• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis

Teori merupakan seperangkat konsep, definisi, proporsisi dan variabel yang berhubungan satu sama lain secara sistematis dan memiliki umum sehingga mereka dapat menjelaskan dan memprediksi fenomena/fakta tertentu (Cooper dan William, 1999:12). Landasan teori sangat penting dalam sebuah penelitian guna mengembangkan masalah yang mungkin di temui pada penelitian. Tanpa adanya landasan teori, penelitian dan metode yang digunakan tidak akan berjalan lancar.

2.1.1 Teori keagenan (agency theory)

Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham, sehingga pihak manejemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang saham.

Jensen dan Meckling (1976:305) menjelaskan an agency relationship as a contract under which one or more persons (the principal(s)) engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent. If both parties to the relationship are utility maximizers, there is good reason to believe that the agent will not always act in the best interests of the principal.

Masalah keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari seratus persen (Masdupi, 2005:56).

Dengan proporsi kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk

Universitas Sumatera Utara

15 memaksimumkan perusahaan. Inilah yang nantinya akan menyebabkan biaya keagenan (agency cost).

Jensen dan Meckling (1976:360) mendefinisikan agency cost as the sum of the monitoring expenditures by the principal, the bonding expenditures by the agent, and the residual loss. However, it is generally impossible for the principal or the agent at zero cost to ensure that the agent will make optimal decisions from the principal’s viewpoint. In most agency relationships the principal and the agent will incur positive monitoring and bonding costs (non-pecuniary as well as pecuniary), and in addition there will be some divergence between the agent’s decisions and those decisions which would maximize the welfare of the principal.

Menurut teori keagenan, konflik antara prinsipal dan agen dapat dikurangi dengan mensejajarkan kepentingan antara prinsipal dan agen.

Kehadiran kepemilikan saham oleh manajerial (insider ownership) dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yang berpotensi timbul, karena dengan memiliki saham perusahaan diharapkan manajer merasakan langsung manfaat dari setiap keputusan yang diambilnya. Proses ini dinamakan dengan bonding mechanism, yaitu proses untuk menyamakan kepentingan manajemen melalui program mengikat manajemen dalam modal perusahaan.

Menurut Bathala, dkk (1994:38), some ways to decrease agency conflict such as positive relationship between growth and managerial ownership, increase insider ownership, earning after tax, and institutional holdings.

Sedangkan dalam penelitian Masdupi (2005:69) dikemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan dalam mengurangi masalah keagenan. Pertama, dengan meningkatkan insider ownership. Perusahaan meningkatkan bagian kepemilikan manajemen untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang

Universitas Sumatera Utara

16 saham. Dengan meningkatkan persentase kepemilikan, manajer menjadi termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham.

Kedua, dengan pendekatan pengawasan eksternal yang dilakukan melalui penggunaan hutang. Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan saham sehingga meminimalisasi biaya keagenan ekuitas, tetapi perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayarkan beban bunga secara periodik. Selain itu penggunaan hutang yang terlalu besar juga akan menimbulkan konflik keagenan antara shareholders dengan debtholders sehingga memunculkan biaya keagenan hutang.

Ketiga, institutional investor sebagai monitoring agent. Menurut Moh’d, dkk. (1998:50) explains that stock distribution to outsiders can reduce agency costs. This is because ownership is a source of power that can be used to support or challenge the existing management, thus the concentration or even distribution of power is a relevant issue within the company.

2.1.1.1 Teori sinyal (signaling theory)

Teori yang mendasari Nilai perusahaan adalah signaling theory (teori sinyal). Signalling theory merupakan suatu tindakan yang diambil oleh manajemen suatu perusahaan yang akan memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen menilai prospek perusahaan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

17 Isyarat atau signal adalah tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan dimana manajemen mengetahui informasi yang lebih lengkap dan akurat mengenai internal perusahaan dan prospek perusahaan di masa depan daripada pihak investor, sehingga manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada para stakeholder.

Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti publikasi laporan keuangan.

Manajer pada umumnya termotivasi untuk menyampaikan informasi yang baik mengenai perusahaannya ke publik secepat mungkin, misalnya melalui jumpa pers. Namun pihak diluar perusahaan tidak tahu kebenaran dari informasi yang disampaikan tersebut. Jika manajer dapat memberi sinyal yang meyakinkan, maka publik akan terkesan dan hal ini akan terefleksi pada harga sekuritas. Jadi dapat disimpulkan karena adanya asymetric information, pemberian sinyal kepada investor atau publik melalui keputusan-keputusan manajemen menjadi sangat penting (Atmaja, 2008:14).

Perangin-angin dan Fauzie (2013:154) melihat adanya beberapa perusahaan sektor pertambangan yang melakukan penambahan jumlah saham yang baru dalam jumlah yang besar sehingga mempengaruhi nilai pasar saham. Penambahan saham baru tidak selalu direspon positif, karena hal tersebut juga dapat direspon negatif oleh investor yang menganggap bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan sehingga investor tidak mau menahan sahamnya dalam waktu yang relatif lama.

Universitas Sumatera Utara

18 2.1.2 Optimal Capital Structure

Optimal Capital Structure merupakan perpaduan terbaik antara

hutang, saham preferen, dan saham biasa dengan tujuan untuk memaksimalkan harga saham perusahaan dengan meminimalkan biaya modal. Optimal Capital Structure diukur berdasarkan WACC (Weighted Average Cost of Capital) dimana semakin rendah WACC maka Nilai perusahaan semakin meningkat.

2.1.2.1 Teori MM tanpa pajak

Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka yaitu:

a. tidak terdapat agency cost.

b. tidak ada pajak.

c. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan.

d. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan.

e. Tidak ada biaya kebangkrutan.

f. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang.

g. Para investor adalah price-takers.

Universitas Sumatera Utara

19 h. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market

value).

Dengan asumsi-asumsi tersebut, MM mengajukan dua preposisi yang dikenal sebagai preposisi MM tanpa pajak.

Dokumen terkait