• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Beras Organik

2.6. Tinjauan Penelitian Te rdahulu

Hasil penelitian yang akan menjadi tinjauan dalam penelitian ini yaitu penelitian yang bertemakan analisis deskriptif rantai pasok, nilai tambah, dan pengendalian persediaan. Analisis deskriptif rantai pasok dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran rantai pasok secara keseluruhan, apakah sudah baik atau belum dan bagian mana yang harus diperbaiki. Tujuan dari analisis ini pada umumnya adalah mengidentifikasi dan mengkaji pengelolaan rantai pasok (Wicaksono 2010 ; Aryanthi 2011 ; Riwanti 2011), menganalisis aktivitas- aktivitas yang dilakukan oleh setiap anggota rantai pasok (Aryanthi 2011) serta menganalisis kinerja rantai pasok dan alternatif kebijakan pengembangan manajemen rantai pasok (Riwanti 2011). Terdapat penelitian yang mengkombinasikan analisis rantai pasok dan strategi pengembangan di dalam rantai pasok, seperti dilakukan oleh Wicaksono (2010). Peneliti melakukan perumusan alternatif strategi rantai pasok dalam rangka meningkatkan kinerja rantai pasok jangka panjang dan menetapkan strategi terbaik berdasarkan strategi terpilih bagi rantai pasok udang vaname.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian analisis rantai pasok adalah metode deskriptif dengan menggunakan kerangka analisis manajemen rantai pasok yang disebut Kerangka FSCN (Food Supply Chain Networking) seperti yang dilakukan oleh Wicaksono (2010) dan Riwanti (2011). Aryanthi (2011) tidak menggunakan Kerangka FSCN, tetapi menggunakan metode analisis deskriptif rantai pasok yang mengidentifikasi anggota rantai, aliran rantai, dan proses bisnis rantai. Riwanti (2011) melakukan penelitian mengenai manajemen rantai pasok brokoli organik. Metode yang digunakan Riwanti (2011) tidak hanya Kerangka FSCN, tetapi juga menggunakan metode analisis efisiensi pemasaran dengan alat margin pemasaran dan farmer’s share serta analisis kesesuaian atribut. Efisiensi pemasaran dan analisis kesesuaian atribut dilakukan untuk mengetahui bagaimana kinerja rantai pasok brokoli organik. Hasil penelitian ini yaitu nilai farmer’s share yang kecil, yakni 18,75 persen dari harga jual akhir.

Kebijakan yang direkomendasikan Riwanti (2011) adalah dukungan kredit, trust

building, dukungan pemerintah dan kesepakatan kontraktual.

Kerangka FSCN digunakan untuk menganalisis kondisi manajemen rantai pasok secara deskriptif. Metode ini menganalisis enam elemen yang menyusun rantai pasok. Kerangka FSCN akan digunakan dalam penelitian ini dengan aspek- aspek yang ditinjau kembali dari penelitian W icaksono (2010) dan Riwanti (2011). Aspek-aspek yang menjelaskan setiap elemen dalam Kerangka FSCN juga ditinjau dari buku dan literatur lainnya.

Analisis nilai tambah pada umumnya dilakukan oleh peneliti-peneliti untuk mengetahui besar nilai tambah yang d imiliki produk atas pengolahan atau pemberian nilai yang lebih pada sebuah produk. Namun, pada penelitian ini tidak dilakukan analisis nilai tambah pengolahan, tetapi nilai tambah perolehan anggota-anggota yang berkumpul dalam sebuah rantai pasok. Cohan da n Costa (2009) melakukan penelitian untuk mengetahui dampak ekonomi dan hubungan yang komplek antara anggota rantai nilai gandum. Hal tersebut akan dianalisis melalui analisis nilai tambah di setiap tiga belas anggota rantai nilai gandum.

Analisis nilai tambah dapat digunakan untuk mengukur output dari setiap sektor yang berkontribusi terhadap ekonomi negara melalui PDB seperti yang dilakukan oleh Blokland et al (1997) serta Brunton dan Trickett (2007). Blokland

et al (1997) mengukur kontribusi ekonomi industri turfgrass atau tanah datar yang

berumput di Florida, Amerika Serikat, sedangkan Brunton dan Trickett (2007) melakukan pengukuran output sektor pertanian di Australia. Analisis nilai tambah dapat dikategorikan sebagai analisis mikro (Katwal et al 2007). Nilai tambah digunakan untuk menghindari terjadinya double counting ketika dijumlahkan nilai tambah seluruh pelaku usaha atau perusahaan. Nilai tambah merupakan output dikurangi biaya input intermediate (Blokland et al 1997 ; Brunton & Trickett 2007 ; Katwal et al 2007 ; Cohan & Costa 2009). Untuk mengetahui nilai tambah dalam rantai pasok keseluruhan, nilai tambah setiap anggota rantai pasok atau perusahaan dijumlahkan seperti yang dinyatakan oleh Katwal et al (2007) serta Cohan dan Costa (2009).

Penelitian mengenai analisis pengendalian persediaan pada umumnya dilatarbelakangi adanya ketidakmampuan pelaku usaha memenuhi permintaan

konsumen akhir bersama anggota rantai pasoknya lainnya. Tujuan penelitian analisis pengendalian persediaan pada umumnya yaitu menganalisis kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dan memberikan model alternatif pengendalian bahan baku sehingga dapat meminimumkan biaya atau ukuran pemesanan ekonomis (Helena 2005 ; Panggabean 2009), mengetahui perbandingan jumlah ukuran pemesanan ekonomis antara sebelum dan sesudah koordinasi antar rantai pasok serta mengetahui berapa besar jumlah safety stock yang disediakan dan perbandingan total biaya antara sebelum dan sesudah koordinasi antar rantai pasok (Panggabean 2009), dan mengkaji penerapan pengelolaan rantai pasok dengan melihat manfaat dan kendala (Aryanthi 2011).

Penentuan jumlah persediaan dianalisis oleh Helena (2005) dengan menggunakan Material Requirement Planning (MRP) dengan penentuan ukuran lot teknik Lot for Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), dan Part Period

Balancing (PPB). Penelitian ini juga menerapkan Pareto Analysis yang membagi

bahan baku menjadi tiga kelas, yaitu A, B, dan C. Hasil analisis menunjukkan bahwa metode MRP dapat memberikan penghematan terbesar pada biaya persediaan. Saran yang direkomendasikan kepada perusahaan adalah perusahaan sebaiknya menggunakan metode MRP dengan teknik PPB karena memberikan penghematan biaya persediaan terbesar, sedangkan biaya yang dapat dihemat dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas produk serta tetap menjaga hubungan dan kerja sama kepada pemasok.

Metode yang digunakan oleh Panggabean (2009) dengan judul penelitian analisis logistik dengan menggunakan konsep supply chain management (SCM) di PTPN III Gunung Para adalah metode peramalan linier, EOQ, dan safety stock. Penelitian ini memberikan hasil besarnya jumlah safety stock yang optimal serta perusahaan terbukti dapat menghemat biaya melalui koordinasi sistem secara total. Sedangkan metode yang digunakan oleh Aryanthi (2011) adalah analisis pengendalian harga pengadaan bahan baku dan pengelolaan permintaan melalui peramalan permintaan, penentuan EOQ, jumlah pemesanan kembali atau reorder

point (ROP), dan jumlah safety stock. Penerapan pengelolaan rantai pasok

menimbulkan manfaat dan kendala bagi pihak yang terkait. Dengan penerapan rantai pasok, perusahaan dapat menghemat biaya pembelian bahan baku serta

anggota rantai pasok dapat melakukan penghematan biaya pemesanan. Selain itu, EOQ yang dapat dipesan meningkat dibandingkan tanpa adanya koordinasi.

Tiga penelitian mengkaji pengendalian persediaan dalam rantai pasok atau pengadaan bahan baku, yaitu penelitian Helena (2005), Panggabean (2009), dan Aryanthi (2011). Ketiganya sama-sama menentukan jumlah pemesanan optimum (EOQ). Metode- metode yang digunakan oleh ketiganya dalam mengkaji pengelolaan rantai pasok menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian kali ini. Ketiga penelitian tersebut sama-sama mengasumsikan bahwa permintaan yang dihadapi perusahaan atau rantai pasok selalu tetap. Namun, terdapat ketidakkonsistenan dalam pembahasan penelitian tersebut, yaitu pada awalnya, permintaan diasumsikan tetap dengan melakukan pengukuran EOQ, tetapi kemudian ROP dan safety stock juga diukur dimana menurut Chopra dan Meindl (2004), ROP dan safety stock timbul karena adanya permintaan yang berfluktuasi.

Penelitian kali ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang ditinjau sebagai bahan referensi. Penelitian yang mengangkat tema analisis rantai pasok berjaring, nilai tambah, dan pengendalian persediaan rantai pasok beras organik menggabungkan konsep-konsep yang digunakan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian dan tahapan analisis. Ko moditas yang menjadi objek penelitian kali ini yaitu beras yang dihasilkan dari sistem pertanian organik atau beras organik. Penelitian ini menganalisis rantai pasok secara deskriptif, kinerja rantai pasok melalui efisiensi pemasaran dan pengelolaan asset, nilai tambah serta pengendalian persediaan beras organik dalam rantai pasok. Sedangkan alat analisis yang digunakan yaitu kerangka FSCN, margin pemasaran,

farmer’s share, inventory turnover, inventory days of supply, cash to cash cycle

time, perhitungan nilai tambah serta model- model pengendalian persediaan yang

sesuai dengan kondisi permintaan yang dihadapi serta kebijakan persediaan yang diterapkan.

Supplier Manufaktur Pusat

Distribusi Wholesaler Retailer

End Customer III KERANGKA PEMIKIR AN

3.1. Kerangka Pe mikiran Teoritis 3.1.1 Rantai Pasok

Menurut Pujawan (2005), rantai pasok adalah jaringan perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk sampai ke tangan pelanggan. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya terdiri dari rangkaian supplier (pemasok), pabrik, distributor, toko atau ritel serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik. Pada suatu rantai pasok, ada tiga macam aliran yang harus dikelola mulai dari hulu (sisi dimana barang masih berbentuk mentah) hingga ke hilir (sisi dimana barang sudah berbentuk produk akhir yang siap dikonsumsi oleh konsumen akhir). Tiga macam aliran tersebut yaitu aliran material, informasi, dan uang. Struktur rantai pasokdapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur Rantai Pasok Su mber : Anatan & Ellitan 2008

Namun, struktur rantai pasok menurut Pujawan (2005) berbeda dengan gambar di atas. Aliran informasi tidak hanya bergerak dari supplier ke end

customer, tetapi juga bergerak dari end customer ke supplier sehingga aliran

informasi bergerak dua arah timbal balik sepanjang rantai.

Menurut Wibisono (2009), rantai pasok adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini merupakan jaring yang menghubungkan berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama yaitu mengadakan

Aliran produk Aliran biaya

pengadaan barang (procurement) atau menyalurkan (distribution) barang tersebut secara efisien dan efektif sehingga akan tercipta nilai tambah bagi produk tersebut. Rantai pasok merupakan logistic network yang menghubungkan suatu mata rantai antara lain suppliers, manufacturer, distribution, retail outlets, dan

customers. Rantai pasok memandang konsep manajemen logistik yang dipandang

lebih luas dimulai dari barang dasar sampai barang jadi kemudian dipakai oleh konsumen akhir yang merupakan sasaran dari mata rantai penyediaan barang7.

Rantai pasokdikelola oleh perusahaan-perusahaan dalam suatu rantai nilai yang dilatarbelakangi oleh dua alasan penting. Pertama, perusahaan berusaha untuk mendekatkan diri dengan konsumen, memberikan kepastian adanya tautan dengan pasar. Kedua, semua perusahaan yang terkoordinir dalam suatu rantai pasok merumuskan tujuan bersama sebagai pedoman dalam aktivitas mereka. Dalam rantai pasok, semua pemangku kepentingan memiliki peran bukan hanya perusahaan seperti pemasok saja. Tiga level pelaku utama dalam rantai pasok meliputi level aktor atau pelaku tunggal, level rantai pasok, dan level politik atau komunitas yang memiliki peran dalam kegiatan operasional suatu rantai pasok. Sebuah rantai pasok sederhana memiliki komponen-komponen yang disebut saluran yang terdiri dari pemasok, manufaktur, pusat distribusi, gudang, dan retail yang bekerja memenuhi kebutuhan konsumen akhir (Anatan & Ellitan 2008).

Rantai pasok tercipta karena setiap pelaku usaha pada umumnya sulit menciptakan produk dari bahan mentah hingga barang jadi yang dikonsumsi konsumen. Hal tersebut akan membutuhkan biaya investasi dan produksi yang sangat banyak serta pengelolaannya menjadi tidak efisien dan efektif mengingat kebutuhan konsumen yang semakin meningkat. Proses produksi barang membutuhkan tahapan yang tidak sedikit dalam menciptakan nilai tambah sementara konsep just in time sangat dituntut konsumen dalam pendistribusian produk pada saat ini. Oleh karena itu, setiap pelaku usaha bergabung membentuk rantai pasok dalam mengalirkan produk dari produsen awal hingga konsumen akhir. Setiap anggota dalam rantai pasok memiliki peran yang berbeda-beda

7

Wibisono, Agus. 2009. Konsep Supply Chain Management. http://aguswibisono.com/ 2009/konsep-manaje men -supply-chain/ [6 Januari 2012]

dalam penciptaan nilai tambah sehingga saling membutuhkan untuk memproduksi barang yang lebih berkualitas.

Pada saat ini, persaingan yang biasa dihadapi perusahaan secara individual atau dapat dikenal dengan istilah single alone competition sudah berubah menjadi

network competition, yaitu persaingan antar jaringan-jaringan perusahaan.

Perubahan ini terjadi dilatarbelakangi adanya perubahan lingkungan bisnis yang cepat, yaitu tuntutan konsumen yang semakin kritis, timbulnya kesadaran tentang aspek sosial dan lingkungan serta infrastruktur dan teknologi semakin canggih (Indrajit & Djokopranoto 2006 ; Anatan & Ellitan 2008). Network competition dihadapi oleh kumpulan perusahaan yang berada di dalam sebuah rantai pasok.

Selain konsep persaingan berubah, bentuk rantai pasok juga mengalami perubahan. Sebelumnya, rantai pasok berbentuk lurus (linier supply chain). Perusahaan hanya bermitra dengan satu pemasok dan satu distributor. Kini, kepastian pasokan input dan pasar tidak dapat dijamin lagi melalui bermitra dengan hanya satu perusahaan karena adanya tuntutan konsumen yang menginginkan produk lebih berkualitas, murah, dan cepat. Untuk meminimalkan risiko ketidakpastian pasokan dan pasar, bentuk rantai pasok berubah menjadi jaringan (network supply chain) dimana sebuah perusahaan bermitra dengan lebih dari satu pemasok dan lebih dari satu distributor sehingga proses bisnis yang terjadi lebih fleksibel dan tidak kaku. Rantai pasok yang berjaring akan dapat memperluas pasar karena jangkauan pemasaran atau aliran produk mengalir ke konsumen di berbagai tempat. Sedangkan rantai pasok yang berbentuk lurus hanya dapat mengalirkan produk ke satu ritel setempat sehingga kurang menguntungkan perusahaan yang terlibat. Namun, terdapat tantangan bagi

network supply chain yaitu mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh

aliran yang mengalir sepanjang rantai pasok di setiap anggota rantai pasok.

3.1.2. Manaje men Rantai Pasok

3.1.2.1. Konsep Manajemen Rantai Pasok

Manajemen rantai pasok (supply chain management) pertama kali dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun 1982. Manajemen rantai pasok adalah koordinasi strategik dan sistematis antar perusahaan-perusahaan dalam

memasok bahan baku, memproduksi barang-barang, dan mengirimkannya kepada konsumen akhir (Anatan & Ellitan 2008). Chopra & Meindl (2004) berpendapat bahwa manajemen rantai pasok mencakup manajemen atas aliran-aliran di antara tingkatan dalam suatu rantai pasok untuk memaksimumkan keuntungan total. Manajemen rantai pasok merupakan konsep yang semakin penting pada era perdagangan bebas dan globalisasi. Dalam manajemen rantai pasok, terdapat empat penggerak (driver) yaitu persediaan, transportasi, fasilitas, dan informasi. Dari keempat penggerak tersebut, penggerak informasi menjadi penggerak utama. Informasi sangat mempengaruhi ketiga penggerak lainnya.

Setiap konsep manajemen dibuat dalam rangka membantu manajer dalam proses pengambilan keputusan. Begitu juga dengan manajemen da lam mengelola rantai pasok, penerapan manajemen rantai pasok memiliki beberapa tujuan. Panggabean (2009) mengemukakan tujuan penerapan manajemen rantai pasok, yaitu mempermudah penentuan lokasi atas dasar pertimbangan aktivitas dan biaya dalam rangka memproduksi produk yang diinginkan pelanggan dari supplier atau pabrik hingga disimpan di gudang dan pendistribusiannya ke sentra penjualan serta mencapai efisiensi aktivitas dan biaya seluruh sistem, total biaya sistem dari transportasi hingga distribusi persediaan bahan baku, dan barang jadi.

Menurut Chopra dan Meindl (2004), proses bisnis di dalam rantai dapat dilihat dari dua pandangan. Kedua pandangan tersebut adalah cycle view dan push

or pull view. Cycle view menjelaskan bahwa terdapat beberapa siklus dimana

setiap siklusnya terjadi di antara dua anggota rantai pasok berhadapan. Push or

pull view menjelaskan bahwa terdapat dua kategori pandangan tergantung pada

tindakan anggota rantai pasok dalam merespon pesanan (permintaan) konsumen atau sebagai tindakan antisipasi dari permintaan konsumen. Proses pull (tarik) merupakan proses merespon permintaan konsumen, sedangkan proses push (dorong) merupakan proses yang dilakukan anggota rantai pasok sebagai antisipasi terhadap permintaan konsumen.

Terdapat empat siklus proses di dalam cycle view dapat dilihat pada Gambar 4. Siklus procurement merupakan siklus pemesanan bahan baku dari anggota rantai pasok paling awal. Siklus manufacturing merupakan siklus pengolahan bahan baku menjadi produk jadi (finished good). Siklus replenishment

merupakan siklus pengisian produk kembali yang dibeli dari anggota rantai pasok sebelumnya. Siklus ini dilakukan karena adanya tambahan produk yang diminta lebih dari pesanan seharusnya oleh konsumen atau dapat dikatakan sebagai tindakan antisipasi produsen atas permintaan yang tidak terduga. Siklus customer

order merupakan siklus pemesanan oleh konsumen.

Gambar 4. Siklus Proses dalam Cycle View Rantai Pasok Sumber : Chopra dan Meindl 2004

Menurut Lambert et. al (2001), proses bisnis dalam manajemen rantai pasok terdiri atas delapan bagian yang meliputi: manajemen hubungan pelanggan, manajemen pelayanan pelanggan, manajemen permintaan, pemenuhan pesanan, manajemen aliran manufaktur, manajemen hubungan pemasok, pengembangan dan komersialisasi produk, dan manajemen pengembalian (return management). Proses-proses bisnis tersebut dan pentingnya aliran informasi dalam manajemen rantai pasokdapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Manajemen Rantai Pasok sebagai Integrasi dan Pengaturan Proses Bisnis di Sepanjang Rantai Pasok

Su mber : La mbe rt et. al 2001

Terdapat beberapa dimensi dalam area cakupan manajemen rantai pasok yang harus dijaga, dikelola, dan diintegrasikan serta contoh praktik integratifnya. Dimensi tersebut diantaranya yaitu (Anatan & Ellitan 2008) :

1) Dimensi pergerakan barang, meliputi packaging customization, common

containers, dan vendor management inventory.

2) Dimensi perencanaan dan kontrol, meliputi joint activity atau planning dan multilevel supply control.

3) Dimensi organisasi, meliputi partnership, quasi firm, virtual firm, dan just in time.

4) Dimensi pergerakan informasi, meliputi sharing production plan,

Electronic Data Interchange, dan internet.

Manajemen rantai pasok berbeda dengan rantai pasok. Rantai pasok merupakan jaringan fisik atau wadah perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke konsumen akhir sedangkan manajemen rantai pasok adalah konsep, pemikiran, metode, alat atau pendekatan pengelolaan rantai pasok. Perlu ditekankan bahwa

manajemen rantai pasok merupakan pendekatan yang terintegrasi mulai dari hulu hingga hilir karena memiliki prinsip 3C, yakni Coordination, Collaborative, dan

Cooperation antar seluruh anggota dalam sebuah rantai pasok. Adapun ilustrasi

sederhana mengenai ruang lingkup manajemen rantai pasok dapat terlihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Ruang Lingkup Manajemen Rantai PasokSederhana Sumber : Arvietrida 20108

3.1.2.2. Prinsip dan Fungsi Manaje men Rantai Pasok

Dalam manajemen rantai pasok terdapat enam prinsip dasar kunci dalam pengusahaan rantai pasok yang optimal. Enam prinsip tersebut, yaitu (Collins & Dunne 2002, diacu dalam Lestari 2009):

1) Fokus terhadap konsumen dan pelanggan

Seiring banyaknya pelaku usaha yang bersaing, manajemen rantai pasok berubah menjadi pull system, yaitu konsumen sebagai penentu keputusan yang dibuat perusahaan (Indrajit & Djokopranoto 2006 ; Anatan & Ellitan 2008). Mengerti kebutuhan konsumen dan bagaimana pemasok bekerja adalah sesuatu hal yang sangat mendasar dan penting dalam rantai pasok

8

Arvietrida, Niniet Indah. 2010. Mengenal Supply Chain Management. http://arvietrida.wordpress.com/2010/09/11/ mengenal-ilmu -supply-chain-management/ [6 Januari 2012]. Supply Chain Management Supply Chain Strategy Supply Chain Planning Supply Chain Enterprise Applications Asset Management Procurement Product Life Cycle Management Logistics

karena tujuan akhir pengelolaan rantai pasok adalah memenuhi kepuasan konsumen akhir yang menuntut produk yang better, cheaper, dan faster. 2) Menciptakan dan menyebarkan nilai

Penciptaan nilai merupakan hal yang sangat mendasar untuk kepuasan konsumen. Di dalam mengatur sebuah rantai pasok, pembagian nilai setiap anggota yang terlibat di dalamnya harus sesuai dengan ukuran setiap nilai yang diciptakan atau ditambah oleh setiap anggota. Nilai tersebut akan dapat tercipta jika setiap anggota dapat berinovasi dan menggunakan teknologi yang dapat membuat produksi bertambah efisien dan efektif. 3) Mengimplementasikan quality system management yang efektif

Menurut Indrajit & Djokopranoto (2006), mutu tidak lagi hanya sesuai spesifikasi, tetapi segala sesuatu di luar harga yang dikehendaki oleh pelanggan, seperti waktu penyerahan, kendala memenuhi janji, bentuk atau estetika dan ketahanan produk, keamanan produk, layanan purnajual, dan sebagainya.

4) Membangun sistem komunikasi yang terbuka

Informasi yang akurat dan dapat dipercaya merupakan pondasi utama dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang terbuka merupakan awal mula terjadinya hubungan yang baik di antara anggota- anggota yang ada. Komunikasi juga dapat dijadikan sebagai referensi dalam menciptakan nilai tambah.

5) Menjamin atau memastikan sistem logistik yang efektif dan efisien

Manajemen logistik meliputi proses penanganan, penyimpanan, dan transportasi produk. Manajemen rantai pasok merupakan konsep pengembangan dari manajemen logistik dimana penerapannya berbeda antara keduanya. Manajemen rantai pasok memperhatikan logistik dari pemasok hingga konsumen akhir di dalam rantai pasok, sedangkan manajemen logistik hanya memperhatikan kondisi logistik di perusahaan masing- masing setiap anggota rantai pasok (internal).

6) Membangun hubungan yang baik dengan anggota rantai pasok

Hubungan (relationship marketing) yang baik sangat dibutuhkan dalam mensukseskan kerja sama di dalam rantai pasok. Setiap anggota di dalam

rantai pasok hendaknya saling terbuka dan jujur atas informasi yang terdapat di dalamnya. Hal ini dilakukan agar informasi yang mereka dapatkan tidak mengandung salah paham atau terjadi miscommunication sehingga hubungan di antaranya akan tetap terjaga baik.

Menurut Ma’arif dan Tanjung (2003), fungsi yang dilakukan dalam manajemen rantai pasok adalah :

1) Perkiraan permintaan

Pada dasarnya manajemen rantai pasok adalah rantai pasok dari produsen ke konsumen, maka permintaan konsumen menjadi acuan untuk proses ke produsen (belakang). Artinya, permintaan konsumen harus diketahui. Salah satu ketidakpastian dalam manajemen rantai pasok adalah kesalahan perkiraan atau peramalan.

2) Menyeleksi pemasok

Pemasok yang digunakan haruslah pemasok yang dipercaya. Oleh karena itu, kegiatan memilih pemasok merupakan kegiatan awal yang krusial. 3) Memesan bahan baku

Begitu diketahui berapa perkiraan permintaan, dilakukan pemesanan bahan baku. Salah satu ketidakpastian dalam manajemen rantai pasok adalah penundaan pesanan.

4) Pengendalian persediaan

Persediaan harus dikendalikan agar tidak memboroskan anggaran keuangan atau biaya produksi. Intinya adalah bagaimana melakukan pengadaan sehingga biaya persediaan menjadi minimal.

5) Penjadwalan produksi

Setelah bahan baku dipesan, penjadwalan produksi mulai dilakukan. Salah satu ketidakpastian yang mungkin terjadi adalah kerusakan mesin yang menyebabkan produksi telah dijadwalkan tertunda.

6) Pengapalan dan pengiriman

Pengapalan dan pengiriman menjadi penting ketika barang-barang yang diangkut bersifat cepar rusak. Salah satu ketidakpastian yang mungkin