(perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman (QS al-Taubah [9/113]: 14)
Secara keseluruhan, kata ¢adr dalam Al-Qur’an diulang sebanyak 46 kali dengan berbagai bentuk dan kata jadiannya.194¢adritu sendiri pada dasarnya adalah berakar dari susunan huruf-huruf
ر-د-ص
yang mempunyai dua makna pokok, yaitu: menghindar, misalnya dalam kata¡adara `an al-bil±d (menghindar dari negara) dan dada bagi manusia.195Makna kedua tersebut, tampaknya lebih tepat untuk digunakan dalam kajian ini sebagaimana yang diungkapkan oleh al-R±ghib ketika menjelaskan term¡adryang kaitannya dengansyif±’yaitiu memperbaiki selur¥ potensi yang berada di dalam diri manusia, baik berupa kesenangan (syahwat), dorongan (haw±), marah (ga«b) atau disebut juga sebagai akal, hati, ilmu dan sejenisnya.196Di samping itu, penyebutan kata dada sebagaimana dalam QS Ynus: 57 oleh M. Quraish Shihab diartikan dengan hati. Hal ini menunjukkan bahwa wahyu-wahyu Il±hiyah itu berfungsi menyembuhkan penyakit-penyakitr¥aniseperti ragu, dengki, takabur dan semacamnya. Hati oleh Al-Qur’an ditunjuknya sebagai wadah yang menampung rasa cinta dan benci, berkehendak dan menolak. Bahkan hati dinilai sebagai alat untuk mengetahui. Hati juga yang mampu melahirkan ketenangan dan kegelisahan, serta menampung sifat-sifat baik dan terpuji.197
194Lihat Muhammad Fu’ad Abd al-Baqi,al-Mu`jam al-Mufahras Lalfadh al-Qur’an(Beirt: D±r al-Fikr, 1992), h. 512-513
195Lihat Ibn Faris,Mu`jam Maq±yis al-LughahJus 2, h. 337.
196Lihat al-Raghib,Mu’jam Mufrad±t Alf±§ al-Qur’±n,h.309-310.
PERPUSTAKAAN
UTAMA
UIN JAKARTA
Uraian di atas menunjukkan bahwa¡adritu sendiri pada dasarnya adalah sebuah tempat dalam diri manusia yang di dalamnya mengandung berbagai potensi hati dan akal dengan segala karakternya.
3. Qalbdalam QS al-Taubah [9/113]: 15 terkait dengan ayat 14.
Klasifikasi sasaransyif±’pada pembahasan ini adalah terfokus pada kataqalb. Dalam hal ini, penyebutan kata qalb berdampingan dengan kata ¡adr dan syif±’ sebagaimana terdapat dalam QS al-Taubah[9/113] ayat 14 dan 15.
ْﻢُھﻮُﻠِﺗﺎ َ ﻗ
ُﻢُﮭْﺑﱢﺬَﻌُﯾ
ُﱠﷲ
ْﻢُﻜﯾِﺪْﯾَﺄِﺑ
ْﻢِھِﺰْﺨُﯾَو
ْﻢُﻛْﺮُﺼْﻨَﯾَو
ْﻢِﮭْﯿَﻠ َﻋ
ِﻒ
ْﺸ َﯾَو
َر
وُ ﺪُ ﺻ
ٍمْﻮَﻗ
َﻦ
ﯿِ ﻨِﻣْﺆُﻣ
)
14
(
ْﺐ
ِھ ْﺬُﯾ َ و
َﻆْﯿ َﻏ
ْﻢِﮭِﺑﻮُﻠُﻗ
ُب
ﻮُ ﺘَ ﯾَو
ُﱠﷲ
ﻰَﻠَﻋ
ْﻦَﻣ
ُءﺎَﺸَﯾ
ُﱠﷲَو
ٌﻢﯿِﻠَﻋ
ٌﻢﯿِﻜَﺣ
)
15
(
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman, dan menghilangkan panas hati orang-orang mu'min. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS al-Taubah [9/113]: 15)
Sebuah kata yang ingin dijelaskan pada ayat di atas adalah qalb. Term ini menurut akar katanya adalah terdiri dari susunan huruf-huruf
ب-ل-ق
yang mempunyai dua makna pokok. yaitu kebersihan sesuatu dan kemulyaannya. Makna pokok lainnya menunjuk pada kembalinya sesuatu dari satu sisi menuju sisi yang lain. Penggunaan makna pertama sebagaimana perkataanهﺮﯿﻏونﺎﺴﻧﻹا ﺐ ﻠ ﻗ
(qalb al-ins±n wa ghairihi – kebersihan atau kemulyaan hati manusia dan lainnya) dikatakan demikian karena sesuatu yang terdapat pada manusia itu tampak bersih dan terhormat. Sedangkan makna kedua sebagaimana dalam perkataanﺎﺒﻠﻗ بﻮﺜﻟا ﺖﺒﻠﻗ
(qalabtual-PERPUSTAKAAN
UTAMA
UIN JAKARTA
tsauba qalban-aku membalik baju dengan benar-benar terbalik).198 Qalbjuga biasa digunakan untuk manusia, karena qalb secara maknawi sering digunakan secara bergantian antarar¥, akal, ilmu, keberanian dan sejenisnya.199
Makna qalb dalam Al-Qur’an digunakan secara beragam, misalnya qalb diartikanr¥(al-A¥z±b: 10),qalbberarti ilmu (Q±f: 37),qalbberarti keberanian (al-Anf±l:10). Namun,Qalbpada suatu ketika memang bisa diartikan sebagai akal atau r¥. Karena banyak ayat Al-Qur'an yang menyebut kata qalb tapi yang dimaksudkan adalah sesuatu yang ada di dalamnya. Penggunaan ini sebagaimana ungkapan bahwa sungai itu mengalir, padahal secara esensial yang mengalir bukanlah sungainya melainkan airnya.200
Dengan demikian yang dimaksud dengan qalb pada ayat di atas adalah perubahan potensi dan fungsi dalam diri seseorang, baik berupa akal, r¥, ilmu dan segala sifat yang terdapat di dalamnya. Semua potensi ini adalah terbungkus dalam sebuah wadah yang disebut dengan¢adr.
Berdasarkan klasifikasi sasaran syif±’dalam diri manusia sebagaimana telah diuraikan di atas adalah tercermin pada kesatuan antarar¥,¡adrdanqalb. Di mana¡adr itu sendiri pada hakekatnya adalah sebuah potensi yang eksistensinya berada di bagian terluar, fisik maupun jasmaniah. Sebaliknya,r¥lebih terfokus pada masalah-masalah metafisik yang eksistensinya berada di bagian terdalam. Sedangkan potensi yang menempati posisi di antara keduanya adalahqalb. Karena kondisiqalbitu sendiri pada
198Lihat Ibnu Faris,Mu`jam Maq±yis al-LughahJus 5, h. 17
199Lihat al-Raghib,Mu`jam Mufrad±t Alf±§ al-Qur’an, h. 458
PERPUSTAKAAN
UTAMA
UIN JAKARTA
suatu saat tertentu lebih memihak pada¡adrdan pada waktu yang lain terkadang lebih memihak pada r¥. Akan tetapi secara substansial, qalb yang bersih akan mampu mengintegrasikan berbagai anugrah dari Allah swt dalam bentuk ¡adrdanr¥menjadi satu kesatuan dalam diri manusia menuju Allah swt. Keterkaitan sasaransyif±’dalam diri manusia ini dapat di gambarkan dalam kerangka berpikir sebagai berikut.
Allah Swt
Manusia dan Masyarakat Manusia dan Masyarakat
Sakit Sehat
R¥
Syirik Tauhid
¨ulm Akidah
Kufr Komponen Iman
Jiwa Manusia
PERPUSTAKAAN
UTAMA
UIN JAKARTA
¢adr Qalb
fisik hati
+ ¢adratau fisik disatukan denganR¥olehQalbmenuju Allah menjadi sehat -R¥danQalbterseret¢adratau fisik menjadi sakit dan hubungan terputus
Sasaransyif±’dalam diri manusia sebagai anugrah dari Allah swt, baik dalam bentukr¥maupun¡adryang telah dimanfaatkan olehqalbyang terisi dengan iman dan mampu mengintegrasikan dalam bentuk akidah dan tauhid yang kuat, akan dapat mengantar manusia maupun masyarakat menjadi sembuh, sehat, bersih, terbebas dari penyakit dan hidup terhormat menuju Allah swt. Namun sebaliknnya, Jika anugrah dari Allah swt, yang berupar¥danqalbini justru lebih didominasi dan dikuasai oleh¡adr yang terisi oleh pikiran yang tercela, tertutup oleh kegelapan, syirik dan pengabdiannya selain kepada Allah Swt. Maka sasaransyif±’demikian ini akan menjadi terhambat dan bahkan dapat menghalangi manusia maupun masyarakat menuju Allah swt. Dengan kata lain bahwa mereka inilah orang-rarng yang sakit dan rugi. Karena hubungan mereka dengan Allah swt benar-benar telah terputus, sehingga dapat dikatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang jiwanya sakit, jiwa yang kotor, jiwa yang tidak bersih. Mereka inilah benar-benar sangat memerlukan bantuan dalam penyembuhan menuju kesehatan lahir dan batin.
PERPUSTAKAAN
UTAMA
UIN JAKARTA
Macam-macam term dalam Al-Qur'an yang dapat dikategorikan sebagai lawan darisyif±'' di antaranya ialah termmara«(
ضﺮﻣ
) dengan segala bentuk kata jadiannya yang biasa diartikan sebagai penyakit. Oleh karena itu, term-term lain seperti kata syaf±(ﺎَﻔَﺷ
), saqam(ٌﻢَﻘَﺳ
), a©± (ىَذَأ
), alam (ٌﻢَﻟأ
) juga dapat diidentikkan dengan sakit maupun suatu penyakit yang sekaligus dapat dikategorikan sebagai hal-hal yang bertentangan dengan term syif±', bur'ah maupun sal±mah. Penjelasan lebih jauh terhadap macam-macam term sebagai lawan dari syifa'' tersebut dapat dicermati melalui uraian berikut.a. Mara«(
ضﺮﻣ
) Term mara« (ضﺮﻣ
) dengan segala bentuk kata jadiannya biasa diartikan sebagai "penyakit", yang secara rinci, pakar bahasa Ibnu F±ris mendefinisikan kata tersebut sebagai: "segala sesuatu yang mengakibatkan manusia melampaui batas kewajaran dan mengantar pada terganggunya fisik, mental, bahkan tidak sempurnanya amal atau karya seseorang".201Berbeda halnya dengan al-R±ghib yang memberikan maknamar±«sebagai "sakit" atau "keluar dari batas kewajaran yang hanya berlaku bagi manusia". Menurutnya, hal ini ada dua macam:Pertama, Sakit fisik, sebagaimana firman Allah swt.
َﻻَو
ﻰ َ ﻠَﻋ
ِﺾ
ﯾِ ﺮَﻤْﻟا
ٌج
َﺮ َﺣ
dalam QS al-Nur: 61; al-Fat¥: 17 dan Firman Allah swtﻰَﻠَﻋ َﻻَو
ﻰَﺿَﻤ ْﻟاْﺮ
dalam QS al-Taubah: 91.Kedua: Sakit non fisik, yakni setiap perangai yang tercela, seperti: kebodohan, pengecut, kikir, munafik dan sejenisnya, sebagaimana firman Allah Swt:ﺎًﺿَﻣَﺮ ُﱠﷲ ُﻢُھَداَ ﺰَﻓ ٌضَﺮ َﻣ ْﻢِﮭِﺑﻮُﻠُﻗ ﻲِﻓ
dalam QS al-Baqarah: 10; Firman Allah201Menurut catatan Ibnu F±ris, termmara«merupakan bentuk kata yang berakar dari huruf-huruf m-r-« (ض-ر-م) yang makna dasarnya adalah menunjuk pada segala sesuatu yang menyebabkan manusia keluar dari kategori sehat dalam bentuk apapun. Termasuk kategori ini adalah al-`illah(sakit). Lihat Ibnu Faris,Mu`jam Maq±yis al-LughahJuz 5, h. 311-312.
PERPUSTAKAAN
UTAMA
UIN JAKARTA
Swtاﻮُﺑﺎَﺗْرا ِمَأ ٌضَﺮ َﻣ ْﻢِﮭِﺑﻮُﻠُﻗ ﻲِﻓَأ
dalam QS al-Nr: 50;ْﻢُﮭْﺗَداَﺰَ ﻓ ٌضَﺮ َﻣ ْﻢِﮭِﺑﻮُﻠ ُﻗﻲ ِﻓ ﯾِ ﺬﱠﻟا َﻦ ﺎﱠﻣَأَ و
ﺎًﺴْﺟِر
ﻰَﻟِإ
ْﻢِﮭِﺴْﺟِر
dalam QS al-Taubah: 125; Semua ayat ini semakna dengan firman Allah swtاًﺮْﻔ ُﻛَو ﺎًﻧﺎَﯿْﻐُط ﱢﺑ َر َﻚ ْﻦِﻣ ْﯿ َﻟِإ َﻚ ِﺰْﻧُأ َل ﺎ َﻣ ْﻢُﮭْﻨِﻣ اًﺮﯿِ ﺜَﻛ ﱠنَﺪ ﯾِﺰَﯿَﻟَو
dalam QS al-Maidah: 64 dan 68202Lebih lanjut, al-R±ghib menegaskan alasan kenapa nif±q dan kufr serta perangai yang jelek lainnya itu dianalogikan denganmara«(sakit). Pertama: karena perangai yang jelek itu menjadi penghalang tercapainya akhlak terpuji, sebagaimana sakit bisa menjadi penghalang fisik untuk bekerja secara maksimal. Kedua: Karena perangai yang jelek itu menjadi penghalang tercapainya hakekat kehidupan akhirat, sebagaimana firman Allah swt
ِ ﮭ َﻟ َﻲ َةَﺮِﺧْﻵا اﱠ ﺪﻟا َر ﱠنِإ َو ٌﺐِﻌ َﻟَو ٌﻮْﮭَﻟ ﱠ ﻻِإ ﺎَﯿْﻧﱡ ﺪﻟا ُةﺎَﯿَﺤْﻟا ِهِﺬَھ ﺎَﻣَو
ُن
اَ ﻮَﯿَﺤْﻟا
ْﻮَﻟ
اﻮُﻧﺎَﻛ
َن
ﻮُ ﻤَﻠْﻌَﯾ
dalam QS al-Ankabt: 64. Ketiga: Perangai yang jelek itu menyebabkan jiwa condong pada iktikad yang batil, sebagaimana kecenderungan badan yang sakit terhadap sesuatu yang membahayakan.Keempat, karena perangai yang jelek itu sendiri adalah memang benar-benar berupa penyakit, sebagaimana dikatakanنﻼﻓرﺪﺻوَ د َي
–hati fulan terkena penyakitatau dengan kata lainﮫﺒﻠﻗ َﻞﻐ َﻧ
-hati fulan jelek. Raslullah saw bersabda:؟ﻞﺨﺒﻟاﻦ ﻣ أودأ ءاديأ
apa ada penyakit yang lebih parah daripada kikir?. Contah lain seperti perkataan: Matahari sakit, manakala matahari itu sendiri memang tidak memancarkan sinarnya. Orang itu sakit, jika dia itu memang benar-benar sakit. Apabila seseorang telah terkena penyakit, maka sesungguhnya ia berhak untuk membersihkannya, seperti menghilangkan kotoran pada bagian mata.203202Lihat al-Raghib al-Asfahani,Mu`jam Mufradat Alfadl al-Qur’an,h. 520.
PERPUSTAKAAN
UTAMA
UIN JAKARTA
Pemaknaan terhadap term mara« dengan berbagai dimensinya di atas, sebenarnya juga dapat dikelompokkan menurut bentuk kata dan tertib nuzul ayat sebagaimana diisyaratkan oleh Mu¥ammad Fu'ad Abd al-B±q³ dalam karyanya al-Mu'jam al-Mufahras Li Alf±§ al-Qur'±n. Secara kronologis, term mara« dengan berbagai kata jadiannya diungkap 24 kali dalam Al-Qur'an, dua di antaranya dinilai sebagai ayat makiah dan 22 lainnya sebagai ayat madaniah, atau dengan kata lain bahwa term mara« dengan berbagai dimensinya dapat dikategorikan pada empat kelompok,Pertama: kelompokmara«yang terkait denganqulbdiulang 13 kali, satu di antaranya termasuk kategori makiah (QS al-Mudda££ir [74/4]: 31) dan 12 lainnya termasuk madaniah, seperti dalam QS al-Taubah [9/113]: 125. Kedua: kelompok mari«tu (
ُﺖْﺿِﺮَﻣ
) terkait dengan penyembuhan (yasyf³n) dalam QS al-Syu`ar±’ [26/47]: 80) yang dinilai sebagai ayat makiah;Ketiga,al-Mar³«terkait dengan sakit fisik seperti: buta dan pincang kaki dalam QS Nr [61/109]: 61 dan QS al-Fat¥[48/111]:17;Keempat,Mar«±(ﻰَﺿْﺮ َﻣ
) yang terkait dengan kesempunaan maupun kekurangan amal tertentu, seperti: terkait dengan kesulitan (ma«arrat) dalam QS al-Muzzammil [3/73]: 20; terkait dengan puasa dalam QS al-Baqarah[2/87]: 184, 185, 196; terkait dengan salat dalam QS Nis±'[4/92]: 42, 102; QS Maidah[5/112]: 6; al-Taubah [9/113]: 9.204Khusus mengenai urutan tertib surah dalam QS al-Muzzammil ayat 20 tersebut terdapat perbedaan pendapat. Secara umum, surat al-Muzzammil memang dikelompokkan pada tertib surat makiah, sejak dari ayat pertama hingga ayat 19, namun khusus ayat 20 ini dinilai oleh kebanyakan ulama sebagai ayat madaniah. Hal ini memberikan kesan bahwasrat al-muzzammilini turun dua periode, sedangkan rentang
PERPUSTAKAAN
UTAMA
UIN JAKARTA
waktu antara periode pertama dan kedua adalah berjarak +10 tahun. Mu¥ammad Fu'±d Abd al-B±q³ memasukkan ayat 20 surat al-Muzzamil ini sebagai kelompok ayat madaniah.205
b. Syaf±(
ﺎ َﻔَﺷ
)Termsyaf±(
ﺎَﻔَﺷ
) secara kebahasaan memang seakar dengan termsyif±', karena kedua term tersebut sama-sama berakar dari susunan huruf yang terdiri darisyin-fa'dan ¥arf al-mu`tal (ﻞﺘﻌﻤﻟا فﺮﺣو -ف-ش
) yang pada dasarnya adalah berarti mengungguli atau mengalahkan sesuatu yang lain.206¦arf mu'talpada akar kata tersebut dalam penggunaannya ternyata sangat berpengaruh dalam pemaknaannya. Oleh karena itu, Ibnu Man§r membedakannya menjadi dua pola.Pertama, kata itu tersusun dari huruf-hurufى-ف-ش
dengan pola perubahannyaْﺎﻔِﺷ - ﻰﻔﺸﯾ - ﻰﻔﺷ
dalam pengertian obat yang terkenal, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit (ءاو د
ﻢﻘﺴﻟ ا ﻦﻣ ئﺮ ﺒ ﯾ ﺎﻣ ﻮھو فو ﺮﻌﻣ
),207Kedua, kata itu tersusun dari huruf-hurufو-ف- ش
yang terpola menjadi bentukan kataﺎ ﻔَ ﺷ
(syaf±) yang berarti pinggir, tepi, melebihi batas atau sesuatu yang berada di ambang kehancuran.208Dari sini tampak dengan jelas205Lihat al-B±q³, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alf±§ al-Qur’±n h. 839; lihat pula `Izzah Darwazah,Al -Tafs³r al-¦ad³£h. 14-15 dan M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Qur'an Al-Kar³m: Tafsir atas surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu(Jakarta: Pustaka Hidayah, 1997), h. 204.
206Lihat Ibn F±ris ibn Zakaria,Mu`jam Maq±yis al-Lughah, Jilid 3, h. 199.
207Lihat Jam±l al-D³n Mu¥ammad ibn Mukarram ibn Man§r al-An¡±riy (w.711)Lis±n al-`Arab(al-D±r al-Mi¡riah, tth), Jus 19, h. 167. Menurut al-Suyuthi, obat itu sendiri sesungguhnya adalah pengobatan. Lihat Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthi,Pengobatan Cara Nabi saw, yang diterjemahkan dari aslinyaAs-Suyuthi's Medicine of the Prophet. Alih bahasa Luqman Hakin dan Ahsin Muhammad (Bandung; Pustaka Hidayah, 1997), h. 169.
208Lihat Ibn Man§r al-An¡±riy (w.711)Lis±n al-`Arab, Jus 19, h. 167. Bandingkan dengan Jam±l al-D³n Mu¥ammad ibn Mukarram ibn Man§r al-An¡±riy (w.711),Lis±n al-Lis±n: Tah©³b Lis±n al-`Arab
PERPUSTAKAAN
UTAMA
UIN JAKARTA
bahwa penggunaan termsyif±'lebih terfokus pada makna penyembuhan atau sesuatu yang dapat mengalahkan suatu penyakit. Sedangkan termsyaf±justru dapat dikatakan sebagai lawan dari termsyif±dalam arti sesuatu yang dapat mengalahkan kesembuhan maupun keselamatan. Bahkan secara maknawi maupun kontekstual, termsyaf±tersebut justru menjadi bagian yang paling berbahaya di antara penyakit-penyakit yang ada. Karena sifat-sifatnya adalah terkait dengan tindakan kemunafikan maupun hipokrit, kebodohan dan kekufuran sebagaimana diisyaratkan dalam QS ²li-Imr±n[3/89]: 103 dan al-Taubah [9/113]: 109209sebagai berikut.
اﻮُﻤِﺼَ ﺘْﻋا َو
ِﻞْﺒ َﺤِﺑ
ِﱠﷲ
ﺎًﻌﯿِﻤَﺟ
َﻻَو
اﻮُﻗﱠﺮَ ﻔَﺗ
اوُﺮُﻛْ ذاَو
َﺔَﻤ ْﻌِﻧ
ِﱠﷲ
ْﻢُﻜْﯿَﻠَﻋ
ْذِ
إ
ْﻢُﺘْﻨُﻛ
ًءاَﺪْﻋَأ
َﻒ
ﱠﻟ َ ﺄَﻓ
َﻦ
ْﯿ َﺑ
ْﻢُﻜِﺑﻮُﻠُﻗ
ْﻢُﺘْﺤَﺒ ْﺻَﺄ َﻓ
ِﮫِﺘَﻤْﻌِﻨِﺑ
ﺎًﻧاَﻮْﺧِ إ
ْﻢُﺘْﻨُﻛَو
ﻰَﻠَﻋ
ﺎَﻔَﺷ
ٍةَﺮْﻔُﺣ
َﻦ
ِﻣ
ِرﺎﱠ ﻨﻟا
َﻓ
ْﻢُﻛ َ ﺬَﻘ ْ ﻧَﺄ
ﺎَﮭْﻨِ ﻣ
َﻚِﻟ َﺬَﻛ
ُﻦ
ﱢﯿ َﺒُﯾ
ُﱠﷲ
ْﻢُﻜ َ ﻟ
ِﮫِﺗﺎَﯾاَء
ْﻢُﻜ ﱠ ﻠَﻌ َ ﻟ
َن
وُ ﺪَ ﺘْﮭَﺗ
)
لا
ناﺮﻤﻋ
:
103
(
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (QS ²li-Imr±n [3/89]: 103).
ْﻦَﻤ َﻓَأ
َﺲ
ﱠﺳ َأ
ُﮫَﻧﺎَﯿْﻨُﺑ
ﻰ َ ﻠَﻋ
ىَﻮْﻘَ ﺗ
َﻦِﻣ
ِﱠﷲ
ٍن
اَ ﻮْﺿِرَو
ٌﺮ
ْﯿ َﺧ
ْمَأ
ْﻦَﻣ
َﺲ
ﱠﺳ َأ
ُﮫَﻧﺎَﯿْﻨُﺑ
ﻰَﻠَﻋ
ﺎ َﻔَﺷ
ٍف
ُﺮ ُﺟ
ٍرﺎَ ھ
َر
ﺎَ ﮭْﻧﺎَﻓ
ِﮫِﺑ
ﻲ ِﻓ
ِرﺎَ ﻧ
َﻢﱠﻨَ ﮭَﺟ
ُﱠﷲَو
َﻻ
يِﺪْﮭَﯾ
َمْﻮَﻘْﻟا
َﻦ
ﯿِ ﻤِﻟﺎﱠﻈﻟا
)
ﺔﺑﻮﺘ ﻟا
:
109
(
Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan (Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka
209Dua ayat yang dimaksud adalah tergolong sebagai ayat madaniah. Lihat Mu¥ammad Fu'±d Abd al-B±q³,Mu`jam al-Mufahras li Alfa§ al-Qur'±n, h. 488