• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman budidaya, kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar mampu tumbuh optimal. Keadaan iklim dan tanah merupakan faktor utama pertumbuhan kelapa sawit di samping faktor-faktor lainnya seperti sifat genetis dan perlakuan kultur teknis.

Faktor Iklim

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis dengan kisaran 15 ºLU – 15 ºLS. Ketinggian tempat berhubungan dengan suhu udara, kelembaban, serta penyinaran matahari. Tanaman tumbuh sempurna pada ketinggian 0 – 400 m di atas permukan laut (dpl), kelembaban optimal 80 – 90 %, dan lama penyinaran matahari 5 - 7 jam/hari. Curah hujan rata – rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1250 – 3000 mm yang merata sepanjang tahun, curah hujan optimal berkisar 1750 – 2500 mm dengan jumlah bulan kering maksimal 3 bulan. Pertumbuhan tanaman kelapa sawit memerlukan suhu udara antara 22º - 33ºC. Kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis. Kecepatan angin sekitar 5 - 6 km/jam sangat baik untuk membantu penyerbukan kelapa sawit. Angin yang terlalu kencang menyebabkan tanaman menjadi doyong bahkan roboh (PPKS, 2006).

Faktor Tanah

Tanah merupakan media tumbuh tanaman yang sangat dipengaruhi sifat fisik dan kimia tanah. Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan dengan baik di tanah mineral maupun di tanah gambut. Dengan demikian, spektrum jenis tanah yang sesuai untuk kelapa sawit cukup lebar dan dapat mencakup beragam jenis tanah. Berbagai jenis tanah mineral di Indonesia cukup sesuai seperti Ultisol, Inceptisol, Entisol, Andisol, maupun Oxisol.

Karakteristik tanah yang digunakan meliputi batuan di permukaan tanah, kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, kondisi drainase tanah, dan tingkat kemasaman tanah (pH). Tanah yang baik bagi tanaman kelapa sawit adalah tanah lempung berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat dan lempung liat berpasir. Kedalaman efektif tanah yang baik adalah jika lebih dalam dari 100 cm. Kemasaman (pH) tanah yang optimal adalah pada pH 5-6 dan pH 3,5-4 pada lahan gambut. Sifat kimia tanah seperti kemasaman (pH) dapat diatasi melalui pemupukan dolomite, kapur pertanian (kaptan) dan fosfat alam (rock phosphate). Sifat fisik dan biologi tanah dapat diperbaiki dengan penggunaan bahan organik (PPKS, 2006).

Karakteristik lahan merupakan dasar dalam penentuan kesesuaian lahan yaitu layak tidaknya suatu areal untuk perkebunan kelapa sawit, dan tinggi atau rendahnya intensitas faktor penentu suatu areal. Karakteristik lahan yang diperlukan meliputi: curah hujan, jumlah bulan kering, ketinggian di atas permukaan laut, bentuk daerah atau lereng, kandungan batuan, kedalaman efektif tanah atau gambut, tekstur tanah, kelas drainase, pH tanah, dan tingkat pelapukan gambut (PPKS, 2006).

Tanah gambut (Histosol) merupakan tanah yang berkembang dari bahan organik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya kelapa sawit pada lahan gambut antara lain tingkat kematangan gambut, kedalaman gambut, alternatif pengelolaan air (water management), penanganan masalah defisiensi hara mikro, dan penurunan muka tanah. Tingkat kematangan gambut terutama berkaitan dengan tingkat pelapukan material organik sebagai bahan induk tanah gambut yang dibedakan menjadi saprik (tingkat pelapukan lanjut), hemik (tingkat pelapukan sedang), dan fibrik (gambut mentah). Secara umum, budidaya kelapa sawit akan semakin potensial pada tanah gambut yang memiliki tingkat pelapukan semakin lanjut. Kedalaman gambut sangat berkaitan dengan kemampuan daya dukung mekanis. Pengelolaan air merupakan kunci keberhasilan budidaya kelapa sawit pada tanah gambut (PPKS, 2006).

Infiltrasi

Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, yang umumnya melalui permukaan dan secara vertikal. Jika cukup air, maka air infiltrasi akan bergerak terus ke bawah yaitu ke dalam profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi. Laju infiltrasi adalah banyaknya air per satuan waktu yang masuk melalui permukaan tanah, dinyatakan dalam mm jam ¹ atau cm jam ¹. Laju infiltrasi ditentukan oleh besarnya kapasitas infiltrasi dan laju penyediaan air. Sifat-sifat tanah yang menentukan dan membatasi kapasitas infiltrasi adalah struktur tanah dan tekstur serta kandungan air tanah pada saat infiltrasi terjadi. Pemupukan dengan pupuk organik dan penutupan tanah dengan tanaman atau sisa-sisa tanaman dapat memperbesar kapasitas infiltrasi (Arsyad, 2006).

Drainase dan Irigasi

Metode pengendalian tata air yang umum digunakan yaitu irigasi dan drainase. Irigasi merupakan usaha untuk menambah air ke dalam wilayah, sedangkan drainase sebaliknya. Drainase berarti keadaan dan cara air-lebih keluar dari tanah. Air-lebih adalah bagian dari air yang ada di dalam tanah yang tidak dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan memenuhi ruang pori tanah sehingga tanah menjadi jenuh air (Pahan, 2008).

Drainase pada tanah gambut secara alami selalu berada dalam kondisi sangat terhambat hingga tergenang. Hal ini memerlukan penanganan yang tepat sehingga drainase dapat diperbaiki untuk mencapai muka air tanah yang optimum tanpa mengakibatkan drainase yang berlebihan (over drainage). Drainase yang berlebihan akan mengakibatkan kekeringan pada tanah gambut yang bersifat tidak dapat balik (irreversible) dan penurunan muka tanah yang serius. Keberadaan mineral pirit pada tanah gambut sehingga tetap tereduksi juga harus diperhatikan. Untuk mencapai kondisi ini, diperlukan jaringan drainase dan pintu-pintu air yang cukup (PPKS, 2006).

Pembangunan sistem drainase di perkebunan terutama ditujukan untuk mengendalikan kelembaban tanah sehingga kadar airnya stabil antara 20-25% dengan kedalaman arus air maksimum 60 cm. Pembangunan drainase juga

diusahakan terhindar dari kejenuhan air secara terus-menerus selama maksimum 2 minggu (Pahan, 2008).

Irigasi bertujuan untuk memberikan tambahan air terhadap air hujan dan memberikan air kepada tanaman dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang diperlukan. Air irigasi mempunyai kegunaan lain, yaitu (1) mempermudah pengolahan tanah, (2) mengatur suhu tanah dan iklim mikro, (3) mencuci tanah dari kadar garam atau asam yang terlalu tinggi, (4) menggenangi tanah untuk memberantas gulma serta hama penyakit. Pada perkebunan kelapa sawit, pemberian air irigasi biasanya dilakukan dengan cara pemberian air dalam selokan atau saluran (furrows irrigation) (PPKS, 2006).

Evapotranspirasi dan Curah Hujan

Evapotranspirasi merupakan gabungan antara evaporasi dan transpirasi yaitu jumlah air yang digunakan untuk transpirasi, diuapkan dari tanah dan permukaan air serta permukaan tanaman, pada suatu areal pertanaman. Evapotranspirasi dinyatakan dalam satuan volume per luas areal (m³ ha ¹) atau dalam tinggi kolom air per satuan waktu (mm hari ¹) (Arsyad, 2006).

Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit. Curah hujan yang tinggi dapat menghambat kegiatan panen karena rusaknya sarana transportasi dan kesulitan pemanen dalam pengumpulan berondolan karena bercampur dengan tanah. Curah hujan yang tinggi mendorong peningkatan pembentukan bunga, tetapi menghambat terjadinya penyerbukan karena serbuk sari hilang terbawa aliran air dan serangga penyerbuk tidak keluar dari sarangnya dan juga kegagalan matang tandan pada bunga yang telah mengalami anthesis. Proses pematangan buah dipengaruhi keadaan curah hujan, bila curah hujan tinggi buah kelapa sawit cepat memberondol (PPKS, 2006).

Teknik Konservasi Tanah dan Air

Konservasi tanah merupakan penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Upaya konservasi tanah ditujukan untuk (1) mencegah erosi, (2)

memperbaiki tanah yang rusak, dan (3) memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan secara berkelanjutan. Konservasi air adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah dan mengatur waktu aliran air agar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau (Arsyad, 2006).

Metode konservasi tanah dapat dibagi dalam tiga golongan utama, yaitu (1) metode vegetatif, (2) metode mekanik dan (3) metode kimia. Pada perkebunan kelapa sawit, teknik konservasi yang banyak digunakan adalah metode vegetatif serta mekanik. Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau bagian-bagian tanaman atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi tanah (Arsyad, 2006).

Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Termasuk dalam metode mekanik dalam konservasi tanah dan air adalah pengolahan tanah, guludan, teras, penghambat (check dam), waduk, rorak, perbaikan drainase dan irigasi (Arsyad, 2006).

Pemeliharaan tanah pada kondisi topografi areal yang bergelombang mengharuskan dibangunnya bangunan konservasi tanah dan air yang memadai. Selain bermanfaat sebagai alat konservasi tanah dan air, bangunan ini juga mempunyai peranan penting dalam kelancaran kegiatan pemeliharaan dan panen kelapa sawit. Ketiadaan bangunan konservasi tanah dan air sering merupakan penyebab rusaknya struktur tanah, drainase terhambat dan kurang efektifnya pemupukan dan perawatan tanaman, tidak terlaksananya panen secara benar, serta sulitnya pengawasan kebun (Dirattanhun, 2007).

Kerusakan tanah terutama disebabkan oleh erosi permukaan, akibat proses pemindahan tanah lapisan atas yang kaya akan unsur hara dari suatu tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Hal ini menimbulkan kerugian yang sangat besar, karena dapat menurunkan produktivitas tanaman. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah erosi adalah dengan konservasi tanah. Konservasi tanah meliputi konservasi tanah secara fisik, kimia, maupun biologi.

Konservasi tanah secara fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah secara mekanis. Tindakan konservasi tanah secara mekanis ini dilakukan di areal dengan bentuk wilayah berombak sampai berbukit dengan cara pembuatan teras kontour, teras individu (tapak kuda), rorak, dan parit drainase. Parit drainase ini berperan untuk mencegah supaya air tidak tergenang di lapangan, menurunkan permukaan air tanah sehingga perkembangan akar tanaman tidak terganggu, serta mencegah terjadinya pencucian pupuk (Dirattanhun, 2007).

Konservasi tanah secara biologi yang umum dilakukan adalah dengan menanaman tanaman penutup tanah (TPT) atau legume cover crops (LCC). Beberapa manfaat TPT antara lain: menekan pertumbuhan gulma, melindungi tanah terhadap penyinaran langsung sinar matahari, melindungi tanah dari tetesan langsung air hujan, mengurangi aliran permukaan dan menjaga kelembaban tanah. (Dirattanhun, 2007).

Murtilaksono et al. (2007) menyatakan bahwa aplikasi guludan dan rorak yang dilengkapi dengan mulsa vertikal memberikan pengaruh yang positif terhadap jumlah pelepah daun, jumlah tandan, rataan berat tandan, dan produksi TBS kelapa sawit. Kedua teknik konservasi tanah dan air tersebut dapat meningkatkan cadangan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air oleh tanaman saat musim kemarau sehingga produksi kelapa sawit tetap dapat dipertahankan.

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang telah dilaksanakan di PT Sari Lembah Subur-2, Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN) PT Astra Agro Lestari Tbk, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Kegiatan magang berlangsung selama empat bulan, mulai tanggal 15 Februari 2010 sampai dengan tanggal 15 Juni 2010. Penulis ditempatkan di Afdeling OS, Kebun inti I (Kampar).

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan. Metode pelaksanaan magang meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut aspek teknis di lapangan dan aspek manajerial. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan menyesuaikan keadaan yang terdapat di lapangan. Sebelum kegiatan dilaksanakan, pekerjaan selalu diawali dengan apel pagi yang dipimpin oleh asisten dan diikuti oleh mandor-mandor serta karyawan. Apel dilaksanakan pada pukul 05.30-06.00 WIB. Pelaksanaan apel bertujuan untuk mengevaluasi pekerjaan dihari kemarin serta memberi arahan untuk pekerjaan pada hari tersebut.

Pada bulan pertama dan kedua, penulis melaksanakan kegiatan sebagai karyawan harian dan mengikuti semua kegiatan budidaya tanaman di lapangan seperti pemeliharaan bibit di pembibitan, pemeliharaan tanaman (pemupukan, pengendalian gulma, pembuatan rorak, panen). Penulis mencatat jenis, waktu dan prestasi kegiatan dalam bentuk jurnal harian yang diketahui oleh pembimbing lapangan. Prestasi kerja yang didapat dibandingkan dengan norma kerja yang berlaku di perusahaan (Lampiran 1).

Penulis berperan sebagai pendamping mandor pada bulan ketiga yang bertugas mengetahui tahapan setiap jenis pekerjaan, menghitung kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan, mengawasi pekerjaan, mengawasi penggunaan material serta mengisi laporan harian. Pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan lembar rencana kerja (LRK) yang telah disetujui kepala afdeling. Hal-hal yang perlu dicatat oleh penulis dalam mengisi laporan mandor adalah jumlah tenaga kerja

dan material yang digunakan, prestasi kerja karyawan serta luas areal yang dikerjakan. Jurnal kegiatan harian sebagai mandor tertera pada Lampiran 2.

Bulan keempat merupakan bulan terakhir dalam pelaksanaan kegiatan magang. Penulis diberikan tanggung jawab sebagai pendamping asisten atau kepala afdeling yang juga melaksanakan tugas-tugas menyangkut aspek manajerial yang lebih tinggi di atas mandor. Penulis mempelajari tugas dan tanggung jawab Asisten, yaitu menyusun rencana kerja afdeling dan mengelola seluruh kegiatan afdeling secara efektif dan efisien agar sesuai dengan rencana kerja yang telah dibuat. Hal-hal yang dipelajari pada kegiatan manajerial ditingkat asisten yaitu: membantu menyusun rencana kerja serta anggaran afdeling, membantu pembuatan laporan asisten, membantu pengawasan tenaga kerja dan membuat jurnal kegiatan harian (Lampiran 3). Di samping kegiatan-kegiatan di atas, penulis juga mengikuti kegiatan-kegiatan sosial dan kemasyarakatan di lingkungan kebun tersebut seperti kerja bakti perumahan afdeling dan olah raga bersama karyawan.

Pengumpulan Data dan Informasi

Kegiatan magang di perkebunan PT Astra Agro Lestari meliputi kegiatan pengumpulan data primer dan data sekunder yang dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Data primer diperoleh dengan bekerja langsung di lapangan mulai dari karyawan harian, pendamping mandor hingga pendamping asisten/kepala afdeling. Data yang berkaitan dengan konservasi tanah dan air adalah sistem pembuatan irigasi, rorak, water flow, serta penggunaan pupuk organik dalam mengubah agregat tanah. Data sekunder diperoleh dengan menelaah pustaka dan arsip kebun yang berhubungan dengan kegiatan yang dilaksanakan.

Analisis Data dan Informasi

Data primer yang diperoleh pada kegiatan konservasi tanah dan air, yaitu curah hujan, spesifikasi rorak, pemupukan organik, tandan kosong dan abu boiler pada kebun. Pengamatan dilakukan dengan mengadakan survei pada blok yang diberi perlakuan konservasi tanah dan air. Survei dilaksanakan pada blok afdeling

OS. Pembuatan aliran irigasi maupun drainase bertujuan agar kondisi lahan tidak banjir saat musim hujan dan kekeringan saat musim kemarau. Penambahan bahan organik pada hamparan blok dilakukan agar terjadi perbaikan agregat tanah sehingga dapat mengikat air serta hara lebih banyak.

KEADAAN UMUM

Letak Geografis dan Wilayah Administratif

Perkebunan kelapa sawit PT. Sari Lembah Subur-2 terletak di wilayah Kecamatan Ukui dan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Secara geografis lokasi PT. SLS terletak antara 0o7’12” – 0o1’48” Lintang Selatan dan antara 102o7’12” – 102o15’0” Bujur Timur. Perhubungan untuk mencapai daerah ini tergolong relatif mudah melalui jalan darat dari Pekanbaru (ibukota provinsi) ke arah selatan di Ukui (ibukota Kecamatan Ukui) berjarak + 150 km, ditempuh selama 3-4 jam perjalanan. Dari Ukui ke areal perkebunan melalui jalan minyak pengerasan batu dengan konsisi cukup baik, ditempuh sekitar setengah jam sampai di areal perkebunan.

Secara ekologis, wilayah PT. SLS berada di kawasan Sub- DAS Sungai Kerumutan dan Genduang yang merupakan anak Sungai Kampar, sehingga secara hidrologis kawasan tersebut masuk dalam DAS Kampar. Peta lokasi kebun PT Sari Lembah Subur-2 dapat dilihat pada Lampiran 1.

Keadaan Tanah dan Iklim

Curah hujan tahunan rata-rata di perkebunan PT SLS-2 selama sepuluh tahun terakhir (2000-2009) adalah 2 430 dengan rata-rata 95 hari hujan per-tahun, 9 bulan basah dan 1 bulan kering. Menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson, iklim di perkebunan ini dikelompokkan ke dalam tipe A, yaitu daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika. Data curah hujan selama periode 2000-2009 disajikan pada Tabel Lampiran 4.

Jenis tanah di perkebunan PT SLS-2 pada umumnya adalah tanah podsolik merah kuning dan tanah gambut. Bahan induk pembentuk tanah di daerah SLS-2 didominasi oleh batuan sedimen berupa batu pasir dan batu liat, dan sebagian lagi oleh endapan aluvium dan bahan organik dari sisa-sisa vegetasi. Pada beberapa lokasi terdapat cekungan (backswamp, rawa pedalaman) yang senantiasa menggenang dengan kondisi drainase terhambat sampai sangat terhambat. Tanah pada perkebunan ini bereaksi sangat masam dengan pH (4,5-5,0). Kesesuaian

lahan aktual untuk tanaman kelapa sawit sebagian besar lahan di areal perkebunan PT SLS-2 tergolong Kelas S2 (cukup sesuai) dan S3 (sesuai marjinal). Kelas S2 dengan pembatas retensi hara (pH masam), sedangkan kelas S3 dengan pembatas utama lereng agak curam sampai curam, tekstur agak kasar, drainase terhambat, retensi hara (pH masam dan KTK rendah), gambut sedang serta bahaya banjir/genangan. Sebagian besar kebun inti I (Kampar) khususnya OS memiliki topografi datar sedikit bergelombang dengan lereng 1-3%.

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

PT Sari Lembah Subur -2 memiliki areal konsesi seluas 15 000 ha yang terdiri dari kebun inti I (Kampar) seluas 2 000 ha, kebun inti II (Tanglo dan Kerumutan) seluas 5 000 ha, kebun plasma seluas 8 000 ha. Saat ini kebun inti Kerumutan dipecah, afdeling OP dan OO disatukan ke kebun inti Tanglo sedangkan afdeling OS dan OT ke kebun inti Kampar.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Perkebunan PT Sari Lembah Subur dipimpin oleh seorang administratur yang bertanggung jawab kepada direksi atas pengelolaan unit usaha yang meliputi tanaman , pabrik, teknik, dan administrasi. Seluruh Operasional akan didukung oleh bagian administrasi (gudang, HRGA dan finance), bagian SHE (Safety Health Environment), bagian CD (Community Development), bagian tanaman (afdeling), bagian HPT (hama penyakit tanaman) dan bagian teknik (infrastruktur).

Kepala kebun bertugas mengkoordinasikan afdeling dalam unit usaha dalam rangka pengelolaan tanaman dan produksi serta bertanggung jawab langsung atas pengelolaan teknik di lapangan serta produksi. Dalam pelaksanaan kerjanya kepala kebun dibantu oleh beberapa asisten (kepala afdeling). Kepala afdeling bertanggung jawab langsung kepada kepala kebun dan administratur atas pelaksanaan kerja di afdeling yang dipimpinnya. Dalam pelaksanaan tugas sehari- hari kepala afdeling dibantu oleh mandor I atas pelaksanaan kerja di kebun dan kerani afdeling atas pelaksanaan administrasi di afdeling. Mandor I dibantu oleh beberapa mandor yang langsung mengawasi pelaksanaan kerja di lapangan. Mandor membuat laporan harian yang diserahkan kepada kerani afdeling.

Kepala teknik bertanggung jawab dalam pengelolaan sarana dan prasarana kebun seperti perbengkelan, transportasi, infrastruktur dan bangunan. Dalam pelaksanaan tugasnya kepala teknik dibantu oleh asisten-asisten, yaitu asisten teknik, asisten perencanaan dan pengendalian, asisten transportasi dan infrastruktur jalan, dan asisten bengkel. Dalam pengawasan kerja di lapangan, setiap asisten dibantu seorang mekanik I dan beberapa mekanik II.

Kepala pabrik bertanggung jawab dalam pengolahan TBS dari penerimaan buah hingga menghasilkan CPO. Pelaksanaan tugas kepala pabrik dibantu oleh dua asisten proses dan asisten pemeliharaan. Asisten dibantu oleh mandor I dan mandor dalam pengawasan kerja di pabrik.

Kepala CDO (Community Development Officer), petugas pengembangan masyarakat bertanggung jawab atas kondisi di lingkungan kebun (internal) dan di lingkungan sekitar perusahaan (eksternal) yaitu hubungan dengan pemerintahan setempat, masyarakat sekitar dan permasalahan keamanan yang terjadi di

perusahaan. Dalam pelaksanaan tugasnya kepala CDO dibantu oleh beberapa komandan regu dan satuan pengamanan yang ditempatkan di pos-pos penting.

Kepala tata usaha bertanggung jawab dalam bagian administrasi. Kepala tata usaha dibantu oleh kepala bagian personalia dan umum, kepala bagian keuangan dan kepala gudang. Dalam pelaksanaan tugasnya kepala bagian dibantu oleh seorang kerani I dan beberapa kerani II. Staf lainnya yaitu kepala bagian penelitian dan pengembangan, Safety and Health Environment, dan tenaga medis berkoordinasi langsung di bawah administratur. Pelaksanaan tugas staf tersebut merupakan pekerjaan khusus untuk meningkatkan kualitas perusahaan. Pembagian karyawan berdasarkan jabatan dan pekerjaan dapat dilihat Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Karyawan di PT SLS-2, Pelalawan, Riau Tahun 2010

Sumber : Bagian Personalia PT SLS

No. Jabatan Jumlah

1. Staf

- Administratur 1

- Kepala Tata Usaha 1

- Kepala Kebun 2

- Kepala pabrik 2

- Kepala Teknik 1

- Kepala Community Development Officer (CDO) 1

- Staf SHE (Keamanan Kesehatan Lingkungan) 1

-Staf Plan and Control (CSA) 1

- Kepala gudang 1

- Asisten Afdeling 14

- Asisten pabrik 6

- Asisten bagian operasional 1

- Asisten bagian Plan and Control 1

- Asisten bagian Support 1

- Asisten Community Development (Pengembangan Masyarakat)

1

- Asisten Proteksi Tanaman 1

- PIC PMS (Plantation Management System) 1

- Asisten SHE 1

- Asisten R & D 1

2. Golongan Harian Tetap (non-staf) 954

3. Pekerja Harian Lepas Borongan 694

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di SLS-2 adalah varietas Tenera (Dura x Psifera) yang berasal dari Marihat. Tanaman kelapa sawit yang terdapat di kebun inti (Kampar dan Tanglo) sebagian besar merupakan tanaman menghasilkan dengan tahun tanam antara 1987 hingga 2002. Data populasi tanaman kelapa sawit kebun inti tiap tahun disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit tiap Tahun Tanam di SLS-2

Sumber : Kantor Besar SLS (Mei, 2010)

Dari Tabel 2 dapat dihitung rata-rata jumlah pokok/ha (SPH) untuk SLS-2 yaitu 125 pokok/ha, padahal berdasarkan perhitungan dengan jarak tanam 9m x 9m x 9m maka akan dihasilkan SPH 142 pokok/ha. Jadi populasinya 88% dari yang seharusnya. Hal ini disebabkan oleh jarak tanam yang kurang tepat serta banyak tanaman yang mati akibat penyakit. Kondisi tanaman kebun inti khususnya afdeling OS (Kampar) banyak mengalami serangan penyakit busuk

Tahun tanam

Kampar Tanglo

Luas Jumlah pokok Luas Jumlah pokok

(ha) (pokok) (ha) (pokok)

1987 441,39 56012 1988 360,36 45799 1989 342,62 44161 1990 169,31 20151 1991 238,09 29290 1992 159,90 20578 83,44 9417 1993 333,03 42133 737,71 91292 1994 98,21 12085 1147,39 146524 1995 386,52 47291 965,04 114096 1996 392,47 49604 208,71 23794 1997 749,17 75589 101,57 8673 1998 215,85 27345 272,11 13397 1999 142,29 19664 2000 26,52 3546 2001 341,03 53652 2002 23,42 5455 Total 4420,18 552355 3515,97 407193 Pokok/ha 124,96 115,81

pangkal batang yang disebabkan jamur Ganoderma sp. hingga beberapa pokok kelapa sawit mengalami kematian.

Produksi tandan buah segar (TBS) untuk tahun 2010 pada kebun inti mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Data produksi

Dokumen terkait