UIN JAKARTA
E. Tinjauan Pustaka
Sepanjang pengamatan penulis, studi mengenaisyif±’telah banyak dibahas oleh sejumlah kalangan. Akan tetapi, kajian mengenaiSyif±’dalamTafsir Maf±t³¥ al-Ghaib Karya al-R±z³ dengan pendekatan tafsir tematik yang didasarkan pada tinjauan kronologisnya adalah sama sekali belum pernah ditemukan.
Karya tulis yang membahas syif±’ dengan berbagai sudut pandang yang berbeda-beda di antaranya ialah:al-Istisyf±' bi al-Qur’±n,karya Mu¥ammad `Abd al-`Az³z. Secara garis besar, karya ini menguraikan tentang macam-macam penyakit dan pengobatannya dengan Al-Qur'an baik secara fisik maupun psikis.42Karya serupa juga ditulis oleh Ab Al-Fid±' Mu¥ammad `Izzah Mu¥ammad `Arif dengan judul: `²lij Nafsaka bi al-Qur'±n, yang menyingkap tentang penyembuhan Al-Qur'an terhadap berbagai penyakit fisik maupun psikis.43Lebih lanjut, `Abd al-Maj³d `Abd al-`Az³z al-Za¥³m menulis sebuah karya `Il±j al-Amr±« bi al-Qur’±n wa al-Sunnah,yakni: pengobatan penyakit dengan Al-Qur'an dan Sunnah yang antara lain berisi tentang nama-nama surat dan ayat-ayat Al-Qur'an yang dapat mengusir setan, bacaan ©ikir di waktu pagi dan sore, penyembuhan akibat sihir dan macam-macam pengobatan secara
42Dalam karya ini, penyakit dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyakit hati (al-Qalb) dan jasmani (al-Badn). Penyakit hati itu sendiri dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: Penyakit bimbang dan ragu (al-syubhah wa al-syak), penyakit seksual dan kebohongan (al-syahwah wa al-ghayyi), dan penyakit kedengkian (al-Ghill). Dalam pada itu, pengobatan Al-Qur’an dikelompokkan menjadi dua macam.Pertama, penyembuhan secara indrawi (¥issiy), yakni penyembuhan fisik dan bagian-bagiannya,.
Kedua, penyembuhan secara psikologis (maknawi), yakni penyembuhan r¥, hati dan psikosomatik. Lihat Mu¥ammad `Abd al-`Az³z al-Kh±lidiy,al-Istisyf±' bi al-Qur'±n(Beirt: D±r al-Kutub Al-`Ilmiyyah, 1996), 5-8.
43Lihat Ab al-Fid±' Mu¥ammad Izzat Mu¥ammad Arif, `²lij Nafsak bi al-Qur’±n(D±r al-Fa«³lah: 1412 H), h. 1-74.
PERPUSTAKAAN
UTAMA
UIN JAKARTA
lahir maupun batin.44Ahmed Taha juga menulis tentangMedicine in the Light of the Qur’an and Sunna, yang menyoroti syif±’ dari dua aspek. Pertama, aspek-aspek pengobatan Islam, yang mencakup pelestarian pengobatan Yunani dan sumbangan para dokter Muslim. Kedua, sekilas tentang pengobatan cara Nabi yang terkait dengan pengobatan klinik, terapiutik, menstruasi, perkembangan embrio, kesehatan anak, dan etika pengobatan.45
Ibnu Taimiyah dalam karya Amr±« al-Qulb wa Syif±’uha menguraikan tentang terapi penyakit hati dengan berbagai dimensinya.46 Demikian juga, Ibnu Qayyim al Jauziyah dalam karya Jaw±b K±f³ Liman Sa’ala `an Daw±’ al-Sy±f³ aw al-D±’ wa al-Daw±’menjelaskan berbagaisyif±’dengan Al-Qur'an, doa dan ©ikir terhadap segala bentuk penyakit hati, seperti kemaksiatan, dosa dan asal-usulnya.47Berbeda dengan°ibb al-Nabawiyibnu Qayyim, dalam karya ini di samping menyajikansyif±’dari aspek mental juga lebih menekankan dari aspek fisik. Dalam hal ini, ia mengkaji dari tiga bagian. Pertama,pengobatan dengan obat-obatan alamiah. Kedua, perawatan dengan pengobatan ilahi dan ruhani yang sederhana dan kompleks.
44Lihat `Abd al-Maj³d `Abd al- Az³z al-Za¥³m,`Il±j al-Amr±« bi al-Qur'±n wa al-Sunnah, Alih bahasa Toha Yahya dengan judul:Pengobatan Penyakit dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah(Jakarta: Darul Ulum Pers, 2001), h., v.-65.
45Lihat Ahmed Thaha,Medicine in The Light of the Qur’an and Sunnah(London: England: Thaha Publishers Limited, 1993), h. 1-34.
46Lihat Ibn Taimiyah,Terapi Penyakit Hati, yang diterjemahkan dari buku aslinyaAmr±« al-Qulb wa syif±'uh±. oleh Jalaluddin Raba (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 9-75
47Lihat Syamsuddin Muhammad bin Abi Bakr ibn Qayyim al-Jauziyyah, al-Jaw±b al-K±fi liman Sa'ala `an al-D±' as-Sy±f³ aw al-D±' wa al-Daw±'(Beirt: D±r al-Kutub al-`Ilmiah, 1997),h.1-247
PERPUSTAKAAN
UTAMA
UIN JAKARTA
Ketiga, indikasi obat-obatan dan makanan tertentu yang disebutkan oleh Nabi saw dan disusun berdasarAlphabet Arab.48
Jal±luddin `Abd. al-Ra¥m±n al-Suy¯iy dalam sebuah karyaAs-Suyuthiy’s Medecine of Prophet, menguraikan pengobatan cara Nabi saw yang mencakup tujuh pembahasan, yaitu: 1) Teori pengobatan terkait dengan struktur tubuh manusia, keadaaan tubuh, sebab-sebab penyakit dan tanda-tanda pada diri manusia. 2) Praktek pengobatan, terkait dengan makanan, minuman, gerak, diam, emosi dan kebiasaan. 3) Prinsip-prinsip pengobatan. 4) Sifat-sifat makanan dan obat-obatan. 5) Dosis obat. 6) Tinjauan atas senyawa obat-obatan dan, 7) Terapi penyakit secara fisik maupun mental.49
Kajian tentang psikoterapi maupun terapi dimensi psikologis lainnya juga ditemukan dalam berbagi bentuk karya, misalnya: Psikoterapi: Pendekatan Konvensional dan Kontemporer dengan M.A. Subandi sebagai editornya.50 Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Theori and Praktice of Counseling and psychotherapy), Karya Gerald Corey,51Psikoterapi dan Konseling: Penerapan Metode
48Lihat Ibnu Qayyim Al-Jauziah,Pengobatan Cara Nabi,yang diterjemahkan dari buku aslinya
al-°ib al-Nabawiy, oleh Mudzakkir AS (Bandung: Pustaka, 1997), h. 23-231
49Lihat Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthi,Pengobatan Cara Nabi sawyang diterjemahkan dari buku aslinyaMedicine of the Prophet, oleh Lukman Hakim dan Ahsin Muhammad (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997), h. 1-275
50Lihat M.A Subandi (ed.),Psikoterapi Pendekatan Konvensial dan Kontemporer(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 1-231.
51Lihat Gerald Corey, Teori dan Praktek Konsling dan Psikoterapi,yang diterjemahkan dari buku askinya:Theori and Practice of Counsling and Psychotheraphy, oleh E. Koeswara (Bandung: Eresco, 1988), h. 1-434.
PERPUSTAKAAN
UTAMA
UIN JAKARTA
Sufistik, karya Hamdani Bakran Adz-Dzaky,52The Book of Sufy Healing,karya ¦akim Mu`inuddin Chisti.53 Nuansa-nuansa Psikologi Islam, karya Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir,54danDilema Psikolog Muslim(The Dilemma of Muslim Psychologists), karya Malik B. Badri dengan kritikan psikolog muslim dalam liang biawak dengan beberapa terapi Islam yang dirumuskannya.55
Penelitian terdahulu yang terkait dengan kesehatan dalam perspektif syariah Islam di antaranya ialah karya disertasi yang ditulis oleh Ahmad Ramali dengan judul “Peraturan-peraturan Untuk Memelihara Kesehatan dalam Hukum Syara` Islam” yang berhasil dipertahankan dengan gelar doktor di bidang Ilmu Kedokteran pada Universitas Negeri Gajah Mada di Yogyakarta pada tahun 1950. Penelitian ini menyingkap berbagai persoalan yang terkait dengan masalah Takdir dan Kewajiban Memelihara Kesehatan, Pengobatan Medis, °ah±rah, Khitan, Mengurus Janazah, Islam dan Penyakit Menular, Kesehatan bagi kehidupan umat Islam, Islam dan Pengaturan Kelahiran Anak, Hukum Makanan dan Minuman, Istirahat, Kerja dan Olahraga, serta Sumbangan untuk penerangan terhadap ilmu kesehatan.56
52Lihat M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi dan Konseling Islam: Penerapan Metode sufistik(Yogyakarta, Fajar Pustaka Baru, 2001), h. 219-289
53Lihat Shaykh Hakim Moinuddin Chishti,the Book of Sufi Healing(New York: Inner Traditions International, 1985), p. 1-189. Buku ini telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Burhan Wira Subrata dengan judulPenyembuhan Cara sufi(Jakarta: Lentra Basritama, 1999), h. 1-255.
54Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 207-242.
55Malik B. Badri,Dilema Psikolog Muslim, yang diterjemahkan dari buku aslinya, The Dilemma of Muslim Psychologists, Alih bahasa oleh Siti Zainab Lukfiati (Jakarta: Pustaka Firdaus, 19979), h 1 dan 54-68.
56Lihat Ahmad Ramali,Peraturan-peraturan Untuk Memelihara Kesehatan Dalam Hukum Syara` Islam: Sumbangan Untuk Penerangan Kepada Orang Muslimin Tentang Ilmu Kesehatan, Jakarta: Balai Pustaka, 1968.
PERPUSTAKAAN
UTAMA
UIN JAKARTA
Data kepustakaan di atas menunjukkan bahwa kajian tentang syif±'’ selain berkaitan dengan dimensi kerohanian juga dimensi fisik. Namun muatan konseptualisasi syif±’ yang terkait dengan minuman sejenis madu beserta karakteristiknya belum tampak dengan jelas pada sub-sub pembahasannya, padahal QS al-Na¥l [16/70]: 69 telah mengisyaratkan adanya keterkaitan antarasyif±’dengan minuman sejenis madu maupun keterkaitannya dengan tubuh dan pemikiran manusia. Berdasarkan ayat tersebut, Harun Yahya telah mengungkapkan secara ilmiah mengenai rahasia dan keajaiban madu lebah,57 bahkan ia menegaskan bahwa minuman sejenis madu merupakan sumber gizi maupun makanan penting bagi tubuh manusia tetapi sedikit sekali manusia yang menyadari sifat-sifat luar biasa dari sang penghasilnya, yaitu lebah.58
57Menurutnya: Madu tersusun atas beberapa molekul gula seperti glukosa dan fruktosa serta sejumlah mineral seperti magnesium, kalium, potasium, sodium, klorin, sulfur, besi dan fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang komposisinya berubah-ubah sesuai dengan kualitas madu bunga dan serbuk sari yang dikonsumsi lebah. Di samping itu di dalam madu terdapat pula tembaga, yodium dan seng dalam jumlah yang kecil, juga beberapa jenis hormon. Sebagaimana firman Allah, madu adalah “obat yang menyembuhkan bagi manusia”. Fakta ilmiah ini telah dibenarkan oleh para ilmuwan yang bertemu pada Konferensi Apikultur Sedunia (World Apiculture Conference) yang diselenggarakan pada tanggal 20-26 September 1993 di Cina. Dalam konferensi tersebut didiskusikan pengobatan dengan menggunakan ramuan yang berasal dari madu. Para ilmuwan Amerika mengatakan bahwa madu, royal jelly, serbuk sari dan propolis (getah lebah) dapat mengobati berbagai penyakit. Seorang dokter asal Rumania mengatakan bahwa ia mencoba menggunakan madu untuk mengobati pasien katarak, dan 2002 dari 2094 pasiennya sembuh sama sekali. Para dokter asal Polandia juga mengatakan dalam konferensi tersebut bahwa getah lebah (bee resin) dapat membantu menyembuhkan banyak penyakit seperti bawasir, penyakit kulit, penyakit ginekologis dan berbagai penyakit lainnya. Lihat http://www.harunyahya.Com/indo/ artikel/006. htm
58Banyak orang tahu bahwa madu merupakan sumber gizi yang penting bagi tubuh manusia, namun sedikit sekali orang yang menyadari betapa mengagumkan karakteristik produsen madu itu sendiri yaitutawondengan kata lain: Hampir semua orang tahu bahwa madu adalah sumber makanan penting bagi tubuh manusia, tetapi sedikit sekali manusia yang menyadari sifat-sifat luar biasa dari sang penghasilnya, yaitu lebah madu. Lihat http://www.harunyahya.com/indo/artikel/010.htm. Lihat pula: http://www.harunyahya.com/indo/artikel/ 058. htm.
PERPUSTAKAAN
UTAMA
UIN JAKARTA
Dengan demikian, data kepustakaan di atas telah mengisyaratkan adanya dua jenissyif±’, yaitu Al-Qur’an dan minuman sejenis madu yang berdampak secara positif bagi orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan. Demikian pula tentang jenis penyakitnya, juga dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu penyakit fisik dan psikis yang dampak negatifnya akan menimpa bagi orang-orang yang ingkar maupun tidak beriman. Oleh karena itu,syif±’dengan segala jenisnya telah dituangkan dalam Al-Qur’an yang sekaligus mengisyaratkan adanya keterpaduan antara ayat-ayat Qauliyah dan ayat-ayat Kauniah.59 Keduanya dapat berjalan seimbang tanpa dipertentangkan dan tidak berlebihan. Sebab penggunaan syif±’ dengan jalan mengabaikan di antara keduanya apalagi berlebihan dalam penerapannya adalah merupakan tindakan yang tercela dan bertentangan dengan ajaran Islam.60
Syif±’ dalam bentuk integral antara lahir dan batin dewasa ini, justru dinilai sebagai pendekatan holistik baru di dalam dunia kedokteran modern. Dadang Hawari misalnya telah menulis dalam sebuah karya dengan judul: Doa dan Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis. Menurutnya, doa dan dzikir dari sudut ilmu kedokteran jiwa (kesehatan jiwa) merupakan terapi psikiatrik, setingkat lebih tinggi daripada psikoterapi biasa. Hal ini dikarenakan doa dan dzikir mengandung unsur spiritual (kerohanian,
59Karakteristik ayat-ayatQauliyahmaupun disebut sebagaiKal±mull±h(ucapan Allah dalam Al-Qur’an) di antaranya ialah Termaktub di dalam kitab suci dansu¥uf, teks (Na£)-nya bersifat absolut, menggunakan metode deduktif, tidak memerlukan verifikasi apalagi falsifikasi. Sedangkan, cirri-ciri pada ayat-ayatKauniyahmaupun disebut sebagai Sunnatullah (para saintis menyet hukum alam, natural law) di antaranya ialah: terletak pada alam (al-kawn), bersifat nisbi (relative), Umumnya menggunakan metode induktif dan memerlukan verifikasi (falsifikasi). Lihat M. Darwis Hude,Emosi Manusia dalam Al-Qur’an: Telaah Melalui Pendekatan Psikologi(Disertasi Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), h. 5.
60Lihat misalnya Abd al-¦am³d ibn B±d³s,Tafs³r ibn Bad³s fi Maj±lis Ta©k³r min Kal±m al-¦ak³m al-Khab³r(Mesir: D±r al-Fikr, 1979), h. 230-231.
PERPUSTAKAAN
UTAMA
UIN JAKARTA
keagamaan, ketuhanan) yang dapat membangkitkan harapan (hope), rasa percaya diri (self confident) pada diri seseorang yang sedang sakit, yang pada gilirannya kekebalan (imunitas) tubuh meningkat, sehingga mempercepat proses penyembuhan. Dalam hal ini, tidak berarti terapi dengan obat dan tindakan medis lainnya diabaikan. Terapi medis disertai doa dan dzikir merupakan pendekatan holistik baru di dunia kodekteran modern.61
Al-R±zi dalam tafsirnya menegaskan betapa pentingnya integrasi material dengan nilai transendental (nilai-nilai il±hiyah) sebagaimana peristiwa yang terjadi pada Nabi Musa as.. Dalam hal ini ia mencatat bahwa Nabi Musa as pernah sakit parah pada bagian perutnya, lalu ia mengadu kepada Allah swt, kemudian Allah menunjukkannya tentang rerumputan di padang sahara yang tandus sebagai obatnya, kemudian ia memakannya dan menjadi sembuh atas izin Allah swt. Pada suatu saat sakitnya kambuh lagi, kemudian ia memakan rerumputan itu lagi, namun sakitnya justru semakin parah. Kemudian ia mengadu lagi sambil berkata: ya rabbi! pada awalnya saya makan rumput dan bisa mendatangkan manfaat, namun pada waktu makan rumput untuk yang keduakalinya, sakit saya justru semakin parah. Allah menjawab: Karena anda makan rumput yang partama kalinya, anda pergi untuk mendapatkan rumput atas petunjuk dari-Ku, maka di dalamnya mengandung obat (ءﺎﻔﺸﻟا ) untuk kesembuhan. Akan tetapi pada waktu yang kedua anda pergi untuk mencari rumput berdasarkan kemauan anda sendiri, karena itu sakitnya semakin parah. Ketahuilaih bahwa dunia
61Lihat Dadang Hawari,Do'a dan Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis(Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1999), h. ix.
PERPUSTAKAAN
UTAMA
UIN JAKARTA
semuanya adalah racun yang mematikan, dan penawarnya adalah dengan menyebut nama-Ku [dengan bismill±h].62
Hal di atas sejalan dengan hasil penelitian Masaru Emoto63yang menunjuk pada urgensi”ªikir Air” dengan rasionalisasi sebagai berikut:
a. Air “menangkap” getaran rasa dalam bahasa apapun, tulisan, gambar, dan musik. b. Air bisa “mengerti”, menyimpan dan menyalurkan informasi (Semua benda juga
“mengerti”, tetapi air paling peka, jumlahnya sangat banyak, dan ada di mana-mana)
c. Getaran air merambat ke molekul air ditubuh manusia (75%).
d. Perilaku manusia bisa menjadi beringas, jahat, tidak terkendali, atau sebaliknya. Kajiansyif±’ dengan berbagai dimensinnya sebagaimana disebutkan di atas sungguhpun telah menyajikan sudut pandang yang beraneka ragam, terutama yang bernuansa Islam maupun menurut Al-Qur'an dan Sunnah, namun dalam karya-karya tersebut tidak ditemukan secara spesifik yang menggunakan pendekatan tafsir tematik.
Selain tulisan-tulisan di atas, masih banyak ditemukan dalam kitab-kitab tafsir yang menyinggung sekilas mengenaisyif±’dalam uraiannya terhadap ayat-ayat
Al-62Lihat al-R±zi,Tafsir, Jilid I, Juz I, h. 173-175.
63Hasil penelitian tersebut di lakukan dengan jalan: Air murni diambil dari mata air atau danau. Lalu diberi rangsangan berbagai jenis pesan ungkapan dan perasaan, tulisan, gambar, foto, musik. Lalu difoto dengan teknologi tinggi setelah mengkristal. Lihat Masaru Emoto,The True Power of Water: Hikmah Air Dalam Olah Jiwa, yang diterjemahkan dari Buku Aslinya,MIZU NO MARYOKU KOKOROTO KARADA NO UOUTAA HIIRINGU Yokohama Municipal University Japan – 2005 Oleh Azam Transltor (Bandung: MQ Publising, 2006), h. 1-191.
PERPUSTAKAAN
UTAMA
UIN JAKARTA
Qur'an. Namun pada umumnya, corak penafsiran yang digunakan bersifatta¥l³l³iy,64
sehingga penyimpulannyapun seringkali bersifat parsial dan tidak utuh. Oleh karena itu kajian ini bukanlah merupakan pengulangan dari apa yang telah dibahas oleh pengkaji lain. Bahkan kajian ini diharapkan menghasilkan hal-hal baru yang belum terungkap dalam pembahasan yang telah ada, terutama menyangkut masalah syif±’ dalam perspektif tafsir Maf±t³¥ al-Ghaib karya Fakhrudd³n al-R±z³ dengan pendekatan tafsir tematik.