• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Taman Lingkungan untuk Anak Usia Sekolah Dasar di Cluster Callysta Permata, Perumahan Taman Permata Bintaro, Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Desain Taman Lingkungan untuk Anak Usia Sekolah Dasar di Cluster Callysta Permata, Perumahan Taman Permata Bintaro, Tangerang Selatan"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

Grace Mutiara Lauren

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Sekolah Dasar di Cluster Callysta Permata, Perumahan Taman Permata Bintaro, Tangerang Selatan. Dibimbing oleh DEWI REZALINI ANWAR.

Taman lingkungan adalah sebuah taman di kawasan perumahan yang digunakan dan dimiliki oleh masyarakat setempat. Taman lingkungan merupakan sebuah ruang terbuka dengan fungsi baik sosial dan estetika sebagai media untuk kegiatan rekreatif atau kegiatan lainnya di kawasan perumahan (UU No 5 Tahun 2008). Dilihat dari kondisi ruang terbuka yang terus berkurang menyebabkan anak-anak lebih menyukai bermain komputer dan menonton TV sehingga anak-anak cenderung lebih pasif dan individual. Oleh karena itu, dibutuhkan desain taman lingkungan untuk anak usia sekolah untuk menciptakan ruang bermain yang rekreatif dan edukatif bagi anak-anak.Desain adalah mencari bentuk-bentuk yang memenuhi program. Ini berkaitan dengan solusi tertentu, sementara program ini berkaitan dengan karakteristik umum dan hasil yang diinginkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosial dengan wawancara dan penyebaran kuisioner awal pada 30 responden untuk membentuk 3 alternatif desain. Ketiga alternatif desain ini dinilai dan dipilih oleh 10 responden untuk menghasilkan desain final. Desain final merupakan kombinasi dari ketiga alternatif desain yang dapat memenuhi fungsi sosial dan edukatif bagi pengguna taman lingkungan. Desain final ini akan dijelaskan dalam gambar denah lanskap, denah penanaman lanskap, gambar detil berupa gambar potongan keseluruhan tapak, gambar detil hardscape dan softscape, serta gambar perspektif.

Kata kunci: anak usia sekolah, desain lanskap, dan taman lingkungan.

ABSTRACT

Neighborhood park is a park in the residential area that is used and owned by the local community. Neighborhood park is an open space with both social and aesthetic functions as a medium for recreational activities or other activities in the area of housing (Act No. 5 of 2008). Viewed from the condition of open space an ever reduced made children to prefer playing computer and watching TV so they looks more passive and individual. Therefore, we need a neighborhood park design for school age children to create a space for playing. Design is the search for forms that satisfy a program. It deals with particular solutions, while the program is concerned with general characteristics and desired outcomes. The method used in this research is a social approach to interviews and distribution of questionnaires beginning at 30 respondents to form three design alternatives. The three design alternatives is assessed and selected by 10 correspondents to produce the final design. Final design is a combination of all three design alternatives that can meet the social and educational functions for the user neighborhood parks. Final design will be explained in the site plan, planting drawings, detail section drawings of site, hardscape and softscape detail drawings, and perspective drawings.

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Desain Taman Lingkungan untuk Anak Usia Sekolah Dasar di Cluster Callysta, Perumahan Taman Permata Bintaro, Tangerang Selatan adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2012

Grace Mutiara Lauren

(4)
(5)

Grace Mutiara Lauren

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Judul : Desain Taman Lingkungan untuk Anak Usia Sekolah Dasar di Cluster Callysta Permata, Perumahan Taman Permata Bintaro, Tangerang Selatan

Nama : Grace Mutiara Lauren

NRP : A 44080060

Departemen : Arsitektur Lanskap

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dewi Rezalini Anwar, SP, M.A.Des NIP. 19800318 200812 2 001

Diketahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

(7)

Puji syukur kepada Tuhan Yesus atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Desain Taman Lingkungan untuk Anak Usia Sekolah Dasar di Cluster Callysta, Perumahan Taman Permata Bintaro, Tangerang Selatan. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat lulus dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. kedua orang tua, Bpk. Kisman dan Ibu Yanti Chandra, serta kedua adik, Cassandra Mutiara Cen dan Agneslystia Mutiara Cen atas segala dukungan baik moril maupun materiil dan pengertiannya selama penulis dalam masa studi,

2. Ibu Dewi Rezalini Anwar, SP, M.A.Des sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberikan arahan, saran, dan kritik; serta yang telah berbagi ilmu dalam desain,

3. Ibu Dr. Ir. Afra DN Makalew, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan masukan selama masa studi penulis,

4. Ibu Fitiryah Nurul H Utami, ST, MT sebagai dosen pembahas pada kolokium dan seminar, serta sebagai dosen penguji bersama ibu Dr. Ir. Indung Siti Fatimah, Msi.

5. keluarga besar Cen (Sandy, Wilson, Kevin, Ci Lisia, Ci Vina, Khuku Ciang Moy, Khuku Siat Moy, Suksuk Atat, dll), tante Okta dan tante Ririn yang juga turut menyemangati dan mendoakan penulis dalam penyelesaian tugas akhir, 6. rekan-rekan Mahasiswa Arsitektur Lanskap 45 yang telah memberikan

semangat, sahabat untuk berbagi kegalauan, teman untuk saling mendukung dan mengingatkan dalam proses penyusunan skripsi,

7. Jihan sebagai rekan selama bimbingan skripsi,

(8)

9. keluarga besar Arsitektur Lanskap, seluruh dosen dan juga staf Arsitektur Lanskap, kakak kelas ARL 43, 44 yang telah bersedia untuk berbagi ilmu, dan juga adik kelas ARL 46, 47, 48 yang telah mendoakan dan memberikan semangat,

10.seluruh staff Departemen Arsitektur Lanskap (Mas Rahmat, Bu Yeni, Mba Sobariah, Mas Adi),

11.teman-teman kostan Family House, khususnya Stella Allineshia, F Irena Napitupulu, Primita Ananda, Ristania, Tania Juanita, Erni Steffi, Anna, Indah, Intan, Resti, dan Risa yang juga telah mendoakan dan memberikan semangat, 12.teman SMP (Livong) dan SMA (kelas X-6, XI, XII IPA 2, Indra Ramdhani,

dan Andri “Jawa”) yang juga telah memberikan doa, semangat, “hiburan” dan dukungannya dalam proses pengerjaan sampai skripsi selesai.

13.warga Cluster Callysta, Taman Permata, Bintaro, khususnya Bapak dan Ibu RW 20.

Terimakasih atas doa dan dukungannya selama skripsi ini bisa selesai pada waktunya. Terimakasih juga pada pihak-pihak lain yang terkait, yang telah memberikan dukungannya, sehingga penelitian dapat diselesaikan.

(9)

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 12 Agustus 1990 dari bapak Kisman dan ibu Yanti Chandra. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Penulis lulus dari Sekolah Dasar (SD) Swasta Eka Wijaya, Cibinong-Bogor pada tahun 2002. Pendidikan dilanjutkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Eka Wijaya, Cibinong-Bogor dan lulus pada tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun 2008. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI/PMDK sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(10)

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

1.4 Kerangka Pikir ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desain ... 4

2.2 Taman ... 5

2.3 Taman Lingkungan ... 6

2.4 Taman Bermain (Children Playground) ... 6

2.5 Anak Usia Sekolah ... 8

2.6 Perumahan ... 9

2.7 Cluster ... 10

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi ... 11

3.2 Tahapan Penelitian ... 12

3.3 Proses Mendesain ... 14

3.4 Batasan Studi ... 16

3.5 Alat dan Bahan ... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Tapak ... 17

(11)

4.1.1.4 Drainase ... 22

4.1.1.5 Iklim ... 23

4.1.1.6 Fasilitas dan Utilitas ... 23

4.1.1.7 Visual ... 25

4.1.1.8 Vegetasi dan Satwa ... 25

4.1.2 Aspek Sosial ... 26

4.2 Analisis dan Sintesis ... 29

4.2.1 Aspek Fisik dan Biofisik 4.2.1.1 Lokasi dan Batas Tapak ... 30

4.2.1.2 Topografi dan Tanah ... 30

4.2.1.3 Aksesibilitas dan Sirkulasi ... 30

4.2.1.4 Drainase ... 32

4.2.1.5 Iklim ... 32

4.2.1.6 Fasilitas dan Utilitas ... 32

4.2.1.7 Visual ... 34

4.2.1.8 Vegetasi dan Satwa ... 36

4.2.2 Aspek Sosial ... 38

4.3 Konsep 4.3.1 Konsep Dasar ... 38

4.3.2 Konsep Desain ... 39

4.3.3 Konsep Pengembangan ... 40

4.3.3.1 Konsep Sirkulasi ... 40

4.2.3.2 Konsep Elemen ... 40

4.3.3.2.1 Elemen Lunak (Vegetasi) ... 42

4.3.3.2.2 Elemen Keras ... 42

(12)

4.3.4 Block Plan ... 48

4.4 Desain ... 50

4.4.1 Alternatif Desain 1 ... 50

4.4.2 Alternatif Desain 2 ... 51

4.4.3 Alternatif Desain 3 ... 53

4.4.4 Desain Final ... 53

4.5 Denah Penanaman dan Detil Penanaman ... 59

4.6 Detil ... 62

4.6.1 Potongan dan Potongan Tampak Keseluruhan Tapak ... 62

4.6.2 Paving dan Jalur Rekleksiologi ... 62

4.6.3 Bangku Taman ... 66

4.6.4 Papan Nama Tanaman ... 66

4.6.5 Pot Tanaman ... 66

4.6.6 Lampu Taman ... 70

4.6.7 Permainan Anak (set) ... 70

4.6.8 Ayunan ... 70

4.7 Perspektif ... 75

4.8 Program ... 75

V. KESIMPULANDAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 77

5.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN ... 82

1. Kuisioner Penelitian ... 83

(13)

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 3

2. Peta Lokasi Penelitian ... 11

3. Proses Mendesain Model Simonds yang telah dimodifikasi ... 14

4. Bagian Proses Desain ... 16

5. Peta Batas Perumahan Taman Permata ... 17

6. Peta Inventarisasi ... 18

7. Peta Batas Taman Lingkungan ... 19

8. Ketinggian Tapak Eksisting ... 20

9. Peta Aksesibilitas ... 20

10.Sirkulasi Eksisting... 21

11.Drainase dan Nug ... 22

12.Fasilitas Taman ... 23

13.Peta Inventaris Fasilitas Taman ... 24

14.Pemandangan dari luar dan dalam Taman Lingkungan ... 25

15.Vegetasi ... 26

16.Peta Inventaris Vegetasi ... 27

17.Aktivitas Pengguna Taman Lingkungan ... 29

18.Peta Analisis Sirkulasi ... 31

19.Peta Analisis Iklim ... 33

20.Peta Analisis Visual ... 35

21.Peta Analisis Vegetasi ... 37

22.Konsep Desain ... 39

23.Konsep Sirkulasi ... 41

24.Konsep Elemen ... 43

25.Konsep Ruang ... 44

26.Aktivitas di Taman (Image Reference) ... 45

27.Fasilitas (Image Reference) ... 46

28.Permainan Anak (Image Reference) ... 47

29.Pertumbuhan Anak (Tinggi Badan) ... 47

(14)

33.Alternatif Desain Lanskap 3 ... 55

34.Elemen yang disukai oleh koresponden pada Alternatif Desain 1 ... 56

35.Elemen yang disukai oleh koresponden pada Alternatif Desain 2 ... 57

36.Elemen yang disukai oleh koresponden pada Alternatif Desain 3 ... 58

37.Denah Lanskap Desain Final ... 60

38.Denah Penanaman ... 61

39.Detil Penanaman ... 63

40.Potongan Tampak ... 64

41.Potongan ... 65

42.Detil Paving dan Refleksiologi ... 67

43.Detil Bangku Taman ... 68

44.Detil Papan Nama Tanaman ... 69

45.Detil Pot Tanaman ... 71

46.Detil Lampu ... 72

47.Detil Pondasi Permainan Anak (set) ... 73

48.Detil Ayunan ... 74

(15)

1. Bentuk dan Kriteria Taman DKI Jakarta (Waryono, 2008) ... 5

2. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 12

3. Jenis, Sumber dan Kegunaan Data ... 13

4. Data Iklim Bulanan Tahun 2011, Stasiun Klimatologi Pondok Betung, Ciledug, Tangerang ... 23

5. Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas ... 45

6. Vegetasi Alternatif Desain 1 ... 50

7. Vegetasi Alternatif Desain 2 ... 51

8. Vegetasi Alternatif Desain 3 ... 53

9. Vegetasi Desain Final ... 59

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Manusia membutuhkan tempat untuk berteduh serta melindungi dirinya dari perubahan cuaca. Tempat berteduh yang dimaksud adalah bangunan rumah atau struktur lainnya yang digunakan oleh manusia, disebut juga tempat tinggal. Dalam konteks tertentu, tempat tinggal memiliki arti yang sama dengan rumah, kediaman, akomodasi, perumahan, dan lain sebagainya (Anonim, 2012). Kawasan tempat tinggal yang baik didukung oleh kualitas lingkungan yang baik di sekitarnya. Kualitas lingkungan dapat ditingkatkan dengan adanya Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang memadai di kawasan tempat tinggal.

Salah satu RTH yang ada pada lingkungan perumahan/tempat tinggal adalah taman lingkungan. Taman lingkungan memberikan ruang untuk kegiatan yang bersifat rekreatif, baik aktif maupun pasif, dan juga sebagai ruang sosial bagi masyarakat di lingkungan tempat tinggal tersebut. Taman lingkungan juga memungkinkan masyarakat sekitarnya untuk berinteraksi dengan lingkungannya, baik bersifat alami maupun buatan. Pada dasarnya, manusia memiliki kebutuhan dasar untuk penyegaran diri melalui interaksinya dengan keindahan alam dan lingkungannya (Maslow 1943 dalam Huitt 2004).

Selain itu, taman lingkungan juga sering dimanfaatkan sebagai area bermain anak-anak dengan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Selain aktivitas bermain yang rekreatif, aspek edukatif pun perlu dikembangkan dalam menciptakan taman lingkungan untuk anak-anak. Anak-anak merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan (Hastuti, 2012). Menurut Hastuti (2012), anak yang berada di Sekolah Dasar (SD) adalah anak yang berada pada rentangan usia perkembangan anak yang sangat penting bagi kehidupannya, karena masih dapat menerima berbagai hal yang ada disekitarnya. Oleh karena itu, usia sekolah dasar merupakan sasaran yang sesuai untuk penelitian ini.

(17)

menonton TV, bermain game di komputer, dan sebagainya. Kecenderungan anak-anak yang lebih suka bermain di dalam rumah, dapat mengurangi fungsi dari RTH/taman di kawasan perumahan, khususnya perkotaan.

Taman lingkungan yang berada di cluster Callysta sudah digunakan dengan baik oleh warga yang mayoritas adalah keluarga yang mempunyai anak pada usia sekolah dasar. Mayoritas pengguna taman ini adalah anak-anak, baik warga cluster maupun dari luar cluster, yang berkunjung ke taman pada sore hari saat hari kerja (Senin-Jumat) dan hari libur (Sabtu dan Minggu). Untuk mengurangi kecenderungan yang terjadi pada anak-anak saat ini, maka diperlukan suatu studi untuk mendesain taman lingkungan bagi anak usia sekolah sebagai bentuk pemanfaatan RTH di kawasan perumahan. Taman ini diharapkan dapat menjadi sarana bermain sekaligus dapat meningkatkan kepedulian dan kesadaran lingkungan pengguna, khususnya bagi anak-anak. Oleh karena itu, taman lingkungan pada cluster ini sesuai untuk lokasi penelitian.

1.2Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. mengidentifikasi dan menganalisis karakter pengguna taman lingkungan untuk mengetahui kebutuhan dan harapan pengguna khususnya bagi anak-anak,

2. menyusun konsep desain taman lingkungan yang berwawasan lingkungan bagi anak-anak,

3. mendesain taman lingkungan yang mampu meningkatkan kesadaran lingkungan bagi penggunanya, khususnya anak-anak.

1.3Manfaat

Manfaat dari perancangan taman lingkungan adalah:

(18)

2. pembelajaran bagi mahasiswa dalam perancangan taman lingkungan, yang fungsional dan estetik serta sesuai dengan aktivitas dan harapan pengguna khususnya bagi anak-anak,

3. karya baru dalam Arsitektur Lanskap dalam mendesain taman lingkungan dengan melibatkan warga sebagai pengguna untuk menciptakan taman yang fungsional dan estetik.

1.4Kerangka Pikir

Sebuah taman lingkungan dibentuk oleh aspek fisik dan bio-fisik serta aspek sosial. Kedua aspek ini akan diidentifikasi dan dianalisis, baik secara deskriptif maupun spasial. Hasil dari analisis ini adalah sintesis dan konsep, yang akan dikembangkan dalam perancangan taman lingkungan di kawasan perumahan (Gambar 1).

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Peningkatan kualitas lingkungan tempat tinggal

Ruang Terbuka Hijau (RTH) di cluster Callysta

Taman lingkungan

Analisis dan Sintesis

Konsep

Desain taman lingkungan untuk anak usia sekolah dasar di cluster Callysta

Denah lanskap, gambar detail, perspektif, program

Aspek Fisik dan Biofisik (lokasi&batas tapak, visual, sirkulasi&aksesibilitas, iklim, topografi,

fasilitas, vegetasi dan satwa)

Aspek Sosial

(pengguna [orang tua dan anak-anak], kebutuhan pengguna, aktivitas, waktu

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Desain

Desain adalah suatu proses kreatif yang merespon suatu kondisi dengan berkonsenterasi pada ide, arti, dan nilai-nilai. Desain lanskap adalah pembentukan suatu bentang alam yang dapat dikenang, berarti, bernilai dan berkelanjutan. Desain lanskap dapat dilihat sebagai suatu solusi inovatif dari masalah suatu lingkungan akibat pengaruh ekologi, teknologi, dan budaya. Desain lanskap yang baik adalah suatu desain yang dapat mengintegrasikan antara pengaruh ekologi dan manusia yang terus berubah (Fireza, 2008).

Menurut Both (1990), proses desain memiliki manfaat seperti:

1. memberikan logika, mengorganisasi bagan kerja untuk menciptakan solusi desain,

2. menolong untuk memastikan bahwa muncul solusi untuk masalah desain (tapak, kebutuhan klien, budget, dan lain-lain)

3. pertolongan bagi klien dalam menemukan penggunaan terbaik untuk tapak dengan cara mempelajari solusi-solusi alternatif, dan

4. menjadi dasar untuk menjelaskan dan mempertahankn solusi desain bagi klien.

Menurut Kevin Lynch dan Gary Hack dalam Swaffield (2002), desain adalah proses membayangkan dan mencari kemungkinan, yang berasal dari pengalaman. Desain adalah mencari bentuk yang memenuhi program, yang berhubungan dengan solusi yang berkaitan dengan karakteristik umum dan hasil yang diinginkan. Desain lanskap berhubungan dengan tiga elemen yaitu:

1. pola aktivitas, yang digambarkan dari diagram aktivitas, yang mengatur perilaku, karakter pengguna, hubungan ruang dan aktivitas, dan kepadatan pengguna,

2. pola sirkulasi, merupakan penataan jalur untuk pergerakan yang

menghubungkan setiap ruang,

(20)

2.2Taman

Taman merupakan salah satu bentuk pemanfaatan lahan RTH yang berupa ruang terbuka bagi manusia untuk melakukan berbagai aktifitas, yang memiliki fungsi sosial dan estetik (Eriawan, 2003 dalam Pratiwi, 2011). Setiap bentuk RTH memiliki kriteria tersendiri untuk mencapai target pemenuhan RTH suatu wilayah. Terdapat 5 kriteia RTH berdasarkan status kepemilikan, sasaran, peranan fungsi, jenis yang dikembangkan, dan intentitas pengelolaan yang ditunjukan pada Tabel 1 (Waryono (2008), dalam Pratiwi, 2011).

Tabel 1. Bentuk dan kriteria RTH taman di DKI Jakarta (Waryono, 2008)

No Kriteria Bentuk RTH : Taman

1 Sasaran Kawasan strategis sebagai penunjang

keindahan lingkungan

2 Peran dan fungsi Estetika, rekreasi, peredam polusi

3 Vegetasi Tanaman hias, rerumputan

4 Intensitas pengelolaan Tinggi

5 Status kepemilikan Umum dan perorangan

Taman merupakan suatu ruang publik, yang dapat dijadikan sebagai salah satu area aktivitas anak-anak, yaitu tempat bermain (playground) (Darmawan, 2007). Menurut Hidayat (2009) dalam Pratiwi (2011), pemanfaatan lingkungan lokal merupakan pendekatan sosialisasi anak didik terhadap obyek dan persoalan di lingkungannya, sehingga dapat menyatu dengan lingkungan dan ekosistemnya. Hasil dari sosialisasi pemanfaatan lingkungan lokal ini adalah anak-anak yang beriman dan bertakwa pada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, dan mandiri. Pemanfaatan taman yang baik adalah taman yang memperhatikan lahan yang didesain memiliki aspek legal, memilih tanaman yang cocok, desain taman harus disertai daya dukung, mudah perawatannya, dan elemen taman tidak harus mahal.

Taman terdiri dari dua elemen utama yaitu elemen lunak (softscape) dan elemen keras (hardscape) (WS Don, 2003). Elemen lunak (softscape) adalah elemen atau material hortikultura yang membuat suasana sebuah taman menjadi hidup, terdiri dari vegetasi, satwa, air, angin, dan lain sebagainya. Elemen keras

(21)

keharmonisan elemen taman akan membentuk sebuah taman yang nyaman dan indah.

2.3Taman Lingkungan

Berdasarkan UU No. 5 tahun 2008 tentang “Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan”, taman lingkungan adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif atau kegaitan lain pada tingkat lingkungan.

Menurut Carr (1942) dalam Dimastanto (2008), taman lingkungan adalah ruang terbuka yang dibangun dan dikembangkan di lingkungan perumahan atau pemukiman, yang diperuntukan bagi masyarakat umum dan diatur sebagai area ruang terbuka kota atau sebagai bagian dari pembangunan oleh swasta, misalnya taman bermain, fasilitas olahraga, dan lainnya. Penyediaan taman lingkungan adalah untuk kebutuhan rekreasi terbatas yang diperuntukkan bagi kebutuhan masyarakat kota, taman lingkungan diperuntukkan bagi interaksi masyarakat setempat (Bappeda Provinsi Jawa Barat, 2007). Oleh karena itu, taman lingkungan umumnya memiliki lokasi yang berada pada pusat lingkungan perumahan serta mudah diakses.

2.4Taman Bermain (Children Playground)

Taman bermain anak (children playground) adalah tempat yang

(22)

Menurut Baskara (2011) mendesain ruang rekreasional harus sesuai dengan kebutuhan, sasaran pengguna dan jenis permainan yang ingin ditampilkan. Berdasarkan kebiasaan, terdapat beberapa jenis permainan yang dapat diakomodasi di dalam taman bermain:

a. Permainan fisik, menuntut pemain untuk selalu aktif bergerak seperti melompat, berlari, bersepeda, merangkak, merayap, memanjat, atau meluncur. Permainan dinamis ini dapat melatih aktivitas motorik sehingga anak dapat berkembang dengan baik.

b. Permainan kreatif, dalam permainan ini dibutuhkan imajinasi dan khayalan. Material yang dapat dibentuk atau ditransformasikan seperti pasir, air, gravel, atau lempung digunakan dalam tipe permainan ini. Sulit bagi anak-anak untuk tetap mempertahankan bentuk ketika bermain dengan material diatas sehingga merangsang anak untuk berimajinasi dan akhirnya melatih anak untuk terus kreatif.

c. Permainan sosial, permainan yang menitikberatkan pada sosial dan hubungan antar pemain, seperti kejar-kejaran, bersembunyi, dan permainan tim dengan aturan dimana imajinasi merupakan alat utama yang digunakan dalam seluruh aktivitas. Dengan permainan dasar yang dibutuhkan untuk mendorong imajinasi, hal ini lebih efektif untuk memberikan elemen yang abstrak, sugesti dimana anak-anak akan mampu beradaptasi dengan teman sebayanya melalui cara mereka sendiri.

d. Permainan indra, semua indra digunakan dalam semua aktivitas manusia, anak-anak merupakan pioner sesungguhnya dalam bereksperimen, sehingga permainan yang melibatkan pengalaman indra yang selalu dibutuhkan dan diaplikasikan dalam taman bermain. Elemen yang didesain untuk menstimulasi indra peraba, pendengaran, penglihatan, dan penciuman, akan memperkaya pengalaman rekreasi anak-anak.

(23)

luar. Pada area ini juga didesain kotak pasir, meja dan kursi, serta area yang cukup terlindungi dari sengatan matahari.

2.5Anak Usia Sekolah Dasar

Anak usia sekolah dimulai dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) atau TK (Taman Kanak-kanak), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan SMA (Sekolah Menegah Atas). PAUD adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar, untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, umumnya berusia 0-6 tahun. Sedangkan, TK adalah pendidikan formal yang tujuannya sama dengan PAUD. Masa belajar anak di TK tergantung pada tingkat kecerdasan yang dinilai dari rapor per semester selama 2 tahun. Umur rata minimal untuk masuk TK sekitar 4-5 tahun dan umur rata-rata untuk lulus TK sekitar 6-7 tahun, yang kemudian dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan SD (Wikipedia Indonesia, 2012).

Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas, 2012) menyebutkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yaitu SD (atau sederajat) selama 6 tahun dan SMP (atau sederajat) selama 3 tahun. Pelajar SD umumnya berusia 7-12 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Pelajar SMP umumnya berusia 13-15 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Selanjutnya adalah SMA yang merupakan lanjutan dari jenjang pendidikan dasar, yang umumnya berusia 16-18 tahun.

Dalam bukunya, Hastuti (2012) membagi masa anak-anak dalam tiga masa, yaitu:

a. Masa anak-anak permulaan (usia 1-6). Anak pada usia ini dipenuhi dengan keinginan dan selalu bertanya “mengapa” dan “untuk apa”. Anak juga akan sangat suka meniru, serta ingin menghabiskan waktunya dalam permainan yang aktif. Anak-anak ini sangat mudah percaya kepada apa yang dikatakan orangtua dan teman-teman dekatnya.

(24)

sebuah tujuan. Anak-anak di usia ini tetap ingin tahu dan mempunyai banyak pertanyaan yang harus dijawab dengan jujur dan memiliki alasan yang logis.

c. Masa anak-anak terakhir pada usia 6-7 tahun sampai 12-13 tahun. Periode ini dimulai setelah anak melewati masa degil, dimana proses sosialisasi telah berlangsung secara efektif dan telah siap untuk masuk sekolah. Masa anak akhir ini adalah tahap terpenting bagi anak-anak untuk mengembangkan aspek-aspek yang ada pada dirinya, seperti aspek afektif, kognitif, psikomotorik, maupun aspek yang menyongsong masa remaja. Masa anak ini diharapkan untuk memperoleh pengetahuan dasar yang dipandang sangat penting bagi persiapan dan penyesuaian diri terhadap kehidupan masa dewasa. Dengan mempelajari keterampilan tertentu, seperti keterampilan sosial.

2.6Perumahan

Rumah tidak sekedar benda mati, melainkan proses yang dinamis yang terus berkembang sesuai dengan siklus kehidupan manusia, pertumbuhan keluarga dan peningkatan sosial-ekonomi. Kebanyakan rumah penduduk Indonesia tidak hanya berfungsi tunggal sebagai tempat tinggal, tetapi juga berfungsi ganda sebagai wahana menambah penghasilan. Terdapat kaitan yang erat antara rumah dan perumahan dengan segala sumber kehidupan manusia. Saat ini, perumahan merupakan kebutuhan sosial yang dapat berfungsi sebagai instrumen pembangunan yang aktif. Perumahan sebaiknya mengacu pada proses yang menerus, bukan produk yang “mati.” Dalam kehidupan sehari-hari, perumahan selalu tumbuh sebagai proses organis, bagaikan jasad hidup (Budihardjo 2006). Sedangkan, berdasarkan UU RI Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, dijelaskan bahwa perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lignkungan.

(25)

fasilitas administrasi penting lainnya di sekitar area tersebut. Kehadiran fasilitas penunjang yang terkumpul dan tersusun rapi di suatu kelompok hunian (cluster), adanya hubungan antar rumah melalui jalur yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki, taman yang tersebar secara radial ataupun paralel, dan akses ke luar lingkungan yang mudah dapat menciptakan hubungan ketetanggan yang ideal dalam lingkungan pemukiman/perumahan.

2.7Cluster

Menurut Simonds (1978) perencanaan perumahan dengan konsep cluster saat ini sedang berkembang. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan untuk meningkatkan ruang terbuka dan ruang publik pada sebuah kawasan, dengan merencanakan sebuah kawasan tempat tinggal dengan sistem pengelompokan. Simonds (1978) juga mengatakan bahwa inovasi yang menjanjikan dalam perencanaan lahan adalah dengan sistem cluster atau mengelompokkan tempat tinggal dan bangunan lainnya dalam suatu lingkungan yang padat. Pada perencanaan dengan sistem cluster pada bangunan komersial sangat penting untuk menyediakan ruang pendukung tambahan agar dapat membatasi pembangunan lahan serta dapat menghemat dan menciptakan ruang yang nyaman.

(26)

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi

Kegiatan penelitian ini berlokasi di Cluster Callysta Permata, Perumahan Taman Permata, Bintaro, Tangerang Selatan. Perumahan Taman Permata memiliki 4 cluster, yaitu Callysta, Adora, Oriana, dan Vania. Lokasi penelitian terletak di Kota Tangerang Selatan, pada titik koordinat 106’38” – 106’47’ BT dan 06’13’30’ – 06’22’30 LS (Portal Resmi Pemerintah Kota Tangerang Selatan, 2012), dan Cluster Callysta terletak pada titik koordinat -6° 17' 25.93", +106° 41' 59.45" (Google Maps).

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

(27)

Penelitian dilakukan selama tiga bulan mulai dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2012 untuk mengumpulkan data, dan selama empat bulan untuk pengolahan data mulai bulan Agustus sampai dengan November 2012.

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian N

o Kegiatan

Waktu Pelaksanaan

Jan Feb-Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des

Persiapan

1 Proposal 2 Kolokium 3 Perijinan

Pekerjaan Lapang

4 Inventaris

Pekerjaan Studio/Pengolahan Data

5 Analisis& Sintesis 6 Konsep 7 Desain

Pekerjaan Akhir

8 Penyusunan Laporan 9 Seminar 10 Sidang

3.2 Tahapan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosial dengan melakukan wawancara langsung terhadap pengelola dan terhadap warga cluster Callysta, serta penyebaran kuisioner pada pengguna (data sosial). Tahapan penelitian ini meliputi:

1. Persiapan, yang meliputi penyusunan proposal, kolokium, dan perijinan ke lokasi penelitian.

2. Pekerjaan lapang, yang meliputi pengumpulan data (inventaris) fisik, biofisik, dan sosial.

3. Pekerjaan studio/pengolahan data, yang meliputi analisis dan sintesis, konsep, dan desain.

4. Pekerjaan akhir, yang meliputi penyusunan laporan tertulis, seminar, dan sidang/ujian.

(28)

Tabel 3. Jenis, Sumber, dan Kegunaan Data

Jenis/Aspek data Unit data Kategori data

Cara pengambilan

Sumber data Kegunaan data

Fisik – Biofisik

1. Ruang

• lokasi - Primer Survei lapang Pengelola

pemukiman

Mengetahui kondisi umum lokasi

• luas tapak m2 Primer Survei lapang Pengelola

pemukiman

Mendesain taman lingkungan

2. Topografi - Primer dan

sekunder

Survei lapang Data Pemda Tangerang Selatan Analisis drainase, struktur dan fasilitas 3. Iklim

• Suhu 0C Sekunder - BMKG Menentukan

kenyamanan

• Curah hujan mm/tahun Sekunder - BMKG Menentukan

penempatan drainase

• Kecepatan angin

km/jam Sekunder - BMKG

4. Jenis Tanah - Sekunder - Puslitan Pengembangan

struktur dan menentukan kemampuan tumbuh tanaman

5. Vegetasi - Primer Survei lapang - Menentukan

iklim mikro

6. Satwa - Primer Survei lapang - Menghadirkan

habitat satwa

7. Aksesibilitas - Primer Survei lapang - Menentukan

desain sirkulasi

8. Sirkulasi - Primer Survei lapang - Menentukan

penempatan fasilitas dan utilitas

9. Utilitas - Primer Survei lapang - Menentukan

penempatan dan desain fasilitas

10. Fasilitas - Primer Survei lapang -

Sosial

1. Pengguna Jumlah,

profil pengguna

Primer Wawancara

pengelola dan pengguna

- Mengetahui

daya dukung Mengakomodasi keinginan&kebu -tuhan pengguna 2. Keinginan/ kebutuhan pengguna

- Primer Wawancara,

kuisioner

- Mendesain

ruang,

fasilitas&utilitas Mendesain fasilitas-utilitas

3. Aktivitas - Primer Survei lapang&

wawancara

- Mengetahui

kebutuhan ruang bagi user

4. Waktu aktivitas Jam Primer Survei lapang&

wawancara

- Mengetahui

kebutuhan ruang bagi user

(29)

3.3 Proses Mendesain

Dalam penelitian ini, proses mendesain yang digunakan adalah model Simonds yang telah dimodofikasi (Gambar 3), dengan menggunakan tiga alternatif desain. Sebagian proses mendesain akan dilakukan pada tahap persiapan sampai menghasilkan sintesis (block plan).

Gambar 3. Proses Mendesain Model Simonds yang telah dimodifikasi

a. Inventaris, merupakan proses awal dalam mendesain yang meliputi

pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan langsung saat di lapangan seperti data fisik (batas tapak dan luas tapak) dan data sosial, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi literatur atau data yang tidak dimungkinkan didapatkan sendiri pada saat dilapangan, seperti data iklim, topografi, dan utilitas. Untuk data ruang, vegetasi, satwa, fasilitas, sirkulasi, aksesibilitas merupakan jenis data primer sekunder, yang dapat diamati langsung di lapang dan kemudian disesuaikan dengan data sekunder yang ada. Pada proses ini juga akan disebarkan 30 kuisioner kepada warga cluster, baik orang tua maupun anak-anak. Tujuan dari kuisioner ini adalah untuk mengetahui harapan, keinginan, dan

Inventarisasi Anallisis Sintesis Konsep Desain

(30)

pengetahuan pengguna taman, dalam hal ini warga cluster yang kemudian menjadi dasar pembentukan alternatif desain yang ada.

b. Analisis dilakukan untuk mengetahui potensi, kendala, keinginan/kebutuhan pengguna, dan/atau kemungkinan solusi pada tapak. Proses ini akan menghasilkan peta tematik dan peta komposit dari analisis data primer dan sekunder.

c. Sintesis, merupakan hasil yang diperoleh dari analisis spasial deskriptif, yang akan dikembangkan untuk desain/perancangan, yang merupakan alternatif terbaik dari pemecahan masalah yang akan dikembangkan menjadi konsep. Hasil dari proses sintesis adalah block plan yang merupakan penyusunan kebutuhan ruang, sehingga akan diketahui jenis ruang yang akan diperlukan untuk menyusun diagram ruang beserta keterkaitan ruang.

d. Konsep merupakan hasil dari analisis dan sintesis yang dikembangkan menjadi konsep dasar, konsep desain dan konsep pengembangan. Konsep dasar dibuat berdasarkan fungsi utama tapak yang akan dikembangkan menjadi konsep ruang, konsep vegetasi, konsep sirkulasi, dan lain sebagainya. Konsep desain akan menjadi dasar/atau acuan dalam mendesain yang kemudian akan menjadi identitas atau ciri dari tapak tersebut.

e. Desain/perancangan merupakan pembuatan site plan dan gambar detail dari rencana blok (block plan) dan konsep pada elemen yang akan dihadirkan, dengan memperhatikan prinsip desain, seperti :

• tema, gambaran karakter tertentu yang diwujudkan dalam tapak dengan

karakter tertentu

• gradasi, pengulangan material, bentuk, tekstur, dan elemen desain lainnya

• kontras, hal yang menarik perhatian

• keseimbangan, seimbang dari porsi bentuk maupun porsi pada elemen

desain.

(31)

desain final. Desain final ini merupakan perpaduan dari elemen-elemen yang disukai oleh warga.

Gambar 4. Bagian Proses Desain

3.4 Batasan Studi

Hasil akhir dari penelitian ini adalah berupa denah lanskap (site plan), gambar detail softscape dan hardscape, gambar perspektif, gambar potongan, gambar potongan tampak, dan denah penanaman (planting plan), serta program mengenai lingkungan.

3.5 Alat dan Bahan

Alat yang diperlukan dalam kegiatan lapang pada penelitian ini adalah alat survei seperti kamera, alat tulis, dan lain sebagainya. Untuk kegiatan studio diperlukan alat berupa PC/Laptop dengan software AutoCAD 2007, Sketchup, Photoshop CS, Microsoft Office Word. Sedangkan bahan yang diperlukan adalah peta dasar sebagai acuan, daftar pertanyaan untuk wawancara dan kuisioner.

Alternatif 1

Site Plan Desain

Final Alternatif 2

Alternatif 3

10 Responden Desain

(32)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Kondisi Tapak

Kondisi tapak terbagi dalam dua aspek, yaitu aspek fisik-biofisik dan aspek sosial-ekonomi. Aspek fisik-biofisik meliputi lokasi dan batas tapak, visual, aksesibilitas dan sirkulasi, iklim, topografi, fasilitas, serta vegetasi dan satwa. Aspek sosial meliputi data pengguna (tahun pertama cluster mulai dihuni, jumlah KK/RT/RW, rasio umur, pendidikan, suku, dan perekonomian), kebutuhan pengguna, aktivitas, dan waktu aktivitas penggunaan tapak. Peta inventaris tapak dapat dilihat pada gambar 6.

4.1.1 Aspek Fisik dan Biofisik 4.1.1.1Lokasi dan Batas Tapak

Perumahan Taman Permata terletak di Bintaro Jaya sektor 9. Perumahan ini berbatasan dengan Jalan Titihan pada bagian utara; Jalan Kalimantan, Jalan Vila Bintaro Indah dan Jalan Jombang Raya pada bagian timur; Jalan Raya Sumatera dan Jalan Haji Salim pada bagian selatan; serta Jalan Murai dan Jalan Astek pada bagian barat (Gambar 5). Cluster Callysta berbatasan dengan Cluster Adora dan jalan utama perumahan di sebelah barat; lapangan tenis di sebelah utara; Jalan Vila Bintaro Indah dan Jalan Jombang Raya di sebelah timur; serta Jalan Raya Sumatera dan Jalan Haji Salim di sebelah selatan (Gambar 7).

(33)
(34)

Cluster Calysta merupakan cluster untuk masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas, dengan luas 28.781 m2 dan jumlah rumah sebanyak 113 unit rumah. Fasilitas yang disediakan cluster ini adalah gerbang cluster, pos jaga, dan taman lingkungan. Taman lingkungan terletak di depan setelah pintu masuk cluster inilah yang menjadi tapak untuk studi. Taman lingkungan ini disebut oleh warga sebagai taman bermain karena berfungsi sebagai taman bermain bagi anak-anak, taman inilah yang menjadi tapak penelitian dengan luas 451 m2. Taman bermain dikelilingi oleh jalan cluster dengan batas sebelah utara terdapat pos jaga, sebelah timur terdapat tembok pembatas perumahan yang di tutupi oleh tanaman bambu, sebelah selatan terdapat rumah warga Jalan Calista 1, dan sebelah barat terdapat pagar pembatas cluster.

Gambar 7. Peta Batas Taman Lingkungan

4.1.1.2Topografi dan Tanah

Secara umum, sebagian besar wilayah Tangerang Selatan merupakan dataran rendah dan memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan rata-rata 0-3% dan ketinggian wilayah antara 0-25 mdpl. Pada umumnya Tangerang Selatan memiliki jenis tanah berupa asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan, yang secara umum cocok untuk pertanian dan perkebunan (Portal Resmi Pemerintah Kota Tangerang Selatan, 2012). Tanah pada kawasan perumahan umumnya sudah mengalami grading dengan titik 0 pada jalan. Untuk taman lingkungan, pengembang membuat elevasi sendiri dengan ketinggian mencapai 45 cm, dengan interval 15 cm mengikuti tinggi paving/perkerasan yang ada pada taman lingkungan (Gambar 8).

(35)
[image:35.595.104.514.59.842.2]

Gambar 8. Ketinggian Tapak Eksisting

4.1.1.3Aksesibilitas dan Sirkulasi

[image:35.595.111.510.429.670.2]

Perumahan Taman Permata dekat dengan Kota Tangerang yang dapat diakses melalui Jalan Jombang Raya. Akses lain menuju tapak adalah dengan melalui Jalan Bulevar Bintaro Jaya dari Jakarta Selatan dan Bintaro. Tapak dapat diakses melelui jalur kereta dari dengan stasiun terdekat adalah Stasiun Sudimara. Selain itu, tapak juga dapat diakses dengan menggunakan bus dengan terminal terdekat adalah Terminal Lebak Bulus (Gambar 9).

Gambar 9. Peta Aksesibilitas

(36)
(37)

motor, dan sepeda dengan kecepatan maksimum 15 km/jam. Sirkulasi utama di dalam tapak hanya ada 2 pintu masuk, yaitu dari arah utara ke arah selatan. Sirkulasi lain yang tersedia pada tapak adalah sirkulasi antar ruang dan sirkulasi yang diciptakan oleh warga yang berasal dari arah timur taman (Gambar 10).

4.1.1.4Drainase

Saluran drainase pada cluster merupakan saluran drainase dibawah tanah dan tertutup dengan penutup grill besi (Gambar 11), yang terhubung dengan saluran air yang terletak dekat dengan berm. Saluran drainase tertutup ini menerima air limpasan dari daerah yang diperkeras maupun tidak diperkeras dan membawanya ke dalam sebuah pipa keluar di sisi tapak ke sistem drainase perumahan. Saluran ini juga merupakan tempat penampungan pada tapak, drainase ini mampu menampung air limpasan dengan volume dan kecepatan yang meningkat tanpa menyebabkan erosi dan kerusakan pada tapak. Pada taman, air akan mengalir melalui nug ke saluran drainase yang tersedia di sekitar taman. Terdapat 2 jenis nug, pertama memiliki lebar 2 cm dengan kedalaman 5 mm dan kedua memiliki lebar 5 mm dengan kedalaman 3 mm, nug mengikuti pola perkerasan yang ada sehingga nug tidak membahayakan pengguna taman, khususnya anak-anak.

(38)

4.1.1.5Iklim

Bintaro memiliki curah hujan rata-rata dalam setahun sebesar 89.3 mm dengan curah hujan tertinggi sebesar 186.2 mm pada bulan April dan curah hujan terendah 0 mm pada bulan Agustus. Suhu rata-rata dalam setahun 27.8 0C, dengan suhu tertinggi 28.6 0C pada bulan Oktober dan suhu terendah pada bulan Februari sebesar 27 0C. Kelembaban udara rata-rata setahun 75% dengan kelembaban tertinggi 85% pada bulan Januari dan kelembaban terendah pada bulan September sebesar 69%. Kecepatan angin rata-rata adalah 3.7 km/jam, dengan kecepatan angin tertinggi pada bulan Maret dan Oktober (dapat dilihat pada tabel 4).

Tabel 4. Data Iklim Bulanan Tahun 2011, Stasiun Klimatologi Pondok Betung, Ciledug, Tangerang

Unsur Satuan Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Curah

Hujan Mm 170.8 132 64 186.2 122.6 75.5 71.8 0 53.1 49.3 71.1 75.7

Suhu 0C 26.8 27 27.2 27.5 27.8 28 27.5 28 28.4 28.6 28.1 28.1

Kelembaban

Udara % 85 84 80 81 81 75 76 70 69 73 77 79

Kecepatan

Angin Km/jam 3.7 3.7 5.5 3.7 3.7 3.7 - 3.7 3.7 3.7 3.7 5.5

Sumber: BMKG Pusat, Kemayoran

4.1.1.6Fasilitas dan Utilitas

Fasilitas yang ada pada taman adalah tempat sampah, ayunan, jungkat-jungkit, pergola, bangku taman, planter box, dan lampu taman. Pada tapak tidak terlihat utilitas, karena seluruh utilitas seperti kabel dan pipa ditanam di tanah. Sedangkan, utilitas yang ada pada cluster ini adalah saluran gas, air, listrik, dan telepon, yang terletak pada berm.

(39)
(40)

4.1.1.7Visual

Secara visual, tapak terlihat asri dan nyaman dengan didominasi oleh tanaman peneduh. Pada tapak, tidak terlihat adanya bad view karena setiap sisi dan ruang pada tapak dimanfaatkan dengan baik. Tembok pembatas cluster ditutupi oleh tanaman bambu (Bambusa glaucescens), sedangkan pada bagian depan pagar ditanami oleh pohon Jati (Tectonia grandiceps). Visual tapak juga didukung oleh penataan yang baik oleh penghuni pada setiap berm. Berm dan tanah huk dimanfaatkan dengan menambah tanaman, ataupun elemen taman lainnya, seperti bangku taman, pergola, dan lain sebagainya.

Gambar 14. Pemandangan dari luar dan dalam Taman Lingkungan

4.1.1.8Vegetasi dan Satwa

Cluster Callysta didominasi oleh tanaman peneduh, seperti pohon

Ketapang Kencana (Bucida molinetii), pohon Ki Hujan/Trembesi (Samanea

saman), Damar (Agathis damara), Jati (Tectonia grandiceps) dan Mahoni

(Swietenia mahogani), dan Bambu Pagar (Bambusa glaucescens). Vegetasi ini mendominasi cluster dan taman bermain, sehingga tapak terlihat teduh dan nyaman.

Pada taman (Gambar 16), tanaman yang digunakan adalah pohon Ketapang Kencana (Bucida molinetii), Ki Hujan/Trembesi (Samanea saman),

Pemandangan saat hari mulai sore

(41)

Kelapa (Cocos nucifera var. Capitata), Mahoni (Swietenia mahogani), Damar (Agathis damara), Jambu Biji (Psidium guajava), Jati (Tectonia grandiceps) semak Kucai (Carex morowii), Iris (Neomarica longifolia), Bromelia (Bromelia comosa), Bawang Brojol (Crynum asiaticum), Lidah Mertua (Sansiviera sp.) dan rumput Gajah (Axonophus compressus). Satwa yang terdapat di sekitar tapak adalah Kupu-kupu dan Burung Gereja (Strunus sp.), kucing, dan pada malam hari dari sekitar tapak terdengar suara jangkrik.

Gambar 15. Vegetasi

4.1.2 Aspek Sosial

Cluster Callysta ditujukan untuk masyarakat dengan tingkat

perekonomian menengah ke atas. Cluster ini pertama kali dihuni pada tahun 2007 dengan jumlah 5 kepala Keluarga (KK) dari 113 unit rumah. Pada tahun 2011,

cluster ini dihuni oleh 105 KK sehingga pihak pengembang menyerahkan

(42)
(43)

usia sekolah dasar, sehingga cluster ini cocok untuk menjadi lokasi penelitian.

Dengan tingkat perekonomian menengah ke atas, warga pada cluster ini sebagian besar lebih banyak berada di luar rumah/kantor pada saat hari kerja (Senin-Jumat). Pada pagi sampai siang hari hari (07.00-12.00 WIB) saat hari kerja cluster hanya dihuni oleh ibu rumah tangga dan/atau pembantu rumah tangga, namun saat siang hari sampai sore hari (12.00-17.00 WIB) kondisi cluster sudah mulai ramai karena beberapa anak-anak sudah pulang sekolah. Sedangkan pada hari libur (Sabtu-Minggu) sebagian warga tidak berada dirumah/pergi berlibur. Dengan kondisi yang berkebalikan pada saat hari kerja, pada pagi hari (08.00-09.00 WIB) penghuni cluster masih berada di rumah, ketika mulai siang hari beberapa warga akan meninggalkan cluster/rumah untuk berlibur dan sudah kembali pada saat hari mulai sore, sedangkan warga yang tidak pergi akan menghabiskan waktunya di rumah dan/atau di taman.

Hal ini mempengaruhi kunjungan warga ke taman, khususnya anak-anak.

Pada hari kerja (Senin-Jumat), tidak banyak warga yang bermain di taman, hanya ada 5-6 orang yang bermain di taman selama 15-30 menit. Kegiatan yang dilakukan adalah bermain sepeda, bermain ayunan dan jungkat jungkit secara bergantian. Pada sore hari, taman digunakan oleh anak-anak berusia 5-12 tahun, anak-anak yang berkunjung tidak hanya anak yang tinggal di cluster Callysta, tetapi juga oleh warga sekitar cluster dan/atau cluster lainnya. Kegiatan yang dilakukan di taman adalah bermain jungkat-jungkit, bermain ayunan, bermain sepeda, lari/kejar-kejaran, duduk, dan mengobrol.

Pada hari Sabtu, intensitas tertinggi pengunjung taman adalah pada pukul 15.00-17.00 WIB, dengan jumlah pengunjung sebesar 32 orang. Pengunjung yang datang ke taman cenderung berkelompok 1-5 orang. Selain itu, ada juga pengunjung di bawah usia 5 tahun bersama dengan pengasuhnya, kegiatan yang dilakukan adalah bermain ayunan dan makan sambil berjalan-jalan di dalam taman. Pada pukul 16.00 WIB banyak warga yang sekedar lewat taman untuk berkunjung ke lapangan basket yang ada di depan taman dan keluar cluster.

(44)

1-5 orang (64,8%) selama 1-2 jam (46,9%). Warga juga sudah menyadari bahwa diperlukannya sebuah taman lingkungan di lingkungan perumahan (96%) yang di tata dengan baik dan juga memiliki aspek edukasi seperti pemberian nama tanaman (44,8%), dan adanya permainan yang edukatif (57,1%). Dari segi material, responden lebih menyukai taman yang memiliki hamparan rumput (59,2%) dan adanya tanaman (46,3%). Selain itu, responden juga menyukai tanaman yang memiliki bunga (85,2%), menghasilkan buah (27,8%), memiliki bau yang harum (46,3%) dan berdaun lebat/rimbun (68,5%). Penataan taman yang diinginkan oleh responden adalah taman yang menggunakan kombinasi material alami dan buatan (57,4%) yang di desain dengan bentuk organik (72,2%) dan menggunakan warna-warna yang terang (79,6%).

Gambar 17. Aktivitas Pengguna Taman Lingkungan

4.2Analisis dan Sintesis

(45)

4.2.1 Aspek Fisik dan Biofisik 4.2.1.1Lokasi dan Batas Tapak

Taman terletak dekat dengan gerbang cluster dan dikelilingi oleh jalan

cluster. Hal ini cukup membahayakan karena arus kendaraan yang lewat cukup

intensif. Oleh karena itu, diperlukan barrier pada area dekat dengan jalan agar pengguna, khususnya anak-anak lebih merasa aman saat berada di taman.

4.2.1.2Topografi dan Tanah

Ketinggian wilayah adalah 0-25 mdpl, dengan ketinggian taman eksisting tertinggi adalah 45-50 cm dari jalan cluster dan yang terendah adalah 10 cm dari jalan cluster. Dengan ketinggian ini taman masih dapat dikatakan aman untuk berbagai aktivitas, khusunya bermain bagi anak-anak. Tanah pada taman merupakan jenis tanah yang “didatangkan” dan sesuai untuk pertumbuhan tanaman, ditandai dengan tumbuhnya tanaman yang baik. Jenis tanah eksisting adalah latosol, namun untuk jenis tanah yang didatangkan tidak diketahui jenisnya, namun cukup baik untuk pertumbuhan tanaman yang ada di taman.

4.2.1.3Aksesibilitas dan Sirkulasi

Akses menuju perumahan cukup sulit karena kurangnya signage yang menunjukkan letak perumahan Taman Permata, sehingga diperlukan signage yang menunjukkan arah/lokasi perumahan. Sedangkan akses menuju cluster Callysta sudah cukup jelas karena adanya signage pada gerbang perumahan. Cluster Callysta memiliki sirkulasi kendaraan yang cukup untuk kendaraan dua arah dengan lebar jalan 6 meter. Kebijakan kecepatan maksimal 15 km/jam, juga membantu dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang mungkin dapat terjadi. Sirkulasi kendaraan ini terhubung langsung dengan sirkulasi ke dan dari taman.

(46)
(47)

menghubungkan dari dan ke dalam tapak, yang berukuran 3-5 meter. Selain sirkulasi yang tersedia, terdapat juga sirkulasi yang tidak sengaja tercipta pada taman. Untuk mengakomodasi hal tersebut, maka perlu dibuat jalur sirkulasi untuk pengguna yang berjalan kaki dari arah timur taman, maupun pengguna yang menggunakan sepeda (Gambar 18).

Karena kurangnya akses ke dalam taman, maka diperlukan penambahan sirkulasi untuk mengakomodasi pengguna taman. Sirkulasi ini ditujukan untuk warga yang datang dari arah timur taman dan anak-anak yang bermain sepeda.

4.2.1.4Drainase

Saluran drainase berfungsi dengan baik dan dapat menampung arus air yang ada terutama saat hari hujan, ditandai dengan tidak adanya air yang meluap dari drainase. Nug yang ada pada taman mengalirkan air ke daerah berumput dan/atau ke saluran drainase terdekat. Nug ini bermanfaat untuk mengurangi genangan air pada hari hujan agar perkerasan tidak cepat rusak.

4.2.1.5Iklim

Kondisi taman dengan iklim mikro yang ada pada taman sudah nyaman. Sinar matahari yang jatuh terhalang oleh vegetasi yang ada pada tapak, sehingga menghalangi silau dan membuat taman lebih teduh dan suhu pada taman menjadi nyaman untuk pengguna. Angin yang datang juga tidak terlalu kecang, sehingga iklim mikro pada taman saat siang hari cukup nyaman, karena taman di dominasi oleh tanaman peneduh. Bayangan pohon yang jatuh juga cukup menaungi taman, baik pada tengah hari maupun pada sore hari. Kenyamanan pada taman ini sudah baik, sehingga perlu dipertahankan (Gambar 19).

4.2.1.6Fasilitas dan Utilitas

(48)
(49)

khususnya anak-anak. Lampu uplight yang sudah rusak perlu diperbaiki atau diganti dengan yang baru, agar dapat digunakan. Perlu dilakukan pengecekan secara berkala oleh warga, sehingga jika ada kerusakan pada fasilitas yang ada di taman dapat segera diperbaiki.

Permainan Anak

Permainan yang ada pada taman adalah ayunan dan jungkat-jungkit, yang masih dalam kondisi baik dan layak pakai, walaupun sudah terlihat karat pada beberapa bagian. Permainan ini sangat digemari oleh anak-anak, dan digunakan secara bergantian oleh anak-anak, sehingga tidak jarang terjadi perebutan diantara anak-anak. Selain permainan yang disediakan, anak-anak juga sering bermain sepeda dan berlarian didalam taman. Hal ini cukup membahayakan karena terdapat perbedaan ketinggian pada taman, terutama pada perkerasan. Jika tidak berhati-hati anak yang bermain dapat jatuh dan terluka.

Permainan yang ada pada taman sudah cukup baik, namun perlu ditambahkan beberapa permainan yang menunjang tujuan desain taman sebagai taman yang rekreatif dan edukatif, seperti set permainan dan/atau permainan yang menggunakan barang daur ulang. Selain itu, untuk menunjang aktivitas anak bermain sepeda atau berlari, maka ketinggian taman perlu diperhalus agar tidak membahayakan. Permainan anak yang dihadirkan pada taman juga dapat mengajak anak saling berinteraksi dengan sesama maupun berinteraksi dengan lingkungan.

4.2.1.7Visual

(50)
(51)

membuat taman terlihat kurang terawat. Sedangkan, visual ke arah taman dari sekitar taman terlihat baik (good view), karena taman terlihat nyaman dan teduh. Selain itu, perakaran pohon yang dekat dengan kanstein merusak kanstein dan membahayakan pengguna tapak. Tanaman rumput perlu disulam atau diganti dengan perkerasan, karena sering diinjak dan dilalui oleh pengguna taman. Tanaman yang mati juga perlu disulam dann dilakukan perawatan pada taman agar taman lebih terlihat indah.

4.2.1.8Vegetasi dan Satwa

Rumput yang ada pada area permainan sudah mulai rusak dan botak sehingga berbahaya dan licin saat hujan. Semak yang ada pada tapak juga tidak tumbuh dengan optimal, karena tanaman yang dipilih kurang sesuai dengan kondisi di bawah naungan. Demikian juga akar pohon yang dekat dengan kanstein, karena pohon masih dalam masa pertumbuhan maka akar pohon terus menjalar dan merusak kanstein yang cukup berbahaya bagi pengguna taman, terutama anak-anak.

Dengan kondisi tanaman yang ada pada taman, maka diperlukan pemilihan tanaman yang tepat agar dapat tumbuh optimal sehingga dapat berfungsi dengan baik. Vegetasi yang digunakan pada taman sudah dapat mendukung tujuan desain taman, namun masih perlu ditambahkan beberapa vegetasi yang berbunga, berbiji dan/atau berbuah sehingga vegetasi lebih beragam (Gambar 21).

(52)
(53)

4.2.2 Aspek Sosial

Aktivitas yang terjadi di tapak adalah bermain ayunan, bermain jungkat-jungkit, bermain sepeda, mengobrol, memberi makan balita dan duduk-duduk. Aktivitas bermain sepeda pada tapak sebenarnya tidak diakomodasi pada tapak, namun banyak anak-anak yang bermain sepeda di tapak. Kegiatan bermain sepeda ini dapat diakomodasi dengan membuat ramp untuk jalur sepeda. Intesitas pengguna tapak ramai pada jam-jam tertentu, yaitu 07.00-09.00 WIB dan 15.00- 17.00 WIB. Dengan intensitas yang cukup tinggi pun, taman masih tetap nyaman untuk dikunjungi. Pengguna taman sudah menggunakan taman yang ada di lingkungannya dengan cukup baik dan tidak ada penyalahgunaan fungsi taman.

Berdasarkan hasil kuisioner, pengguna taman akan lebih menyukai taman yang rindang, nyaman, dan didominasi oleh hamparan rumput. Menurut responden, taman adalah tempat bermain, bersantai yang nyaman dan bebas dari polusi, baik polusi udara maupun suara, yang bersifat rekreatif. Responden juga lebih menyukai taman yang berbentuk organik daripada geometrik, dengan kombinasi bahan alami dan buatan.

4.3Konsep

4.3.1 Konsep Dasar

Konsep dasar dari taman ini adalah taman lingkungan untuk anak usia sekolah dasar, yang dapat menjadi sarana rekreasi yang edukatif di lingkungan tempat tinggal. Melalui adanya taman lingkungan diharapkan anak-anak lebih sadar dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Untuk mendukung konsep dasar ini, maka dibutuhkan fasilitas yang dapat mengajak anak untuk berinteraksi, baik dengan lingkungan dan sesama.

(54)

4.3.2 Konsep Desain

[image:54.595.107.515.41.810.2]

Konsep desain pada taman ini adalah “green”, modern dan minimalis yang disesuaikan dengan konsep dari perumahan dan cluster Callysta. Konsep “green” untuk elemen taman, sedangkan konsep modern dan minimalis digunakan untuk bentukan pola desain taman. Konsep ini dipilih agar taman lingkungan dan perumahan memiliki kesatuan dan keselarasan dalam desain. Konsep “green” dalam taman diterapkan dalam pemilihan elemen yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta minim pemeliharaan. Mendesain dengan konsep “green” berarti mendesain dengan tepat untuk menyeimbangkan elemen-elemen yang digunakan dan pemeliharaan yang seminimal mungkin (VanDerZanden dan McNeilan, 2001). Konsep “green” juga berarti menggunakan bahan yang dapat didaur ulang atau penggunaan elemen/material yang ramah lingkungan (Karyono, 2010). Konsep ini diaplikasikan pada pemilihan fasilitas taman, seperti bird feeder dan tempat sampah dari bahan daur ulang, serta penggunan lampu solar untuk memanfaatkan energi yang sudah tersedia di alam (Gambar 22).

Gambar 22. Konsep Desain dan Aplikasi Pola Garis Minimalis Modern

Konsep modern dan minimalis diterapkan pada penggunaan garis dan pola sederhana. Minimalis adalah mendesain dengan elemen lanskap yang sederhana untuk menciptakan efek maksimum. Sedangkan, desain modern

(55)

ditandai dengan penyederhanaan bentuk dan penciptaan elemen dan tema lanskap. Konsep desain minimalis dan modern ini diaplikasikan dengan menggunakan garis-garis yang sederhana seperti garis lurus untuk menciptakan pola geometrik dan garis lengkung untuk menciptakan pola organik (Gambar 22).

4.3.3. Konsep Pengembangan

Konsep yang dikembangkan pada tapak ini meliputi konsep sirkulasi, konsep elemen (softscape dan hardscape), konsep ruang dan fasilitas.

4.3.2.1Konsep sirkulasi

Konsep sirkulasi dibuat dengan tetap mempertahakan arah sirkulasi yang sudah ada, yaitu dari arah utara ke selatan, karena berdasarkan hasil pengamatan banyak warga yang bukan dari cluster datang ke taman sehingga perlu diakomodasi dengan mempertahankan arah sirkulasi yang ada. Diperlukan juga penambahan beberapa jalur di dalam tapak untuk menghubungkan ruang yang ada pada taman. Sirkulasi pada tapak dibagi menjadi tiga (Gambar 23), yaitu:

- sirkulasi primer, merupakan sirkulasi yang menghubungkan tapak dengan jalan cluster, dengan lebar 3 meter;

- sirkulasi sekunder, merupakan sirkulasi yang menghubungkan sirkulasi primer tapak dengan jalan cluster, dengan lebar 1,2 meter;

- sirkulasi tersier, merupakan sirkulasi yang menghubungkan antar ruang di dalam tapak.

4.3.2.2Konsep Elemen

(56)
(57)

4.3.2.2.1 Elemen Lunak (Vegetasi)

Elemen lunak yang digunakan adalah vegetasi dengan fungsi ekologi sebagai tanaman peneduh, dan juga tanaman yang menghasilkan buah dan/atau bunga. Pemilihan vegetasi ini berdasarkan keinginan pengguna sebesar 85,2% tanaman memiliki bunga (Jakaranda, Flamboyan, Melati), 27,8% tanaman menghasilkan buah (Mangga, Kersen, Jambu Air, Tomat), 46,3% tanaman memiliki bau yang harum (Melati) dan 68,5% tanaman berdaun lebat/rimbun (Ketapang Kencana, Kersen, Mangga, Flamboyan).

Tanaman barrier yang digunakan pada taman ini adalah jenis tanaman semak hortikultura. Pemilihan tanaman ini untuk mendukung aspek edukasi lingkungan pada taman. Tanaman hortikultur adalah tanaman yang menghasilkan buah, bunga dan bau yang harum, yang dapat dimanfaatkan oleh warga, seperti tomat, wortel, kubis/kol, dsb. Dengan menggunakan tanaman yang dapat memberikan manfaat seperti menghasilkan buah, memiliki bunga, dan berbau harum, tanaman ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan anak-anak terhadap jenis-jenis tanaman yang ada disekitarnya dan manfaatnya.

4.3.2.2.2 Elemen Keras

Hardscape yang digunakan dalam tapak adalah hardscape yang mudah perawatannya dan menggunakan material yang tidak mahal, untuk mendukung konsep “green”. Untuk perkerasan jalan akan digunakan jenis material yang berbeda atau warna yang berbeda. Material yang digunakan adalah paving block, batu koral atau andesit, dan/atau semen cor (Gambar 24). Hardscape lain yang akan dihadirkan pada tapak adalah bangku taman, plantter box dan gazebo.

4.3.2.3Konsep Ruang dan Fasilitas

(58)
(59)
(60)

- ruang edukasi, merupakan ruang yang ditujukan untuk memberikan edukasi mengenai lingkungan;

- ruang bermain (playground), merupakan ruang yang ditujukan untuk bermain dan berinteraksi dengan sesama pengguna taman;

- ruang istirahat, merupakan ruang yang ditujukan untuk merasakan dan menikmati suasana taman.

[image:60.595.100.512.59.808.2]

Ruang mengakomodasi aktivitas yang dilakukan oleh manusia dengan fasilitas yang disediakan pada ruang tersebut. Antara ruang, aktivitas, dan fasilitas memiliki hubungan yang terkait satu sama lain (Tabel 5). Aktivitas yang ada pada taman adalah belajar (mengamati, melihat, dan merasakan), bermain, dan bersosialisasi (Gambar 26).

Tabel 5. Ruang, aktivitas dan fasilitas

Ruang Aktivitas Fasilitas

Edukasi Belajar (mengamati, melihat, merasakan)

Pot tanaman, bird feeder, papan nama tanaman

Bermain Bermain, bersosialisasi Permainan anak (ayunan, jungkat-jungkit, balance, dsb)

Istirahat Duduk, mengobrol Bangku taman

Gambar 26. Aktivitas di Taman (Image Reference)

Fasilitas yang digunakan pada taman ini menggunakan bahan yang telah dan dapat didaur ulang (Gambar 27). Tujuan dari pemilihan material daur ulang ini adalah untuk menunjukkan kepada pengguna, khusunya anak-anak bahwa barang-barang yang tidak terpakai dapat kembali digunakan kembali. Hal ini juga

[image:60.595.113.507.333.659.2]
(61)
[image:61.595.117.462.125.342.2]

dapat melatih imajinasi dan kreatifitas pengguna taman, khususnya anak-anak dalam memanfaatkan barang tidak terpakai.

Gambar 27. Fasilitas (Image Reference)

4.3.2.4Konsep Permainan Anak

Berdasarkan aktivitas yang terjadi pada taman, maka permainan anak pada taman ini terdiri dari permainan fisik, permainan sosial, dan permainan kreatif (Baskara, 2011).

a. Permainan fisik, permainan yang menuntut anak untuk selalu bergerak seperti melompat, berlari, bersepeda, merangkak, merayap, memanjat, atau meluncur. Permainan dinamis seperti ini dapat membantu perkembangan motorik anak dengan baik.

b. Permainan sosial, permainan yang menitikberatkan pada sosial dan hubungan antar pemain, diantaranya kejar-kejaran, bersembunyi, dan permainan tim dengan aturan dimana imajinasi merupakan alat utama yang digunakan dalam permainan ini.

c. Permainan kreatif, permainan yang membutuhkan imajinasi dan khayalan. Sulit bagi anak-anak untuk mempertahankan bentuk dari material seperti pasir, rumput, air, gravel, atau lempung. Sehingga merangsang anak untuk terus berimajinasi dan akhirnya melatih anak untuk terus kreatif.

(62)
[image:62.595.102.516.63.805.2]

Gambar 28. Permainan Anak (Image Reference)

Permainan anak harus memberikan kenyamanan pada anak-anak, ketinggian dari permainan anak harus sesuai dengan pertumbuhan anak (tinggi badan) (Gambar 29). Selain itu, dibutuhkan ruang yang cukup untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi anak-anak. Permainan anak seperti ayunan

(swing) membutuhkan ruang kurang lebih 600x700cm, ukuran ruang ini aman

untuk pengguna ayunan maupun pengguna taman lainnya. Untuk permainan lainnya, seperti perosotan (slider) dan panjatan (climber) membutuhkan area yang cukup aman pada area anak jatuh/mendarat, sehingga diperlukan perkerasan yang aman bagi anak-anak, seperti rumput dan pasir (Broto, 2010).

Gambar 29. Pertumbuhan Anak (Tinggi Badan)

Sumber gambar : Anonim, 2012 dan Lauren, 2012

[image:62.595.113.501.86.303.2]
(63)

4.3.2.5Konsep Edukasi

Edukasi yang dihadirkan pada taman adalah edukasi mengenai lingkungan. Konsep ini dihadirkan agar taman memiliki fungsi edukasi, yaitu agar anak-anak dapat lebih peduli terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya, dimulai dari taman lingkungan. Konsep ini didukung oleh ruang edukasi pada taman (lihat Gambar 25) dengan menghadirkan fasilitas-fasilitas yang terbuat dari material hasil dari daur ulang barang yang sudah tidak terpakai. Konsep edukasi ini kemudian akan diaplikasikan juga pada program yang akan dihadirkan pada taman. Edukasi mengenai lingkungan ini bertujuan agar anak-anak lebih menyadari pentingnya menjaga lingkungan dan secara tidak langsung mengajarkan anak-anak agar menggunakan bahan/barang yang sudah tersedia di lingkungan sekitarnya dengan lebih baik. Aplikasi dari konsep ini dapat terlihat dari program yang akan diterapkan pada cluster, khususnya pada taman lingkungan. Selain itu, konsep edukasi ini akan melibatkan seluruh pengunjung terutama warga cluster agar tujuan dari desain taman ini dapat tercapai.

Selain dengan menghadirkan fasilitas dari bahan daur ulang, fasilitas lain yang menunjang konsep ini adalah papan nama tanaman, pot tanaman, dan bird

feeder. Kehadiran fasilitas ini diharapkan dapat menarik minat pengunjung,

terutama anak-anak untuk memperhatikan dan mengamati lingkungan sekitarnya. Dengan papan nama tanaman dan pot tanaman, anak-anak dapat menambah pengetahuannya mengenai jenis-jenis tanaman yang ada disekitarnya. Demikian pula dengan adanya bird feeder, diharapkan anak-anak dapat merasakan suasana yang lebih nyaman dan asri ketika berada di taman dengan kehadiran burung-burung yang datang ke tapak.

4.3.3 Block Plan

Block plan ini adalah komposit dari konsep sirkulasi, konsep vegetasi, dan konsep ruang. Konsep ini juga merupakan hasil dari analisis dan sintesis yang

sebelumnya telah dilakukan. Blok plan ini akan mempengaruhi dalam

(64)
(65)

4.4Desain

Cara yang digunakan untuk membuat desain ini adalah dengan menarik garis-garis pada tapak, yang kemudian garis-garis tersebut membentuk sebuah bidang dan menghasilkan desain yang berbeda-beda (Reid, 1993). Desain lanskap pada tapak ditujukan untuk anak usia sekolah dasar yang bertujuan untuk memberikan kesadaran dan kepedulian anak-anak terhadap lingkungan sekitarnya.

Pada tahap ini, desain dibuat menjadi tiga alternatif yang dibedakan dari pola desain, fasilitas, dan vegetasi. Melalui ketiga desain ini akan diketahui pola dan vegetasi mana yang lebih disukai oleh responden. Hasil dari penilaian dan pemilihan ini adalah desain final yang akan dijadikan site plan akhir. Berikut ini adalah penjelasan tentang masing-masing alternatif desain.

4.4.1 Alternatif Desain 1

Alternatif desain 1 menggunakan pola geometrik, yang didapatkan dari penarikan garis-garis vertikal, horizontal, dan diagonal yang melalui tapak. Garis-garis ini kemudian disesuaikan dengan block plan sehingga membentuk pola pada alternatif desain pertama. Elemen keras yang dihadirkan adalah perkerasan untuk jalan (paving, batu koral, dan semen cor) serta perkerasan yang berupa fasilitas taman seperti bangku taman, gazebo, bird feeder, planter box, lampu taman, dan papan nama tanaman. Elemen lunak yang digunakan adalah vegetasi pohon dengan fungsi tanaman peneduh dan menghasilkan buah, semak yang termasuk dalam tanaman hortikultura, dan tanaman penutup tanah.

Tabel 6. Tanaman yang digunakan pada alternatif desain 1

No Kode Nama Latin Nama Lokal

POHON

1 Bm Bucida molinetii Ketapang Kencana

2 Mi Mangifera indica Mangga

3 Ea Eugenia aquea Jambu Air

SEMAK

4 A Amaranthus spp. Bayam

5 Ip Ipomea aquatica Kangkung

6 Vu Vigna unguiculata Kacang Panjang

7 Zm Zea mays Jagung

TANAMAN PENUTUP TANAH

(66)

Ciri khas pada alternatif desain ini adalah adanya permainan pola batu koral dan rumput sebagai pemberi aksen pada taman, penggunaan vegetasi penghasil buah dan tanaman hortikultur sayuran yang dapat digunakan oleh warga, serta permainan anak yang merupakan permainan kreatif. Alternatif desain dapat dilihat pada gambar 31.

4.4.2 Alternatif Desain 2

[image:66.595.105.512.433.803.2]

Pembentukan pola yang digunakan pada alternatif desain kedua adalah dengan menarik garis-garis lengkung dan lingkaran pada tapak, yang kemudian disesuaikan dengan block plan sehingga menghasilkan alternatif desain kedua. Elemen keras yang digunakan adalah perkerasan untuk jalan (semen cor, paving, dan pasir untuk area bermain) dan perkerasan yang berupa fasilitas taman (bangku taman, bird feeder, lampu taman, dan papan naman tanaman). Vegetasi yang digunakan adalah pohon yang berfungsi sebagai tanaman peneduh dan menghasilkan bunga dengan warna yang menarik, dan tanaman penutup tanah dengan bentuk daun yang unik.

Tabel 7. Vegetasi yang digunakan pada alternatif desain 2

No Kode Nama Latin Nama Lokal

POHON

1 Ab Antidesma bunius Buni

2 Dr Delonix regia Flamboyan

3 Ja Jacaranda angustifolia Jakaranda

4 M Muntingia sp. Kersen

SEMAK

5 Bc Brassica chinensis Sawi Putih

6 Bo Brassica oleravea var. Capitata Kubis/Kol

7 Dc Daucus carota Wortel

TANAMAN PENUTUP TANAH

8 Ac Axonophus compressus Rumput gajah

(67)
(68)

yang dihadirkan pada taman adalah jenis permainan fisik, permainan sosial, dan permain

Gambar

Gambar 8. Ketinggian Tapak Eksisting
Gambar 22. Konsep Desain dan Aplikasi Pola Garis Minimalis Modern
Tabel 5. Ruang, aktivitas dan fasilitas
Gambar 27. Fasilitas  (Image Reference)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya persentase limbah tersebut pada dasarnya sama dengan kelompok meranti karena kayu yang terletak di atas bebas cabang pertama tidak dimanfaatkan lagi

Pengujian secara simultan digunakan untuk menguji pengaruh antara dua variabel atau lebih variabel bebas dengan satu variabel terikat. Dalam penelitian inidigunakan

Penampilan gelombang permukaan sangat mirip dengan gelombang P dan S tetapi gelombang permukaan merambat di permukaan bumi, bukan di dalam bumi seperti body

Permasahan pada deteksi kornea mata adalah bagaimana melakukan pendeteksian pada kornea mata berdasarkan segmentasi model warna dengan melakukan pencocokan antara citra kornea

Perizinan Berusaha pada subsektor penangkapan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yang ditetapkan berdasarkan hasil analisis Risiko kegiatan usaha terdiri

Semakin meningkatnya konsentrasi jamur entomopatogen dan semakin banyak konidia yang menempel pada tubuh serangga, maka semakin cepat proses infeksi yang membuat

Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis