• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Syifa' Dalam Tafsir Mafatin AL-Ghaib Karya Fakhruddin AL-Razi : 544-606 H./1148-1210 M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsep Syifa' Dalam Tafsir Mafatin AL-Ghaib Karya Fakhruddin AL-Razi : 544-606 H./1148-1210 M"

Copied!
361
0
0

Teks penuh

(1)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

1

(544-606 H. / 1148-1220 M.)

DISERTASI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Doktor

di Bidang Kajian Islam

Oleh,

A S W A D I

NIM.99.3.00.1.09.01.0073

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

N a m a : Aswadi

NIM : 99.3.00.1.09.01.0073

Tempat/tanggal lahir : Lamongan, 12 April 1960

Pekerjaan : Dosen Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Alamat Kantor : Jl. A. Yani 117

Alamat Rumah : Jl. Siwalan Gg Sukun No.2 Bungah Gresik

Dengan penuh kesadaran, menyatakan bahwa disertasi ini adalah benar hasil karya penyusun sendiri, kecuali yang saya sebutkan sumbernya. Jika dikemudian hari terbukti terdapat kesalahan dan kekeliruan, hal tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 08 Desember 2007 Penyusun,

A s w a d i

(3)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Disertasi dengan judul Konsep Syif±'’ dalam Tafsir Maf±t³¥ al-Ghaib Karya Fakhrudd³n al-R±z³ yang ditulis oleh Aswadi, NIM.99.3.00.1.09.01.0073 disetujui untuk mendapatkan pengesahan.

Pembimbing I, Pembimbing II

Prof. Dr.H. Nasaruddin Umar, MA. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA.

NIP. 150 209 610 NIP. 150 221 980

(4)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

PERSETUJUAN TIM PENGUJI

Disertasi berjudul " KonsepSyif±'dalamTafs³r Maf±t³¥ al-GhaibKarya Fakhrudd³n al-R±z³ " yang ditulis oleh Aswadi, NIM.99.3.00.1.09.01.0073 Program Studi Pengkajian Islam telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran yang telah diberikan oleh tim penguji pada Ujian Terbuka (Promosi) Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sabtu 08 Desember 2007. Selanjutnya, disertasi ini dapat diajukan untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan dari tim penguji Ujian Terbuka (promosi).

TIM PENGUJI

Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA (...)

(Ketua / merangkap Penguji) tanggal………

Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, MA (……...) (Penguji) tanggal………

Prof. Dr. dr. M.K. Tajuddin (……...)

(Penguji) tanggal………

Prof. Dr. Salman Harun, MA (……...)

(Penguji) tanggal………

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA (……...) (Pembimbing I / Merangkap Penguji) tanggal………

Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA (……...) (Pembimbing II

(5)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

PEDOMAN TRANSLITERASI DAN SINGKATAN1

A. Translitrasi 1. Konsonan

= ... **2

= z

= q

= b

= s

= k

= t

= sy

= l

= £

= ¡

= m

= j

= «

= n

= ¥

= ¯

= w

= kh

= §

= h

= d

= `

= a

= ©

= gh

= y

= r

= f

Hamzah (

) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (').

2. Vokal dan diftong ± = a panjang ³ = i panjang ­ = u panjang

ﻭﹶﺍ

= aw

1

Diadopsi dariPedoman Transliterasi Arab-LatinSKB Menteri Agama dan Menteri

(6)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

ﻭﹸﺍ

= uw

ﻱﹶﺍ

= ay

3. Syaddah dilambangkan dengan konsonan ganda.

4. Kata sandang al- (alif l±m ma`rifah) ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika terletak di awal kalimat.

5. Ta' marb­¯ah (

) ditranslitrasi dengan t. Tetapi jika ia terletek di akhir kalimat, maka ia ditranslitrasi dengan h (h garis bawah).

6. Laf§ al-Jal±lah (ﷲﺍ) yang didahului oleh partikel seperti huruf jar dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mu«±f ilayh (frase nomina) ditranslitrasi tanpa huruf hamzah, seperti Billah (ﷲﺎﺑ) dan Abdullah (ﺪﺒﻋ ﷲﺍ)

B. Singkatan Beberapa singkatan yangdibakukan adalah: 1. swt. = sub¥±nahu wata`±l± 2. saw. = ¡allall±hu `alayhi wasallam 3. a.s. = `alayhi al-sal±m

4. H. = Hijriah

5. M. = Masehi

6. s.M. = sebelum Masehi

7. w. = wafat

8. QS. = Qur'an, Surah

9. t.th. = tanpa tahun

10. tt. = Tanpa tempat

11. tp. = tanpa penerbit

(7)
(8)
(9)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

This dissertation tries to formulate a concept of syif±’ in Al-Qur'an according to al-R±z³'s Interpretation on Maf±t³¥ al-Ghaib, focused at expression of syif±’ in Al-Qur'an and concept of syif±’ according to Interpretation of al-R±z³'s Maf±t³¥ al-Ghaib.

Syif±' (

ءﺎﻔﺷ

) on various forms are expressed six (6) times in Al-Qur'an. Five of them are classified as Makiah sentences and only one is as Madaniah. This term of syif±' basically places side by side with term of mara«, as well as the growth leading to the difference of each term's and it synonym. Generally,syif±’

means"recover", whilemara«means “pain" or "sickness". Sickness and recovery are the absolute things in human's life. Even both of them expand to many other various terms of "sickness" and its healing. Therefore, the name of sickness in Al-Qur'an not only uses termmara«(

ضﺮﻣ

), but also says about the term of syaf±

(

ﺎ َﻔَﺷ

), meaning edge or something devastated soon as synonym form of dangerous disease which is very related very much to the hostility and hypocrite character. The term of saqam ( ٌﻢَﻘَﺳ ) in certain sense many have two meanings, it can be mentally or physically sick, but in general, only told causing anyone to be sick express a physical sickness. The term of a©± (

ىَذَأ

) refers to everything that sickness any one. Then the term of alam (

ٌﻢَﻟأ

) mean very seriously ill or sick. While Al-Qur'an always uses the termsyif±'to show various healing or recovery practices, and it also uses the termbur'ah(

ٌةَأﺮُﺑ

) showing the absolute recovering, and it uses term ofsal±mah(

ﺔ ﻣ ﻼ ﺳ

) emphasizing at safety in the world after.

Al-R±z³ in its interpretation of Maf±t³¥ al-Ghaib has presented study of syif±'and its any related things separately in any places, but all of them can be studied or learned through a thematic chronologically based on the order of background histories of some surah-surah in Al-Qur'an, this can be confirmed in a book al-Tafs³r al-¦ad³s (al-Suwar Murattabat_¦asb al-Nuz- l) written by Mu¥ammad ` Azzah Darwazah, and also can be looked at a bookMu`jam al-Mufahras li Alf±§ al-Qur'±n written by Mu¥ammad Fu’±d `Abd al-B±q³ regardless the view of other interpreters, mainly an al-R±z³s view in his interpretation of Maf±t³¥ al-Ghaib, because of that his efforts its masterpiece to see set of sentence of makiah and Madaniah without disregarding the evaluation from other interpreters, especially in the study interpreted al-R±z³.

Based on the study of syif±’ in al-R±z³ interpretations by thematic approach, it will set comprehensive concept of syif±’. It inviolacies syif±'s existence, and this mean its causes, types ofsyif±’and characteristics as well as mechanism by partial or inwrought, its utility or the benefit woman’s life. the study ofsyif±’which is based onal-R±z³'sInterpretation on Maf±t³¥ al-Ghaib, is very essential and important to human’s life now and the next as al-R±z³’s life,

(10)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

of Islamic law (u¡- l al-fiqh), theology, philosophy, medicine, interpretation, mysticism (tasawuf) and even he was a big Im±m in his area and used to look for the solution of synthesis in the world socially and academically. For the reason, his effort is still very relevant and even very proper to be exploited and developed at present day and next.

(11)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

A B S T R A K

(12)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

(13)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

KATA PENGANTAR

ﻢﺴﺑ

ﻪﻠﻟﺍ

ﺮﻟﺍ

ﻦﻤﺣ

ﺮﻟﺍ

ﻢﻴﺣ

Syukur Alhamdulillah, dengan rahmat Allah swt. Disertasi yang berjudul "KonsepSyif±' dalam Tafs³r Maf±ti¥ al-GhaibKarya al-R±z³" telah rampung disusun sebagai bagian akhir dalam penyelesaian studi pada Strata Tiga Sekolah Pascasarajana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Salawat salam ta`§im Allah, semoga terabadikan kepada Nabi Muhammad saw sebagai pengemban syif±' dan rahmat bagi semesta alam.

Penulisan disertasi ini terfokus pada termsyif±'dengan segala kata jadian dan persoalan-persoalan yang terkait dengannya sebagai petunjuk dalam kehidupan umat manusia, baik secara individu maupun sosial kemasyarakatan. Iringan doa yang tak terhingga, semoga penulisan ini benar-benar dapat memberikan nilai guna dan manfaat secara maksimal bagi kehidupan umat manusia dan lingkungannya, sehingga tercapailah kemaslahatan dan kebahagiaan dewasa ini maupun yang akan datang.

Penulis sangat menyadari, bahwa penyelesaian disertasi ini benar-benar sangat terbantu oleh berbagai pihak yang terkait secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, perkenankanlah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada semua pihak, terutama kepada:

1. Bapak Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya, Prof. Dr. H. M. Ridlwan Nasir, MA. dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Dr. Komaruddin Hidayat, yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kuliah pada Sekolah Pascasarjana (S.3) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. H. Azyumardi Azra, MA beserta para dosen yang dengan tulus ikhlas berkenan menabur kasih sayang, membuka tabir, menerangi kalbu dengan ilmu pengetahuan yang tiada tara dan batasnya.

(14)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

4. Ayahanda Syuhadak (w.Jum'at, 26 Maret 1993), Ibunda Waginah (w.Ahad, 16 Mei 2004) dan ayah mertua H. Imran (w. Ahad, 25 April 1996), dan Ibu mertua Hj. Munawirah yang tiada henti-hentinya mengasuh, memotivasi dan memanjatkan doa untuk kelancaran studi penulis

5. Istri tercinta, Dra. Masluhah binti Imran yang dengan tulus ikhlas, penuh harapan dan kesabaran dalam menerima realitas kehidupan rumah tangga, mendidik, mengasuh dan merawat tiga anak yang telah memasuki dunia sekolah, mengatur dan menyesuaikan hal ihwalnya selama penulis melangsungkan penyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Tiga orang buah hati, Masdar Fahmi, Ismi Ajeng Hurriyah dan Aufa Rabbi Fudhali yang selalu memberikan inspirasi dan spirit agar penulis lebih rajin, giat belajar dan berkarya dalam menuntaskan program belajar ini.

7. Sahabat karib yang akrab dalam diskusi, terutama Drs. H. Muhammad Muslim, MM., Dra. dr. Hj. Siti Nur Asiyah, M.Ag. sebagai kepala tim dokter klinik IAIN Sunan Ampel Surabaya, Bapak KH. Husnan Ali, sebagai ketua MUI Kabupaten Gresik, Usta© Suratin, pengasuh PP Ta`l³mul Qur’an Sampurnan Bungah Gresik, Usta© Moh. Syafi`, M.Pd.I., sebagai kepala Madrasah Aliyah Assaadah PP Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik dan ketua pengurus PP Al-Ishlah Bungah Gresik.

Kiranya masih cukup banyak pihak-pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dan identitas mereka tidak sempat penulis sebutkan satu persatu dalam tulisan ini. Kepada mereka, penulis sampaikan banyak terimakasih semoga memperoleh limpahan pahala yang lebih baik di sisi Allah swt. Mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat. Amin.

Jakarta, 08 Desember 2007

(15)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI………... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iv

TRANSLITRASI ... vi

KATA PENGANTAR... vii

ABSTRAK... ix

DAFTAR ISI... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 15

C. Definisi Operasional... 16

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 17

E. Tinjauan Pustaka... 18

F. Metode Penelitian... 28

G. Garis Besar Isi... 31

BAB II : TAFSIR MAF²T´¦ AL-GHAIB KARYA AL-R²Z´... 34

A. Biografi dan Kondisi Sosial al-R±z³... 34

1. Biografi al-R±z³... 34

2. Kondisi Sosial dan Kedokteran al-R±z³ ... 39

3. Pemikiran dan Karya-karya al-R±z³ ... 45

B. Mengenal TafsirMaf±ti¥ al-Ghaibal-R±z³... 58

1. Komposisi Tafsir al-R±z³... 58

2. Penulisan Tafsir al-R±z³ ... 60

3. Sistematika Penulisan Tafsir al-R±z³ ... 64

4. Pengaruh Tafsir al-R±z³ ... 72

5. Komentar Para Ulama Terhadap Tafsir al-R±z³ ... 75

BAB III : PENGUNGKAPANSYIF²’DALAM AL-QURAN... 79

A. Macam-macam PengungkapanSyif±’... 79

1. TermSyif±’Berdasarkan Bentuknya... 79

2. TermSyif±’Berdasarkan UrutanMu¡¥af... 86

3. TermSyif±’Berdasarkan TertibNuz­l... 90

B. Pengertian dan Istilah-istilah yang Identik denganSyif±’... 93

1. PengertianSyif±’... 93

(16)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

3. HubunganSyif±’dengan Term-term lainnya... 107

C. Klasifikasi SasaranSyif±’dan Term-term Sebagai LawanSyif±'... 113

1. Klasifikasi SasaranSyif±’... 113

2. Macam-macam Term Sebagai LawanSyif±''... 121

3. Keterkaitan Term-term Sebagai LawanSyif±'... 147

D. Sakit Versus Kesembuhan... 148

BAB IV : SYIF²’DALAM TAFSIRMAF²T´¦ AL-GHAIBAL-R²Z´... 156

A. EksistensiSyif±’, Makna dan Sasarannya... 156

1. EksistensiSyif±... 156

2.Syif±’dan Kandungan Maknanya ... 166 3. Makna Term-term yang Identik denganSyif±’ 178 4. Manusia Sebagai SasaranSyif±’ 197 B. Sakit dan Sebab-sebabnya ... 218 1. Penyakit Sebagai Problem Sosial 218 2. Makna Term-term yang Identik dengan Sakit 224 3. Sebab-sebab Timbulnya Penyakit 264 C. JenisSyif±’dan Karakteristiknya ... 270

1. Al-Qur'an dan Sifat-sifatnya... 270 2. Madu dan Sifat-sifatnya 293 3. Integrasi Transendental dan Aksedental 298 D. ManfaatSyif±’dalam Kehidupan... 303

BAB V : STUDI KRITIS DAN RELEVANSISYIF²’ DENGAN SAIN DAN TEKNOLOGI MODERN... 323

1. Studi Kritis TerhadapSyif±'dalam Tafs³r al-R±z³... 323

2. RelevansiSyif±'dengan Sain dan Teknologi Modern... 332

BAB VI : PENUTUP ... 360

A. Kesimpulan... 360

B. Saran-saran ... 363

DAFTAR PUSTAKA ... 364

(17)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

PERSETUJUAN TIM PENGUJI

Disertasi berjudul " KonsepSyif±'dalamTafs³r Maf±t³¥ al-GhaibKarya Fakhrudd³n al-R±z³ " yang ditulis oleh Aswadi, NIM.99.3.00.1.09.01.0073 Program Studi Pengkajian Islam telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran yang telah diberikan oleh tim penguji pada Ujian Terbuka (Promosi) Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sabtu 08 Desember 2007. Selanjutnya, disertasi tersebut telah diserahkan kepada tim penguji Ujian Terbuka (promosi).

TIM PENGUJI

Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA (...)

(Ketua / merangkap Penguji) tanggal………

Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, MA (……...)

(Penguji) tanggal………

Prof. Dr. dr. M.K. Tajuddin (……...)

(Penguji) tanggal………

Prof. Dr. Salman Harun, MA (……...)

(Penguji) tanggal………

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA (……...) (Pembimbing I / Merangkap Penguji) tanggal………

Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA (……...) (Pembimbing II / Merangkap Penguji) tanggal………....

(18)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Syif±’ dalam studi Al-Qur'an bagi ahli agama Islam maupun lainnya, pada dasarnya tidak hanya mengkaji dari dimensi psikologis, melainkan juga fisiologis, sosiologis dan spiritual. Sudut pandang ini selain menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber utama, juga melahirkan sejumlah temuan yang berbeda dari para cendikiawan muslim maupun pemerhatisyif±’lainnya dengan segala bentuk dan corak yang beraneka ragam. Bahkan studi Al-Qur'an tersebut dalam kitab-kitab tafsir maupun keilmuannya dewasa ini hampir-hampir tidak pernah mengabaikan Tafsir Fakhrudd³n al-R±z³, yang terkenal dengan Tafs³r al-Kab³r wa Maf±t³¥ al-Ghaib. Di mana karya ini selain menjadi rujukan, juga mejadi objek kajian yang dapat melahirkan sejumlah penilaian dari berbagai kalangan, baik yang berhubungan dengan cakupan makna ayat-ayat Al-Qur'an maupun kerangka metodologisnya.

Kajian holistik terhadap tafsir Al-Qur'an, termasuk di dalamnya dimensi normativitas dan historisitas, merupakan bidang yang belum tersentuh secara maksimal oleh kalangan ilmuan, baik Barat maupun Muslim. Kajian holistik dimaksud menunjuk adanya kombinasi ideal antara perspektif tekstual dan kontekstual. Jika pendekatan tekstual sangat penting untuk mengkaji kandungan ayat-ayat Al-Qur'an secara normatif, maka pendekatan kontekstual sangat penting untuk menafsirkan norma-norma tersebut ke dalam wacana historis dan metodologis.

(19)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

fenomena Islam dengan segala atributnya. Perspektif ini tidak jarang mengakibatkan terjadinya proses distorsi dan reduksi di kalangan mereka terhadap makna substantif Islam itu sendiri sehingga salah dalam mengambil kesimpulan tentang Islam. Demikian pula halnya di Timur, lebih spesifik lagi bagi kalangan muslim yang sebagian besar masih melihat fenomena agamanya dari kacamata normatif-doktrinal, sehingga tidak jarang melahirkan sikap apologetik secara berlebihan. Sikap ini pada kesempatan tertentu, secara gampang mengklaim suatu kebenaran dengan tanpa suatu alasan. Bahkan, umat Islam yang masih terjebak dalam pemikiran sepihak ini, pada umumnya telah menjastifikasi penafsirannya tentang Islam sebagai yang paling benar, sambil menuding kelompok lain, lebih-lebih kelompok modernis maupun orientalis sebagai orang-orang yang tersesat. Polarisasi dikotomis ini, jelas akan menimbulkan pemahaman parsial terhadap makna substansi Islam, yang pada giliran berikutnya akan melahirkan proses reduksi dalam distorsi makna. Satu-satunya cara untuk mengatasi problem epistemologis ini adalah dengan menggabungkan kedua pendekatan tersebut secara konprehensip dan holistik.3

Tindakan sepihak dari aspek metodologis yang dapat menimbulkan kesalahan dalam mengambil kesimpulan adalah sebagaimana dilakukan oleh John Wansbrough yang secara metodologis telah mengkritisi otentisitas Al-Qur'an melalui pendekatan Redaktion Criticism(kajian kritis redaksi)dan Form Criticism(kritik bentuk sastra). Di antara redaksi yang mendapat perhatian khusus dalam kajiannya ialah termal-Kit±b dalam QS al-A`r±f [7/39]: 71 dan QS al-¢aff±t [37/56]: 156 yang diartikan sebagai

(20)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

ketetapan (dorcee), otoritas (authority) bukan dalam pengertian Kitab Suci (The Holy Book).4 Keengganan dalam menyebut Al-Qur'an sebagai Kitab Suci tersebut,

tampaknya justru membuka peluang bagi Wansbrough untuk mencapai tujuan dalam melepaskan Al-Qur'an dari nilai-nilai transendental (wahyu Allah), sehingga mengarahkan dugaannya yang kuat terhadap kata-kata dalam Al-Qur'an yang disinyalir sebagai tambahan dari Nabi Muhammad. Dalam hal ini ia menyebutkan bahwa kataquldalam QS al-An`±m [6]: 15; QS al-Ra`d [13]: 36 dan QS al-`Ankab­t [29]: 52 adalah sebagai kata yang sengaja disisipkan untuk menunjukkan bahwa Al-Qur'an adalah benar-benar sebagai Wahyu Allah. Keberadaan kata qul tersebut menurut Wansbrough adalah justru menjadikan Al-Qur'an tidak logis, berlebihan dan tidak otentik, karena hal tersebut tidak sejalan dengan hegemonitas dalam kebahasaan.5

Sedangkan, cakupan makna yang diberikan secara sepihak dan melahirkan penilaian secara berlebihan terhadap kandungan makna ayat-ayat Al-Qur'an, sebagaimana tampak pada pernyataan al-Ghazali yang mengungkapkan bahwa: segala macam ilmu pengetahuan, baik yang terdahulu (masih ada atau telah punah), maupun yang kemudian, baik yang telah diketahui maupun belum, semua bersumber pada Al-Qur'an.6Hal ini menurut al-Ghazali, karena segala macam ilmu termsuk dalam af`±l

(perbuatan-perbuatan Allah) dan sifat-sifat-Nya. Sedangkan Al-Qur'an menjelaskan tentang©±t, af`±ldan sifat-Nya. Pengetahuan tersebut tidak terbatas, bahkan dalam Al-Qur'an terdapat isyarat-isyarat menyangkut prinsip-prinsip pokoknya. Hal terakhir

4Lihat John Wansbrough, Qur'anic Studies: Sources and Methods of Scriptural Interpretation

(Oxford: Oxford University Press, 1977, h. 75-76

5John Wansbrough, h. 67-68

6Lihat Ab­ ¦am³d Mu¥ammad ibn Mu¥ammad al-Ghaz±li (505 H.),I¥y±' `Ul­m al-D³n(Kairo:

(21)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

ini antara lain dibuktikan dengan mengemukakan ayat:

ﯿِ ﻔْﺸ

ِﻦ

َﯾ َﻮُﮭَﻓ ُﺖ

ْ ﺿ

ِﺮَﻣ اَذِ إَو

“Apabila aku sakit maka Dia-lah yang mengobatiku

" (QS al-Syu`ar±' [26/47]:80). Obat dan penyakit, menurut al-Ghazali tidak dapat diketahui kecuali orang yang berkecimpung di bidang kedokteran.7Dengan demikian, ayat di atas merupakan isyarat

tentang ilmu kedokteran.

M. Quraish Shihab memberikan penilaian bahwa: ulasan yang dikemukakan al-Ghazali tersebut agaknya sukar untuk dipahami, karena walaupun diyakini ilmu Tuhan tidak terbatas, namun apakah seluruh ilmu-Nya telah dituangkan dalam Al-Qur'an? Dan apakah setiap kata yang menyangkut disiplin ilmu telah merupakan bukti kecakupan pokok disiplin ilmu tersebut di dalamnya? Tentulah berbeda antara ilmu dan "kalam", oleh karenanya tidak semua yang diketahui itu diucapkan.8Fakhrudd³n

al-R±z³ (1148-1210 M), walaupun tidak sepenuhnya sependapat dengan al-Ghazali. Namun kitab tafsirnya Maf±ti¥ al-Ghaibdipenuhi dengan pembahasan ilmiah menyangkut filsafat, teologi, ilmu alam, astronomi, kedokteran, dan sebagainya. Sampai-sampai kitab tafsitnya tersebut dinilai secara berlebihan bahwa "di dalamnya mengandung segala sesuatu kecuali tafsir".9 Penilaian yang mirip dengan hal tersebut juga diberikan

terhadapTafs³r al-Jaw±hirkarya °an¯±wiy Jauhariy (1870-1940), bahkan sebelumnya Mu¥ammad Rasy³d Ri«± (1865-1935) dengan Tafs³r Al-Man±r-nya, dinilai juga berusaha membuktikan hal tersebut. Ia menurut penilaian Goldziher, berusaha

7Lihat Ab­ ¦am³d Mu¥ammad ibn Mu¥ammad al-Ghaz±li (505 H.),Jaw±hir Al-Qur'±n(Mesir:

Kurdistan, tth.), h.31-32.

8Lihat M. Quraish Shihab,Membumikan Al-Qur'an: Fungsi dan Peran wahyu dalam Kehidupan Masyarakat(Bandung, Mizan, 2001), h. 101-102

(22)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

membuktikan bahwa Al-Qur'an mencakup segala hakikat yang diungkapkan oleh pendapat-pendapat kontemporer (pada masanya), khususnya di bidang filsafat dan sosiologi.10

Universalitas kandungan ayat-ayat Al-Qur'an juga telah diakui dan dibeberkan secara panjang lebar oleh al-Sy±¯ibiy yang antara lain menyatakan bahwa Al-Qur'an adalah mengandung penjelasan atas segala sesuatu (segala sesuatu telah dijelaskan dalam Al-Qur'an) dengan menunjukkan beberapa ayat Al-Qur'an yang menjadi pijakannya, yaitu: QS al-M±idah: 3, al-Na¥l: 89 al-An`±m: 38 dan al-Isr±': 9. Menurutnya, kalau sekiranya cakupan makna ayat-ayat tersebut belum ditemukan secara keseluruhan, maka hakekat kemutlakan maknanya harus tetap diberlakukan. Misalnya ayat Al-Qur'an yang menjelaskan bahwa Al-Qur'an adalah

ِ ﻓ ﺎَﻤِﻟ ٌءﺎَﻔِﺷ

روُﺪﱡﺼ

ﻟ ا

-penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada. Meskipun

Al-Qur'an sebagaisyif±'belum diketahui dapat menyembuhkan keseluruhan yang ada di dalam dada manusia, namun ayat tersebut harus tetap diberlakukan secara mutlak, bahwa di dalam Al-Qur'an betul-betul menjelaskan segala sesuatu,11 sehingga

Al-Qur'an yang berkedudukan sebagaisyif±'itu benar-benar tetap memberikan manfaat secara mutlak dan lebih sempurna cakupan maknanya bagi siapa saja yang berpegang teguh pada Al-Qur'an, ia dapat memberikan keselamatan bagi orang-orang yang

10Ignas Goldziher,Ma©±hib Al-Tafs³r al-Isl±miy, terjemahan ke dalam Bahasa Arab oleh Abd

al-Mun`im al-Najj±r,al-Sunnah al-Mu¥ammadiyyah(Kairo: 1955), h. 375

11Lihat Ab­ Is¥±q Al-Sy±¯ib³ (w.790 H.),Al-Muw±faq±t fi U¡­l al-Syar³`ah(Beir­t: D±r

(23)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

mengikuti petunjuknya, tidak menutup dan menyesatkannya, tetapi membuka, menunjukkan dan meluruskannya pada jalan yang benar.12

Syif±' itu sendiri, oleh al-Zarkasy³ digolongkan sebagai nama lain dari Al-Qur'an yang diuraikan melalui penjelasan bahwa Al-Al-Qur'an dapat berfungsi sebagai syif±’bagi orang-orang yang beriman dari penyakit kekafiran, dan bagi orang-orang yang mengetahui dan mengamalkannya dapat berfungsi sebagai syif±’dari penyakit kebodohan.13Lebih lanjut, al-Qur¯ub³ dalam karyanyaAl-J±mi` li A¥k±m

al-Qur’±n14dan al-Zamakhsyar³ dalam karyanyaal-Kasysy±f15justru memasukkansyif±’

sebagai nama lain dari surah Al-F±ti¥ah dengan merujuk pada Hadis Nabi saw yang antara lain mengandung makna bahwa surah al-F±ti¥ah dapat menyembuhkan segala penyakit. Dalam pada itu, al-Qur¯ub³ bahkan menyatakan bahwa inti Al-Qur'an adalah surah al-F±ti¥ah, dan inti surah al-F±ti¥ah adalah Basmalah (

ﻦﻤﺣﺮﻟا ﷲ ﻢﺴﺑ

ﻢﯿﺣﺮﻟا

). Karena itu, ia mengatakan: jika engkau sakit, obatilah dengan surah al-F±ti¥ah,

maka penyakit itu dapat disembuhkan dengannya.16Di samping itu, Al-Qur'an juga

menginformasikan bahwa syif±’ erat kaitannya dengan minuman sejenis madu, yang

12Kata "ﺎﻣ" pada QS Y­nus [10/51]: 57 tersebut menunjuk pada pengertian secara umum. Lihat

al-Sy±¯ib³,Al-Muw±faq±t,Jilid 2, jus 3, h. 276-277.

13Lihat Im±m Badr al-D³n Mu¥ammad bin `Abdull±h al-Zarkasy³ (745-794 H.),Al-Burh±n f³ Ul­m al-Qur’±n(Beir­t: D±r Fikr, 1980), Jilid. I, h. 275 dan 280. Dalam hal ini ia merujuk pada QS al-Isr±': 82.

14Lihat Ab­ `Abdillah Mu¥mmad ibn A¥mad al-An¡±riy al-Qur¯ub³,Al-J±mi` al-A¥k±m al-Qur’±n(Kairo: D±r al-Kit±b al-`Arabiy: 1967), Juz I, h.112

15Lihat Ab­ al-Q±sim J±rull±h Ma¥m­d ibn `Umar al-Zamakhsyar³ al-Khaw±razm³

(467-538), Al-Kasysy±f `an ¦aq±iq al-Tanz³l wa `Uy­n al-Aq±wil fi Wuj­h al-Ta'w³l (Beir­t: D±r al-Ma`rifah, tth), jus I, h. 23-24.

(24)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

berfungsi sebagai obat bagi sekelompok orang yang mau berpikir dari beberapa penyakitnya.17

Keragaman pendapat di atas dapat dipahami bahwa eksistensisyif±’boleh jadi terkait langsung dengan Al-Qur'an maupun terkait dengan minuman sejenis madu. Hal ini sejalan dengan penggunaan termsyif±’ dalam bentuk nak³rah(umum) yang oleh banyak kalangan dinilai sebagai keluasan kandungan maknasyif±'itu sendiri, namun dalam hal-hal tertentu ia juga menunjuk pada makna sebagian.18 Oleh karena itu,

sangat wajar apabila dijumpai berbagai perbedaan pendapat mengenai cakupan makna, karakteristik, sasaran dan fungsisyif±’, baik yang berbentuk Al-Qur’an, ayat-ayatnya maupun madu dan sejenisnya bagi kehidupan umat manusia.

Secara etimologis, katasyif±'berakar dari susunan huruf yang terdiri dari syin-fa’danhuruf mu`tal(

ﻞﺘﻌﻤﻟ ا فﺮ ﺤﻟ او

-

ف

-

ش

) yang pada dasarnya berarti mengungguli sesuatu. Kata ini disebut syif±’, karena ia telah mengalahkan penyakit dan mengunggulinya.19Hurufmu`talpada akar kata tersebut dalam penggunaannya adalah

sangat berpengaruh pada cakupan maknanya. Oleh karena itu, Ibnu Man§­r membedakannya menjadi dua pola.Pertama, kata itu tersusun dari huruf-huruf

-

ف

-

ش

ى

dengan pola perubahannya

ْﺎﻔِﺷ

-

ﻰﻔﺸﯾ

-

ﻰ ﻔ ﺷ

dalam pengertian obat yang terkenal, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit (

ﻦﻣ ئﺮ ﺒ ﯾ ﺎﻣ ﻮھو ف

وﺮﻌﻣ ءاو د

17Ungkapan ini merujuk pada QS al-Na¥l (16): 69. Lihat Misalnya Mu¥ammad bin Y­suf yang

terkenal dengan Ab­ ¦ayy±n al-Andal­siy (w.745 H),Tafs³r Al-Ba¥rul Mu¥i¯(Beir­t: D±r Kutb al-`Ilmiyyah, 1999), Jus 5, h. 497.

18Lihat misalnya Ab­ ¦ayy±n al-Andal­siy,Tafs³r Al-Ba¥rul Mu¥i¯, h. 497 dan `Abd al-¦am³d

ibn B±d³s,Tafs³r ibn B±dis f³ Maj±lis al-Ta©k³r min Kal±m al-¦ak³m al-Khab³r(Mesir: D±r al-Fikr, 1979), h 224

19Lihat Ab­ al-¦usain A¥mad Ibn F±ris ibn Zakariy±, Mu`jam Maq±yis al-Lughah, dengan

(25)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

ﻢﻘﺴﻟ ا

),20Kedua, kata itu tersusun dari huruf-huruf

و

-

ف

-

ش

yang terpola menjadi

bentukan kata

ﺎ ﻔ

َ ﺷ

(syaf±) yang berarti pinggir, tepi, melebihi batas atau sesuatu yang berada di ambang kehancuran.21

Apabila pola kata tersebut dikompromikan dengan penggunaansyif±'’ (

ٌ◌

ْ◌ ٌﺎَﻔِ ﺷ

) dengan berbagai isytiq±q-nya22 yang berarti sembuh atau obat diulang dalam

Al-Qur’an sebanyak 6 kali. Lima di antaranya termsuk kategori makiah, Yaitu: QS. Syu`ar±' [26/47]: 80, Isr±' [17/50]:82; Y­nus [10/51]: 57; Fu¡¡ilat [41/61]: 44 dan al-Na¥l [16/70]: 69 dan satu ayat lainnya termsuk madaniah, yaitu: QS al-Taubah [9/113]:14.23Sejalan dengan penggunaan termsyif±'ini, al-R±ghib al-A¡fah±niy justru

20Lihat Jam±l al-D³n Mu¥ammad ibn Mukarram ibn Man§­r al-An¡±riy (w.711)Lis±n al-`Arab

(al-D±r al-Mi¡riah, tth), Jus 19, h. 167. Menurut al-Suyuthi, obat itu sendiri sesungguhnya adalah pengobatan. Lihat Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthi,Pengobatan Cara Nabi saw, yang diterjemahkan dari aslinyaAs-Suyuthi's Medicine of the Prophet. Alih bahasa Luqman Hakin dan Ahsin Muhammad (Bandung; Pustaka Hidayah, 1997), h. 169.

21Lihat Ibn Man§­r al-An¡±riy (w.711)Lis±n al-`Arab, Jus 19, h. 167. Bandingkan dengan Jam±l

al-D³n Mu¥ammad ibn Mukarram ibn Man§­r al-An¡±riy (w.711),Lis±n al-Lis±n: Tah©³b Lis±n al-`Arab

(Beir­t: D±r al-Kutub al-`Ilmiyah, tth.) Jus 1, h. 683.

22Isytiq±q adalah mengeluarkan satu bentuk kata dari kata yang lain karena adanya

persesuaian arti melalui perubahan lafal. Kalangan ahli Nahwu,Isytiq±q hanya terbatas pada empat bentuk,yaitu ism al-f±`il, ism al-maf`­l, al-sifat al-musyabbahahdan ismal-taf«³l.Akan tetapi bagi Ahlisharf,Isytiq±qdikembangkan menjadifi`l m±«³,fi`l mu«±ri`,fi`l amar,ism masdar, isimzam±n,ism mak±ndanism alat. Bahkan secara filologis,isytiq±qdikembangkan dengan cara mengubah susunan hurufnya, misalnya: ى–ف-ش ، ى-ش-ف ; ف-ش-ي ; dan ش-ي-ف. Adapun yang dimaksudisytiq±qdalam tulisan ini adalah terfokus pada Ahli¢arf. Lihat Amin `Al³ al-Sayyid,F³ `Ilm al-¢arf(Mes³r: D±r al-Ma`±rif, 1971), h.23.

23Lihat Mu¥ammad Fu'±d `Abd al-B±q³,Al-Mu’jam al-Mufahras li Alf±§ al-Qur’±n(Beir­t:

D±r al-Fikr, 1992), h. 488. Penomoran dalam tanda kurung adalah:Pertama, menunjuk pada urutan nomor surah berdasarmu¡¥af `Usm±niydanKeduaberdasar tertib Nuz­l. Dalam hal ini lihat urutan berdasarkan tertib nuzul surah-surah dalam Qur’an sebagaimana terdapat pada daftar konversi kronologi surah Al-Qur'an dalam Mu¥ammad `Izzah Darwazah, Al-Tafs³r al-¦ad³£: al-Suwar Murattab±t ¦asb al-Nuz­l

(26)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

mengidentikkan term syif±' min al-mara« -sembuh dari penyakit dengansyif±' al-sal±mah-obat untuk kesehatanyang pada perkembangan selanjutnya digunakan untuk nama dari sebuah kegiatan pengobatan atau penyembuhan-24

ﺔﻘﻓاﻮﻣ ض

ﺮﻤﻟا ﻦﻣ ْﺎ ﻔﺸﻟا

ءﺮﺒﻠﻟ ﺎﻤﺳإ رﺎﺻو ﺔﻣﻼﺴﻟا ءﺎﻔﺷ

Sedangkan katasyaf±(

َﻔَﺷ

) yang berarti segala sesuatu yang berada di pinggir atau di ambang kehancuran, disebut 2 kali dalam Al-Qur'an, yaitu: QS ²li `Imr±n [3/89]: 103 dan QS al-Taubah [9/113]: 109 yang keduanya termsuk ayat-ayat madaniah.25 Kandungan makna kata itu, oleh Al-R±ghib diartikan sebagai pinggir

sumur atau lainnya yang dapat diidentikkan dengan segala sesuatu yang berada di ambang kerusakan. Menurutnya seseorang yang keberadaannya di ambang kerusakan, itu berarti mereka telah berhasil mencapai batas kerusakan maupun keterpurukan, sehingga sangat kecil tingkat kesembuhannya atau sangat kecil kemungkinan untuk dapat disembuhkannya.26

Pemaknaan term syif±' sebagaimana tersebut di atas tampak disejajarkan dengan term sembuh-al-bur'ah(

ةءﺮﺒﻟا

) dan sehat-al-sal±mah(

ﺔﻣﻼﺴﻟ ا

); term sakit - al-mara«(

ضﺮﻤﻟا

) yang diidenktikkan dengan sakit -al-saqam(

ﻢﻘﺴﻟا

), bahkansyif±'(

ًءﺎَﻔِﺷ

) itu sendiri berakar kata yang sama dengan katasyaf±(

ﺎَﻔَﺷ

), yakni berakar dari huru-huruf syin-fa' dan huruf mu`tal. Masing-masing ungkapan ini dengan berbagai permasalahannya sudah seharusnya menjadi bagian yang tak terabaikan begitu saja, melainkan aneka ragam tinjauan yang dilematis itu justru menuntut adanya usaha

24Lihat Abu al-Q±sim al-¦usayn ibn Mu¥ammad ibn al-Mufa««al yang terkenal dengan

sebutan al-R±ghib al-A¡fah±niy (w.503),Mu’jam Mufrad±t Alf±§ al-Qur'±n(Beirut: D±r Kutb al-Ilmiyah, 1997), h. 296.

(27)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

maksimal untuk menjelaskannya secara menyeluruh dan mendalam sehingga secara tegas akan diketahui duduk permasalahan, dapat ditemukan titik persambungan, perbedaan maupun kegunaannya masing-masing.

(28)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

baru dalam teologi, dimana teologi ini dapat dijadikan sebagai sistem pemikiran rasional seperti filsafat tentang wujud dan sebuah ilmu pengetahuan yang luar biasa.27

Penggabungan pemikiran al-R±z³ tersebut juga terbukti dalam tafsirMaf±t³¥ al-Ghaib sebagai karya besarnya yang terpenting di antara berbagai karya-karya lainnya. Kandungan tafsir al-R±z³ ini benar-benar telah mencerminkan perpaduan antara pemikiran mu`tazilah yang rasional (bi al-`aql) dan sumber-sumber lain yang menitikberatkan pada pemahaman tradisional (bi al-naql wa al- lughah). Di antara kitab-kitab tafsir yang menjadi rujukan secara rasional (al-tafsir bi-al-ra'yi) dalam tafsir al-R±z³ adalah tafsir al-Kasysy±f karya al-Zamakhsyar³ (w.538 H.), sedangkan sumber-sumber tafsir secara tradisional (al-tafs³r bi al-ma'£­r) didasarkan pada tafsir Ibnu Jar³r al-°abar³ (w.309 H.) yang dikenal dengan J±mi` Bay±n fi Tafs³r al-Qur'±n, maupun tafsir Ab³ Man¡­r al-M±tur³d³ (w.333 H.) sebagai tafsir yang berorientasi pada pemikiranAhl al-Sunnah wa al-Jam±`ah.28Oleh karena itu, sangat

wajar apabilaTafs³r al-Kab³r wa Maf±t³¥ al-Ghaibitu sendiri pada satu kesempatan digolongkan sebagai tafsir yang bercorak ilmiah maupun rasional (bi al-ra'yi),29namun

pada kesempatan lain karyanya itu memang di reduksi dari tafsirbi Ra'yi wa bi al-Ma'£­r(kombinasi pemikiran dan wahyu).30Dalam hal ini, Mu¥ammad `Abd al-Ra¥³m

antara lain telah mencatat indek hadis-hadis yang digunakan dalam tafsir al-R±z³

27Lihat Mircea Eliade (ed.), The Encyclopedia of Religion (New York: Simon & Schuster

Macmillan, 1995), Vol.11, h. 221-222.

28Lihat Mu¥ammad Ibr±h³m `Abdurra¥m±n,Manhaj Fakhr al-R±z³ fi al-Tafs³r baina Man±hij Mu`a¡iriyyahh. 55-58

29Lihat Mu¥ammad al-Sayyid Jibr³l, Madkhal il± Man±hij al-Mufassir³n(Kairo: al-Risalah,

tth.), h.112.

(29)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

setebal 270 halaman.31Indek hadis-hadis ini selain sangat memudahkan untuk melihat

secara langsung tentang hadis-hadis yang digunakan dalam tafsir al-R±z³, juga sekaligus dapat dijadikan sebagai salah satu bukti bahwa tafsir tersebut mencakup sumber-sumber kewahyuan (al-tafs³r bi al-ma'£­r).

Meskipun sintesis al-R±z³ terhadap berbagai pemikiran yang mewarnai tafsirnya al-Kab³r wa Maf±t³¥ al-Ghaib, bahkan di dalamnya telah mencakup berbagai kajian teologi, filsafat, astronomi, kedokteran dan lain sebagainya, namun secara metodologis penyajiannya masih dipaparkan dalam bentuk ta¥l³liy (analisis berdasarkan urutan mu¡¥af), yang dinilai oleh banyak kalangan masih mengandung kajian secara parsial dan belum menggambarkan kombinasi dalam kesatuan sistem yang utuh tentang persoalan-persoalan yang menjadi fokus kajian, termsuk di dalamnya adalah kajian tentang syif±'. Bahkan bentuk penafsiran ini menurut Quraish Shihab telah menjadikan petunjuk-petunjuk Al-Qur'an terpisah-pisah dan tidak disodorkan kepada pembacanya secara konprehensip.32Oleh karena itu, sangat diperlukan bentuk

penafsiran yang menerapkan satu topik tertentu dengan jalan menghimpun seluruh atau sebagian ayat-ayat dari berbagai surah yang berbicara mengenai topik tersebut untuk kemudian dikaitkan satu dengan lainnya sehingga pada akhirnya dapat diambil kesimpulan menyeluruh tentang masalah tersebut menurut pandangan Al-Qur'an, yang pada perkembangan selanjutnya disebut dengan tafsirmaw«­`iy(tematik),33 dengan

31Lihat Mu¥ammad `Abd al-Ra¥³m,Fah±ris Tafs³r al-Fakhr al-R±z³ al-Musytahar bi al-Tafs³r al-Kab³r wa Maf±t³¥ al-Ghaib(Beir­t: D±r al-Fikr, 1415 H./1995 M.), Jilid 17, jus 34, h. 1-270.

32Lihat M. Quraish Shihab,Membumikan Al-Qur'an. h. 112

33Tafsir tematik ini dapat dikelompokkan menjadi dua bentuk:Pertamapenafsiran menyangkut

(30)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

mendasarkan pada perurutan masa turun surah-surah dalam Al-Qur'an, sehingga dalam penyajiannya dapat diketahui bagaimana runtutan petunjuk Allah swt yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw dan kepada umatnya. Namun, penerapan metode tematik ini tidak berarti menjadikan seorang penafsir telah mengabaikan metode ta¥l³l³y, bahkan rincian dari uraian-uraian yang tersaji dalam metode ta¥l³l³y amat sangat diperlukan dalam uraian secara tematik.34

Beberapa ungkapan tentang syif±’ dalam Al-Qur'an dengan segala bentuk permasalahannya di atas, tampaknya belum pernah mendapat perhatian secara spesifik dari berbagai kalangan, terutama yang terfokus pada studi tafsir yang bercorak ilmiah sebagaimana karya Fakhr al-D³n al-R±z³ dengan pendekatan tafsir tematik. Hal ini menuntut adanya sebuah kajian lebih luas dan mendalam dengan mengingat betapa banyaknya sejumlah gagasan, pemikiran maupun temuan yang berserakan di berbagai kesempatan, tempat dan dalam sejumlah kitab tafsir maupun literatur keislaman lainnya yang secara mutlak memerlukan integritas secara holistik dan komprehensip dengan tersedianya suatu media khusus secara metodologis sehingga melahirkan landasan yang kuat untuk kajiansyif±yang berdasarkan pada Al-Qur'an maupun Hadis Nabi saw.

B. Rumusan Masalah

Kajian ini difokuskan pada syif±’ dalam Tafsir Maf±t³¥ al-Ghaib karya Fakhrudd³n al-R±z³, yaitu bagaimana pengungkapan dan petunjuk yang dinyatakan

Al-Qur'an yang membahas masalah-masalah tertentu dari berbagai surah tertentu, sebagai jawaban terhadap masalah yang menjadi pokok permasalahannya. Lihat `Abd al-¦ayy al-Farmaw³,Muqaddimah f³ al-Tafs³r al-Maw«­`³(Kairo: Universitas Al-Azhar, 1988), h. 51-52.

(31)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

oleh Al-Qur'an melalui terminologi syif±’ dalam Tafsir Maf±t³¥ al-Ghaib karya Fakhrudd³n al-R±z³. Untuk itu, tinjauannya dirinci kepada apa, bagaimana dan untuk apa syif±’ tersebut dengan berpijak pada kajian ontologis,35 epistemologis36 dan

aksiologis.37 Dengan demikian, rumusan masalah yang akan dikaji adalah 1) Bagaimana

pengungkapansyif±’dalam Al-Qur’an? Dan 2) Bagaimana konsepsyif±’dalam Tafsir Maf±t³¥ al-Ghaibkarya Fakhrudd³n al-R±z³?

C. Definisi Oprasional

Beberapa istilah yang terkandung dalam judul maupun rumusan masalah yang perlu dijelaskan sebagai pegangan dalam kajian lebih lanjut ialah Konsep,syif±’, Al-Qur'an dan TafsirMaf±t³¥ al-GhaibKarya Fakhrudd³n al-R±z³.

Istilah konsep berasal dari bahasa inggrisconceptyang secara leksikal berarti ide pokok yang mendasari suatu gagasan secara umum.38Dalam bahasa latin, istilah

35Yakni kajian terhadap teori tentang hakekat sesuatu. Lihat Ghon Hiek "Ontological Argument" dalam Paul Edward (ed.)The Encyclopedia of Philosophy(New York: Macmillan. Co.Inc. 1972). Vol 5, h.51

36Yakni kajian yang membahas tentang problem pengetahuan, dari mana dan bagaimana cara

memperolehnya. Lihat Vergilius (ed).An Encyclopedia of Religian(Wesport Greenwood Press Publishers, t.th), h. 252.

37Yakni kajian yang membahas tentang nilai, hubungan dan interpretasinya terhadap

metafisika, agama, logika, estetika, dan psikologi. Lihat Vergilius (ed) . h. 5. Lihat pula Jujun S. Suriasumantri,Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Sinar Harapan, 1984), h.35

38Lihat A.S Homby, AP. Cowie (ed),Oxford Advencad Leaner's Dictionary of Current English

(32)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

tersebut berasal dari kataconceptio yang berarti sesuatu yang terkandung, rancangan dan rumusan-rumusan.39Dengan kata lain, konsep juga berkaitan dengan obyek yang

abstrak atau universal.40 Penggunaan istilah konsep berdasarkan kenyataan yang

terkait dengansyif±’, maka sesungguhnya obyek pembahasannya menyangkut masalah filsafat. Jadi konsep di sini sesuai dengan tujuan pembahasan, yaitu untuk merumuskan syif±’seutuhnya.

Syif±’pada umumnya diartikan sebagai obat yang terkenal, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit41-

ﻢﻘﺴﻟ ا ﻦﻣ ئﺮﺒ ﯾ ﺎﻣ ﻮھو فوﺮ ﻌﻣ ءاو د

-. Selanjutnya

syif±’dipahami oleh sejumlah intelektual yang ada di dunia Islam secara berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing, utamanya bagi kajian tafsir Al-Qur’an. Dengan kata lain bagaimana Al-Qur'an mengungkapsyif±’, terutama tentang hakekat dan fungsinya bagi kehidupan manusia. Sedangkan istilah Al-Qur'an di sini berarti kitab suci umat Islam yang sekaligus dijadikan sebagai rujukan dalam tulisan ini.

TafsirMaf±t³¥ al-GhaybKarya al-R±z³ yang menjadi fokus kajian ini terkenal juga denganTafsir al-Fakhr al-R±z³atauAl-Tafs³r al-Kab³r wa Maf±t³¥ al-Ghayb karya al-Im±m Mu¥ammad al-R±z³ Fakhr al-D³n ibn al-`All±mah ¬iy±'udd³n `Umar yang terkenal dengan panggilan Kha¯³b al-Rayy (544-604 H.). Karya ini terdiri atas 17 jilid yang diterbitkan oleh "Hay'at al-Bu¥­£ wa al-Dir±s±t D±r al-Fikr", tahun

39Lihat keterangan lebih lanjut dalam K. Prent. c.m., dkk.,Kamus Latin-Indonesia(Yogyakarta:

Kanisius, 1969), h. 165

40Lihat Dagobert D. RunesDictionari of Philosophy( ttp.: Littlefield Adam Co. 1975), h. 61. Istilah

'definisi' biasa disamakan dengan konsep. Lihat George A. Theodorson & Accilles G. Theodorson, A. Modern Dictionary of Sociology(ttp.: Barne & Noble Books, 1969), h. 68

(33)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

1414 H./1992 M., dengan kata pengantar Al-Syaikh Khal³l Mu¥yi al-D³n al-Mays sebagai Direktur Al-Azhar.

Berdasarkan uraian di atas, maka definisi oprasional dari judul ini adalah sebuah gambaran yang bersifat umum dan konprehensip mengenai pengungkapansyif±’dalam Al-Qur'an perspektif Tafsir Fakhr al-D³n Al-R±z³.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengungkapan dan konsep syif±’ dalam Al-Qur'an perspektif Tafsir Maf±t³¥ al-Ghayb al-R±z³. Konsep demikian ini sudah barang tentu mengarah pada suatu upaya dalam menggali, menyingkap dan mengungkapkan suatu penafsiran terhadap petunjuk-petunjuk Al-Qur'an mengenai syif±’ sebagaimana yang tertuang dalam Tafsir Fakhr al-D³n Al-R±z³.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi kepentingan akademis sebagai penambah bahan informasi dan khazanah studi Tafsir Al-Qur'an. Di samping itu, kajian ini juga diharapkan mempunyai arti kemasyarakatan, khususnya bagi umat Islam. Dalam pada itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu usaha-usaha peningkatan, penghayatan dan pengamalan ajaran-ajaran maupun nilai-nilai Al-Qur'an, khususnya berkaitan dengan pemanfaatansyif±’bagi kehidupan manusia.

(34)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

E. Tinjauan Pustaka

Sepanjang pengamatan penulis, studi mengenaisyif±’telah banyak dibahas oleh sejumlah kalangan. Akan tetapi, kajian mengenaiSyif±’dalamTafsir Maf±t³¥ al-Ghaib Karya al-R±z³ dengan pendekatan tafsir tematik yang didasarkan pada tinjauan kronologisnya adalah sama sekali belum pernah ditemukan.

Karya tulis yang membahas syif±’ dengan berbagai sudut pandang yang berbeda-beda di antaranya ialah:al-Istisyf±' bi al-Qur’±n,karya Mu¥ammad `Abd al-`Az³z. Secara garis besar, karya ini menguraikan tentang macam-macam penyakit dan pengobatannya dengan Al-Qur'an baik secara fisik maupun psikis.42Karya serupa juga

ditulis oleh Ab­ Al-Fid±' Mu¥ammad `Izzah Mu¥ammad `Arif dengan judul: `²lij Nafsaka bi al-Qur'±n, yang menyingkap tentang penyembuhan Al-Qur'an terhadap berbagai penyakit fisik maupun psikis.43Lebih lanjut, `Abd al-Maj³d `Abd al-`Az³z

al-Za¥³m menulis sebuah karya `Il±j al-Amr±« bi al-Qur’±n wa al-Sunnah,yakni: pengobatan penyakit dengan Al-Qur'an dan Sunnah yang antara lain berisi tentang nama-nama surat dan ayat-ayat Al-Qur'an yang dapat mengusir setan, bacaan ©ikir di waktu pagi dan sore, penyembuhan akibat sihir dan macam-macam pengobatan secara

42Dalam karya ini, penyakit dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyakit hati (al-Qalb) dan

jasmani (al-Badn). Penyakit hati itu sendiri dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: Penyakit bimbang dan ragu (al-syubhah wa al-syak), penyakit seksual dan kebohongan (al-syahwah wa al-ghayyi), dan penyakit kedengkian (al-Ghill). Dalam pada itu, pengobatan Al-Qur’an dikelompokkan menjadi dua macam.Pertama, penyembuhan secara indrawi (¥issiy), yakni penyembuhan fisik dan bagian-bagiannya,.

Kedua, penyembuhan secara psikologis (maknawi), yakni penyembuhan r­¥, hati dan psikosomatik. Lihat Mu¥ammad `Abd al-`Az³z al-Kh±lidiy,al-Istisyf±' bi al-Qur'±n(Beir­t: D±r al-Kutub Al-`Ilmiyyah, 1996), 5-8.

43Lihat Ab­ al-Fid±' Mu¥ammad Izzat Mu¥ammad Arif, `²lij Nafsak bi al-Qur’±n(D±r

(35)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

lahir maupun batin.44Ahmed Taha juga menulis tentangMedicine in the Light of the

Qur’an and Sunna, yang menyoroti syif±’ dari dua aspek. Pertama, aspek-aspek pengobatan Islam, yang mencakup pelestarian pengobatan Yunani dan sumbangan para dokter Muslim. Kedua, sekilas tentang pengobatan cara Nabi yang terkait dengan pengobatan klinik, terapiutik, menstruasi, perkembangan embrio, kesehatan anak, dan etika pengobatan.45

Ibnu Taimiyah dalam karya Amr±« al-Qul­b wa Syif±’uha menguraikan tentang terapi penyakit hati dengan berbagai dimensinya.46 Demikian juga, Ibnu

Qayyim al Jauziyah dalam karya Jaw±b K±f³ Liman Sa’ala `an Daw±’ al-Sy±f³ aw al-D±’ wa al-Daw±’menjelaskan berbagaisyif±’dengan Al-Qur'an, doa dan ©ikir terhadap segala bentuk penyakit hati, seperti kemaksiatan, dosa dan asal-usulnya.47Berbeda dengan°ibb al-Nabawiyibnu Qayyim, dalam karya ini di samping

menyajikansyif±’dari aspek mental juga lebih menekankan dari aspek fisik. Dalam hal ini, ia mengkaji dari tiga bagian. Pertama,pengobatan dengan obat-obatan alamiah. Kedua, perawatan dengan pengobatan ilahi dan ruhani yang sederhana dan kompleks.

44Lihat `Abd al-Maj³d `Abd al- Az³z al-Za¥³m,`Il±j al-Amr±« bi al-Qur'±n wa al-Sunnah,

Alih bahasa Toha Yahya dengan judul:Pengobatan Penyakit dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah(Jakarta: Darul Ulum Pers, 2001), h., v.-65.

45Lihat Ahmed Thaha,Medicine in The Light of the Qur’an and Sunnah(London: England: Thaha

Publishers Limited, 1993), h. 1-34.

46Lihat Ibn Taimiyah,Terapi Penyakit Hati, yang diterjemahkan dari buku aslinyaAmr±« al-Qul­b wa syif±'uh±. oleh Jalaluddin Raba (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 9-75

(36)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

Ketiga, indikasi obat-obatan dan makanan tertentu yang disebutkan oleh Nabi saw dan disusun berdasarAlphabet Arab.48

Jal±luddin `Abd. al-Ra¥m±n al-Suy­¯iy dalam sebuah karyaAs-Suyuthiy’s Medecine of Prophet, menguraikan pengobatan cara Nabi saw yang mencakup tujuh pembahasan, yaitu: 1) Teori pengobatan terkait dengan struktur tubuh manusia, keadaaan tubuh, sebab-sebab penyakit dan tanda-tanda pada diri manusia. 2) Praktek pengobatan, terkait dengan makanan, minuman, gerak, diam, emosi dan kebiasaan. 3) Prinsip-prinsip pengobatan. 4) Sifat-sifat makanan dan obat-obatan. 5) Dosis obat. 6) Tinjauan atas senyawa obat-obatan dan, 7) Terapi penyakit secara fisik maupun mental.49

Kajian tentang psikoterapi maupun terapi dimensi psikologis lainnya juga ditemukan dalam berbagi bentuk karya, misalnya: Psikoterapi: Pendekatan Konvensional dan Kontemporer dengan M.A. Subandi sebagai editornya.50 Teori dan

Praktek Konseling dan Psikoterapi (Theori and Praktice of Counseling and psychotherapy), Karya Gerald Corey,51Psikoterapi dan Konseling: Penerapan Metode

48Lihat Ibnu Qayyim Al-Jauziah,Pengobatan Cara Nabi,yang diterjemahkan dari buku aslinya al-°ib al-Nabawiy, oleh Mudzakkir AS (Bandung: Pustaka, 1997), h. 23-231

49Lihat Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthi,Pengobatan Cara Nabi sawyang diterjemahkan

dari buku aslinyaMedicine of the Prophet, oleh Lukman Hakim dan Ahsin Muhammad (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997), h. 1-275

50Lihat M.A Subandi (ed.),Psikoterapi Pendekatan Konvensial dan Kontemporer(Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2002), h. 1-231.

51Lihat Gerald Corey, Teori dan Praktek Konsling dan Psikoterapi,yang diterjemahkan dari buku

(37)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

Sufistik, karya Hamdani Bakran Adz-Dzaky,52The Book of Sufy Healing,karya ¦akim

Mu`inuddin Chisti.53 Nuansa-nuansa Psikologi Islam, karya Abdul Mujib dan Yusuf

Mudzakkir,54danDilema Psikolog Muslim(The Dilemma of Muslim Psychologists), karya

Malik B. Badri dengan kritikan psikolog muslim dalam liang biawak dengan beberapa terapi Islam yang dirumuskannya.55

Penelitian terdahulu yang terkait dengan kesehatan dalam perspektif syariah Islam di antaranya ialah karya disertasi yang ditulis oleh Ahmad Ramali dengan judul “Peraturan-peraturan Untuk Memelihara Kesehatan dalam Hukum Syara` Islam” yang berhasil dipertahankan dengan gelar doktor di bidang Ilmu Kedokteran pada Universitas Negeri Gajah Mada di Yogyakarta pada tahun 1950. Penelitian ini menyingkap berbagai persoalan yang terkait dengan masalah Takdir dan Kewajiban Memelihara Kesehatan, Pengobatan Medis, °ah±rah, Khitan, Mengurus Janazah, Islam dan Penyakit Menular, Kesehatan bagi kehidupan umat Islam, Islam dan Pengaturan Kelahiran Anak, Hukum Makanan dan Minuman, Istirahat, Kerja dan Olahraga, serta Sumbangan untuk penerangan terhadap ilmu kesehatan.56

52Lihat M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi dan Konseling Islam: Penerapan Metode sufistik(Yogyakarta, Fajar Pustaka Baru, 2001), h. 219-289

53Lihat Shaykh Hakim Moinuddin Chishti,the Book of Sufi Healing(New York: Inner Traditions

International, 1985), p. 1-189. Buku ini telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Burhan Wira Subrata dengan judulPenyembuhan Cara sufi(Jakarta: Lentra Basritama, 1999), h. 1-255.

54Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2001), h. 207-242.

55Malik B. Badri,Dilema Psikolog Muslim, yang diterjemahkan dari buku aslinya, The Dilemma of Muslim Psychologists, Alih bahasa oleh Siti Zainab Lukfiati (Jakarta: Pustaka Firdaus, 19979), h 1 dan 54-68.

(38)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

Data kepustakaan di atas menunjukkan bahwa kajian tentang syif±'’ selain berkaitan dengan dimensi kerohanian juga dimensi fisik. Namun muatan konseptualisasi syif±’ yang terkait dengan minuman sejenis madu beserta karakteristiknya belum tampak dengan jelas pada sub-sub pembahasannya, padahal QS al-Na¥l [16/70]: 69 telah mengisyaratkan adanya keterkaitan antarasyif±’dengan minuman sejenis madu maupun keterkaitannya dengan tubuh dan pemikiran manusia. Berdasarkan ayat tersebut, Harun Yahya telah mengungkapkan secara ilmiah mengenai rahasia dan keajaiban madu lebah,57 bahkan ia menegaskan bahwa minuman sejenis madu

merupakan sumber gizi maupun makanan penting bagi tubuh manusia tetapi sedikit sekali manusia yang menyadari sifat-sifat luar biasa dari sang penghasilnya, yaitu lebah.58

57Menurutnya: Madu tersusun atas beberapa molekul gula seperti glukosa dan fruktosa serta

sejumlah mineral seperti magnesium, kalium, potasium, sodium, klorin, sulfur, besi dan fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang komposisinya berubah-ubah sesuai dengan kualitas madu bunga dan serbuk sari yang dikonsumsi lebah. Di samping itu di dalam madu terdapat pula tembaga, yodium dan seng dalam jumlah yang kecil, juga beberapa jenis hormon. Sebagaimana firman Allah, madu adalah “obat yang menyembuhkan bagi manusia”. Fakta ilmiah ini telah dibenarkan oleh para ilmuwan yang bertemu pada Konferensi Apikultur Sedunia (World Apiculture Conference) yang diselenggarakan pada tanggal 20-26 September 1993 di Cina. Dalam konferensi tersebut didiskusikan pengobatan dengan menggunakan ramuan yang berasal dari madu. Para ilmuwan Amerika mengatakan bahwa madu, royal jelly, serbuk sari dan propolis (getah lebah) dapat mengobati berbagai penyakit. Seorang dokter asal Rumania mengatakan bahwa ia mencoba menggunakan madu untuk mengobati pasien katarak, dan 2002 dari 2094 pasiennya sembuh sama sekali. Para dokter asal Polandia juga mengatakan dalam konferensi tersebut bahwa getah lebah (bee resin) dapat membantu menyembuhkan banyak penyakit seperti bawasir, penyakit kulit, penyakit ginekologis dan berbagai penyakit lainnya. Lihat http://www.harunyahya.Com/indo/ artikel/006. htm

58Banyak orang tahu bahwa madu merupakan sumber gizi yang penting bagi tubuh manusia,

(39)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

Dengan demikian, data kepustakaan di atas telah mengisyaratkan adanya dua jenissyif±’, yaitu Al-Qur’an dan minuman sejenis madu yang berdampak secara positif bagi orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan. Demikian pula tentang jenis penyakitnya, juga dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu penyakit fisik dan psikis yang dampak negatifnya akan menimpa bagi orang-orang yang ingkar maupun tidak beriman. Oleh karena itu,syif±’dengan segala jenisnya telah dituangkan dalam Al-Qur’an yang sekaligus mengisyaratkan adanya keterpaduan antara ayat-ayat Qauliyah dan ayat-ayat Kauniah.59 Keduanya dapat berjalan seimbang tanpa

dipertentangkan dan tidak berlebihan. Sebab penggunaan syif±’ dengan jalan mengabaikan di antara keduanya apalagi berlebihan dalam penerapannya adalah merupakan tindakan yang tercela dan bertentangan dengan ajaran Islam.60

Syif±’ dalam bentuk integral antara lahir dan batin dewasa ini, justru dinilai sebagai pendekatan holistik baru di dalam dunia kedokteran modern. Dadang Hawari misalnya telah menulis dalam sebuah karya dengan judul: Doa dan Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis. Menurutnya, doa dan dzikir dari sudut ilmu kedokteran jiwa (kesehatan jiwa) merupakan terapi psikiatrik, setingkat lebih tinggi daripada psikoterapi biasa. Hal ini dikarenakan doa dan dzikir mengandung unsur spiritual (kerohanian,

59Karakteristik ayat-ayatQauliyahmaupun disebut sebagaiKal±mull±h(ucapan Allah dalam

Al-Qur’an) di antaranya ialah Termaktub di dalam kitab suci dansu¥uf, teks (Na£)-nya bersifat absolut, menggunakan metode deduktif, tidak memerlukan verifikasi apalagi falsifikasi. Sedangkan, cirri-ciri pada ayat-ayatKauniyahmaupun disebut sebagai Sunnatullah (para saintis menyet hukum alam, natural law) di antaranya ialah: terletak pada alam (al-kawn), bersifat nisbi (relative), Umumnya menggunakan metode induktif dan memerlukan verifikasi (falsifikasi). Lihat M. Darwis Hude,Emosi Manusia dalam Al-Qur’an: Telaah Melalui Pendekatan Psikologi(Disertasi Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), h. 5.

(40)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

keagamaan, ketuhanan) yang dapat membangkitkan harapan (hope), rasa percaya diri (self confident) pada diri seseorang yang sedang sakit, yang pada gilirannya kekebalan (imunitas) tubuh meningkat, sehingga mempercepat proses penyembuhan. Dalam hal ini, tidak berarti terapi dengan obat dan tindakan medis lainnya diabaikan. Terapi medis disertai doa dan dzikir merupakan pendekatan holistik baru di dunia kodekteran modern.61

Al-R±zi dalam tafsirnya menegaskan betapa pentingnya integrasi material dengan nilai transendental (nilai-nilai il±hiyah) sebagaimana peristiwa yang terjadi pada Nabi Musa as.. Dalam hal ini ia mencatat bahwa Nabi Musa as pernah sakit parah pada bagian perutnya, lalu ia mengadu kepada Allah swt, kemudian Allah menunjukkannya tentang rerumputan di padang sahara yang tandus sebagai obatnya, kemudian ia memakannya dan menjadi sembuh atas izin Allah swt. Pada suatu saat sakitnya kambuh lagi, kemudian ia memakan rerumputan itu lagi, namun sakitnya justru semakin parah. Kemudian ia mengadu lagi sambil berkata: ya rabbi! pada awalnya saya makan rumput dan bisa mendatangkan manfaat, namun pada waktu makan rumput untuk yang keduakalinya, sakit saya justru semakin parah. Allah menjawab: Karena anda makan rumput yang partama kalinya, anda pergi untuk mendapatkan rumput atas petunjuk dari-Ku, maka di dalamnya mengandung obat (ءﺎﻔﺸﻟا ) untuk kesembuhan. Akan tetapi pada waktu yang kedua anda pergi untuk mencari rumput berdasarkan kemauan anda sendiri, karena itu sakitnya semakin parah. Ketahuilaih bahwa dunia

61Lihat Dadang Hawari,Do'a dan Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis(Jakarta: Dana Bhakti

(41)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

semuanya adalah racun yang mematikan, dan penawarnya adalah dengan menyebut nama-Ku [dengan bismill±h].62

Hal di atas sejalan dengan hasil penelitian Masaru Emoto63yang menunjuk pada

urgensi”ªikir Air” dengan rasionalisasi sebagai berikut:

a. Air “menangkap” getaran rasa dalam bahasa apapun, tulisan, gambar, dan musik.

b. Air bisa “mengerti”, menyimpan dan menyalurkan informasi (Semua benda juga “mengerti”, tetapi air paling peka, jumlahnya sangat banyak, dan ada di mana-mana)

c. Getaran air merambat ke molekul air ditubuh manusia (75%).

d. Perilaku manusia bisa menjadi beringas, jahat, tidak terkendali, atau sebaliknya.

Kajiansyif±’ dengan berbagai dimensinnya sebagaimana disebutkan di atas sungguhpun telah menyajikan sudut pandang yang beraneka ragam, terutama yang bernuansa Islam maupun menurut Al-Qur'an dan Sunnah, namun dalam karya-karya tersebut tidak ditemukan secara spesifik yang menggunakan pendekatan tafsir tematik.

Selain tulisan-tulisan di atas, masih banyak ditemukan dalam kitab-kitab tafsir yang menyinggung sekilas mengenaisyif±’dalam uraiannya terhadap ayat-ayat

Al-62Lihat al-R±zi,Tafsir, Jilid I, Juz I, h. 173-175.

63Hasil penelitian tersebut di lakukan dengan jalan: Air murni diambil dari mata air atau danau.

(42)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

Qur'an. Namun pada umumnya, corak penafsiran yang digunakan bersifatta¥l³l³iy,64

sehingga penyimpulannyapun seringkali bersifat parsial dan tidak utuh. Oleh karena itu kajian ini bukanlah merupakan pengulangan dari apa yang telah dibahas oleh pengkaji lain. Bahkan kajian ini diharapkan menghasilkan hal-hal baru yang belum terungkap dalam pembahasan yang telah ada, terutama menyangkut masalah syif±’ dalam perspektif tafsir Maf±t³¥ al-Ghaib karya Fakhrudd³n al-R±z³ dengan pendekatan tafsir tematik.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Bertolak dari tujuan penelitian, maka penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Disebut deskriptif, karena penelitian ini bermaksud mengekplorasi syif±’ dalam Al-Qur’an dan merumuskan konsepsyif±’menurut TafsirMaf±t³¥ al-GhaibKarya al-R±z³. Disebut kualitatif, karena data yang dihadapi berupa pernyataan verbal.

2. Sumber Data

Penelitian ini bercorak kepustakaan, karena sumber datanya berasal dari sumber-sumber tertulis yang berkaitan langsung dengan materi yang dikaji. Oleh karena kajian ini menyangkut studi Al-Qur'an dan Tafs³r al-R±z³, maka dengan sendirinya sumber data primernya adalah Al-Qur’an danTafsir al-Fakhrudd³n al-R±z³ atauAl-Tafs³r al-Kab³r wa Maf±t³¥ al-Ghaybkarya al-Im±m Mu¥ammad al-R±z³ Fakhr al-D³n ibn al-`All±mah ¬iy±'udd³n `Umar yang terkenal dengan panggilan

64`Abd ¦ayyi al-Farmawiy,Al-Bid±yat f³ Tafs³r al-Maw«­`iy(Kairo: Maktabat Jumh­riyyah,

(43)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

Kha¯³b al-Rayy (544-604 H.) yang terdiri dari 17 jilid, 33 juz yang diterbitkan oleh "Hay'at al-Bu¥­£ wa al-Dir±s±t D±r al-Fikr", tahun 1414 H. /1992 M., dengan kata pengantar al-Syaikh Khal³l Mu¥yi al-D³n al-Mays sebagai Direktur Al-Azhar.

Sumber-sumber lain yang digunakan dalam kajian ini adalah:

a. Buku-buku yang berisi pengetahuan tentang Al-Qur’an, atau yang dikenal dengan `ul­m al-Qur'±n (ilmu-ilmu Al-Qur'an).

b. Kamus-kamus yang memuat daftar susunan kata-kata Al-Qur’an yang di dalamnya berisi petunjuk praktis untuk menemukan ayat-ayat yang dimaksudkan.

c. Buku-buku yang membantu dalam proses analisis yang meliputi bidang kebahasaan, sejarah, psikologi dan sosial lainnya yang dianggap bermanfaat.

d. Buku-buku yang membantu dalam proses pengolahan, seperti metodologi dan buku-buku tafsir yang dianggap mewakili.

3. Pendekatan

Oleh karena obyek kajian ini adalah ayat-ayat Al-Qur'an dan Tafsir al-R±z³ yang terfokus pada sebuah term, maka pendekatan yang dipilih ialah metode tafsir maw«­`iy(tafsir tematik), yaitu suatu metode tafsir yang berusaha mencari jawaban Al-Qur’an tentang suatu masalah tertentu dengan menghimpun seluruh ayat yang dikaji, kemudian berusaha mencari pengertian secara mendalam terhadap kata-kata syif±’ yang terdapat dalam berbagai konteks ayat dan menganalisisnya untuk melahirkan sebuah konsep yang utuh dan konprehensip mengenaisyif±’dalam Al-Qur’an menurut Tafsir al-R±z³.65 Pendekatan tematik yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah

(44)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

menekankan pada tinjauan kronologis berdasarkan tertib nuz­l surah-surah dalam Al-Qur'an karya Mu¥ammad `Azzah Darwazah,66 kemudian dikonfirmasikan dengan

karya Mu¥ammad Fu'±d `Abd al-B±q³ dalam karyanyaAl-Mu’jam al-Mufahras li Alf±§ al-Qur’±nuntuk melihat satuan ayat makiah dan madaniahnya67dengan tanpa

mengabaikan tinjauan dari para mufassir lainnya, terutama dalam kajian tafsir al-R±z³.

Pemilihan metode tematik sebagai dasar pendekatan dalam kajian ini, tidak berarti bahwa pendekatan lain diabaikan. Oleh karena itu, semua ilmu bantu yang dapat lebih memperjelas masalah dan relevan dengannya dapat digunakan.

4. Langkah-langkah Penelitian

Sehubungan dengan metode yang digunakan, maka langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Menetapkan permasalahan tentangsyif±’dalam Al-Qur’an dan Tafsir al-R±z³ yang akan dikaji secara tematik.

b. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan syif±’baik makiah maupun madaniah dengan memperhatikan kronologi turunnya ayat dan korelasinya pada masing-masing ayat maupun surat.

c. Menyusunoutlinedalam kerangka yang tepat dan utuh.

66Lihat Mu¥ammad `Azzah Darwazah,Al-Tafs³r al-¦ad³£:al-Suwar Murattab±t ¦asb al-Nuz­l

(Kairo: `Is± al-B±b³ al-¦alab³y wa Syurak±'uhu, tth.), h. 14-15.

(45)

PERPUSTAKAAN

UTAMA

UIN JAKARTA

d. Melakukan pembahasan tentangsyif±’menurut Al-Qur’an dan Tafs³rMaf±t³¥ al-GhaibKarya Fakhrudd³n al-R±z³ dengan dibantu melalui hadis dan penjelasan-penjelasan disiplin ilmu lain yang relevan.

e. Mengungkap, menyusun dan merumuskan konsep syif±’ secara utuh berdasarkan ayat-ayat syif±’ dan yang terkait dengannya menurut Tafsir Maf±t³¥ al-Ghaib karya Fakhrudd³n al-R±z³.

5. Analisis

Kajian dalam penelitian ini menekankan pada analisis induktif- deduktif. Analisis demikian dimaksudkan sebagai tahapan-tahapan pengkajian teks, pesan, petunjuk maupun informasisyif±’yang keberadaannya berserakan di berbagai sumber dan tempat yang berbeda, untuk kemudian akan dikonfirmasikan antara satu dengan lainnya dalam satuan sistem terpadu dan holistik menuju kesimpulan secara umum.

G. Garis Besar Isi

Penelitian ini berisi enam bab. Pada

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian dan pembahasan di atas ter- dapat beberapa kesimpulan yang bisa diambil penulis dalam mengkaji kitab Tafsir al-Asas karya Darwis Abu Ubaidah bahwa metode yang

Dari deskripsi di atas, dapat diketahui bahwa faktor penghambat dalam pembelajaran kitab Tafsir al-Ibri>z dalam peningkatkan pemahaman terhadap al- Qu r‟an siswa kelas

QURAISH SHIHAB MENGENAI MUSIBAH DALAM TAFSIR AL-MISHBĀH Sebagaimana telah dijelaskan, hermeneutika Gadamer yang akan digunakan untuk menganalisis ayat-ayat musibah dalam Tafsir