• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG BAYAM MERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG BAYAM MERAH"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WARNA IKAN MAS KOKI (Carassius auratus)

SKRIPSI

SRI WULANDARI 150302065

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)

PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WARNA IKAN MAS KOKI (Carassius auratus)

SKRIPSI

SRI WULANDARI 150302065

Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(3)
(4)
(5)

i

SRI WULANDARI. Pengaruh Pemberian Tepung Bayam Merah (Amaranthus tricolor) dan Tepung Jagung (Zea mays) pada Pakan terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Warna Ikan Mas Koki (Carassius auratus). Dibimbing oleh ERI YUSNI.

Ikan Mas Koki (Carassius auratus) merupakan salah satu ikan hias air tawar yang banyak disukai pecinta ikan hias. Ikan ini disukai karena memiliki bentuk tubuh yang cenderung membulat serta warnanya yang indah. Untuk meningkatkan kualitas warna ikan mas koki dilakukan pemberian bahan pewarna alami pada pakan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian tepung bayam merah dan tepung jagung terhadap pertumbuhan dan kualitas warna ikan mas koki. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 1 kontrol masing-masing diulang sebanyak 3 kali.

Perlakuan yang dilakukan adalah penambahan tepung bayam merah 3% (PB), penambahan tepung jagung 3% (PJ), serta penambahan tepung bayam merah 1,5% dan tepung jagung 1,5% (PC). Penelitian ini dilakukan selama 42 hari pemeliharaan untuk mengetahui konversi pakan ikan, pertambahan berat, pertambahan panjang, kelulushidupan, peningkatan warna ikan, dan kualitas air sebagai penunjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan sumber karoten berpengaruh terhadap peningkatan kualitas warna ikan mas koki.

Peningkatan warna terbesar terdapat pada perlakuan penambahan tepung bayam merah (PB) dengan persentase sebesar 63,33%, sedangkan peningkatan warna terkecil terdapat pada perlakuan kontrol (K) dengan persentase sebesar 16,67%.

Kata Kunci : Bayam Merah, Ikan Mas Koki, Jagung, Warna

(6)

ii

SRI WULANDARI. The Effect of Giving Red Spinach Flour (Amaranthus tricolor) and Corn Flour (Zea mays) to Feeds on the Growth and Color Quality of Goldfish (Carassius auratus). Supervised by ERI YUSNI.

Goldfish (Carassius auratus) is one of the freshwater ornamental fish that is favored by many ornamental fish lovers. This fish is preferred because it has a body shape that tends to be rounded and has a beautiful color. To improve the color quality of goldfish, natural dyes are applied to the feeds. The purpose of this study was to determine the effect of giving red spinach flour and corn flour to the growth and color quality of goldfish. This study used a Completely Randomized Design (CRD) with 3 treatments and 1 control each repeated 3 times. The treatments were the addition of 3% red spinach flour (PB), the addition of 3%

corn flour (PJ), and the addition of 1.5% red spinach flour and 1.5% corn flour (PC). This research was carried out for 42 days of maintenance to determine the feed convertion ratio, weight gain, length increase, survival rate, increase in fish color, and water quality as a support. The results showed that the addition of carotene sources had an effect on improving the color quality of goldfish. The largest color increase was found in the addition of red spinach flour (PB) with a percentage of 63.33%, while the smallest color increase was found in the control treatment (K) with a percentage of 16.67%.

Keywords : Color, Corn, Goldfish, Red Spinach

(7)

iii

Penulis bernama Sri Wulandari lahir di Bunut pada tanggal 29 April 1997 yang merupakan putri dari Alm. Bapak Khairazy Munthe dan Ibu Sumiati. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Saudara perempuan bernama Sri Isnawati dan saudara laki-laki bernama Reza Fahlefi Munthe.

Pendidikan formal penulis ditempuh di SD Negeri No. 010083 Kisaran (2003-2009), SMP Negeri 2 Kisaran (2009-2012), SMA Negeri 1 Kisaran (2012-2015). Pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara melalui Jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dengan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

Penulis juga melakukan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) Reguler pada tahun 2018 yang ditempatkan di Desa Pematang Sungai Baru Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan. Kemudian pada tahun 2019 penulis mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Benih Ikan (BBI) Samosir.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis juga bergabung dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) sebagai anggota serta dalam organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Bola Voli.

Dalam rangka menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, penulis

melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Tepung Bayam

(8)

iv

dibimbing oleh Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc. dan diuji oleh Bapak Rusdi Leidonald,

S.P., M.Sc. dan Ibu Astrid Fauzia Dewinta, S.St.Pi., M.Si.

(9)

v

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Tepung Bayam Merah (Amaranthus tricolor) dan Tepung Jagung (Zea mays) pada Pakan terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Warna Ikan Mas Koki (Carassius auratus)”.

Dalam penulisan skripsi, penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik berupa material, informasi dan dalam segi administrasi. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibunda Sumiati, Bapak Adlin, Abangda Wahyu Darmawan, S.P., ayunda Sri Isnawati, adinda Reza Fahlefi Munthe, serta keluarga yang telah memberikan dorongan baik dari segi moril maupun materil.

2. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc selaku Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing yang telah memberikan dorongan kepada penulis.

3. Bapak Rusdi Leidonald, S.P., M.Sc. dan Ibu Astrid Fauzia Dewinta, S.St.Pi., M.Si. selaku Dosen Penguji penulis yang telah memberikan arahan berharga kepada penulis.

4. Ibu Ipanna Enggar Susetya, S.Kel., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis.

5. Seluruh staff pengajar dan pegawai di Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan.

(10)

vi

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Manajemen Sumberdaya Perairan dan Perikanan Budidaya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, April 2021

Penulis

(11)

vii

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 4

Kerangka Pemikiran ... 4

Tujuan Penelitian ... 6

Manfaat Penelitian ... 6

Hipotesis ... 6

TINJAUAN PUSTAKA Ikan Mas Koki (Carassius auratus) ... 7

Makanan dan Kebiasaan Makan ... 10

FCR (Feed Convertion Ratio) ... 12

Pertumbuhan Ikan ... 13

Kandungan Pakan ... 14

Warna pada Ikan ... 15

Bayam Merah (Amaranthus tricolor) ... 17

Jagung (Zea mays) ... 20

Kualitas Air ... 21

Suhu ... 22

DO (Dissolved Oxygen) ... 23

pH (Potential of Hydrogen) ... 24

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

Alat dan Bahan ... 25

Rancangan Percobaan ... 25

Prosedur Penelitian ... 26

Persiapan Alat ... 26

(12)

viii

Persiapan Pakan ... 27

Pemeliharaan Ikan ... 28

Pengumpulan Data ... 29

FCR (Feed Convertion Ratio) ... 29

Pertambahan Berat Ikan ... 29

Pertambahan Panjang Ikan ... 30

Survival Rate ... 30

Peningkatan Warna Ikan ... 31

Kualitas Air ... 32

Analisis Data ... 32

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 33

FCR (Feed Convertion Ratio) ... 33

Pertambahan Berat Ikan ... 35

Pertambahan Panjang Ikan ... 37

Survival Rate ... 40

Peningkatan Warna Ikan ... 41

Kualitas Air ... 42

Pembahasan ... 43

FCR (Feed Convertion Ratio) ... 43

Pertambahan Berat Ikan ... 44

Pertambahan Panjang Ikan ... 45

Survival Rate ... 47

Peningkatan Warna Ikan ... 48

Kualitas Air ... 50

Suhu ... 50

DO (Dissolved Oxygen) ... 51

pH (Potential of Hydrogen) ... 52

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 53

Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

ix

No Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 5

2. Ikan Mas Koki (Carassius auratus) ... 8

3. Toca Color Finder (TCF) yang Telah Dimodifikasi ... 31

4. Konversi Pakan Ikan Mas Koki ... 35

5. Pertambahan Berat Ikan Mas Koki ... 37

6. Pertambahan Panjang Ikan Mas Koki ... 39

7. Tingkat Kelulushidupan Ikan Mas Koki ... 41

8. Persentase Peningkatan Warna Ikan Mas Koki ... 42

(14)

x

No Teks Halaman

1. Kandungan Nutrisi pada 100 gram Bayam Merah ... 19

2. Kualitas Air Optimum untuk Pertumbuhan Ikan Mas Koki ... 22

3. Kategori Panelis ... 31

4. Kategori Warna Berdasarkan Toca Color Finder (TCF) ... 32

5. Konversi Pakan Ikan Mas Koki ... 33

6. Analisis Ragam (ANOVA) Konversi Pakan Ikan Mas Koki ... 34

7. Rata-rata dan Standart Error Konversi Pakan Ikan Mas Koki ... 34

8. Pertambahan Berat Ikan Mas Koki ... 35

9. Analisis Ragam (ANOVA) Pertambahan Berat Ikan Mas Koki ... 36

10. Rata-rata dan Standart Error Pertambahan Berat Ikan Mas Koki 36

11. Pertambahan Panjang Ikan Mas Koki ... 37

12. Analisis Ragam (ANOVA) Pertambahan Panjang Ikan Mas Koki 38

13. Rata-rata dan Standart Error Pertambahan Panjang Ikan Mas Koki 39

14. Tingkat Kelulushidupan Ikan Mas Koki ... 40

15. Peningkatan Warna Ikan Mas Koki ... 41

16. Kualitas Air Media Pemeliharaan Ikan Mas Koki ... 43

(15)

xi

No Teks Halaman

1. Denah Penempatan Akuarium yang Berisi Ikan Mas Koki dengan

Masing-masing Perlakuan ... 62

2. Daftar Nama Panelis ... 63

3. Perhitungan Pakan ... 64

4. Alat dan Bahan ... 66

5. Prosedur Penelitian ... 69

6. Peningkatan Warna Ikan ... 70

7. FCR (Feed Convertion Ratio) Ikan Mas Koki ... 73

8. Data Pengamatan Berat Ikan Mas Koki ... 76

9. Data Pertambahan Berat Ikan Mas Koki ... 80

10. Perhitungan Statistik Pertambahan Berat Ikan Mas Koki ... 83

11. Analisis Ragam (ANOVA) Pertambahan Berat Ikan Mas Koki ... 85

12. Data Pengamatan Panjang Ikan Mas Koki ... 87

13. Data Pertambahan Panjang Ikan Mas Koki ... 91

14. Perhitungan Statistik Pertambahan Panjang Ikan Mas Koki ... 94

15. Analisis Ragam (ANOVA) Pertambahan Panjang Ikan Mas Koki 96

16. Nilai Rata-rata Tingkat Kelulushidupan Ikan Mas Koki ... 98

17. Perhitungan Statistik Tingkat Kelulushidupan Ikan Mas Koki ... 99

18. Analisis Ragam (ANOVA) Tingkat Kelulushidupan Ikan Mas Koki 101

19. Data Pengamatan Warna Ikan Mas Koki ... 102

20. Perhitungan Statistik Peningkatan Warna Ikan Mas Koki ... 103

21. Analisis Ragam (ANOVA) Peningkatan Warna Ikan Mas Koki .. 106

22. Data Pengamatan Kualitas Air ... 107

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara perairan dengan potensi hasil perikanan cukup besar, baik dari komoditas konsumsi maupun nonkonsumsi. Salah satu komoditas nonkonsumsi yang berpengaruh terhadap sistem perekonomian masyarakat adalah ikan hias (Yuliani, 2013). Ekspor ikan hias diharapkan mampu menghasilkan devisa negara dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat perikanan, khususnya petani ikan hias (Mulyani, 2013).

Prospek bisnis ikan hias di Indonesia cukup cerah. Faktor pendukungnya adalah jenis ikan hias yang beragam, air cukup, lahan masih sangat luas dan iklim yang ada di Indonesia sangat cocok. Ikan hias air tawar saat ini tidak hanya diminati oleh pasar lokal, tetapi juga telah memasuki pasar ekspor. Angka ekspor dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dengan demikian, peluang ikan hias air tawar sebagai sumber devisa negara semakin terbuka lebar (Bachtiar, 2004).

Arulvasu et al. (2013), menyebutkan bahwa selain faktor fisiologi dan ekologi, estetika pada ikan hias juga dapat meningkatkan nilai komersil ekspor.

Warna pada suatu jenis ikan sangat mempengaruhi harga beli dari konsumen. Hal tersebut mempertegas bahwa ikan hias jenis mas koki yang memiliki estetika yang bagus dapat menambah nilai jualnya.

Ikan mas koki Carassius auratus merupakan salah satu ikan hias air tawar

yang banyak disukai pecinta ikan hias. Ikan ini disukai karena memiliki ciri fisik

yang menarik seperti bentuk tubuh yang cenderung membulat serta warnanya

yang indah. Selain itu ikan mas koki memiliki banyak jenis dan setiap jenis

memiliki ciri khas tersendiri. Harga ikan mas koki sangat beragam tergantung

(17)

pada jenis, ukuran, ciri khusus (bergantung pada jenis) dan kualitas ikan tersebut.

Salah satu penilaian kualitas ikan mas koki adalah warna tubuh.

Warna yang indah pada ikan terjadi karena jumlah dan letak sel pigmen (kromatofor) pada lapisan epidermis. Hewan akuatik tidak dapat mensintesis karotenoid dalam tubuhnya. Oleh karena itu, harus mendapatkan pigmen ini dari pakan (Amin et al., 2012). Penambahan bahan pakan yang mengandung pigmen dapat meningkatkan konsentrasi dan distribusi kromatofor pada jaringan kulit yang pada akhirnya akan meningkatkan kecerahan warna (Dahlia, 2014).

Sehingga warna pada ikan mas koki yang dibudidayakan sangat dipengaruhi oleh pakan yang diberikan pada masa pemeliharaan. Tepung bayam merah dan tepung jagung merupakan sumber betakaroten alami yang dapat meningkatkan kualitas dan kecerahan warna pada ikan hias.

Tanaman bayam merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai pewarna alami pada pangan. Warna merah pada bayam merah diduga merupakan pigmen betasianin yang dapat digunakan sebagai pewarna alami sekaligus bersifat antioksidan. Betasianin dapat digunakan sebagai pewarna alami dalam bentuk ekstrak (Yuliza, 2012). Dengan demikian, bayam merah dapat digunakan sebagai sumber ß-karoten yang kemudian diintegrasikan ke dalam pakan untuk membentuk karakteristik warna dan meningkatkan gradasi warna pada ikan mas koki (Saputra et al., 2017).

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia. Warna kuning yang

terdapat pada jagung dikarenakan kandungan karotenoid. Jagung kuning

mengandung karotenoid berkisar antara 6,4-11,3µg/g, 22% diantaranya beta-

karoten dan 51% xantofil. Pigmen xantofil yang utama adalah lutein dan

(18)

zeaxanthin (Suarni dan Widowati, 2011). Komposisi kimia jagung bervariasi antara varietas yang berbeda karena dipengaruhi oleh beberapa faktor genetis menyangkut spesies, varietas dan keturunan (Maesari, 2015).

Kualitas air berpengaruh terhadap proses metabolisme ikan mas koki.

Apabila kualitas air buruk dapat menyebabkan ikan menjadi stress, tidak sehat bahkan berakibat buruk pada kematian. Untuk itu perlu dilakukan manajemen kualitas air agar kualitas air tetap baik. Salah satu upaya manajemen kualitas air yaitu dengan melakukan pergantian air setiap harinya. Semakin banyak melakukan ganti air semakin baik pula kualitas air pemeliharaan ikan. Namun semakin banyak ganti air akan memicu stress pada ikan. Stress pada ikan hias berdampak negatif terhadap warna ikan. Oleh karena itu, untuk menjaga kualitas air tetap baik tetapi pergantian air yang dilakukan sedikit setiap harinya maka perlu digunakan filter pada media pemeliharaan. Salah satu filter yang dapat digunakan yaitu filter dalam air (Antono, 2010).

Berdasarkan penelitian terdahulu dari Saputra (2017), menyatakan bahwa perubahan warna yang terbaik ditunjukkan pada perlakuan P3 dengan dosis 4%, yaitu 40 gram tepung bayam merah dari 1 kg pelet. Sedangkan pada P4 yang dosisnya lebih tinggi 5% di dalam pakan, tidak memberikan peningkatan warna yang disebabkan oleh kandungan karotenoid. Sedangkan menurut Teuku (2015) dalam Koncara et al. (2018), melaporkan bahwa ekstrak bayam merah berupa ß- karoten dapat meningkatkan penampilan warna ikan mas koki yaitu pada dosis karotenoid 1.500 mg/kg pakan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, memberikan ketertarikan penulis untuk

melakukan suatu penelitian mengenai perbandingan pemberian tepung Bayam

(19)

Merah (Amaranthus tricolor) dan tepung Jagung (Zea mays) ke dalam pakan terhadap pertumbuhan dan kualitas warna Ikan Mas Koki (Carassius auratus).

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan nilai estetika ikan mas koki dari segi warna dan diikuti dengan meningkatnya permintaan terhadap ikan mas koki.

Rumusan Masalah

Ketersediaan pakan merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang keberhasilan kegiatan budidaya, baik itu pakan alami maupun pakan buatan.

Dalam hal ini, pakan yang diberikan diharapkan mengandung pigmen warna atau zat karoten yang cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan kualitas warna Ikan Mas Koki (Carassius auratus). Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan minat dan permintaan konsumen terhadap ikan tersebut. Sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pengaruh pemberian tepung bayam merah terhadap pertumbuhan, peningkatan warna, dan tingkat kelulushidupan ikan mas koki?

2. Bagaimanakah pengaruh pemberian tepung jagung terhadap pertumbuhan, peningkatan warna, dan tingkat kelulushidupan ikan mas koki?

3. Bagaimanakah pengaruh pemberian tepung bayam merah dan tepung jagung terhadap pertumbuhan, peningkatan warna, dan tingkat kelulushidupan ikan mas koki?

Kerangka Pemikiran

Ikan mas koki merupakan salah satu jenis ikan hias yang banyak dijumpai

di Indonesia. Banyak keunggulan yang dimiliki ikan mas koki, diantaranya

jenisnya yang cukup banyak, harganya yang relatif stabil dan terjangkau, proses

(20)

pemeliharaannya cukup mudah, nafsu makan yang tinggi membuat ikan ini responsif terhadap pakan tambahan, serta pertumbuhannya relatif cepat. Pada masing-masing jenis ikan mas koki memiliki bentuk kepala yang berbeda.

Perbedaan inilah yang menjadikan ikan mas koki memiliki keunikan dibandingkan dengan ikan hias lainnya. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Ikan mas koki memiliki warna dan bentuk tubuh yang unik sehingga banyak digemari masyarakat. Keunikannya inilah yang menyebabkan tingginya minat dan permintaan dari pecinta ikan mas koki. Namun, pemberian pakan dengan kandungan karoten yang kurang tepat menyebabkan warna ikan mas koki menjadi pudar. Hal ini meningkatkan ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian tentang perbandingan pemberian tepung bayam merah dan tepung jagung terhadap pertumbuhan dan kualitas warna ikan mas koki.

Ikan Mas Koki

Permintaan Masyarakat

Pertumbuhan Warna

Tingkat Kelulushidupan

Tepung Bayam Merah Tepung Jagung

Kualitas Air

Perbedaan Laju Pertumbuhan dan

Kualitas Warna Ikan Mas Koki

(21)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung bayam merah terhadap pertumbuhan, peningkatan warna, dan tingkat kelulushidupan ikan mas koki.

2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung jagung terhadap pertumbuhan, peningkatan warna, dan tingkat kelulushidupan ikan mas koki.

3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung bayam merah dan tepung jagung terhadap pertumbuhan, peningkatan warna, dan tingkat kelulushidupan ikan mas koki.

Manfaat Penelitian

Kajian mengenai peningkatan kualitas warna ikan mas koki yang diberi tepung bayam merah dan tepung jagung ke dalam pakan ikan diharapkan dapat meningkatkan daya tarik bagi masyarakat terhadap minat dan permintaan.

Memberikan informasi bagi pembaca serta menambah wawasan bagi pihak yang membutuhkannya.

Hipotesis

1. Tepung bayam merah dapat meningkatkan pertumbuhan, peningkatan warna, dan tingkat kelulushidupan ikan mas koki.

2. Tepung jagung dapat meningkatkan pertumbuhan, peningkatan warna, dan tingkat kelulushidupan ikan mas koki.

3. Tepung bayam merah dan tepung jagung dapat meningkatkan pertumbuhan,

peningkatan warna, dan tingkat kelulushidupan ikan mas koki.

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Mas Koki (Carassius auratus)

Dari berbagai jenis ikan hias yang beredar di Indonesia, ikan mas koki merupakan jenis ikan hias yang dominan. Hal tersebut terkait dengan kelebihannya, yaitu harganya yang relatif murah, bentuk siripnya yang indah, kepalanya yang menyerupai kepala singa, serta tubuhnya yang dilapisi aneka warna dengan gerakannya yang semampai telah memikat hati para penggemarnya.

Ikan mas koki berasal dari China, namun saat ini telah tersebar luas di Indonesia (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2007).

Di negeri matahari terbit, ikan mas koki terus mengalami perkembangan pesat sehingga menghasilkan bentuk yang lebih bervariatif seperti saat ini. Dari negeri Sakura, ikan mas koki mulai menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Umumnya, bentuk tubuh ikan mas koki unik, bermata besar agak menonjol ke luar dan warna sisik yang menarik. Ikan mas koki tergolong mudah dipelihara karena sifatnya cukup adaptif terhadap lingkungan yang baru. Tak mengherankan jika ikan mas koki dengan berbagai varietasnya tersebar di seluruh dunia (Bachtiar, 2002).

Ikan mas koki merupakan ikan hias air tawar yang hidup di perairan

dengan air yang mengalir tenang serta berudara sejuk. Ikan ini merupakan hewan

omnivora dan bukan hewan kanibal sehingga dapat dipelihara secara koloni dalam

satu lingkungan pemeliharaan (Iskandar dan Sitanggang, 2003).

(23)

Sumber : Sitorus, 2015

Gambar 2. Ikan Mas Koki (Carassius auratus)

Menurut Kottelat et al. (1993), klasifikasi ikan mas koki berdasarkan taksonomi digolongkan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Sub kelas : Teleostei Ordo : Clupeiformes Sub ordo : Cyprinoidea Famili : Cyprinidae Genus : Carassius

Spesies : Carassius auratus

Ikan Mas koki (Carassius auratus) pertama kali dibudidayakan oleh

masyarakat Cina pada tahun 960-1729. Awalnya bentuk ikan mas koki seperti

ikan Mas (Cyprinus carpio L.), bedanya ikan mas koki tidak memiliki sepasang

sungut di mulutnya (Bachtiar, 2002). Pada masa dinasti Ming (tahun 1368-1644),

popularitas ikan mas koki mulai menanjak. Di sinilah bermunculan ikan mas koki

(24)

dengan bentuk tubuh yang bervariasi dan unik. Perkembangan ikan mas koki kemudian merambah hingga ke negeri Jepang (Sejati, 2011).

Menurut Liviawaty dan Afrianto (1990), semenjak pertama kali ditemukan hingga dipelihara orang, sampai sekarang terdapat kurang lebih 15 macam mas koki yang telah dikenali dan digemari oleh masyarakat, yaitu : Mutiara, Sukiyu, Red head, Ekor Kipas, Kaliko, Spencer, Teleskop, Tosakin, Lion head, Tosa, Black moor, Bulldog, Rancu, Buble eye, dan Celestial.

Salah satu jenis ikan mas koki yang populer adalah Ikan mas koki varietas Oranda (Spencer). Ikan ini memiliki keunikan yang terletak pada kepalanya yang berjambul dan memiliki sirip punggung (Iskandar dan Sitanggang, 2003).

Ikan mas koki memiliki bentuk tubuh yang unik dan sisik yang sangat menarik. Ikan mas koki tergolong ke dalam jenis ikan yang mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru. Bentuk tubuh ikan mas koki agak memanjang dan pipih tegak (compressed) dan mulutnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Bagian ujung mulut memiliki dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan yang tersusun dari tiga baris. Gigi geraham secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas koki ditutupi oleh sisik yang berukuran relatif kecil (Fajrin et al., 2012).

Ciri-ciri morfologi ikan mas koki adalah sebagai berikut : ikan mas koki

memiliki sirip punggung (dorsal) memanjang dan bagian belakangnya berjari

tulang keras. Sementara itu, sirip ketiga dan keempatnya bergerigi. Letak sirip

punggung berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip dubur

(anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung, yakni berjari tulang keras dan

bergerigi dan seluruh bagian siripnya berbentuk rumbai-rumbai atau panjang.

(25)

Garis rusuk atau gurat sisi (linnea lateralis) pada ikan mas koki tergolong lengkap, berada di pertengahan tubuh dengan posisi melentang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Wahyuningsih dan Barus, 2007).

Ikan mas koki memiliki bentuk tubuh pendek dan bulat, mata lebar dan besar, bersirip, dan di sisi tubuhnya terdapat gurat sisi yang mempunyai lembaran insang. Insang yang berfungsi sebagi alat pernafasan. Dari insang ikan koki dapat memperoleh oksigen dengan cara menghisap melalui mulutnya kemudian menyaringnya dengan lembaran insang. Oksigen yang masuk dalam tubuh ikan akan bersama dengan air dan dibawa oleh aliran darah. Maka dari itu, apabila kualitas air dalam pemeliharan ikan mas koki tercemar maka akan mempengaruhi kandungan karbondioksida dan kotoran lainnya akan dibebaskan oleh bagian belakang lembaran insang tersebut (Aceh, 2018).

Makanan dan Kebiasaan Makan

Dalam kegiatan budidaya perikanan, baik pada tahap kegiatan pembenihan maupun pembesaran, pakan merupakan salah satu faktor produksi yang penting untuk menunjang keberhasilan kegiatan tersebut. Pakan yang dibutuhkan harus mempunyai mempunyai formula yang lengkap, mengandung bahan-bahan yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan mempertahankan sintasan kultivan yang pada ahirnya dapat meningkatkan produktivitas dan keuntungan (Sutikno, 2011).

Bagi ikan, pakan tidak hanya berfungsi sebagai “penyambung” hidup.

Namun, gizi yang terkandung di dalamnya juga dibutuhkan untuk pertumbuhan.

Kandungan gizi yang harus terdapat dalam pakan antara lain protein, lemak

(lipid), karbohidrat, vitamin, dan mineral. Protein diperlukan ikan untuk

pertumbuhan dan mengganti sel yang rusak. Lemak dan karbohidrat sebagai

(26)

sumber energi, sementara vitamin dan mineral membantu proses metabolisme, mengatur proses fisiologi, membentuk enzim, dan menunjang kesehatan ikan (Bachtiar, 2003).

Ada dua jenis pakan berdasarkan pembuatannya, yaitu pakan alami dan buatan. Pakan alami adalah organisme hidup, baik hewan maupun tumbuhan, yang dapat dikonsumsi oleh ikan. Sedangkan, pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan pembuatannya, yang didasarkan pada kebutuhan nutrien ikan, kualitas bahan baku, dan nilai ekonomisnya (Liviawaty dan Afrianto, 1990).

Semua hewan membutuhkan waktu tertentu untuk mencerna makanan yang ada di dalam lambungnya. Pada ikan mas koki, waktu yang dibutuhkan untuk mencerna makanan dalam lambungnya berkisar antara 3-4 jam.

Berdasarkan kenyataan ini, agar makanan yang diberikan dapat dikonsumsi lebih

banyak, sebaiknya mas koki baru diberi makanan berikutnya setelah 3-4 jam

kemudian. Dengan demikian, frekuensi makanan pada mas koki dapat dilakukan

sebanyak 6-8 kali dalam sehari semalam, namun untuk mudahnya petani hanya

memberikan makan 2-3 kali dalam sehari semalam. Alternatif lain yang dianggap

cukup baik adalah memberikan makanan berupa kombinasi antara makanan

buatan dan alami. Makanan buatan diberikan pada siang hari dan makanan alami

diberikan pada malam hari dengan jumlah lebih banyak. Berdasarkan

pertimbangan tertentu, beberapa petani sengaja memberikan makanan buatan

kepada mas koki yang dipelihara. Ukuran dari makanan buatan harus disesuaikan

dengan lebar mulut mas koki. Mas koki kecil umumnya diberi makanan berupa

(27)

larutan, semakin besar ukurannya semakin bertambah besar pula ukuran makanan buatan yang diberikan (Liviawaty dan Afrianto, 1990).

Ikan mas koki merupakan ikan pemakan segala atau omnivora. Pakan yang biasa diberikan untuk pembesaran ikan mas koki yaitu pelet (Syaifudin, 2004).

Kualitas pakan sangat menentukan keindahan warna sebagai daya tarik sehingga banyak upaya yang dilakukan dengan menambahkan zat pigmen yang mengandung karoten dalam pakan buatan. Pemberian pakan berdasarkan jumlah ikan (bobot biomassa) dengan kisaran 3-5% per hari, dan frekuensi pemberiannya 2-3 kali per hari disesuaikan dengan kondisi ikan dan media air pemeliharaannya (Noviyanti, 2014).

FCR (Feed Convertion Ratio)

Pakan merupakan sumber energi yang dibutuhkan organisme untuk dapat hidup, tumbuh, dan berkembang. Pada kondisi lingkungan yang optimal, pertumbuhan ikan ditentukan oleh jumlah dan mutu pakan yang dikonsumsi.

Pakan yang baik adalah pakan yang mempunyai harga yang murah dan mutu yang baik. Mutu pakan yang baik harus ada keseimbangan antara protein, energi, vitamin, mineral, dan air (Agustin et al., 2014). Pemberian pakan yang berlebihan dapat mengakibatkan pencemaran dan pakan tidak terkonsumsi sehingga pengelolaan pakan tidak efektif dan efisien (Saputra et al., 2018).

Menurut Fitro et al. (2015), konversi pakan merupakan perbandingan

antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam

waktu tertentu. Dengan kata lain, nilai konversi pakan dapat dinyatakan sebagai

ukuran efisiensi pakan yaitu menggambarkan tingkat kemampuan organisme

untuk mengubah pakan menjadi sejumlah produksi dalam satuan tertentu.

(28)

Sedangkan menurut Rasyaf (2007), konversi pakan merupakan perbandingan antara pakan yang diberikan dengan bobot badan yang diperoleh.

Konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang diberikan dengan jumlah bobot ikan yang dihasilkan. Semakin kecil nilai konversi pakan, berarti tingkat efisiensi pemanfaatan pakan lebih baik. Begitu pula sebaliknya, apabila konversi pakan besar, maka tingkat efisiensi pemanfaatan pakan kurang baik. Dengan demikian, konversi pakan menggambarkan tingkat efisiensi pemanfaatan pakan yang dicapai (Iskandar dan Elrifadah, 2015).

Konversi pakan dipengaruhi oleh daya serap nutrisi pakan oleh saluran pencernaan. Saluran pencernaan ikan mengandung mikroorganisme yang membantu penyerapan nutrisi (Ardita et al., 2015).

Pertumbuhan Ikan

Pertumbuhan merupakan proses biologis yang kompleks di mana banyak faktor yang mempengaruhinya. Pertumbuhan dipengaruhi faktor dalam dan luar.

Faktor dalam diantaranya adalah keturunan, jenis kelamin dan umur. Sedangkan faktor luar yang mempengaruhi antara lain: makanan dan suhu. Akan tetapi, di daerah tropis, makanan adalah faktor yang lebih penting. Pola pertumbuhan ikan ada dua macam, yaitu: pertumbuhan isometrik dan alometrik. Pertumbuhan ikan membentuk pola isometrik apabila pertumbuhan panjang seimbang dengan pertumbuhan berat. Pola alometrik apabila pertumbuhan berat tidak seimbang dengan pertumbuhan panjang (Fajarwati, 2006).

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam satu

ukuran waktu, sedangkan bagi populasi adalah pertambahan jumlah. Pertumbuhan

merupakan proses biologi yang kompleks, di mana banyak faktor yang

(29)

mempengaruhinya, seperti kualitas air, ukuran, umur, jenis kelamin, ketersediaan organisme-organisme makanan, serta jumlah ikan yang memanfaatkan sumber makanan yang sama. Pola pertumbuhan terdiri atas dua macam, yaitu pola pertumbuhan isometrik dan alometris. Pertumbuhan isometris adalah perubahan terus menerus secara proporsional antara panjang dan berat dalam tubuh ikan.

Pertumbuhan alometrik adalah perubahan yang tidak seimbang antara panjang dan berat dan dapat bersifat sementara (Sutrisna, 2011).

Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam meliputi sifat keturunan, ketahanan terhadap penyakit, dan kemampuan dalam memanfaatkan makanan, sedangkan faktor dari luar meliputi sifat fisika, kimia, dan biologi perairan. Faktor makanan dan suhu perairan merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah kandungan protein dalam pakan, sebab protein berfungsi membentuk jaringan baru untuk pertumbuhan dan menggantikan jaringan yang rusak (Hidayat et al., 2013).

Kandungan Pakan

Kualitas pakan pada hakekatnya adalah menentukkan sejauh mana pakan / pelet yang diberikan mempengaruhi pertumbuhan ikan (panjang dan berat).

Effendie (2002), menyatakan bahwa pertumbuhan adalah perubahan dimensi sel

organ maupun makhluk hidup yang mengakibatkan pertambahan bobot atau

panjang dalam waktu tertentu. Kordi (2006), menyatakan bahwa salah satu yang

mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah kandungan nutrisi yang dikandung

dalam pakan ikan yang diberikan. Kandungan nutrisi pakan akan mempengaruhi

pertumbuhan ikan.

(30)

Pemberian pakan dilakukan untuk mengetahui pengaruh nutrisi bahan baku yang dibuat dengan mengamati pertumbuhan dan peningkatan warna ikan selama beberapa waktu. Dalam praktiknya, pakan diberikan kepada ikan dengan dosis 3-5% bobot ikan per hari. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Pemberian pakan dilakukan dengan syarat pakan termakan secara optimal. Saleh (2015), mengatakan bahwa fungsi dari makanan utamanya itu sendiri yaitu untuk pemeliharaan tubuh dan mengganti jaringan tubuh yang rusak, menunjang aktivitas metabolisme, serta untuk pertumbuhan secara reproduksi.

Sugiarto (2016), menyatakan bahwa kualitas pakan tidak hanya sebatas pada nilai gizi yang dikandungnya melainkan pada sifat fisik pakan, seperti kelarutannya, ketercernaanya, warna, bau, rasa, dan anti nutrisi yang dikandung.

Kualitas pakan juga dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan. Pemilihan bahan baku yang baik dapat dilihat berdasarkan indikator nilai gizi yang dikandungnya, kecernaannya (digestibility), dan daya serap (biovaibility). Pakan yang berkualitas akan mendukung tercapainya tujuan produksi yang optimal. Oleh karena itu, pengetahuan tentang nutrisi, gizi, komposisi, serta kualitas secara fisik perlu diketahui.

Warna pada Ikan

Warna merupakan salah satu parameter dalam penentuan nilai ikan.

Semakin cerah warna suatu jenis ikan, maka semakin tinggi nilainya. Perubahan warna yang sering terjadi adalah karena adanya perubahan jumlah sel pigmen.

Perubahan jumlah sel pigmen ini biasanya disebabkan oleh stres lingkungan,

(31)

kekurangan sinar matahari, kualitas air, penyakit, dan kurang pakan terutama kandungan pigmen dalam pakan (Said et al., 2005).

Warna yang indah pada ikan terjadi karena jumlah dan letak sel pigmen (kromatofor) pada lapisan epidermis. Ikan memiliki sel khusus penghasil pigmen, yaitu iridrosit dan kromatofor. Iridrosit merupakan sel cermin untuk memantulkan warna di luar tubuhnya. Kromatofor adalah sel-sel yang mengandung pigmen, meliputi pigmen hitam (melanofor), kuning (xanthofor), merah atau oranye (erythrofor), sel refleksi kemilau (iridofor), dan putih (leukofor). Tinggi dan rendahnya konsentrasi dan jumlah sel pigmen akan mempengaruhi tegas dan kaburnya warna. Perubahan jumlah sel pigmen dipengaruhi atau dikontrol oleh hormon pituitary dan adrenalin (yang disekresikan dari otak) secara khusus dan khas (Satyani, 2005).

Ikan hanya dapat mensintesis pigmen warna hitam dan putih. Sedangkan warna merah, oranye, dan kuning tidak dapat disintesis oleh tubuh ikan sehingga pembentukan warna pada ikan mas koki sangat bergantung pada jumlah karatenoid yang ada pada pakan seperti jagung (Sholichin et al., 2012).

Ada dua jenis pigmen yang berperan dalam pembentukan warna tubuh ikan, yaitu karoten dan melanin. Karoten membentuk warna kuning, oranye, dan merah, sedangkan melanin membentuk warna coklat sampai hitam. Jumlah pigmen pada tubuh ikan relatif stabil. Keuntungan lain dari penggunaan jenis pigmen ini adalah dapat membantu proses reproduksi dan meningkatkan proses metabolisme tubuh (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

Pigmentasi pada ikan dikendalikan oleh sistem saraf dan dua zat kimia

yang dihasilkan oleh saraf, yaitu (1) epinefrin (adrenalin) merupakan

(32)

neurohormon yang dikeluarkan oleh organisme ketika terkejut atau takut sehingga menyebabkan butiran pigmen berkumpul di tengah sel dan menyebabkan hewan tersebut kehilangan warna, (2) asetilkolin adalah zat kimia yang dikeluarkan sel saraf menuju otot sehingga menyebabkan melanin menyebar dan mengakibatkan warna tubuh organisme menjadi gelap (Sitorus, 2015).

Bayam Merah (Amaranthus tricolor)

Bayam (Amaranthus spp.) merupakan tanaman semusim yang berasal dari daerah Amerika Tropis. Di Indonesia hanya dikenal dua jenis bayam budidaya, yaitu bayam cabut (Amaranthus tricolor) dan bayam kakap (Amaranthus hybridus). Bayam kakap disebut juga sebagai bayam tahun, bayam turus, atau bayam bathok, dan ditanam sebagai bayam petik. Bayam cabut terdiri dari dua varietas, yang salah satunya adalah bayam merah (Setiawan et al., 2017).

Bayam (Amaranthus spp.) termasuk dalam tanaman pangan yang

serbaguna yang tahan terhadap perubahan lingkungan baik stress biotik maupun

abiotik sehingga mudah dibudidaya (Khanam dan Oba, 2013). Daun bayam

mengandung senyawa protein, karotenoid, vitamin C, mineral dan serat; fenolik

dan flavonoid : vitamin A (Amin et al., 2006; Khandaker et al., 2010; Khanam

dan Oba, 2013). Tanaman bayam merah memiliki warna daun merah karena

adanya pigmen merah yang termasuk senyawa fenolik yaitu antosianin

(Amin et al., 2006). Menurut Khandaker et al. (2010), daun dewasa bayam merah

mengandung betasianin yang memberi warna merah-ungu. Pembentukan

betasianin dipengaruhi oleh cahaya dan hormon tanaman.

(33)

Bayam merupakan tanaman yang berbentuk perdu dan tingginya dapat mencapai ± 1,5 meter. Bayam merah memiliki ciri-ciri berdaun tunggal, ujung runcing, lunak, dan lebar. Batangnya lunak dan berwarna putih kemerah-merahan.

Bunga bayam merah ukurannya kecil mungil dari ketiak daun dan ujung batang pada rangkaian tandan. Buahnya tidak berdaging, tetapi bijinya banyak, sangat kecil, bulat, dan mudah pecah. Tanaman ini memilki akar tunggang dan berakar samping. Akar sampingnya kuat dan agak dalam (Sunarjono, 2014).

Bayam merah dapat tumbuh sepanjang tahun, baik di dataran rendah maupun tinggi. Oleh karena itu, tanaman ini dapat ditaman di kebun dan pekarangan rumah. Bayam merah biasa ditanam di tegalan. Waktu tanam yang baik ialah awal musim hujan atau pada awal musim kemarau. Bayam merah akan tumbuh dengan baik bila ditanam pada tanah dengan derajat keasaman (pH tanah) sekitar 6-7. Bila pH kurang dari 6, tanaman bayam merah akan merana.

Sementara itu, pada pH di atas 7, tanaman bayam merah akan mengalami klorosis, yaitu timbul warna putih kekuning-kuningan, terutama pada daun yang masih muda (Saparinto, 2013). Suhu udara yang dikehendaki sekitar 20-32 ºC. Tanaman ini banyak memerlukan banyak air sehingga paling tepat ditanam pada awal musim penghujan. Dapat ditanam pada awal musim kemarau pada tanah yang gembur dan subur. Dan dapat tumbuh pada tanah liat asalkan tanah tersebut diberi pupuk kandang yang cukup (Wibowo, 2015).

Bayam memiliki rasa yang hambar ketika dimakan. Namun, sayur bayam

memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Dengan mengonsumsi sayur bayam,

maka nutrisi dalam tubuh kita akan memberikan banyak perlindungan

(Sulihandri, 2013).

(34)

Kandungan nutrisi yang lengkap dalam sayuran bayam dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Nutrisi pada 100 gram Bayam Merah

No Komponen Gizi Nilai Gizi Satuan

1 Air 88,5 g

2 Energi 41,2 Kkal

3 Protein 2,2 g

4 Lemak 0,8 g

5 Karbohidrat 6,3 g

6 Serat 2,2 g

7 Abu 2,2 g

8 Kalsium 520 mg

9 Fosfor 80 mg

10 Besi 7 mg

11 Natrium 20 mg

12 Kalium 60 mg

13 Seng 0,8 mg

14 β Karoten 7325 µg

15 Tiamin 0,2 mg

16 Riboflavin 0,1 mg

17 Niasin 0,1 mg

18 Vitamin C 62 mg

Sumber : Setiawan et al., 2017

Bayam merah selain mengandung nutrisi di atas, juga memiliki pigmen antosianin. Antosianin adalah pigmen merah keunguan yang menandai warna merah pada bayam merah. Dan antosianin berperan sebagai antioksidan (Lingga, 2010).

Haser (2015), menyatakan bahwa ß-karoten dari bayam merah yang

ditambahkan ke dalam pakan buatan sebanyak 1.500 mg/kg pakan dapat

meningkatkan karakteristik warna dan gradasi warna ikan mas koki.

(35)

Jagung (Zea mays)

Jagung merupakan hasil palawija yang memegang peranan penting dalam pola menu makanan masyarakat setelah beras. Ditinjau dari segi gizi, jagung merupakan bahan pangan sumber karbohidrat dan protein. Oleh karena itu, jagung berpotensi sebagai bahan pangan alternatif pengganti atau substitusi beras. Hal ini dapat dilihat bahwa masih ada beberapa daerah di Indoensia menjadikan jagung sebagai makanan pokok. Contohnya, di Sulawesi Utara, khususnya di Kabupaten Minahasa, beras jagung merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat setempat (Lalujan et al., 2017).

Selain jagung kuning, masih ada 2 warna lagi, pada jagung (Zea mays), yaitu jagung putih dan jagung merah. Di antara ketiga warna itu, jagung merah dan jagung putih jarang terlihat di Indonesia. Jagung kuning digunakan sebagai bahan baku penghasil energi, tetapi bukan sebagai bahan sumber protein karena kadar protein yang rendah (8,9%), bahkan defisien terhadap asam amino penting, terutama lisin dan triptofan (Saleh, 2015).

Murtidjo (2001), menyatakan bahwa sebagai sumber energi yang rendah serat kasarnya, sumber Xantophyll dan asam lemak yang baik, jagung kuning tidak diragukan lagi. Asam linoleat jagung kuning sebesar 1,6% yang merupakan kandungan tertinggi di antara kelompok biji-bijian. Kandungan nutrisi jagung diantaranya sebagai berikut :

1. Karbohidrat : 25%

2. Protein : 10%

3. Lemak : 1,3%

(36)

Jagung mengandung lemak dan protein yang jumlahnya tergantung pada umur dan varietas jagung tersebut. Pada jagung muda, kandungan lemak dan proteinnya lebih rendah bila dibandingkan dengan jagung yang tua. Selain itu, jagung juga mengandung karbohidrat yang terdiri dari pati, serat kasar, dan pentosan (Lalujan et al., 2017).

Pemberian pakan jagung dapat menyebabkan pertumbuhan pada ikan dikarenakan jagung mengandung cukup gizi dan serat kasar serta zat-zat lainnya yang membantu dalam pertumbuhan. Sedangkan jagung ragi, dalam proses peragiannya menyebabkan peningkatan protein karena terjadi sintesis protein dari non nitrogen (NPN) oleh sel yang berkembang. Pemberian pakan jagung ini sangat berguna untuk komposisi makanan ikan karena kandungan proteinnya lebih mudah dicerna (Murtidjo 2001).

Kualitas Air

Kualitas air merupakan salah satu parameter penentu pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Kualitas air optimum untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan mas koki dapat dilihat pada Tabel 2.

Ikan mas koki hidup di perairan tawar yang beriklim sejuk, biasanya dipeliharan di akuarium. Ikan hias ini cukup toleran terhadap kualitas air.

Meskipun demikian, pengontrolan air juga harus rutin dilakukan agar tidak

mengganggu ketahanan hidup ikan tersebut. Oleh karena itu, ikan mas koki dapat

dipelihara di seluruh wilayah Indonesia.

(37)

Tabel 2. Kualitas Air Optimum untuk Pertumbuhan Ikan Mas Koki

Parameter Kisaran

Suhu (

o

C) 23-29

DO (ppm) 5,0-8,0

pH 6,5-8,0

Amonia (ppm) 0,00-0,15

Nitrit (ppm) 0,00-0,10

Sumber : Sitorus, 2015

Suhu

Suhu menjadi faktor pembatas bagi kegiatan budidaya karena mampu mempengaruhi berbagai reaksi fisika dan kimia di lingkungan dan tubuh ikan.

Suhu terkait pula dengan parameter air lainnya, diantaranya adalah oksigen terlarut. Pada level suhu yang meningkat, kandungan oksigen berkurang karena proses metabolisme lebih cepat. Hal ini sesuai dengan hukum Van’t Hoff yang menyatakan bahwa setiap kenaikan suhu sebesar 10

o

C akan meningkatkan kecepatan reaksi kimia dalam proses metabolisme organisme perairan hampir dua kali lipat (Praditia, 2009).

Suhu adalah variabel lingkungan penting untuk organisme akuatik karena suhu dapat mempengaruhi aktivitas makan ikan, metabolisme, gas (oksigen) terlarut, dan proses reproduksi ikan (Lubis, 2015).

Menurut Hukum Vant Hoffs dalam Barus (2004), kenaikan temperatur

sebesar 10

o

C (hanya pada kisaran temperatur yang masih ditolerir akan

meningkat laju metabolisme dari organisme sebesar 2 kali lipat, meningkatnya

laju metabolisme akan menyebabkan konsumsi oksigen meningkat, sementara di

lain pihak dengan naiknya temperatur akan mengakibatkan kelarutan oksigen

(38)

dalam air menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan organisme air akan mengalami kesulitan untuk melakukan respirasi (Paramitha, 2014).

Peningkatan suhu dapat mempengaruhi metabolisme ikan sehingga terjadi pemecahan karotenoprotein menjadi protein dan karoten yang kemudian menghasilkan pigmen warna merah (Latscha, 1990 dalam Indarti et al., 2012).

Suhu ideal bagi ikan hias tropik berkisar antara 25 sampai 32

o

C (Boyd, 1990).

Fluktuasi perubahan suhu direkomendasikan tidak lebih dari 5

o

C, terutama dalam proses pergantian air atau proses transportasi (Noviyanti, 2014).

DO (Dissolved Oxygen)

Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan. Oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000).

Kebutuhan oksigen mempengaruhi laju pertumbuhan, nafsu makan, serta konversi pakan. Kandungan oksigen rendah dapat menyebabkan pertumbuhan lambat, nafsu makan rendah dan konversi pakan tinggi (Praditia, 2009).

Pengaruh oksigen terlarut terhadap fisiologis air terutama adalah dalam

proses respirasi. Konsentrasi oksigen terlarut hanya berpengaruh secara nyata

terhadap organisme air yang memang tidak mutlak membutuhkan oksigen terlarut

untuk respirasinya. Konsumsi oksigen bagi organisme air berfluktuasi mengikuti

proses-proses hidup yang dilaluinya. Pada umumnya konsumsi oksigen bagi

organisme air ini akan mencapai maksimum pada masa-masa reproduksi

(39)

berlangsung. Konsumsi oksigen juga dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen terlarut itu sendiri (Paramitha, 2014).

pH (Potential of Hydrogen)

Derajat keasaman (pH) merupakan parameter penera banyaknya ion hidrogen yang terkandung dalam air. Nilai pH dipengaruhi karakteristik batuan dan tanah di sekitarnya. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses kimia perairan. pH yang normal untuk kehidupan nekton berkisar 6,5-8,5 Gonawi (2009). Menurut Nybakken (1988), pH merupakan gambaran jumlah atau lebih tepatnya aktivitas hidrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa asam atau basa suatu perairan.

Organisme dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi asam lemah sampai basa lemah. Apabila nilai pH bagi kehidupan organisme air pada umumnya sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi (Barus, 2004).

Nilai pH merupakan indikasi air bersifat asam, basa, atau netral. pH

menentukan proses kimiawi dalam air karena pH yang terlalu asam atau basa

mengakibatkan ikan menjadi stress sehingga ikan berwarna pucat dan gerakannya

lambat. Nilai pH yang optimal untuk ikan hias umumnya berkisar antara 6 sampai

7 (Satyani, 2005).

(40)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2019 di Laboratorium Fitokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium dengan ukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm sebanyak 12 buah, aerator, selang sifon, ember, nampan, serokan, timbangan digital, penggaris, Toca Color Finder (TCF) yang telah dimodifikasi, termometer, DO meter, pH meter, dan kamera.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan mas koki dengan ukuran panjang rata-rata 4 cm dan berat rata-rata 2 gram sebanyak 84 ekor, pakan buatan berupa pelet ikan hias (Takari), tepung bayam merah, tepung jagung, progol, dan air bersih.

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 1 kontrol masing-masing diulang sebanyak 3 kali, yaitu :

K : Pakan pelet Takari (kontrol)

PB : Penambahan tepung bayam merah 3%

PJ : Penambahan tepung jagung 3%

PC : Penambahan tepung bayam merah 1,5% dan tepung jagung 1,5%

Rancangan ini digunakan karena kondisi lingkungan, alat, bahan dan

media yang digunakan adalah homogen atau letak/posisi masing-masing unit tidak

mempengaruhi hasil-hasil percobaan, dan percobaan ini dilakukan dalam kondisi

(41)

terkendali atau setiap unit percobaan secara keseluruhan memiliki peluang yang sama besar untuk menempati pot-pot percobaan (Hanafiah, 2012).

Prosedur Penelitian Persiapan Alat

Alat yang digunakan seperti akuarium, aerator, ember, nampan, dan serokan yang digunakan dicuci bersih terlebih dahulu. Setelah dicuci bersih, alat- alat tersebut dijemur selama 1 hari di bawah sinar matahari. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan atau memutus rantai bibit penyakit pada alat-alat yang digunakan.

Persiapan Air Media Pemeliharaan

Dalam pemeliharaan ikan, air sebagai media hidup ikan sangat perlu diperhatikan. Sehingga diperlukan persiapan air media yang baik sebelum dilakukan pengamatan. Air yang akan digunakan dalam pengamatan ini adalah air dari sumur gali yang dinaikkan melalui pompa, ditampung dalam bak penampungan, kemudian didiamkan selama 1 hari untuk mengendapkan kotoran- kotoran serta za-zat berbahaya dalam air, kemudian dimasukkan ke dalam akuarium dan diaerasi selama 1 hari.

Persiapan Wadah

Akuarium yang telah dibersihkan kemudian diisi dengan air bersih sekitar

75% dari volumenya. Masing-masing akuarium diberikan label perlakuan serta

diberikan aerasi selama pemeliharaan.

(42)

Penebaran Ikan Uji

Ikan yang digunakan adalah ikan mas koki yang berukuran panjang rata- rata 4 cm dan berat rata-rata 2 gram. Sebelum ikan dimasukkan ke dalam akuarium, ikan difoto dan diukur panjang dan berat awalnya, kemudian dilakukan aklimatisasi agar ikan mampu beradaptasi dengan lingkungan baru. Aklimatisasi dilakukan selama 2 hari. Selama aklimatisasi, ikan diberi pakan pelet. Kemudian ikan dimasukkan ke dalam akuarium masing-masing sebanyak 7 ekor per akuarium.

Persiapan Pakan

Pakan yang digunakan selama penelitian berupa pakan pelet ikan hias Takari untuk K. Sedangkan untuk PB, pakan yang digunakan berupa campuran pakan pelet ikan hias Takari dengan tepung bayam merah 3%. Untuk PJ, pakan yang digunakan berupa campuran pakan pelet ikan hias Takari dengan tepung jagung 3%. Dan untuk PC, pakan yang digunakan berupa campuran pakan pelet ikan hias Takari dengan tepung bayam merah 1,5% dan tepung jagung 1,5%.

Bayam merah dan jagung yang digunakan berupa tepung dalam bentuk

kering. Kemudian ditambahkan sesuai dosis dengan pakan ikan hias. Adapun

tahap pembuatan tepung bayam merah dan jagung adalah : bayam merah dan

jagung dipotong kecil-kecil dan dicuci bersih. Kemudian bayam merah dan jagung

dikeringkan dengan suhu ruangan. Setelah kering, bayam merah dan jagung

disusun di loyang, upayakan tidak terlalu menumpuk. Kemudian loyang

dimasukkan ke dalam lemari pengering dan didiamkan selama 3-4 hari. Setelah

itu, bayam merah dan jagung dihaluskan menggunakan blender. Simpan tepung

bayam merah dan tepung jagung di wadah tertutup.

(43)

Kemudian tahapan pencampuran pakan adalah : tepung bayam merah dan tepung jagung sesuai dosis terlebih dahulu dicampur dengan progol (2-3 g/kg pakan) dalam satu wadah dan diaduk sampai merata. Kemudian tambahkan air sebanyak 150 ml/kg pakan dan dibiarkan sampai 10 menit. Selanjutnya pakan ikan hias Takari dituang ke dalam wadah campuran tadi. Lalu campuran tersebut diaduk hingga tercampur sempurna. Kemudian campuran tersebut dikeringkan selama 30-60 menit. Jika selama pengeringan terjadi perubahan warna dan bau, makan pakan tersebut harus dibuang dan dibuat kembali.

Pemeliharaan Ikan

Pemeliharaan ikan mas koki dengan ukuran panjang rata-rata 4 cm dan berat rata-rata 2 gram dilakukan dengan pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari pada pukul 09.00 WIB dan 16.00 WIB dengan jumlah pemberian pakan per perlakuan sebanyak 5% dari berat ikan.

Sistem kontrol air dilakukan setiap hari dengan cara penyifonan.

Kemudian dilakukan pengukuran kualitas air untuk mengetahui kondisi air.

Parameter yang diukur adalah suhu, DO, dan pH. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap 7 hari sekali selama penelitian.

Perubahan warna ikan uji diukur melalui pengurangan data akhir ikan setelah pengamatan dan data awal warna ikan sebelum diberi perlakuan.

Penentuan tingkat warna ini dilihat dari kertas TCF yang menunjukkan nilai

dari warna tubuh ikan. Pengamatan perubahan warna dilakukan setiap 42 hari

sekali selama pengamatan.

(44)

Pengumpulan Data

FCR (Feed Convertion Ratio)

FCR (Feed Convertion Ratio) digunakan untuk mengetahui jumlah pakan yang habis dikunsumsi ikan. Konversi pakan dihitung secara matematis dengan menggunakan rumus menurut Edjeng dam Kartasudjana (2006), yaitu :

Keterangan :

FCR = Feed Convertion Ratio Jumlah konsumsi pakan (g) Pertambahan berat badan (g)

Pertambahan Berat Ikan

Pengukuran berat ikan dilakukan menggunakan timbangan analitik. Berat ikan yang telah ditimbang kemudian dicatat. Pengukuran dilakukan setiap 7 hari.

Pengukuran dilakukan pada seluruh ikan uji dan pada setiap wadah percobaan.

Pertambahan berat ikan dihitung menggunakan rumus pertambahan berat menurut Razak et al. (2016), yaitu :

Keterangan :

Pertambahan Berat Badan (g)

Berat Badan

1

= Berat pada pengukuran ke-1 (g)

Berat Badan

0

= Berat awal (g)

(45)

Pertambahan Panjang Ikan

Pada budidaya ikan, salah satu faktor penanda pertambahan ikan adalah pertambahan panjang ikan yang merupakan salah satu parameter penting dalam budidaya ikan. Pengukuran panjang dilakukan setiap 7 hari. Pengukuran dilakukan dengan cara ikan diletakkan di atas nampan dan kemudian diukur menggunakan penggaris, lalu panjang ikan kemudian dicatat. Pengukuran panjang ikan menggunakan rumus pertambahan panjang menurut Jaya et al. (2013), yaitu :

Keterangan :

Pertambahan Panjang (cm)

TL

1

= Panjang pada pengukuran ke-1 (cm) TL

0

= Panjang awal (cm)

Survival Rate

Survival rate (tingkat kelulushidupan ikan) diamati berdasarkan jumlah total ikan mas koki pada saat awal hingga akhir pemeliharan yang dilakukan pada setiap perlakuan. Tingkat kelulushidupan ikan diukur dengan menggunakan rumus menurut Effendie (1979), yaitu :

Keterangan :

SR = Kelulushidupan ikan (%)

N

t

= Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor)

N

0

= Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)

(46)

Peningkatan Warna Ikan

Peningkatan warna ikan digunakan untuk mengetahui kategori warna tubuh ikan. Pengukuran warna tubuh ikan dilakukan setiap 42 hari. Pengukuran dilakukan dengan mencocokkan warna ikan dengan Toca Color Finder (TCF) yang telah dimodifikasi. Pengukuran dilakukan oleh 5 orang panelis yang tidak memiliki gangguan penglihatan (buta warna dan rabun).

Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi sehingga bias lebih dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor- faktor dalam penilaian organoleptik dan dapat mengetahui cara pengolahan dan pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir. Keputusan diambil setelah berdiskusi di antara anggota-anggotanya (Arbi, 2009).

Tabel 3. Kategori Panelis

Panelis Keterangan

1 Pecinta ikan hias

2 Pecinta ikan hias

3 Pecinta ikan hias

4 Pecinta ikan hias

5 Masyarakat umum

Gambar 3. Toca Color Finder (TCF) yang Telah Dimodifikasi

(47)

Tabel 4. Kategori Warna Berdasarkan Toca Color Finder (TCF)

Kategori Warna Level Warna

Pudar 1-5

Kuning – Jingga 6-11

Jingga 12-18

Jingga – Merah 19-30

Kualitas Air

Parameter kualitas air media pemeliharaan ditentukan dengan mengukur kualitas air selama penelitian. Parameter tersebut terdiri dari parameter fisika dan kimia yang telah ditentukan yaitu suhu, DO, dan pH.

Pengukuran suhu, DO, dan pH air dilakukan setiap 7 hari sekali dengan menggunakan termometer, DO meter, dan pH meter.

Analisis Data

Data pertambahan berat ikan, pertambahan panjang ikan, tingkat

kelulushidupan ikan, peningkatan warna ikan, dan kualitas air media pemeliharaan

ikan yang akan diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis, meliputi analisis

ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95% yang digunakan

untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh terhadap kelulushidupan,

pertambahan berat, dan pertambahan panjang ikan. Apabila perlakuan

berpengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjutan dengan uji Beda Nyata Terkecil

(BNT) serta analisis deskripsi yang digunakan untuk menjelaskan parameter kerja,

peningkatan warna, dan kelayakan media pemeliharaan bagi kehidupan ikan mas

koki selama pengamatan.

(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil pengamatan dan pengukuran selama masa pemeliharaan yang diperoleh terdiri atas FCR (Feed Corvention Ratio), pertambahan berat ikan, pertambahan panjang ikan, survival rate, peningkatan warna ikan, serta kualitas air media pemeliharaan ikan mas koki.

FCR (Feed Convertion Ratio)

Data konversi pakan ikan mas koki selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Konversi Pakan Ikan Mas Koki

Perlakuan Konversi Pakan Minggu ke- Total Keseluruhan

1 2 3 4 5 6

K 0,21 0,26 0,33 0,37 0,42 0,44 2,05

PB 0,26 0,32 0,34 0,37 0,40 0,45 2,13

PJ 0,21 0,24 0,32 0,33 0,36 0,44 1,90

PC 0,22 0,26 0,31 0,35 0,37 0,41 1,93

Keterangan :

K : Pakan pelet Takari (kontrol)

PB : Penambahan tepung bayam merah 3%

PJ : Penambahan tepung jagung 3%

PC : Penambahan tepung bayam merah 1,5% dan tepung jagung 1,5%

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa konversi pakan ikan mas koki setiap minggunya hanya berkisar antara 0,21 – 0,45. Di mana konversi pakan terbesar berasal perlakuan kontrol (K), yaitu sebesar 2,05. Sedangkan konversi pakan terkecil berasal dari perlakuan penambahan tepung jagung (PJ), yaitu sebesar 1,90.

Data konversi pakan ikan mas koki yang diuji menggunakan analisis

ragam (ANOVA) dapat dilihat pada Tabel 6.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 2. Ikan Mas Koki (Carassius auratus)
Tabel 3. Kategori Panelis
Gambar 4. Konversi Pakan Ikan Mas Koki
+5

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ PEMBUATAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian

Puji syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah tertulis (skripsi) ini yang berjudul

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pemberian

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul