaya pencegahan

munculnya perilaku bermasalah, dan penataan lingkungan fisik merupakan

unsur penting dalam manajemen kelas. Penataan kelas akan mempengaruhi

keterlibatan dan partisipasi peserta didik, dan penataan secara fisik harus

sejalan dengan tujuan pembelajaran”.

Khusus untuk iringan musik itu sendiri menurut W. Nugroho (2007: 77)

menyatakan, “Musik klasik adalah pilihan yang cocok bagi seseorang yang

ingin meningkatkan daya konsentrasi”. Dengan memperhatikan pendapat

tersebut, kita dapat mengetahui bahwa tidak semua jenis musik dapat

digunakan sebagai iringan dalam belajar anak. Misalnya saja musik yang dapat

(34)

commit to user 3) Memupuk sikap juara

Hambatan dominan yang ada dalam diri siswa adalah tidak adanya sikap

juara. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah komentar

negatif dari orang-orang sekitar. Hal ini diperkuat oleh DePorter dan Hernacki

(2008:24) bahwa “ Pada tahun 1982, Jack Canfield, pakar masalah kepercayaan

diri, melaporkan hasil penelitian dimana seratus anak ditunjuk untuk seorang

periset selama satu hari… . Penemuan Canfield adalah bahwa setiap anak

rata-rata menerima 460 komentar negatif atau kritik dan hanya 75 komentar positif

atau yang bersifat mendukung”. Sehingga seorang guru seharusnya lebih sering

memberikan pujian kepada siswa agar kemauan belajar siswa tetap terjaga.

Selain itu, pujian dari guru juga berfungsi untuk menyeimbangkan dengan

komentar-komentar negatif yang diperoleh siswa di lingkungan tempat

tinggalnya.

4) Menemukan gaya belajar yang tepat

Menurut DePorter dan Hernacki (2008:110) “Gaya belajar Anda adalah

kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam

situasi-situasi antar pribadi. Ada berbagai macam gaya belajar yang kita

ketahui, yaitu: visual(belajar dengan cara melihat), auditorial(belajar dengan

cara mendengar) dan kinestetik(belajar dengan cara bergerak, bekerja dan

menyentuh). Dalam Quantum Learning guru hendaknya memberikan

kebebasan dalam belajar pada siswanya dan janganlah terpaku pada satu gaya

belajar saja.

Dengan memperhatikan modalitas yang dimiliki oleh setiap anak, yaitu

visual, auditorial, dan kinestetik. Kita dapat menentukan gaya belajar yang

tepat. W. Nugroho (2007: 121-129) mengemukakan cara terbaik untuk

membantu belajar anak yang disesuaikan dengan modalitas VAK ( Visual -

Auditorial – Kinestetik ).

1. Cara belajar terbaik untuk tipe auditorial :

o Mengajaknya berdiskusi dalam rangka untuk lebih memahami suatu

(35)

commit to user

o Membantunya menghafal pelajaran dengan cara membacakan

materinya atau menyuruhnya menghafal sambil dibaca dengan suara

keras.

o Mengajaknya untuk bermain tanya jawab tentang suatu pelajaran

tertentu.

o Perhatikan kondisi fisik sekitar, usahakan hindari kebisingan atau

suara-suara yang dapat mengganggu.

o Putarkan musik-musik berirama tenang tanpa lirik dengan volume

yang tidak terlalu keras untuk menghindari pecahnya konsentrasinya

dalam belajar, karena dia sangat sensitif dengan suara.

2. Cara belajar terbaik untuk tipe visual :

o Usahakan untuk selalu menyediakan alat peraga seperti bagan, gambar,

flow chart, atau alat-alat eksperimen lainnya. Alat-alat eksperimen ini

dapat dibuat sendiri. Misalnya ketika belajar tentang sistem tata surya,

buatlah alat eksperimen dari bola-bola pingpong atau bola tenis untuk

menggambarkan sistem tata surya.

o Membantunya untuk selalu menuliskan hal-hal yang penting dalam

materi yang sedang dipelajarinya.

o Beri kesempatan untuk mengobservasi.

o Merapikan tempat belajarnya. Hindari barang-barang berserakan di

tempat belajarnya untuk menghindari pecahnya konsentrasi karena

melihat hal-hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran.

o Menyediakan kertas-kertas dan pensil warna atau spidol sebagai alat

untuk menuliskan hal-hal penting atau membuat gambar dari materi

yang tengah dipelajarinya.

3. Cara belajar terbaik untuk tipe kinestetik :

o Memberikan alat peraga yang nyata untuk belajar, seperti balok-balok,

miniatur bangunan, patung peraga dan sebagainya.

o Memberikan kesempatan untuk berpindah tempat, karena anak dengan

gaya ini cenderung tidak bisa diam pada satu posisi dalam kurun waktu

(36)

commit to user

o Biarkan ia menyentuh segala sesuatu yang berhubungan dengan

pelajarannya.

o Beri kesempatan untuk mempraktekkan apa yang telah ataupun sedang

dipelajarinya.

5) Membiasakan mencatat

Kegiatan mencatat merupakan salah satu kegiatan yang kurang

menyenangkan bagi siswa. Hal ini mungkin disebabkan karena bentuk

catatannya yang membosankan, yang terdiri dari beribu-ribu kata tanpa adanya

gambar-gambar atau visualisasi. Hal tersebut dapat dirubah dengan cara

memberikan berbagai warna, simbol-simbol atau gambar yang mudah

dimengerti oleh siswa itu sendiri. Dengan sedikit mengubah bentuk catatan,

diharapkan siswa lebih termotivasi untuk mencatat, karena mencatat

merupakan kegiatan yang penting dalam proses pembelajaran. Alasan pertama

untuk mencatat adalah bahwa mencatat meningkatkan daya ingat. (DePorter

dan Hernacki, 2008:146).

6) Membiasakan membaca

Membaca adalah kegiatan untuk mendapatkan sebuah informasi melalui

sebuah teks bacaan. Sehingga kegiatan membaca sangat penting dalam proses

pembelajaran, karena dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata,

pemahaman, menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah. Seorang

guru hendaknya membiasakan siswa untuk membaca, baik buku pelajaran

maupun buku-buku pengetahuan yang lain.

7) Jadikan anak lebih kreatif

Siswa yang kreatif adalah siswa yang mempunyai rasa ingin tahu, suka

mencoba hal-hal baru dan senang bermain. Untuk menumbuhkan sikap kreatif

ini guru harus menjauhkan siswa dari perasaan takut akan suatu kegagalan,

menumbuhkan keberanian untuk mengambil resiko serta selalu mendorong

siswa untuk mencoba hal-hal baru. Dengan adanya sikap kreatif yang baik

siswa akan mampu memecahkan masalah dengan berbagai cara dan

(37)

commit to user 8) Melatih kekuatan memori anak

Memori atau ingatan, merupakan bagian penting dari otak. David

Gamon dan Allen Bragdon (2008: 76 ) berpendapat bahwa “Ingatan adalah

mitra dalam mengembangkan semua keterampilan mental lain”. Tetapi ingatan

tersebut juga harus melalui proses latihan agar sel-sel otak tetap aktif.

Otak kita memiliki kemampuan untuk mengingat segala sesuatu yang

ada dalam kehidupan. Akan tetapi, untuk mendapatkan kemampuan tersebut

diperlukan latihan yang rutin. Otak kita mengingat lebih baik terhadap hal-hal

yang mengesankan bagi kita. Hal ini, seperti yang disampaikan DePorter dan

Hernacki (2008:214) bahwa “Pada umumnya, kita paling ingat informasi yan

dicirikan oleh salah satu atau beberapa hal berikut ini :

a. Asosiasi indrawi, terutama visual

b. Konteks emosional, seperti cinta, kebahagiaan, dan kesedihan

c. Kualitas yang menonjol atau berbeda

d. Kebutuhan untuk bertahan hidup

e. Hal-hal yang memiliki keutamaan pribadi

f. Hal-hal yang diulang-ulang

g. Hal-hal yang pertama dan terakhir dalam suatu sesi

d. Manfaat Metode Quantum Learning

Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, oleh

karena itu di dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak mungkin seorang guru

hanya menerapkan salah satu metode saja. Sehingga jika dalam pembelajaran,

guru menerapkan berbagai metode pembelajaran, maka pembelajaran tersebut

akan mempunyai banyak manfaat. Menurut DePorter dan Hernacki (2008: 13)

belajar menggunakan Quantum Learning akan didapatkan berbagai manfaat yaitu:

1) Sikap positif.

2) Motivasi.

3) Keterampilan belajar seumur hidup.

4) Kepercayaan diri.

(38)

commit to user

2. Tinjauan Pemahaman Perjuangan Kemerdekaan

a. Pengertian Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata paham yang mendapat imbuhan pe-an. Arti

kata paham menurut W.J.S. Poerwadarminta (1976: 694) adalah pengertian,

pendapat, mengerti benar, pandai dan mengerti benar.

Pemahaman mempunyai tingkatan yang lebih tinggi daripada

pengetahuan ataupun hafalan. Apabila anak didik sudah paham akan apa yang

dipelajari, maka anak didik tersebut dapat mengutarakan dengan kalimatnya

sendiri akan apa yang ia pahami.

Menurut Nana Sudjana (1991:24) Pemahaman dapat dibedakan ke dalam

tiga kategori.

1. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari

terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris

ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal Ika,

mengartikan Merah Putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam

memasang sakelar.

2. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan

bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau

menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian,

membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Menghubungkan

pengetahuan tentang konjugasi kata kerja, subjek, dan possessive

pronoun sehingga tahu menyusun kalimat “bukan”My friend

studying,” merupakan contoh pemahaman penafsiran.

3. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman

ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu

melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang

konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu,

(39)

commit to user

b. Pengertian Konsep Perjuangan Kemerdekaan

Perjuangan berarti usaha untuk menggapai sesuatu

(http://cipto.blog.uns.ac.id). Sedangkan dari sumber lain perjuangan adalah usaha

yang penuh dengan kesukaran dan bahaya (http://www.artikata.com). Dari dua

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perjuangan memiliki arti suatu usaha

untuk mendapatkan sesuatu melalui sebuah pengorbanan yang berarti. Sedangkan

arti perjuangan kemerdekaan itu sendiri adalah suatu usaha untuk mendapatkan

kemerdekaan dari kekuasan pihak lain melalui berbagai macam usaha dan

pengorbanan. Dengan mempelajari penderitaan bangsa Indonesia di bawah

penjajahan bangsa lain dan usaha bangsa Indonesia dalam memproklamasikan

kemerdekaannya, diharapkan dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dan

patriotisme siswa SD.

Perjuangan kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu materi yang

diajarkan di kelas V SD. Di dalam materi tersebut dijelaskan mengenai

usaha-usaha bangsa Indonesia dalam memperebutkan kemerdekaan Indonesia.

Usaha-usaha tersebut meliputi periode penjajahan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol,

Inggris, Belanda) dan bangsa Jepang sampai pada proklamasi kemerdekaan

Indonesia. Membicarakan perjuangan kemerdekaan Indonesia berarti

membicarakan konsep sejarah, yang merupakan bagian dari mata pelajaran IPS.

Dalam mata pelajaran IPS di SD, bahan kajiannya meliputi pengetahuan sosial

dan sejarah. Materi sejarah itu sendiri memiliki ruang lingkup yang meliputi :

sejarah lokal, kerajaan-kerajaan di Indonesia, tokoh dan peristiwa, bangunan

sejarah, Indonesia pada zaman penjajahan Portugis, Spanyol, Belanda dan

pendudukan Jepang, dan peristiwa penting dalam perjuangan kemerdekaan serta

usaha mempertahankan kemerdekaan itu sendiri.

“Kata sejarah berasal dari bahasa Arab “Syajara”, artinya

terjadi.”(Hidayati, Mujinem, Anwar Senen, 2008:2-3). Sedangkan pengertian

sejarah menurut Ismaun dalam Hidayati, Mujinem, Anwar Senen (2008:2-3)

adalah suatu ilmu pengetahuan tentang rangkaian kejadian yang berkausalitas

pada masyarakat dengan segala aspeknya serta proses gerak perkembangannya

(40)

commit to user

masyarakat masa sekarang serta sebagai arah cita-cita masa depan. Faqih

Samiawi, Bunyamin Maftuh (2007:19) mengemukakan “Pada dasarnya

konsep-konsep dalam sejarah yang penting bagi IPS adalah: kesinambungan dan

perubahan (continuity and change), sebab akibat (cause and effect), masa lalu (the

past), dan pertentangan (conflict), dan nasionalisme (nationalism).”

Dari uraian para ahli tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa sejarah

merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejadian-kejadian penting yang

telah terjadi di masa lampau, di mana kejadian-kejadian tersebut berpengaruh

terhadap kehidupan sekarang dan masa yang akan datang. Peristiwa perjuangan

kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu peristiwa atau kejadian penting bagi

bangsa Indonesia, karena menyangkut sejarah pembentukan Negara Indonesia

yang berdaulat. Karena peristiwa perjuangan kemerdekaan Indonesia merupakan

peristiwa yang penting bagi bangsa Indonesia, maka penyajian materi yang

menarik sangat diperlukan. Agar siswa dapat tertarik untuk mempelajari secara

mendalam mengenai sejarah pembentukan Negara Indonesia ini.

c. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Menurut Hidayati, Mujinem, Anwar Senen (2008:7) IPS merupakan

integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi

budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya.

Pengertian IPS menurut A.Dakir, Akhmad Arif Musadad, Wakino

(2005:7) adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan

atau satu perpaduan.

Sedangkan menurut Saidiharjo dalam Hidayati, Mujinem, Anwar Senen

(2008:7) IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari

sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi,

antropologi, politik.

Dari berbagai pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu mata pelajaran yang mempelajari

(41)

commit to user

cabang ilmu sosial. Mata pelajaran IPS mulai diajarkan di kelas I sekolah dasar

sampai di tingkat perkuliahan.

d. Tujuan Pembelajaran IPS

Sama-sama kita ketahui bahwa semua mata pelajaran mempunyai tujuan,

demikian pula dengan pelajaran IPS. Menurut Fenton dalam A.Dakir, Akhmad

Arif Musadad, Wakino (2005:9) dikemukakan ada 3 tujuan IPS yaitu :

a. Mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik.

b. Mengajar anak didik berkemampuan berpikir.

c. Agar anak dapat melanjutkan kebudayaan bangsanya.

Menurut A.Dakir, Akhmad Arif Musadad, Wakino (2005:9) tujuan

Pembelajaran IPS di Indonesia

a. Aspek pengetahuan dan pemahaman

· Pemahaman tentang sejarah kebudayaan bangsa sendiri dan umat

manusia.

· Lingkungan geografis tempat manusia hidup serta interaksi antara

manusia dan lingkungan fisiknya.

· Cara manusia memerintah negaranya.

· Struktur kebudayaan dan cara hidup manusia di negara sendiri dan

di negara lain.

· Cara manusia membudayakan lingkungannya untuk menjamin

hidupnya dan mempertinggi kesejahteraan hidupnya.

· Pengaruh perkembangan IPTEK terhadap kehidupan manusia.

· Pengaruh pertambahan penduduk terhadap lingkungan fisik dan

sumber tenaga alam.

b. Aspek nilai dan sikap

· Mengakui dan menghormati sikap harkat manusia

· Mengakui dan menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam

Pancasila.

(42)

commit to user

· Memupuk sikap toleransi sesama umat beragama.

· Menghormati perbedaan adat istiadat, kebudayaan setiap suku

bangsa dan bangsa lain.

· Bersikap positif terhadap bangsa dan negaranya, rela membangun

dan mempertahankannya.

· Menghormati milik orang lain dan milik bangsa.

· Memiliki sikap terbuka terhadap perubahan berdasarkan nilai-nilai

moral Pancasila.

c. Aspek keterampilan

· Kecakapan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi

· Keterampilan berfikir, menginterpretasi dan mengorganisir

informasi dari berbagai sumber.

· Kecakapan untuk meninjau informasi secara kritis, membedakan

antara fakta dan pendapat.

· Kecakapan untuk mengambil keputusan berdasarkan fakta dan

pendapat.

· Kecakapan dalam menggunakan metode pemecahan masalah.

· Keterampilan dalam membuat laporan dan membuat penelitian

sederhana.

Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, peneliti dapat mengambil

kesimpulan bahwa tujuan dari pendidikan IPS adalah membentuk anak didik

menjadi warga negara yang baik melalui pemerolehan pengetahuan, nilai sosial

maupun keterampilan hidup. Menjadikan anak didik pandai dalam hal

pengetahuan dan teknologi saja belum cukup, anak didik tersebut juga harus

mempunyai nilai sosial atau budi pekerti maupun keterampilan hidup. Hal ini

juga sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan oleh

(43)

commit to user

e. Hubungan Quantum Learning dan Pemahaman Perjuangan

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Dari berbagai uraian para ahli di atas, penulis dapat menarik suatu

hubungan antara metode Quantum Learning dengan materi perjuangan

kemerdekaan Indonesia. Materi perjuangan proklamasi kemerdekaan Indonesia

merupakan salah satu materi yang abstrak bagi siswa. Hal ini disebabkan karena

siswa tidak dapat merasakan dan mengalami sendiri peristiwa proklamasi

kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, materi mengenai perjuangan

kemerdekaan Indonesia kurang disenangi siswa. Untuk membangkitkan keinginan

siswa tersebut maka diperlukan penerapan metode Quantum Learning. Karena

metode Quantum Learning itu sendiri memiliki tujuan meningkatkan prestasi

belajar siswa sekaligus untuk menghidupkan kembali kegembiraan dan kecintaan

siswa dalam belajar. Selain itu, dengan konsep TANDURnya, metode Quantum

Learning mengajak siswa belajar dengan menciptakan pengalaman umum terlebih

dahulu mengenai materi proklamasi kemerdekaan Indonesia.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun Penelitian Tindakan Kelas yang mungkin relevan dengan

Penelitian Tindakan Kelas yang akan peneliti laksanakan adalah:

1. Penelitian Tindakan Kelas yang sudah dilakukan oleh Saudara Hermawan

Widyastantyo dengan judul “Penerapan Metode Quantum Learning Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA (Sains) bagi Siswa Kelas V

SD Negeri Kebonsari Kabupaten Temanggung”

(http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/ view/5060/3631)

Dalam Penelitian Tindakan Kelas tersebut, Saudara Hermawan

Widyastantyo menuliskan hasil dan kesimpulan dalam abstraksinya sebagai

berikut :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Quantum Learning

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA (SAINS).

(44)

commit to user

dicapai antara siklus I (53,97), siklus II (65,74) peningkatan prosentase

11,77% dan siklus III (73,24) peningkatan prosentase 7,5%.

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan dapat menjadi jembatan bagi

munculnya penelitian baru. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah

wawasan dalam dunia penelitian pendidikan agar mutu pendidikan di

Indonesia baik. (http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/

5060/3631)

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh saudara Hermawan

Widyastantyo dengan penelitian ini adalah metode pembelajaran yang

digunakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran. Metode Quantum

Learning yang digunakan saudara Hermawan ternyata dapat meningkatkan

hasil belajar siswa. Sedangkan perbedaannya adalah mata pelajaran yang

digunakan sebagai objek penelitian dan subjek penelitian. Saudara Hermawan

menggunakan metode Quantum Learning untuk meningkatkan hasil belajar

mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Kebonsari Kabupaten

Temanggung.

2. Penelitian Tindakan Kelas yang sudah dilakukan oleh saudara Sarifah

Nurhasanah dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD Untuk Meningkatkan Pemahaman Peristiwa Proklamasi Indonesia

Dalam Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Pereng Karanganyar

Tahun Pelajaran 2009/2010” (http://digilib.uns.ac.id)

Dalam Penelitian Tindakan Kelas tersebut, Saudara Sarifah

Nurhasanah menuliskan hasil dan kesimpulannya bahwa melalui penerapan

model pembelajaran koopeartif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman

peristiwa proklamasi Indonesia pada siswa kelas V SD 01 Pereng Kecamatan

Mojogedang Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010. Hal tersebut

ditunjukkan dengan nilai rerata hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada

kondisi awal 51%, siklus I sebesar 69.50% dan pada siklus II sebesar 88.50%.

Rerata pemahaman peristiwa Proklamasi Indonesia pada kondisi awal 51%

Gambar

Gambar 1. Bagan Pelaksanaan PTK  .............................................................
Tabel 1. Rata-Rata Nilai Anak Sebelum Tindakan
gambar-gambar atau visualisasi. Hal tersebut dapat dirubah dengan cara
Gambar 1. Bagan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Media dekak FPB merupakan alat yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi tentang faktor pesekutuan terbesar. Media dekak FPB ini mampu membantu siswa

pembelajaran matematika realistik berbasis discovery, yaitu suatu model. pembelajaran dalam matematika dengan mengaitkan materi

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meminimalkan total biaya persediaan dengan mengoptimalkan jumlah barang yang dipesan, potongan harga permintaan tertunda, waktu tung- gu,

Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima arteri karotis komunis pada remaja berusia 15-18 tahun.. Kata Kunci:

Penelitian tentang penerapan model kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi sumber daya alam ini menggunakan

yang berarti tidak terdapat stock selection skills.Akan tetapi Panin Dana Maksima malah memiliki beta > 1 (1,418 > 1),yang berarti setiap reksa dana terdapat. market

Alur pelaksanaan PPL di Sekolah luar biasa yakni observasi dan asesmen, menentukan masalah dan prioritas masalah, dan tujuan yang ingin dicapai (pendek, menengah,

Bila yang terjepit atau ingin dipotong adalah pipa casing, maka dipakai