• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam dokumen PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG BAYAM MERAH (Halaman 22-40)

Ikan Mas Koki (Carassius auratus)

Dari berbagai jenis ikan hias yang beredar di Indonesia, ikan mas koki merupakan jenis ikan hias yang dominan. Hal tersebut terkait dengan kelebihannya, yaitu harganya yang relatif murah, bentuk siripnya yang indah, kepalanya yang menyerupai kepala singa, serta tubuhnya yang dilapisi aneka warna dengan gerakannya yang semampai telah memikat hati para penggemarnya.

Ikan mas koki berasal dari China, namun saat ini telah tersebar luas di Indonesia (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2007).

Di negeri matahari terbit, ikan mas koki terus mengalami perkembangan pesat sehingga menghasilkan bentuk yang lebih bervariatif seperti saat ini. Dari negeri Sakura, ikan mas koki mulai menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Umumnya, bentuk tubuh ikan mas koki unik, bermata besar agak menonjol ke luar dan warna sisik yang menarik. Ikan mas koki tergolong mudah dipelihara karena sifatnya cukup adaptif terhadap lingkungan yang baru. Tak mengherankan jika ikan mas koki dengan berbagai varietasnya tersebar di seluruh dunia (Bachtiar, 2002).

Ikan mas koki merupakan ikan hias air tawar yang hidup di perairan dengan air yang mengalir tenang serta berudara sejuk. Ikan ini merupakan hewan omnivora dan bukan hewan kanibal sehingga dapat dipelihara secara koloni dalam satu lingkungan pemeliharaan (Iskandar dan Sitanggang, 2003).

Sumber : Sitorus, 2015

Gambar 2. Ikan Mas Koki (Carassius auratus)

Menurut Kottelat et al. (1993), klasifikasi ikan mas koki berdasarkan taksonomi digolongkan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Sub kelas : Teleostei Ordo : Clupeiformes Sub ordo : Cyprinoidea Famili : Cyprinidae Genus : Carassius

Spesies : Carassius auratus

Ikan Mas koki (Carassius auratus) pertama kali dibudidayakan oleh masyarakat Cina pada tahun 960-1729. Awalnya bentuk ikan mas koki seperti ikan Mas (Cyprinus carpio L.), bedanya ikan mas koki tidak memiliki sepasang sungut di mulutnya (Bachtiar, 2002). Pada masa dinasti Ming (tahun 1368-1644), popularitas ikan mas koki mulai menanjak. Di sinilah bermunculan ikan mas koki

dengan bentuk tubuh yang bervariasi dan unik. Perkembangan ikan mas koki kemudian merambah hingga ke negeri Jepang (Sejati, 2011).

Menurut Liviawaty dan Afrianto (1990), semenjak pertama kali ditemukan hingga dipelihara orang, sampai sekarang terdapat kurang lebih 15 macam mas koki yang telah dikenali dan digemari oleh masyarakat, yaitu : Mutiara, Sukiyu, Red head, Ekor Kipas, Kaliko, Spencer, Teleskop, Tosakin, Lion head, Tosa, Black moor, Bulldog, Rancu, Buble eye, dan Celestial.

Salah satu jenis ikan mas koki yang populer adalah Ikan mas koki varietas Oranda (Spencer). Ikan ini memiliki keunikan yang terletak pada kepalanya yang berjambul dan memiliki sirip punggung (Iskandar dan Sitanggang, 2003).

Ikan mas koki memiliki bentuk tubuh yang unik dan sisik yang sangat menarik. Ikan mas koki tergolong ke dalam jenis ikan yang mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru. Bentuk tubuh ikan mas koki agak memanjang dan pipih tegak (compressed) dan mulutnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Bagian ujung mulut memiliki dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan yang tersusun dari tiga baris. Gigi geraham secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas koki ditutupi oleh sisik yang berukuran relatif kecil (Fajrin et al., 2012).

Ciri-ciri morfologi ikan mas koki adalah sebagai berikut : ikan mas koki memiliki sirip punggung (dorsal) memanjang dan bagian belakangnya berjari tulang keras. Sementara itu, sirip ketiga dan keempatnya bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip dubur (anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung, yakni berjari tulang keras dan bergerigi dan seluruh bagian siripnya berbentuk rumbai-rumbai atau panjang.

Garis rusuk atau gurat sisi (linnea lateralis) pada ikan mas koki tergolong lengkap, berada di pertengahan tubuh dengan posisi melentang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Wahyuningsih dan Barus, 2007).

Ikan mas koki memiliki bentuk tubuh pendek dan bulat, mata lebar dan besar, bersirip, dan di sisi tubuhnya terdapat gurat sisi yang mempunyai lembaran insang. Insang yang berfungsi sebagi alat pernafasan. Dari insang ikan koki dapat memperoleh oksigen dengan cara menghisap melalui mulutnya kemudian menyaringnya dengan lembaran insang. Oksigen yang masuk dalam tubuh ikan akan bersama dengan air dan dibawa oleh aliran darah. Maka dari itu, apabila kualitas air dalam pemeliharan ikan mas koki tercemar maka akan mempengaruhi kandungan karbondioksida dan kotoran lainnya akan dibebaskan oleh bagian belakang lembaran insang tersebut (Aceh, 2018).

Makanan dan Kebiasaan Makan

Dalam kegiatan budidaya perikanan, baik pada tahap kegiatan pembenihan maupun pembesaran, pakan merupakan salah satu faktor produksi yang penting untuk menunjang keberhasilan kegiatan tersebut. Pakan yang dibutuhkan harus mempunyai mempunyai formula yang lengkap, mengandung bahan-bahan yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan mempertahankan sintasan kultivan yang pada ahirnya dapat meningkatkan produktivitas dan keuntungan (Sutikno, 2011).

Bagi ikan, pakan tidak hanya berfungsi sebagai “penyambung” hidup.

Namun, gizi yang terkandung di dalamnya juga dibutuhkan untuk pertumbuhan.

Kandungan gizi yang harus terdapat dalam pakan antara lain protein, lemak (lipid), karbohidrat, vitamin, dan mineral. Protein diperlukan ikan untuk pertumbuhan dan mengganti sel yang rusak. Lemak dan karbohidrat sebagai

sumber energi, sementara vitamin dan mineral membantu proses metabolisme, mengatur proses fisiologi, membentuk enzim, dan menunjang kesehatan ikan (Bachtiar, 2003).

Ada dua jenis pakan berdasarkan pembuatannya, yaitu pakan alami dan buatan. Pakan alami adalah organisme hidup, baik hewan maupun tumbuhan, yang dapat dikonsumsi oleh ikan. Sedangkan, pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan pembuatannya, yang didasarkan pada kebutuhan nutrien ikan, kualitas bahan baku, dan nilai ekonomisnya (Liviawaty dan Afrianto, 1990).

Semua hewan membutuhkan waktu tertentu untuk mencerna makanan yang ada di dalam lambungnya. Pada ikan mas koki, waktu yang dibutuhkan untuk mencerna makanan dalam lambungnya berkisar antara 3-4 jam.

Berdasarkan kenyataan ini, agar makanan yang diberikan dapat dikonsumsi lebih banyak, sebaiknya mas koki baru diberi makanan berikutnya setelah 3-4 jam kemudian. Dengan demikian, frekuensi makanan pada mas koki dapat dilakukan sebanyak 6-8 kali dalam sehari semalam, namun untuk mudahnya petani hanya memberikan makan 2-3 kali dalam sehari semalam. Alternatif lain yang dianggap cukup baik adalah memberikan makanan berupa kombinasi antara makanan buatan dan alami. Makanan buatan diberikan pada siang hari dan makanan alami diberikan pada malam hari dengan jumlah lebih banyak. Berdasarkan pertimbangan tertentu, beberapa petani sengaja memberikan makanan buatan kepada mas koki yang dipelihara. Ukuran dari makanan buatan harus disesuaikan dengan lebar mulut mas koki. Mas koki kecil umumnya diberi makanan berupa

larutan, semakin besar ukurannya semakin bertambah besar pula ukuran makanan buatan yang diberikan (Liviawaty dan Afrianto, 1990).

Ikan mas koki merupakan ikan pemakan segala atau omnivora. Pakan yang biasa diberikan untuk pembesaran ikan mas koki yaitu pelet (Syaifudin, 2004).

Kualitas pakan sangat menentukan keindahan warna sebagai daya tarik sehingga banyak upaya yang dilakukan dengan menambahkan zat pigmen yang mengandung karoten dalam pakan buatan. Pemberian pakan berdasarkan jumlah ikan (bobot biomassa) dengan kisaran 3-5% per hari, dan frekuensi pemberiannya 2-3 kali per hari disesuaikan dengan kondisi ikan dan media air pemeliharaannya (Noviyanti, 2014).

FCR (Feed Convertion Ratio)

Pakan merupakan sumber energi yang dibutuhkan organisme untuk dapat hidup, tumbuh, dan berkembang. Pada kondisi lingkungan yang optimal, pertumbuhan ikan ditentukan oleh jumlah dan mutu pakan yang dikonsumsi.

Pakan yang baik adalah pakan yang mempunyai harga yang murah dan mutu yang baik. Mutu pakan yang baik harus ada keseimbangan antara protein, energi, vitamin, mineral, dan air (Agustin et al., 2014). Pemberian pakan yang berlebihan dapat mengakibatkan pencemaran dan pakan tidak terkonsumsi sehingga pengelolaan pakan tidak efektif dan efisien (Saputra et al., 2018).

Menurut Fitro et al. (2015), konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam waktu tertentu. Dengan kata lain, nilai konversi pakan dapat dinyatakan sebagai ukuran efisiensi pakan yaitu menggambarkan tingkat kemampuan organisme untuk mengubah pakan menjadi sejumlah produksi dalam satuan tertentu.

Sedangkan menurut Rasyaf (2007), konversi pakan merupakan perbandingan antara pakan yang diberikan dengan bobot badan yang diperoleh.

Konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang diberikan dengan jumlah bobot ikan yang dihasilkan. Semakin kecil nilai konversi pakan, berarti tingkat efisiensi pemanfaatan pakan lebih baik. Begitu pula sebaliknya, apabila konversi pakan besar, maka tingkat efisiensi pemanfaatan pakan kurang baik. Dengan demikian, konversi pakan menggambarkan tingkat efisiensi pemanfaatan pakan yang dicapai (Iskandar dan Elrifadah, 2015).

Konversi pakan dipengaruhi oleh daya serap nutrisi pakan oleh saluran pencernaan. Saluran pencernaan ikan mengandung mikroorganisme yang membantu penyerapan nutrisi (Ardita et al., 2015).

Pertumbuhan Ikan

Pertumbuhan merupakan proses biologis yang kompleks di mana banyak faktor yang mempengaruhinya. Pertumbuhan dipengaruhi faktor dalam dan luar.

Faktor dalam diantaranya adalah keturunan, jenis kelamin dan umur. Sedangkan faktor luar yang mempengaruhi antara lain: makanan dan suhu. Akan tetapi, di daerah tropis, makanan adalah faktor yang lebih penting. Pola pertumbuhan ikan ada dua macam, yaitu: pertumbuhan isometrik dan alometrik. Pertumbuhan ikan membentuk pola isometrik apabila pertumbuhan panjang seimbang dengan pertumbuhan berat. Pola alometrik apabila pertumbuhan berat tidak seimbang dengan pertumbuhan panjang (Fajarwati, 2006).

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam satu ukuran waktu, sedangkan bagi populasi adalah pertambahan jumlah. Pertumbuhan merupakan proses biologi yang kompleks, di mana banyak faktor yang

mempengaruhinya, seperti kualitas air, ukuran, umur, jenis kelamin, ketersediaan organisme-organisme makanan, serta jumlah ikan yang memanfaatkan sumber makanan yang sama. Pola pertumbuhan terdiri atas dua macam, yaitu pola pertumbuhan isometrik dan alometris. Pertumbuhan isometris adalah perubahan terus menerus secara proporsional antara panjang dan berat dalam tubuh ikan.

Pertumbuhan alometrik adalah perubahan yang tidak seimbang antara panjang dan berat dan dapat bersifat sementara (Sutrisna, 2011).

Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam meliputi sifat keturunan, ketahanan terhadap penyakit, dan kemampuan dalam memanfaatkan makanan, sedangkan faktor dari luar meliputi sifat fisika, kimia, dan biologi perairan. Faktor makanan dan suhu perairan merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah kandungan protein dalam pakan, sebab protein berfungsi membentuk jaringan baru untuk pertumbuhan dan menggantikan jaringan yang rusak (Hidayat et al., 2013).

Kandungan Pakan

Kualitas pakan pada hakekatnya adalah menentukkan sejauh mana pakan / pelet yang diberikan mempengaruhi pertumbuhan ikan (panjang dan berat).

Effendie (2002), menyatakan bahwa pertumbuhan adalah perubahan dimensi sel organ maupun makhluk hidup yang mengakibatkan pertambahan bobot atau panjang dalam waktu tertentu. Kordi (2006), menyatakan bahwa salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah kandungan nutrisi yang dikandung dalam pakan ikan yang diberikan. Kandungan nutrisi pakan akan mempengaruhi pertumbuhan ikan.

Pemberian pakan dilakukan untuk mengetahui pengaruh nutrisi bahan baku yang dibuat dengan mengamati pertumbuhan dan peningkatan warna ikan selama beberapa waktu. Dalam praktiknya, pakan diberikan kepada ikan dengan dosis 3-5% bobot ikan per hari. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Pemberian pakan dilakukan dengan syarat pakan termakan secara optimal. Saleh (2015), mengatakan bahwa fungsi dari makanan utamanya itu sendiri yaitu untuk pemeliharaan tubuh dan mengganti jaringan tubuh yang rusak, menunjang aktivitas metabolisme, serta untuk pertumbuhan secara reproduksi.

Sugiarto (2016), menyatakan bahwa kualitas pakan tidak hanya sebatas pada nilai gizi yang dikandungnya melainkan pada sifat fisik pakan, seperti kelarutannya, ketercernaanya, warna, bau, rasa, dan anti nutrisi yang dikandung.

Kualitas pakan juga dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan. Pemilihan bahan baku yang baik dapat dilihat berdasarkan indikator nilai gizi yang dikandungnya, kecernaannya (digestibility), dan daya serap (biovaibility). Pakan yang berkualitas akan mendukung tercapainya tujuan produksi yang optimal. Oleh karena itu, pengetahuan tentang nutrisi, gizi, komposisi, serta kualitas secara fisik perlu diketahui.

Warna pada Ikan

Warna merupakan salah satu parameter dalam penentuan nilai ikan.

Semakin cerah warna suatu jenis ikan, maka semakin tinggi nilainya. Perubahan warna yang sering terjadi adalah karena adanya perubahan jumlah sel pigmen.

Perubahan jumlah sel pigmen ini biasanya disebabkan oleh stres lingkungan,

kekurangan sinar matahari, kualitas air, penyakit, dan kurang pakan terutama kandungan pigmen dalam pakan (Said et al., 2005).

Warna yang indah pada ikan terjadi karena jumlah dan letak sel pigmen (kromatofor) pada lapisan epidermis. Ikan memiliki sel khusus penghasil pigmen, yaitu iridrosit dan kromatofor. Iridrosit merupakan sel cermin untuk memantulkan warna di luar tubuhnya. Kromatofor adalah sel-sel yang mengandung pigmen, meliputi pigmen hitam (melanofor), kuning (xanthofor), merah atau oranye (erythrofor), sel refleksi kemilau (iridofor), dan putih (leukofor). Tinggi dan rendahnya konsentrasi dan jumlah sel pigmen akan mempengaruhi tegas dan kaburnya warna. Perubahan jumlah sel pigmen dipengaruhi atau dikontrol oleh hormon pituitary dan adrenalin (yang disekresikan dari otak) secara khusus dan khas (Satyani, 2005).

Ikan hanya dapat mensintesis pigmen warna hitam dan putih. Sedangkan warna merah, oranye, dan kuning tidak dapat disintesis oleh tubuh ikan sehingga pembentukan warna pada ikan mas koki sangat bergantung pada jumlah karatenoid yang ada pada pakan seperti jagung (Sholichin et al., 2012).

Ada dua jenis pigmen yang berperan dalam pembentukan warna tubuh ikan, yaitu karoten dan melanin. Karoten membentuk warna kuning, oranye, dan merah, sedangkan melanin membentuk warna coklat sampai hitam. Jumlah pigmen pada tubuh ikan relatif stabil. Keuntungan lain dari penggunaan jenis pigmen ini adalah dapat membantu proses reproduksi dan meningkatkan proses metabolisme tubuh (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

Pigmentasi pada ikan dikendalikan oleh sistem saraf dan dua zat kimia yang dihasilkan oleh saraf, yaitu (1) epinefrin (adrenalin) merupakan

neurohormon yang dikeluarkan oleh organisme ketika terkejut atau takut sehingga menyebabkan butiran pigmen berkumpul di tengah sel dan menyebabkan hewan tersebut kehilangan warna, (2) asetilkolin adalah zat kimia yang dikeluarkan sel saraf menuju otot sehingga menyebabkan melanin menyebar dan mengakibatkan warna tubuh organisme menjadi gelap (Sitorus, 2015).

Bayam Merah (Amaranthus tricolor)

Bayam (Amaranthus spp.) merupakan tanaman semusim yang berasal dari daerah Amerika Tropis. Di Indonesia hanya dikenal dua jenis bayam budidaya, yaitu bayam cabut (Amaranthus tricolor) dan bayam kakap (Amaranthus hybridus). Bayam kakap disebut juga sebagai bayam tahun, bayam turus, atau bayam bathok, dan ditanam sebagai bayam petik. Bayam cabut terdiri dari dua varietas, yang salah satunya adalah bayam merah (Setiawan et al., 2017).

Bayam (Amaranthus spp.) termasuk dalam tanaman pangan yang serbaguna yang tahan terhadap perubahan lingkungan baik stress biotik maupun abiotik sehingga mudah dibudidaya (Khanam dan Oba, 2013). Daun bayam mengandung senyawa protein, karotenoid, vitamin C, mineral dan serat; fenolik dan flavonoid : vitamin A (Amin et al., 2006; Khandaker et al., 2010; Khanam dan Oba, 2013). Tanaman bayam merah memiliki warna daun merah karena adanya pigmen merah yang termasuk senyawa fenolik yaitu antosianin (Amin et al., 2006). Menurut Khandaker et al. (2010), daun dewasa bayam merah mengandung betasianin yang memberi warna merah-ungu. Pembentukan betasianin dipengaruhi oleh cahaya dan hormon tanaman.

Bayam merupakan tanaman yang berbentuk perdu dan tingginya dapat mencapai ± 1,5 meter. Bayam merah memiliki ciri-ciri berdaun tunggal, ujung runcing, lunak, dan lebar. Batangnya lunak dan berwarna putih kemerah-merahan.

Bunga bayam merah ukurannya kecil mungil dari ketiak daun dan ujung batang pada rangkaian tandan. Buahnya tidak berdaging, tetapi bijinya banyak, sangat kecil, bulat, dan mudah pecah. Tanaman ini memilki akar tunggang dan berakar samping. Akar sampingnya kuat dan agak dalam (Sunarjono, 2014).

Bayam merah dapat tumbuh sepanjang tahun, baik di dataran rendah maupun tinggi. Oleh karena itu, tanaman ini dapat ditaman di kebun dan pekarangan rumah. Bayam merah biasa ditanam di tegalan. Waktu tanam yang baik ialah awal musim hujan atau pada awal musim kemarau. Bayam merah akan tumbuh dengan baik bila ditanam pada tanah dengan derajat keasaman (pH tanah) sekitar 6-7. Bila pH kurang dari 6, tanaman bayam merah akan merana.

Sementara itu, pada pH di atas 7, tanaman bayam merah akan mengalami klorosis, yaitu timbul warna putih kekuning-kuningan, terutama pada daun yang masih muda (Saparinto, 2013). Suhu udara yang dikehendaki sekitar 20-32 ºC. Tanaman ini banyak memerlukan banyak air sehingga paling tepat ditanam pada awal musim penghujan. Dapat ditanam pada awal musim kemarau pada tanah yang gembur dan subur. Dan dapat tumbuh pada tanah liat asalkan tanah tersebut diberi pupuk kandang yang cukup (Wibowo, 2015).

Bayam memiliki rasa yang hambar ketika dimakan. Namun, sayur bayam memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Dengan mengonsumsi sayur bayam, maka nutrisi dalam tubuh kita akan memberikan banyak perlindungan (Sulihandri, 2013).

Kandungan nutrisi yang lengkap dalam sayuran bayam dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Nutrisi pada 100 gram Bayam Merah

No Komponen Gizi Nilai Gizi Satuan

Sumber : Setiawan et al., 2017

Bayam merah selain mengandung nutrisi di atas, juga memiliki pigmen antosianin. Antosianin adalah pigmen merah keunguan yang menandai warna merah pada bayam merah. Dan antosianin berperan sebagai antioksidan (Lingga, 2010).

Haser (2015), menyatakan bahwa ß-karoten dari bayam merah yang ditambahkan ke dalam pakan buatan sebanyak 1.500 mg/kg pakan dapat meningkatkan karakteristik warna dan gradasi warna ikan mas koki.

Jagung (Zea mays)

Jagung merupakan hasil palawija yang memegang peranan penting dalam pola menu makanan masyarakat setelah beras. Ditinjau dari segi gizi, jagung merupakan bahan pangan sumber karbohidrat dan protein. Oleh karena itu, jagung berpotensi sebagai bahan pangan alternatif pengganti atau substitusi beras. Hal ini dapat dilihat bahwa masih ada beberapa daerah di Indoensia menjadikan jagung sebagai makanan pokok. Contohnya, di Sulawesi Utara, khususnya di Kabupaten Minahasa, beras jagung merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat setempat (Lalujan et al., 2017).

Selain jagung kuning, masih ada 2 warna lagi, pada jagung (Zea mays), yaitu jagung putih dan jagung merah. Di antara ketiga warna itu, jagung merah dan jagung putih jarang terlihat di Indonesia. Jagung kuning digunakan sebagai bahan baku penghasil energi, tetapi bukan sebagai bahan sumber protein karena kadar protein yang rendah (8,9%), bahkan defisien terhadap asam amino penting, terutama lisin dan triptofan (Saleh, 2015).

Murtidjo (2001), menyatakan bahwa sebagai sumber energi yang rendah serat kasarnya, sumber Xantophyll dan asam lemak yang baik, jagung kuning tidak diragukan lagi. Asam linoleat jagung kuning sebesar 1,6% yang merupakan kandungan tertinggi di antara kelompok biji-bijian. Kandungan nutrisi jagung diantaranya sebagai berikut :

1. Karbohidrat : 25%

2. Protein : 10%

3. Lemak : 1,3%

Jagung mengandung lemak dan protein yang jumlahnya tergantung pada umur dan varietas jagung tersebut. Pada jagung muda, kandungan lemak dan proteinnya lebih rendah bila dibandingkan dengan jagung yang tua. Selain itu, jagung juga mengandung karbohidrat yang terdiri dari pati, serat kasar, dan pentosan (Lalujan et al., 2017).

Pemberian pakan jagung dapat menyebabkan pertumbuhan pada ikan dikarenakan jagung mengandung cukup gizi dan serat kasar serta zat-zat lainnya yang membantu dalam pertumbuhan. Sedangkan jagung ragi, dalam proses peragiannya menyebabkan peningkatan protein karena terjadi sintesis protein dari non nitrogen (NPN) oleh sel yang berkembang. Pemberian pakan jagung ini sangat berguna untuk komposisi makanan ikan karena kandungan proteinnya lebih mudah dicerna (Murtidjo 2001).

Kualitas Air

Kualitas air merupakan salah satu parameter penentu pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Kualitas air optimum untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan mas koki dapat dilihat pada Tabel 2.

Ikan mas koki hidup di perairan tawar yang beriklim sejuk, biasanya dipeliharan di akuarium. Ikan hias ini cukup toleran terhadap kualitas air.

Meskipun demikian, pengontrolan air juga harus rutin dilakukan agar tidak mengganggu ketahanan hidup ikan tersebut. Oleh karena itu, ikan mas koki dapat dipelihara di seluruh wilayah Indonesia.

Tabel 2. Kualitas Air Optimum untuk Pertumbuhan Ikan Mas Koki

Parameter Kisaran

Suhu (oC) 23-29

DO (ppm) 5,0-8,0

pH 6,5-8,0

Amonia (ppm) 0,00-0,15

Nitrit (ppm) 0,00-0,10

Sumber : Sitorus, 2015

Suhu

Suhu menjadi faktor pembatas bagi kegiatan budidaya karena mampu mempengaruhi berbagai reaksi fisika dan kimia di lingkungan dan tubuh ikan.

Suhu terkait pula dengan parameter air lainnya, diantaranya adalah oksigen terlarut. Pada level suhu yang meningkat, kandungan oksigen berkurang karena proses metabolisme lebih cepat. Hal ini sesuai dengan hukum Van’t Hoff yang menyatakan bahwa setiap kenaikan suhu sebesar 10 oC akan meningkatkan kecepatan reaksi kimia dalam proses metabolisme organisme perairan hampir dua kali lipat (Praditia, 2009).

Suhu adalah variabel lingkungan penting untuk organisme akuatik karena suhu dapat mempengaruhi aktivitas makan ikan, metabolisme, gas (oksigen) terlarut, dan proses reproduksi ikan (Lubis, 2015).

Menurut Hukum Vant Hoffs dalam Barus (2004), kenaikan temperatur sebesar 10 oC (hanya pada kisaran temperatur yang masih ditolerir akan meningkat laju metabolisme dari organisme sebesar 2 kali lipat, meningkatnya laju metabolisme akan menyebabkan konsumsi oksigen meningkat, sementara di lain pihak dengan naiknya temperatur akan mengakibatkan kelarutan oksigen

dalam air menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan organisme air akan mengalami kesulitan untuk melakukan respirasi (Paramitha, 2014).

Peningkatan suhu dapat mempengaruhi metabolisme ikan sehingga terjadi pemecahan karotenoprotein menjadi protein dan karoten yang kemudian menghasilkan pigmen warna merah (Latscha, 1990 dalam Indarti et al., 2012).

Suhu ideal bagi ikan hias tropik berkisar antara 25 sampai 32 oC (Boyd, 1990).

Fluktuasi perubahan suhu direkomendasikan tidak lebih dari 5 oC, terutama dalam proses pergantian air atau proses transportasi (Noviyanti, 2014).

DO (Dissolved Oxygen)

Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan,

Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan,

Dalam dokumen PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG BAYAM MERAH (Halaman 22-40)

Dokumen terkait