• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hingga kini Multi Level Marketing (MLM) atau pemasaran jaringan (network marketing) masih tetap berkembang di masyarakat Indonesia terbukti dengan menjamurnya bisnis MLM di masyarakat. Kehadiran bisnis MLM ini tentu dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai harapan dan cita-cita untuk dapat hidup layak. Secara normal dapat menjalani hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa ada gangguan ekonomi (Sinaga, 2005:12).

Konsep Multi Level Marekting (MLM) dalam masyarakat cukup beragam tergantung pada cara kerja masing-masing bisnis MLM itu sendiri. Clothier (1994:33) merumuskan kosep dasar MLM yakni suatu cara atau metode menjual barang secara langsung kepada pelanggan melalui jaringan yang dikembangkan oleh para distributor lepas yang memperkenalkan pada distributor berikutnya. Lebih lanjut Tampubolon (2007:21) mendefenisikan MLM (network marketing)

atau pemasaran jaringan adalah menjual berbagai produk melalui sebuah jaringan distributor yang pada giliran berikutnya akan juga merekrut distributor lainnya untuk turut menjual produk kepada konsumen akhir.

Konsep Multi Level Marekting (MLM) yang dimaksut dalam penelitian ini adalah sesuai dengan pendapat Clothier di atas yakni MLM ialah metode menjual barang secara langsung kepada pelanggan melalui jaringan yang dikembangkan oleh para distributor. Alasan menggunakan konsep tersebut, karena pelaku bisnis MLM di PT. Melia Nature juga menggunakan jaringan dalam memperkenalkan produk dan bisnisnya.

Dalam bisnis MLM, setiap member berusaha untuk mengembangkan jaringan bisnisnya masing-masing. Hal ini dilakukan kerena membangun jaringan merupakan cara untuk memperoleh penghasilan besar dalam MLM (Clothier 1994:39). Senada dengan hal tersebut Firth (Sairin 2002:94) melihat bahwa aktivitas ekonomi sangat tergantung dari peran individu-individu dalam satu jaringan ekonomi. Hal inilah yang membuat pelaku bisnis MLM senantiasa memperbesar jaringan bisnisnya.

Dalam konteks bisnis, Orru (Gary, 1996: 272) melihat bahwa penyebab muculnya jaringan adalah dipengaruhi oleh faktor yang saling berkaitan, yaitu:

1. Faktor kelembagaan, yaitu mengacu pada interaksi-interaksi rutin yang dibentuk secara sosial yang memudahkan pembentukan jaringan.

2. Faktor teknis, yaitu mengacu pada tekanan-tekanan lingkungan untuk mempertahankan bisnis yang membentuk solusi dalam bentuk jaringan.

Suatu jaringan kerja dapat didefinisikan sebagai bentuk hubungan antar individu yang melampaui batas-batas geografis desa atau garis keturunan. Seorang individu dapat dianggap keluarga kerena adanya kedekatan jarak geografis dan hubungan sosial, misalnya dengan sahabat. Sebaliknya seorang kerabat dekat bisa saja dianggab jauh karena terpisah secara geografis untuk jangka waktu yang lama, atau kerena adanya konflik dan sikap permusuhan di antara mereka. kesimpulan yang dapat ditarik dari definisi ini adalah hubungan tercipta untuk suatu tujuan tertentu (Sjahrir, 1995:14)

Setiap individu dalam suatu jaringan umumnya membangun sebuah hubungan atau relasi dengan sesamanya. Ahimsa-Putra (Sarmini, 2003: 358-361) membagi relasi ke dalam tiga bagian. Pertama, relasi biasa, yakni hubungan kenalan biasa antar individu dimana jika mereka bertemu mereka hanya akan bertegur sapa seadanya dan tidak dilanjutkan degan pembicaraan mengenai usaha mereka. Dalam hal ini, mereka saling mengetahui bahwa mereka menekuni usaha yang sama namun mereka tidak bekerjasama dalam usaha tersebut. Kedua, relasi patron-klien, yakni hubungan antar dua orang yang berbeda status sosial- ekonominya dimana yang satu bertindak sebagai patron dan yang satu sebagai klien10

10

Lebih Lanjut Heddy Shri Ahimsa-Putra (Sarmini, 2003: 358) menjelaskan bahwa pihak yang lebih tinggi kedudukan sosial ekonominya (patron) menggunakan pengaruh dan sumber daya yang dimilikinya untuk memberikan perlidungan atau keuntungan atau keduanya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya (Klien) yang pada giliriannya membalas pemberian tersebut . Ketiga, relasi persahabatan, yakni relasi yang menyerupai hubungan kekerabatan. Ketiga relasi di atas tersebut kemudian dimanfaatkan oleh individu- individu. Sampai pada akhirnya tercipta sebuah kekuatan relasi antara masing- masing individu. Kekuatan relasi tersebut, pada akhirnya akan dipergunakan oleh

seseorang dalam menjalani kehidupun (Damsar, 2009:163). Dalam konteks MLM, kekuatan relasi tersebut akan dimanfaatkan untuk mengembangkan jaringan bisnis.

Penjualan barang secara MLM merupakan cara yang efektif untuk memperkenalkan produk kepada konsumen tanpa harus berikklan dan berpormosi di media cetak dan elektronik. Anggaran yang dikeluarkan juga relatif lebih sedikit jika dibandingkan harus berikklan dan melakukan promosi di media cetak dan elektronik. Sistem penjualan langsung ini pada hakekatnya telah memangkas jalur distribusi11

Selain mendapatkan bonus, bisnis pemasaran jaringan juga memberikan manfaat lain kepada para pelaku bisnis pemasaran jaringan tersebut. Clothier (1996:12) mengatakan bahwa bisnis pemasaran jaringan tidak hanya keuntungan materi saja yang diperoleh, melainkan juga masih banyak manfaat non materi yang dapat diperoleh. Misalnya persahabatan yang terjalin, pengembangan pribadi dan peluang untuk membantu orang lain. Yarnell dan Rene Reid Yarnell (2002: 107) melihat bahwa bisnis pemasaran jaringan merupakan salah satu bisnis besar yang menawarkan potensi pendapatan yang besar, jumlah waktu luang yang sangat banyak, perjalanan, kekuasaan, dan prestise. Lebih lanjut Kiyosaki (2005)

dalam sistem penjulan konvensional, sehingga berbagai bentuk biaya operasional seperti pendistribusian dan promosi dialihkan kepada member

dalam bentuk bonus.

11

Dalam kajian Antropologi Ekonomi, Cook (Sairin dkk, 2002:41) mendefinisikan distribusi sebagai suatu konsep yang berhubungan dengan aspek-aspek tentang pemberian imbalan yang diberikan kepada individu-individu atau pihak-pihak yang telah mengorbankan faktor-faktor produksi yang mereka miliki untuk proses produksi. Hal ini mengandung arti bahwa dalam distribusi, proses pemindahan barang dan jasa terjadi dalam unit produksi (lembaga produksi), dan terjadi antara lembaga produksi degan individu yang menjadi anggota maupun antar individu-

mengatakan ada beberapa nilai yang diberikan oleh bisnis pemasaran jaringan (network marketing) selain uang, yakni:

1. Pendidikan bisnis yang mengubah hidup.

2. Nilai berinvestasi dalam investasi yang sama dengan orang kaya. 3. Nilai kepemimpinan.

4. Nilai menghidupkan impian. 5. Nilai berpindah kuadran12

Saat ini bisnis pemasaran jaringan memberikan peluang bagi setiap orang untuk dapat berpindah kuadran dari kuadran kiri ke kuadran kanan (Kiyosaki, 2005:36). Orang-orang mulai membentuk jaringan untuk memperoleh penghasilan yakni dengan memasuki bisnis pemasaran jaringan. Bagi sebahagian besar masyarakat melihat bahwa bisnis pemasaran jaringan dapat memberikan peluang untuk memperoleh penghasilan tambahan ekonomi mereka dengan cara memulai menekuni bisnis pemasaran jaringan (Sinaga, 2005:8). Sebahagian besar hal ini dilakukan tanpa meninggalkan pekerjaan atau bisnis lama mereka

.

13

12

Robert T. Kiyosaki (2006) membagi wilayah kerja manusia menjadi empat kuadran

yaitu sebelah kiri ada kuadran E (employe) dan kuadran S (self employe). Sebelah kanan ada

kuadran I (investor) dan kuadran B (bussines owner). Di kuadran E (employ) yaitu wilayah yang mencakup orang-orang yang bekerja dengan orang lain atau dengan instansi lain misalnya

kariawan. Sedangkan di kuadran S (self employe) yaitu orang-orang yang bekerja sendiri ataupun

orang profesional seperti dokter, pengaca. Selain itu para pengusaha kecil (small business owner)

juga masuk dalam kuadran S seperti pemilik restoran. Sedangkan kuadran B (buseniss owner)

yaitu para pemilik usaha dan pemilik bisnis. Sedangkan kuadran I (investor) yaitu wilayah orang- orang yang memiliki modal yang cukup besar sehingga mampu membeli saham perusahaan lain

seperti Mac Donal, Friend Chicken, dan lain-lain. Robert T. Kiyosaki melihat bahwa bisnis

pemasaran jaringan berada dalam kuadran B (buseniss owner). Hal ini dapat dilihat dari cara kerjanya dimana kuadran kanan (kuadran B dan kuadaran I) bekerja membentuk jaringan untuk memperoleh penghasilan. Sedangkan kuadran kiri (kuadran E dan kuadran S) bekerja secara individu untuk memperoleh penghasilan.

13

Royan (2001: 24) mengatakan bahwa bisnis MLM menjadi tempat ajang orang melakukan pekerjaan sambilannya. Seorang pelaku bisnis MLM tidak dituntut untuk mengikuti

merupakan salah satu bentuk gambaran perilaku atau fenomena ekonomi yang telah terjadi di masyarakat.

Lebih lanjut Wiranata (2002:22) melihat bahwa perilaku ataupun fenomena ekonomi suatu masyarakat tidak terlepas dari bagaimana sikap dasar suatu masyarakat, struktur suatu masyarakat, cara berpikir,cara pandang, dan sebagainya. Ditambah lagi, Maggio (Nursyirwan, 1997:289) memperjelas bahwa jika kebudayaan digunakan secara serius di dalam memahami fenomena ekonomi, nantinya tidak hanya akan memperkaya pemahaman interpretative tentang fenomena itu, tetapi juga akan membantu menjelaskan hal tersebut dengan lebih baik. Spreadly (1997) mendefinisikan kebudayaan sebagai sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar yang kemudian mereka gunakan untuk menginterpretasi dunia sekeliling mereka dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka. Dari defenisi tersebut, dapat dikembangkan bahwa menurut Thomasita (Sinaga, 2005) kebudayaan terdiri dari:

1. Kategori-kategori yang digunakan manusia untuk mengelompokkan

dan mengklasifikasikan pengalamannya, aturan-aturan yang dipelajari manusia untuk tindakan-tindakannya yang tepat selanjutnya.

2. Peta pengetahuan (kognitif) yang memungkinkan manusia untuk

menginterpretasikan tindakannya dan peristiwa-peristiwa yang dihadapinya selanjutnya.

3. Rencana-rencana manusia untuk mengatur tindakan untuk mencapai

suatu tujuan.

Para member juga senantiasa menyusun strategi dalam menjalankan bisnis pemasaran jaringan. Strategi-strategi yang disusun kemudian akan digunakan untuk menginterpretasi dunia sekelilingnya dalam hal ini yaitu bisnis pemasaran

jaringan. Strategi-strategi yang digunakan member umumnya juga diperoleh melalui proses belajar. Lebih lanjut Spreadly (1997) mengungkapkan bahwa tugas seorang peneliti adalah mempelajari dan mengungkapkan pengetahuan member

dalam hal ini yaitu untuk mempelajari pengetahuan member yang berkenaan dengan strategi-strategi yang dilakukan member dalam menjalankan bisnis pemasaran jaringan.