• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain adalah suatu proses kreatif yang merespon suatu kondisi dengan berkonsenterasi pada ide, arti, dan nilai-nilai. Desain lanskap adalah pembentukan suatu bentang alam yang dapat dikenang, berarti, bernilai dan berkelanjutan. Desain lanskap dapat dilihat sebagai suatu solusi inovatif dari masalah suatu lingkungan akibat pengaruh ekologi, teknologi, dan budaya. Desain lanskap yang baik adalah suatu desain yang dapat mengintegrasikan antara pengaruh ekologi dan manusia yang terus berubah (Fireza, 2008).

Menurut Both (1990), proses desain memiliki manfaat seperti:

1. memberikan logika, mengorganisasi bagan kerja untuk menciptakan solusi desain,

2. menolong untuk memastikan bahwa muncul solusi untuk masalah desain (tapak, kebutuhan klien, budget, dan lain-lain)

3. pertolongan bagi klien dalam menemukan penggunaan terbaik untuk tapak dengan cara mempelajari solusi-solusi alternatif, dan

4. menjadi dasar untuk menjelaskan dan mempertahankn solusi desain bagi klien.

Menurut Kevin Lynch dan Gary Hack dalam Swaffield (2002), desain adalah proses membayangkan dan mencari kemungkinan, yang berasal dari pengalaman. Desain adalah mencari bentuk yang memenuhi program, yang berhubungan dengan solusi yang berkaitan dengan karakteristik umum dan hasil yang diinginkan. Desain lanskap berhubungan dengan tiga elemen yaitu:

1. pola aktivitas, yang digambarkan dari diagram aktivitas, yang mengatur perilaku, karakter pengguna, hubungan ruang dan aktivitas, dan kepadatan pengguna,

2. pola sirkulasi, merupakan penataan jalur untuk pergerakan yang

menghubungkan setiap ruang,

3. pola yang menghubungkan ruang, memberikan pengalaman pada apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan.

2.2Taman

Taman merupakan salah satu bentuk pemanfaatan lahan RTH yang berupa ruang terbuka bagi manusia untuk melakukan berbagai aktifitas, yang memiliki fungsi sosial dan estetik (Eriawan, 2003 dalam Pratiwi, 2011). Setiap bentuk RTH memiliki kriteria tersendiri untuk mencapai target pemenuhan RTH suatu wilayah. Terdapat 5 kriteia RTH berdasarkan status kepemilikan, sasaran, peranan fungsi, jenis yang dikembangkan, dan intentitas pengelolaan yang ditunjukan pada Tabel 1 (Waryono (2008), dalam Pratiwi, 2011).

Tabel 1. Bentuk dan kriteria RTH taman di DKI Jakarta (Waryono, 2008)

No Kriteria Bentuk RTH : Taman

1 Sasaran Kawasan strategis sebagai penunjang

keindahan lingkungan

2 Peran dan fungsi Estetika, rekreasi, peredam polusi

3 Vegetasi Tanaman hias, rerumputan

4 Intensitas pengelolaan Tinggi

5 Status kepemilikan Umum dan perorangan

Taman merupakan suatu ruang publik, yang dapat dijadikan sebagai salah satu area aktivitas anak-anak, yaitu tempat bermain (playground) (Darmawan, 2007). Menurut Hidayat (2009) dalam Pratiwi (2011), pemanfaatan lingkungan lokal merupakan pendekatan sosialisasi anak didik terhadap obyek dan persoalan di lingkungannya, sehingga dapat menyatu dengan lingkungan dan ekosistemnya. Hasil dari sosialisasi pemanfaatan lingkungan lokal ini adalah anak-anak yang beriman dan bertakwa pada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, dan mandiri. Pemanfaatan taman yang baik adalah taman yang memperhatikan lahan yang didesain memiliki aspek legal, memilih tanaman yang cocok, desain taman harus disertai daya dukung, mudah perawatannya, dan elemen taman tidak harus mahal.

Taman terdiri dari dua elemen utama yaitu elemen lunak (softscape) dan elemen keras (hardscape) (WS Don, 2003). Elemen lunak (softscape) adalah elemen atau material hortikultura yang membuat suasana sebuah taman menjadi hidup, terdiri dari vegetasi, satwa, air, angin, dan lain sebagainya. Elemen keras

keharmonisan elemen taman akan membentuk sebuah taman yang nyaman dan indah.

2.3Taman Lingkungan

Berdasarkan UU No. 5 tahun 2008 tentang “Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan”, taman lingkungan adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif atau kegaitan lain pada tingkat lingkungan.

Menurut Carr (1942) dalam Dimastanto (2008), taman lingkungan adalah ruang terbuka yang dibangun dan dikembangkan di lingkungan perumahan atau pemukiman, yang diperuntukan bagi masyarakat umum dan diatur sebagai area ruang terbuka kota atau sebagai bagian dari pembangunan oleh swasta, misalnya taman bermain, fasilitas olahraga, dan lainnya. Penyediaan taman lingkungan adalah untuk kebutuhan rekreasi terbatas yang diperuntukkan bagi kebutuhan masyarakat kota, taman lingkungan diperuntukkan bagi interaksi masyarakat setempat (Bappeda Provinsi Jawa Barat, 2007). Oleh karena itu, taman lingkungan umumnya memiliki lokasi yang berada pada pusat lingkungan perumahan serta mudah diakses.

2.4Taman Bermain (Children Playground)

Taman bermain anak (children playground) adalah tempat yang

dirancang bagi anak-anak untuk melakukan aktivitas bermain dengan bebas untuk memperoleh keriangan, kesenangan, dan kegembiraan serta sebagai sarana mengembangkan kemampuan kognitif, sosial, fisik, serta kemampuan emosinya. Taman bermain di ruang publik merupakan taman bermain yang dikelola oleh pemerintah, swasta, komunitas masyarakat, serta sekolah yang dapat diakses oleh siapa saja dari berbagai latar belakang dan kemampuan. Taman bermain tidak harus dikembangkan dengan semua jenis permainan, tetapi disesuaikan dengan kondisi setempat dan tingkatan permainan yang diinginkan dengan selalu mengacu pada keselamatan penggunanya (Baskara, 2011).

Menurut Baskara (2011) mendesain ruang rekreasional harus sesuai dengan kebutuhan, sasaran pengguna dan jenis permainan yang ingin ditampilkan. Berdasarkan kebiasaan, terdapat beberapa jenis permainan yang dapat diakomodasi di dalam taman bermain:

a. Permainan fisik, menuntut pemain untuk selalu aktif bergerak seperti melompat, berlari, bersepeda, merangkak, merayap, memanjat, atau meluncur. Permainan dinamis ini dapat melatih aktivitas motorik sehingga anak dapat berkembang dengan baik.

b. Permainan kreatif, dalam permainan ini dibutuhkan imajinasi dan khayalan. Material yang dapat dibentuk atau ditransformasikan seperti pasir, air, gravel, atau lempung digunakan dalam tipe permainan ini. Sulit bagi anak-anak untuk tetap mempertahankan bentuk ketika bermain dengan material diatas sehingga merangsang anak untuk berimajinasi dan akhirnya melatih anak untuk terus kreatif.

c. Permainan sosial, permainan yang menitikberatkan pada sosial dan hubungan antar pemain, seperti kejar-kejaran, bersembunyi, dan permainan tim dengan aturan dimana imajinasi merupakan alat utama yang digunakan dalam seluruh aktivitas. Dengan permainan dasar yang dibutuhkan untuk mendorong imajinasi, hal ini lebih efektif untuk memberikan elemen yang abstrak, sugesti dimana anak-anak akan mampu beradaptasi dengan teman sebayanya melalui cara mereka sendiri.

d. Permainan indra, semua indra digunakan dalam semua aktivitas manusia, anak-anak merupakan pioner sesungguhnya dalam bereksperimen, sehingga permainan yang melibatkan pengalaman indra yang selalu dibutuhkan dan diaplikasikan dalam taman bermain. Elemen yang didesain untuk menstimulasi indra peraba, pendengaran, penglihatan, dan penciuman, akan memperkaya pengalaman rekreasi anak-anak.

e. Permainan dalam ketenangan, penyediaan kemungkinan untuk beristirahat dan berpikir dalam taman bermain merupakan kegiatan yang sama-sama penting seperti stimulasi aktivitas fisik. Suasana tenang dan damai membuat anak-anak dapat berkonsenterasi dengan aktivitasnya, bebas dari gangguan

luar. Pada area ini juga didesain kotak pasir, meja dan kursi, serta area yang cukup terlindungi dari sengatan matahari.

2.5Anak Usia Sekolah Dasar

Anak usia sekolah dimulai dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) atau TK (Taman Kanak-kanak), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan SMA (Sekolah Menegah Atas). PAUD adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar, untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, umumnya berusia 0-6 tahun. Sedangkan, TK adalah pendidikan formal yang tujuannya sama dengan PAUD. Masa belajar anak di TK tergantung pada tingkat kecerdasan yang dinilai dari rapor per semester selama 2 tahun. Umur rata minimal untuk masuk TK sekitar 4-5 tahun dan umur rata-rata untuk lulus TK sekitar 6-7 tahun, yang kemudian dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan SD (Wikipedia Indonesia, 2012).

Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas, 2012) menyebutkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yaitu SD (atau sederajat) selama 6 tahun dan SMP (atau sederajat) selama 3 tahun. Pelajar SD umumnya berusia 7-12 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Pelajar SMP umumnya berusia 13-15 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Selanjutnya adalah SMA yang merupakan lanjutan dari jenjang pendidikan dasar, yang umumnya berusia 16-18 tahun.

Dalam bukunya, Hastuti (2012) membagi masa anak-anak dalam tiga masa, yaitu:

a. Masa anak-anak permulaan (usia 1-6). Anak pada usia ini dipenuhi dengan keinginan dan selalu bertanya “mengapa” dan “untuk apa”. Anak juga akan sangat suka meniru, serta ingin menghabiskan waktunya dalam permainan yang aktif. Anak-anak ini sangat mudah percaya kepada apa yang dikatakan orangtua dan teman-teman dekatnya.

b. Masa anak-anak pertengahan (usia 7-9). Pada usia ini, anak memiliki kecenderungan beraktifitas yang terkendali dan termotivasi karena

sebuah tujuan. Anak-anak di usia ini tetap ingin tahu dan mempunyai banyak pertanyaan yang harus dijawab dengan jujur dan memiliki alasan yang logis.

c. Masa anak-anak terakhir pada usia 6-7 tahun sampai 12-13 tahun. Periode ini dimulai setelah anak melewati masa degil, dimana proses sosialisasi telah berlangsung secara efektif dan telah siap untuk masuk sekolah. Masa anak akhir ini adalah tahap terpenting bagi anak-anak untuk mengembangkan aspek-aspek yang ada pada dirinya, seperti aspek afektif, kognitif, psikomotorik, maupun aspek yang menyongsong masa remaja. Masa anak ini diharapkan untuk memperoleh pengetahuan dasar yang dipandang sangat penting bagi persiapan dan penyesuaian diri terhadap kehidupan masa dewasa. Dengan mempelajari keterampilan tertentu, seperti keterampilan sosial.

2.6Perumahan

Rumah tidak sekedar benda mati, melainkan proses yang dinamis yang terus berkembang sesuai dengan siklus kehidupan manusia, pertumbuhan keluarga dan peningkatan sosial-ekonomi. Kebanyakan rumah penduduk Indonesia tidak hanya berfungsi tunggal sebagai tempat tinggal, tetapi juga berfungsi ganda sebagai wahana menambah penghasilan. Terdapat kaitan yang erat antara rumah dan perumahan dengan segala sumber kehidupan manusia. Saat ini, perumahan merupakan kebutuhan sosial yang dapat berfungsi sebagai instrumen pembangunan yang aktif. Perumahan sebaiknya mengacu pada proses yang menerus, bukan produk yang “mati.” Dalam kehidupan sehari-hari, perumahan selalu tumbuh sebagai proses organis, bagaikan jasad hidup (Budihardjo 2006). Sedangkan, berdasarkan UU RI Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, dijelaskan bahwa perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lignkungan.

Eckbo (1964) menerangkan bahwa lingkungan pemukiman/perumahan adalah suatu area yang didalamnya terdapat susunan ketetanggaan atau kumpulan tempat tinggal dan sarana perkantoran, niaga, pendidikan, budaya, kesehatan, dan

fasilitas administrasi penting lainnya di sekitar area tersebut. Kehadiran fasilitas penunjang yang terkumpul dan tersusun rapi di suatu kelompok hunian (cluster), adanya hubungan antar rumah melalui jalur yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki, taman yang tersebar secara radial ataupun paralel, dan akses ke luar lingkungan yang mudah dapat menciptakan hubungan ketetanggan yang ideal dalam lingkungan pemukiman/perumahan.

2.7Cluster

Menurut Simonds (1978) perencanaan perumahan dengan konsep cluster saat ini sedang berkembang. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan untuk meningkatkan ruang terbuka dan ruang publik pada sebuah kawasan, dengan merencanakan sebuah kawasan tempat tinggal dengan sistem pengelompokan. Simonds (1978) juga mengatakan bahwa inovasi yang menjanjikan dalam perencanaan lahan adalah dengan sistem cluster atau mengelompokkan tempat tinggal dan bangunan lainnya dalam suatu lingkungan yang padat. Pada perencanaan dengan sistem cluster pada bangunan komersial sangat penting untuk menyediakan ruang pendukung tambahan agar dapat membatasi pembangunan lahan serta dapat menghemat dan menciptakan ruang yang nyaman.

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi

Kegiatan penelitian ini berlokasi di Cluster Callysta Permata, Perumahan Taman Permata, Bintaro, Tangerang Selatan. Perumahan Taman Permata memiliki 4 cluster, yaitu Callysta, Adora, Oriana, dan Vania. Lokasi penelitian terletak di Kota Tangerang Selatan, pada titik koordinat 106’38” – 106’47’ BT dan 06’13’30’ – 06’22’30 LS (Portal Resmi Pemerintah Kota Tangerang Selatan, 2012), dan Cluster Callysta terletak pada titik koordinat -6° 17' 25.93", +106° 41' 59.45" (Google Maps).

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan selama tiga bulan mulai dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2012 untuk mengumpulkan data, dan selama empat bulan untuk pengolahan data mulai bulan Agustus sampai dengan November 2012.

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian N

o Kegiatan

Waktu Pelaksanaan

Jan Feb-Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des

Persiapan 1 Proposal 2 Kolokium 3 Perijinan Pekerjaan Lapang 4 Inventaris

Pekerjaan Studio/Pengolahan Data

5 Analisis& Sintesis 6 Konsep 7 Desain Pekerjaan Akhir 8 Penyusunan Laporan 9 Seminar 10 Sidang 3.2 Tahapan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosial dengan melakukan wawancara langsung terhadap pengelola dan terhadap warga cluster Callysta, serta penyebaran kuisioner pada pengguna (data sosial). Tahapan penelitian ini meliputi:

1. Persiapan, yang meliputi penyusunan proposal, kolokium, dan perijinan ke lokasi penelitian.

2. Pekerjaan lapang, yang meliputi pengumpulan data (inventaris) fisik, biofisik, dan sosial.

3. Pekerjaan studio/pengolahan data, yang meliputi analisis dan sintesis, konsep, dan desain.

4. Pekerjaan akhir, yang meliputi penyusunan laporan tertulis, seminar, dan sidang/ujian.

Tabel 3. Jenis, Sumber, dan Kegunaan Data

Jenis/Aspek data Unit data Kategori data

Cara pengambilan

Sumber data Kegunaan data

Fisik – Biofisik

1. Ruang

lokasi - Primer Survei lapang Pengelola

pemukiman

Mengetahui kondisi umum lokasi

luas tapak m2 Primer Survei lapang Pengelola

pemukiman

Mendesain taman lingkungan

2. Topografi - Primer dan

sekunder

Survei lapang Data Pemda Tangerang Selatan Analisis drainase, struktur dan fasilitas 3. Iklim

Suhu 0C Sekunder - BMKG Menentukan

kenyamanan

Curah hujan mm/tahun Sekunder - BMKG Menentukan

penempatan drainase

Kecepatan angin

km/jam Sekunder - BMKG

4. Jenis Tanah - Sekunder - Puslitan Pengembangan

struktur dan menentukan kemampuan tumbuh tanaman

5. Vegetasi - Primer Survei lapang - Menentukan

iklim mikro

6. Satwa - Primer Survei lapang - Menghadirkan

habitat satwa

7. Aksesibilitas - Primer Survei lapang - Menentukan

desain sirkulasi

8. Sirkulasi - Primer Survei lapang - Menentukan

penempatan fasilitas dan utilitas

9. Utilitas - Primer Survei lapang - Menentukan

penempatan dan desain fasilitas

10. Fasilitas - Primer Survei lapang -

Sosial 1. Pengguna Jumlah, profil pengguna Primer Wawancara pengelola dan pengguna - Mengetahui daya dukung Mengakomodasi keinginan&kebu -tuhan pengguna 2. Keinginan/ kebutuhan pengguna - Primer Wawancara, kuisioner - Mendesain ruang, fasilitas&utilitas Mendesain fasilitas-utilitas

3. Aktivitas - Primer Survei lapang&

wawancara

- Mengetahui

kebutuhan ruang bagi user

4. Waktu aktivitas Jam Primer Survei lapang&

wawancara

- Mengetahui

kebutuhan ruang bagi user

3.3 Proses Mendesain

Dalam penelitian ini, proses mendesain yang digunakan adalah model Simonds yang telah dimodofikasi (Gambar 3), dengan menggunakan tiga alternatif desain. Sebagian proses mendesain akan dilakukan pada tahap persiapan sampai menghasilkan sintesis (block plan).

Gambar 3. Proses Mendesain Model Simonds yang telah dimodifikasi

a. Inventaris, merupakan proses awal dalam mendesain yang meliputi

pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan langsung saat di lapangan seperti data fisik (batas tapak dan luas tapak) dan data sosial, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi literatur atau data yang tidak dimungkinkan didapatkan sendiri pada saat dilapangan, seperti data iklim, topografi, dan utilitas. Untuk data ruang, vegetasi, satwa, fasilitas, sirkulasi, aksesibilitas merupakan jenis data primer sekunder, yang dapat diamati langsung di lapang dan kemudian disesuaikan dengan data sekunder yang ada. Pada proses ini juga akan disebarkan 30 kuisioner kepada warga cluster, baik orang tua maupun anak-anak. Tujuan dari kuisioner ini adalah untuk mengetahui harapan, keinginan, dan

Inventarisasi Anallisis Sintesis Konsep Desain

Kondisi fisik, biofisik, sosial Peta Dasar 3 Alternatif Desain Desain Final Site Plan Gambar Detil Potensi dan Kendala Peta Tematik Peta Komposit Alternatif terhadap permasalah-an Block Plan Alokasi ruang dan aktivitas Konsep Dasar Konsep Pengembangan Konsep Desain 10 responden 30 kuisioner

pengetahuan pengguna taman, dalam hal ini warga cluster yang kemudian menjadi dasar pembentukan alternatif desain yang ada.

b. Analisis dilakukan untuk mengetahui potensi, kendala, keinginan/kebutuhan pengguna, dan/atau kemungkinan solusi pada tapak. Proses ini akan menghasilkan peta tematik dan peta komposit dari analisis data primer dan sekunder.

c. Sintesis, merupakan hasil yang diperoleh dari analisis spasial deskriptif, yang akan dikembangkan untuk desain/perancangan, yang merupakan alternatif terbaik dari pemecahan masalah yang akan dikembangkan menjadi konsep. Hasil dari proses sintesis adalah block plan yang merupakan penyusunan kebutuhan ruang, sehingga akan diketahui jenis ruang yang akan diperlukan untuk menyusun diagram ruang beserta keterkaitan ruang.

d. Konsep merupakan hasil dari analisis dan sintesis yang dikembangkan menjadi konsep dasar, konsep desain dan konsep pengembangan. Konsep dasar dibuat berdasarkan fungsi utama tapak yang akan dikembangkan menjadi konsep ruang, konsep vegetasi, konsep sirkulasi, dan lain sebagainya. Konsep desain akan menjadi dasar/atau acuan dalam mendesain yang kemudian akan menjadi identitas atau ciri dari tapak tersebut.

e. Desain/perancangan merupakan pembuatan site plan dan gambar detail dari rencana blok (block plan) dan konsep pada elemen yang akan dihadirkan, dengan memperhatikan prinsip desain, seperti :

• tema, gambaran karakter tertentu yang diwujudkan dalam tapak dengan karakter tertentu

• gradasi, pengulangan material, bentuk, tekstur, dan elemen desain lainnya

• kontras, hal yang menarik perhatian

• keseimbangan, seimbang dari porsi bentuk maupun porsi pada elemen desain.

Pada tahap ini, akan dihasilkan tiga alternatif desain dari penyebaran kuisioner pertama. Alternatif desain ini dibedakan dari pola, jenis vegetasi yang digunakan, dan fasilitas yang tersedia pada taman. Ketiga alternatif desain ini akan dinilai dan dipilih oleh 10 warga cluster untuk menghasilkan sebuah

desain final. Desain final ini merupakan perpaduan dari elemen-elemen yang disukai oleh warga.

Gambar 4. Bagian Proses Desain

3.4 Batasan Studi

Hasil akhir dari penelitian ini adalah berupa denah lanskap (site plan), gambar detail softscape dan hardscape, gambar perspektif, gambar potongan, gambar potongan tampak, dan denah penanaman (planting plan), serta program mengenai lingkungan.

3.5 Alat dan Bahan

Alat yang diperlukan dalam kegiatan lapang pada penelitian ini adalah alat survei seperti kamera, alat tulis, dan lain sebagainya. Untuk kegiatan studio diperlukan alat berupa PC/Laptop dengan software AutoCAD 2007, Sketchup, Photoshop CS, Microsoft Office Word. Sedangkan bahan yang diperlukan adalah peta dasar sebagai acuan, daftar pertanyaan untuk wawancara dan kuisioner.

Alternatif 1 Site Plan Desain Final Alternatif 2 Alternatif 3 10 Responden Desain 30 Kuisioner

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Kondisi Tapak

Kondisi tapak terbagi dalam dua aspek, yaitu aspek fisik-biofisik dan aspek sosial-ekonomi. Aspek fisik-biofisik meliputi lokasi dan batas tapak, visual, aksesibilitas dan sirkulasi, iklim, topografi, fasilitas, serta vegetasi dan satwa. Aspek sosial meliputi data pengguna (tahun pertama cluster mulai dihuni, jumlah KK/RT/RW, rasio umur, pendidikan, suku, dan perekonomian), kebutuhan pengguna, aktivitas, dan waktu aktivitas penggunaan tapak. Peta inventaris tapak dapat dilihat pada gambar 6.

4.1.1 Aspek Fisik dan Biofisik 4.1.1.1Lokasi dan Batas Tapak

Perumahan Taman Permata terletak di Bintaro Jaya sektor 9. Perumahan ini berbatasan dengan Jalan Titihan pada bagian utara; Jalan Kalimantan, Jalan Vila Bintaro Indah dan Jalan Jombang Raya pada bagian timur; Jalan Raya Sumatera dan Jalan Haji Salim pada bagian selatan; serta Jalan Murai dan Jalan Astek pada bagian barat (Gambar 5). Cluster Callysta berbatasan dengan Cluster Adora dan jalan utama perumahan di sebelah barat; lapangan tenis di sebelah utara; Jalan Vila Bintaro Indah dan Jalan Jombang Raya di sebelah timur; serta Jalan Raya Sumatera dan Jalan Haji Salim di sebelah selatan (Gambar 7).

Gambar 5. Peta Batas Perumahan Taman Permata Sumber: Google Map, 2012

Cluster Calysta merupakan cluster untuk masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas, dengan luas 28.781 m2 dan jumlah rumah sebanyak 113 unit rumah. Fasilitas yang disediakan cluster ini adalah gerbang cluster, pos jaga, dan taman lingkungan. Taman lingkungan terletak di depan setelah pintu masuk cluster inilah yang menjadi tapak untuk studi. Taman lingkungan ini disebut oleh warga sebagai taman bermain karena berfungsi sebagai taman bermain bagi anak-anak, taman inilah yang menjadi tapak penelitian dengan luas 451 m2. Taman bermain dikelilingi oleh jalan cluster dengan batas sebelah utara terdapat pos jaga, sebelah timur terdapat tembok pembatas perumahan yang di tutupi oleh tanaman bambu, sebelah selatan terdapat rumah warga Jalan Calista 1, dan sebelah barat terdapat pagar pembatas cluster.

Gambar 7. Peta Batas Taman Lingkungan

4.1.1.2Topografi dan Tanah

Secara umum, sebagian besar wilayah Tangerang Selatan merupakan dataran rendah dan memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan rata-rata 0-3% dan ketinggian wilayah antara 0-25 mdpl. Pada umumnya Tangerang Selatan memiliki jenis tanah berupa asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan, yang secara umum cocok untuk pertanian dan perkebunan (Portal Resmi Pemerintah Kota Tangerang Selatan, 2012). Tanah pada kawasan perumahan umumnya sudah mengalami grading dengan titik 0 pada jalan. Untuk taman lingkungan, pengembang membuat elevasi sendiri dengan ketinggian mencapai 45 cm, dengan interval 15 cm mengikuti tinggi paving/perkerasan yang ada pada taman lingkungan (Gambar 8).

Gambar 8. Ketinggian Tapak Eksisting

4.1.1.3Aksesibilitas dan Sirkulasi

Perumahan Taman Permata dekat dengan Kota Tangerang yang dapat diakses melalui Jalan Jombang Raya. Akses lain menuju tapak adalah dengan melalui Jalan Bulevar Bintaro Jaya dari Jakarta Selatan dan Bintaro. Tapak dapat diakses melelui jalur kereta dari dengan stasiun terdekat adalah Stasiun Sudimara. Selain itu, tapak juga dapat diakses dengan menggunakan bus dengan terminal terdekat adalah Terminal Lebak Bulus (Gambar 9).

Gambar 9. Peta Aksesibilitas

Sirkulasi di dalam cluster adalah jalan utama cluster dengan lebar jalan 6 meter dengan berm 2 meter. Jalan cluster ini ditujukan untuk pengendara mobil,

Dokumen terkait