• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian yang pernah dilakukan oleh mahasiswa Bahasa Arab di Prodi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara mengenai kata serapan dari Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia sesuai dengan referensi yang ditemukan yaitu oleh :

1. Budiansyah Ritonga, membahas tentang kosakata yang diserap dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan juga menjelaskan perubahan makna kata tersebut dengan objek penelitiannya adalah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Republik Indonesia yang disusun oleh Soesilo (1985). Teori yang digunakan adalah teori Chaer (1996) dan Tarigan (1985). Teori tersebut menggunakan penambahan makna, perubahan makna,pengurangan makna, pergantian makna dan makna tetap.Contohnya : kata hadir berasal dari kata bahasa Arab yakni شضح haḍara. Dalam bahasa Arab bermakna باغ ّذض / ḍiddun ghᾱba lawan dari tidak hadir, sedangkan ketika diserap ke dalam bahasa Indonesia kata hadir mempunyai makna datang dan terjadi pengurangan makna ditinjau dari segi makna leksikal.

2. Suprianto Saragih, membahas tentang kosakata yang diserap dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan juga menjelaskan jenis-jenis perubahan makna dalam naskah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Dan memfokuskan dalam pembukaan dan isi Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 perubahan keempat. Teori yang digunakan adalah teori Chaer dan Leonie Agustina (2004: 141) yang mengatakan perubahan makna ada tiga yaitu meluas, menyempit dan berubah total. Contohnya : kata “bab” berasal dari kata bahasa Arab yakni باثىا al bᾱbu. Dalam bahasa Arab bermakna وخذَىا/ al madkhal „tempat masuk‟, sedangkan ketika diserap ke dalam bahasa Indonesia kata bab mempunyai makna bagian dari buku dan terjadi perubahan total ditinjau dari segi makna leksikal.

Dari kedua penelitian di atas yaitu, penelitian Budiansyah (2014) dan Supriyanto (2015) hampir sama dalam pokok permasalahn, tetapi berbeda dari segi objek penelitian.

Judul yang peneliti angkat untuk skripsi mengenai “Perubahan Makna Kata Serapan Dari Bahasa Arab Dalam Bahasa Jawa Pada Istilah Agama”.

Keraf (2010:104) mengatakan bahasa terbagi dua, yaitu bahasa standar dan bahasa nonstandar. bahasa standar adalah semacam dialek kelas dan dapat dibatasi sebagai tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis. Secara kasar kelas ini dianggap sebagai kelas terpelajar. Bahasa nonstandar adalah bahasa dari mereka yang tidak memperoleh pendidikan yang tinggi. Kadang bahasa nonstandar juga digunakan oleh kaum terpelajar untuk bersenda gurau.

Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris: semantics) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda yang berarti tanda atau lambang). Kata kerjanya adalah semaino yang berarti menandai atau melambangkan.Yang dimaksud dengan lambang atau tanda adalah padanan kata sema itu. Semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika dan semantik. ( Chaer, 2009:2). ).

Fromkin dan Rodman (1998:155-156) dalam Hidayatullah (2012:108) menyatakan bahwa semantik mempelajari makna satuan-satuan lingual bahasa.

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa semantik adalah ilmu yang menganalisis tentang makna.

Kajian ini tidak dapat terpisahkan dari makna. Makna merupakan hal yang paling penting dalam ilmu semantik. Makna kata tidak selalu bersifat statis. Dari waktu ke waktu, makna kata-kata juga mengalami perubahan baru bagi pemakainya. Perubahan makna tidak hanya mencakup bidang waktu, tetapi juga mencakup bidang tempat (Keraf,2010:95).

Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referensinya dan sesuai dengan hasil observasi alat indra (Hidayatullah, 2012 : 110). Leksikal adalah bentuk ajektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon, vokabuler, kosakata, perbendaharaan kata), sedangkan makna leksikal adalah makna yang sesuai

dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indra, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita (Chaer, 2009 : 90).

2.2 Landasan Teori

Menurut Chaer (2009: 140) ada lima bentuk perubahan makna, yaitu:

1. Meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah „makna‟, tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki makna-makna lain.

2. Menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja.

3. Perubahan total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dan makna asalnya.

4. Penghalusan ( Eufemia) yaitu sebuah kata atau sebuah bentuk yang tetap. Hanya saja konsep makna mengenai kata atau bentuk itu yang berubah.

5. Pengasaran adalah usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan makna kata yang kasar.

Dari kelima bentuk perubahan makna menurut Chaer peneliti hanya akan mengkaji bentuk perubahan makna yang meluas, menyempit dan perubahan total.

2.3 Bentuk-Bentuk Perubahan Makna

Seperti yang telah disebutkan di atas peneliti hanya mengambil 3 (tiga) perubahan makna dari lima perubahan makna menurut Chaer (2009) yaitu perluasan makna, penyempitan makna dan perubahan total.

2.3.1 Perluasan Makna (ًنعمنا عساىت / tawᾱsi’u al ma’na)

Menurut Chaer (2010:140-141) yang dimaksud dengan perluasan makna adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna, tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki makna-makna lain. Makna-makna lain yang mengalami perluasan masih berada dalam lingkup poliseminya. Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah ْٚؼَىا غسا٘ذ / tawᾱsi‟u al ma‟na/.

اٖى صاخ هاَؼرسا ٜف ٗأ ٍِضىا ّشٍ ٚيػ حَيم ْٚؼٍ غس٘رٝ ُأ ْٚؼٝ ْٚؼَىا غسا٘ذ /tawᾱsi‟u al ma‟na ya‟nῑ an yatawassa‟a ma‟na kalimatin „alᾱ marri al zamani aw fi isti‟mᾱlin khᾱṣṣin lahᾱ/ „perluasan makna adalah perluasan makna suatu kata yang terjadi seiring berjalannya waktu atau karena penggunaan yang khusus‟ (Al Khuli, 1982 : 90)

2.3.2 Penyempitan Makna (ًنعمنا زاسحنإ / inḥisᾱru al ma’na)

Penyempitan makna yaitu dimana makna dalam bahasa sumber memiliki makna yang lebih luas cakupannya dan memilki makna yang sempit setelah diserap. Menurut Chaer (2010:142) yang dimaksud dengan perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja. Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah ْٚؼَىا ساسحّإ / inḥisᾱru al ma‟na

ّٜيطاا حَينىا ْٚؼٍ ِػ ٔػاسّذا ٜف قٞضٝ ْٚؼٝ ْٚؼَىا ساسحّإ

/inḥisᾱru al ma‟na ya‟ni yaḍῑqu fi ittisᾱ‟ihi „an ma‟na al kalimati al aṣliyyi/ „ penyempitan makna yaitu makna yang menyempit dari makna kata yang asli. (Al Khuli, 1982 : 179)

2.3.3 Perubahan Total (ًنعمنا سّيغت / tagayyuru al ma’na)

Menurut Chaer (2010: 142) yang dimaksud dengan perubahan total adalah berubahnya sama sekali makna asalnya. Memang ada kemungkinan makna yang dimiliki sekarang masih ada sangkut pautnya dengan makna asal, tetapi sangkut pautnya ini tampaknya sudah jauh sekali. Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah ْٚؼَىا شّٞغذ / tagayyiru al ma‟na

ٍِضىا ّشٍ ٚيػ حَينىا شّٞغذ ْٚؼٝ ْٚؼَىا شّٞغذ /tagayyuru ma‟na ya‟ni tagayyiru al kalimati „alᾱ marri al zamani/

„perubahan makna yaitu pergantian makna suatu kata sesuai dengan berjalannya waktu‟(Al Khuli, 1982 : 250)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN