• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini penulis mengacu pada studi terdahulu terkait pembahasan filsafat sejarah maupun penelitian mengenai Kuntowijoyo dalam kaidah penelitian filsafat. Secara umum terdapat beberapa penelitian terkait, berikut rinciannya:

1. Skripsi yang ditulis oleh Muslim, mahasiswa Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011 berjudul ―Pemikiran Murtadha Mutahhari tentang Filsafat Sejarah‖. Penelitian tersebut terfokus pada pemikiran Murtadha Mutahhari mengenai filsafat sejarah sekaligus sebagai kritik terhadap matrealisme historisnya Karl Marx. Adapun hasilnya adalah filsafat sejarah menurut Murtadha Muthaharri merupakan pengetahuan tentang perkembangan masyarakat dari masa ke masa. Adapun fokus utamanya adalah pembahasan mengenai ―menjadi‖nya masyarakat sebagai gerak, bukan ―wujud‖nya masyarakat. Masyarakat sendiri bergerak dalam dua hukum, yakni hukum yang mengatur pada spesies dalam kerangka kelas atau golongannya dan hukum yang mengatur manusia berkembang atau berevolusi pada bentuk peradaban yang lebih tinggi.19

Persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama membahas mengenai filsafat sejarah. Akan tetapi yang membedakannya adalah penulis mengambil Kuntowijoyo sebagai objek pemikiran yang akan diteliti. Hal ini jelas memiliki perbedaan antara pemikiran Murtadha Muthaharri dan Kuntowijoyo.

2. Skripsi yang ditulis oleh M. Abdul Aziz, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta tahun 2004 tentang ―Filsafat Sejarah Menurut Ibn Khaldun‖. Penelitian tersebut terfokus pada persoalan kerangka epistemologi filsafat sejarah yang digagas oleh Ibn Khaldun sehingga dapat ditemukan originalitas filsafat sejarahnya. Adapun hasilnya Ibn Khaldun membangun filsafat sejarahnya melalui epistemologi empiris

19 Muslm, ―Pemikiran Murtadha Muthaharri Tentang Filsafat Sejarah‖ dalam Skripsi Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, h. 92.

10

dan positifistik. Menurut Ibn Khaldun, pengetahuan didapatkan melalui pengalaman perasaan dan inderawinya. Adapun implemnetasinya adalah dilihat dari Ibn Khaldun menjelaskan mengenai masyarakat, interaksi serta perubahan yang terjadi di dalamnya melalui pengamatan inderawi. Begitu juga dalam menjelaskan asobiyah sebagai siklus perkembangan sejarah yang dijelaskan berdasarkan fakta empiris.

Persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama sama mengambil filsafat sejarah. Akan tetapi, konsep filsafat sejarah Ibn Khaldun juga menjadi referensi utama dalam menjelaskan teori filsafat sejarah. Akan tetapi perbedaan mendasarnya adalah objek yang ditelitinya berbeda, sebab penulis mengambil pemikiran Kuntowijoyo sebagai objek penelitian filsafatnya. Adapun titik temunya penulis juga mencari serta menganalisa adanya kemungkinan keterpengaruhan Kuntowijoyo mengadopsi pemikiran-pemikiran filsafat sejarah Ibn Khaldun. Hal ini bisa dijadikan bahan komparasi maupun kecenderungan pemikiran Kuntowijoyo yang menggunakan pendekatan agama.20

3. Skripsi yang ditulis oleh Zulheri, mahasiswa fakultas Ushuluddin, UIN Sultan Syarif Kasim, Riau tahun 2012 berjudul ―Ilmu Sosial Profetik;

Telaah Pemikiran Kuntowijoyo‖. Permasalahan yang diangkatnya adalah filsafat Barat tidak mampu memberikan tawaran yang memuaskan karena hanya terombang-ambing dalam dua kutub idealis dan materialis, tanpa berkesudahan. Pemikiran Kuntowijoyo ini merupakan sebuah respon terhadap perkembangan arus pemikiran diera postmodernisma, di sini ia

20 M. Abdul Aziz, ―Filsafat Sejarah Ibn Khaldun‖ dalam Skripsi Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2004, h. 100.

menempatkan ajaran agama sebagai salah satu seumber ilmu pengetahuan.

Adapun hasil penelitiannya adalah Ilmu sosial profetik dalam pemikiran Kuntowijoyo ini adalah suatu disiplin ilmu sosial yang menjadikan dimensi transedental sebagai landasanya. Ia merupakan alternative di tengah-tengah perkembangan berbagai ilmu pengetahuan yang cendrung bersifat positivis.

Selain itu, nilai-nilai transedental dalam ilmu sosial profetik Kuntowijoyo ini mengadopsi suatu ajaran yang besumber dari teks keagamaan otoritatif (yakni alquran dan hadist).21

Penelitian Zulheri memiliki banyak persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Beberapa persamaannya adalah pembahasan mengenai Kuntowijoyo, pembahasan mengenai masyarakat. Akan tetapi dalam penelitian Zulheri tidak menjelaskan mengenai konsepsi filsafat sejarah atau pembahasan sejarahnya Kuntowijoyo. Hal inilah yang menjadi pembeda dengan penelitian yang akan dilakuan. Dalam hal ini, penulis membedakan objek forma penelitiannya dengan skripsi Zulheri. Sebab penulis meneliti persoalan filsafat sejarah yang dibangun oleh Kuntowijoyo.

Berdasarkan penelitian yang ada di atas dapat disimpulkan belum ada yang membahas secara detail mengenai filsafat sejarah menurut Kuntowijoyo.

Oleh karena itu penelitian ini bersifat baru dan original.

E. Metodologi Penelitian

Untuk melakukan penelitan, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

21 Zulheri, ―Ilmu Sosial Profetik; Telaah Pemikiran Kuntowijoyo‖ dalam Skripsi Fakultas Ushuluddin, UIN Sultan Syarif Kasim, Riau, 2012, h. 65.

12

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian kualitatif dengan analisis deksriptif untuk menguraikan serta mengekplorasi pemikiran Kuntowijoyo mengenai filsafat sejarah. Yaitu penelitian dengan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari pengukuran. Penelitian kualitatif secara umum bisa digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, agama, pemikiran, sejarah, tingkah laku, aktivitas sosial, dan lain-lain. Analisis isi dimaksudkan untuk mengetahui dan menjelaskan ide-ide22 dalam persoalan filsafat sejarah menuerut Kuntowijoyo.

2. Pendekatan Penelitian

penulis menggunakan beberapa pendekatan untuk mendapatkan hasil penelitian. Pendekatan yang digunakan adalah interpretasi dan fenomenologis. Interpretasi digunakan Interpretasi atau penafsiran merupakan sebuah proses di mana penulis harus sumber atau data yang telah diverifikasi. Tujuan dari proses interpretasi ini adalah mengelompokkan data-data yang didapatkan dalam konsep yang dibuat penulis. Hal ini dikarenakan data-data yang telah terverifikasi tentunya tidak kesemuanya merupakan kesatuan dan tidak jarang memiliki independensi tersendiri. Untuk itu kemampuan interpretasi penulis (peneliti

22 Dadang Rahmad, Metode Penelitan Agama (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 102.

sejarah) sangat diperlukan agar dapat menggabungkannya dalam konsep yang ingin dikaji. Adapun fenomenologis merupakan metode memperoleh pengetahuan langsung, yang merupakan metoda deskripsi gejala kesadaran hasil suatu pencerapan intuitif.23

3. Sumber Penelitian

Adapun sumber data penelitian ini diambil dari sumber primer dan sumber skunder. Sumber primer penelitian ini adalah buku-buku karya Kuntowijoyo seperti Pengantar Ilmu Sejarah, Metodologi Sejarah, Identitas Politik Umat Islam, Paradigma Islam, maupun Budaya dan Masyarakat. Adapun sumber skundernya diambil dari berbagai buku, jurnal atau karya ilmiah lainnya yang terkait dengan pembahasan filsafat, sejarah dan Kuntowijoyo.

4. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data penulis menggunakan analisis deskriptif. Yang dimaksud pola deskriptif menurut Best (sebagaimana dikutip oleh Sukardi), adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.24 Penyajian dalam bentuk deskriptif ini menyajikan semua hasil penelitian filsafat sejarah Kuntowijoyo dalam bentuk tulisan.

5. Pedoman Penulisan

Penulisan skripsi ini menggunakan buku Pedoman Akademik Tahun 2013/2014 sebagai panduan. Adapun transliterasi menggunakan

23 Toety Heraty Noerhadi, ―Metodologi Penelitian Filsafat‖ dalam Metodologi Penelitian Filsafat, Ed. Reza A.A Wattimena, (Yogyakarta: Kanisius, 2011), h. 28.

24 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 1.

14

transliterasi yang diterbitkan oleh Jurnal HIPIUS (Himpunan Penikmat Ilmu Ushuluddin).

F. Sistematika Penulisan

Dalam bentuk penulisan, skripsi ini terbagi menjadi 5 (lima) bab.

Berikut rinciannya:

Bab I Merupakan bab pertama yang berisi tentang pendahuluan.

Rinciannya berupa latar bekalang masalah penelitian, fokus penelitian, tujuan dan manfaat, serta metodologi penelitian yang digunakan.

Bab II Merupakan bab yang menjelaskan biografi Kuntowijoyo. Isinya berupa riwayat hidup, pendidikan, karir dan karya. Beberapa di antaranya juga membahas sedikit tokoh-tokoh yang mempengaruhi pemikiran Kuntowijoyo.

Bab III Merupakan gambaran umum mengenai teori atau objek formal yang diteliti, dalam hal ini adalah membahas gambaran umum filsafat sejarah.

Pembahasannya meliputi pengertian filsafat sejarah, unsur-unsur filsafat sejarah, tokoh-tokoh yang membahas filsafat barat, baik dari perspektif Barat maupun filsafat Islam.

Bab IV merupakan bab inti dalam penelitian. Pada bab ini penulis akan menyampaikan hasil penelitian terkait konsep filsafat sejarah Kuntowijoyo.

Semua data yang telah diolah dengan melakukan berbagai pendekatan akan dituangkan sepenuhnya dalam bab ini. Adapun isinya meliputi gagasan filsafat sejarahnya, ide-ide filsafat sejarah Kuntowijoyo, tahapan kesadaran dan Zaman hingga relevansi pemikiran filsafat sejarah Kuntowijoyo.

Bab V Merupakan bab penutup yang meliputi kesimpulan dan saran- saran. Kesimpulan merupakan jawaban atas pertanyaan yang sudah

dirumuskan dalam pembatasan masalah. Adapun saran-saran berisikan saran untuk peneliti selanjutnya.

16 BAB II

BIOGRAFI KUNTOWIJOYO A. Biografi Kuntowijoyo

Kuntowijoyo dikenal sesbagai seorang budayawan, sastrawan, dan sejarawan. Semasa hidupnya, Kuntowijoyo adalah guru besar sejarah di Universitas Gadjah Mada. Ia juga dikenal sebagai pengarang berbagai judul novel, cerpen dan puisi, pemikir dan penulis beberapa buku tentang Islam, kolomnis di berbagai media, aktivis berintegritas di Muhammadiyah dan menjadi penceramah di masjid. Dia juga pemikir Islam yang cerdas, jujur dan berintegritas. Sebagai dosen, meski dalam kondisi sakit, ia tetap mau merelakan waktunya untuk membimbing mahasiswanya.1

Kuntowijoyo Lahir di Sorobayan, Bantul, Yogyakarta pada 18 September 1943. Kuntowijoyo lahir dari pasangan H. Abdul Wahid Sosroatmojo dan Hj.

Warasti di Yogyakarta, namun masa hidupnya lebih banyak berada di Klaten dan Solo. Kuntowijoyo merupakan anak kedua dari Sembilan bersaudara.

Kuntowijoyo sangat dekat dengan saudara-saudaranya yang dibesarkan dari struktur kelas priyayi dan dalam lingkungan seni. Ayahnya merupakan seorang pegawai pegawai negeri Garam yang pada saat itu berada di kekuasaan Belanda. Kakeknya seorang lurah yang merangkap menjadi seniman, ulama dan petani sedangkan eyang buyutnya seorang khathath (penulis mushaf al- Qur‘an dengan tangan).2

Kuntowijoyo mewarisi dua corak budaya yang berbeda, yakni

1 Miftahuddin, Ajat Sudrajat, Djurmawan, Kuntowijoyo dan Pemikirannya: Dari Sejarawan Sampai Cendekiawan, (Yogyakarta: UNY, 2014), h. 18.

2 Lihat M. Fahmi, Islam Transendental, h. 25. Atau Sukmawati Wahyu, ―Pemikiran Kuntowijoyo Tentang Historiografi Islam‖ dalam Skripsi Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2012, h. 14.

memberikan warna tersendiri dalam proses kreatif penulisan karya-karya Kuntowijoyo.3 Hal ini dikarenakan sejak kecil Kunto hidup bersama kakeknya, seorang Demang di wilayah Ngawonggo. Sebagai cucu dari seorang Demang, Kunto kecil dibesarkan di antara ‗dua dunia‘, yaitu dunia alam tradisi Jawa disatu sisi, dan disiplin keislaman disisi lainnya.4

Masa kecil Kuntowijoyo adalah masa pergolakan, yaitu agresi Belanda tahun 1947 dan 1948. Sejak kecil, ia aktif mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan, yaitu belajar agama ke surau yang dilakukan sehabis dzhuhur sepulang sekolah hinggaselepas Ashar. Malamnya, sehabis Isya, ia kembali ke surau untuk mengaji. Saat menjalani kehidupan surau inilah, Kuntowijoyo mulai belajar menulis puisi, berdeklamasi dan mendongeng. Selain belajar mengaji dan deklamasi, Kuntowijoyo gemar mendengar siaran sastra di Radio Republik Indonesia (RRI) Surakarta. Pada siang hari, ia sering menyempatkan diri pergi ke kota kecamatan, memasuki gedung perpustakaan dan melahap kisah-kisah Karl Mark.5

Pada tahun 1985 keluarga Kuntowijoyo menempati rumah bertipe 70 di Jalan Ampel Gading 429, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta. Dalam kehidupan sehari-hari Kuntowijoyo bersama keluarga hidup dalam pola kesederhanaan. Karena bagi Kuntowijoyo harta yang paling mahal di rumahnya adalah buku-buku dan piala penghargaan untuk karya-karya yang telah ditulisnya. Kuntowijyo telah banyak menyumbangkan pikirannya dan

3 Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu, halaman Sampul.

4 Waryani Fajar Riyanto, ―Seni Ilmu dan Agama; Tiga Dunia Kuntowijoyo‖ dalam Jurnal Politik Profetik, h. 3.

5 M. Fahmi, Islam Transendental: Menelusuri Jejak-jejak Pemikiran Kuntowijoyo, (Yogyakarta: Pilar Relegia, 2005), h. 30.

18

kemudian dituangkan ke dalam karyanya. Ia sering dijuluki seorang sejarawan beridentitas paripurna. Karena ia menjalani hidup dengan beragam habitat dan identitas. Kuntowijoyo merupakan guru besar sejarah di Universitas Gadjah Mada. Pengarang berbagai judul karya sastra seperti novel, cerpen dan puisi.

Pemikir dan penulis beberapa buku tentang Islam. Kolomnis di berbagai media, aktivis berintegritas di Muhammadiyah, dan sangat sering menjadi penceramah di masjid.6

Tahun 1956, ia menamatkan Sekolah Rakyat (SR). Minat belajar sejarah Kuntowijoyo sudah terlihat sejak ia masih kecil. Ketika ia masih belajar di madrasah ibtidaiyah, Kunto kecil sangat kagum kepada guru mengajinya, Mustajab, yang pandai menerangkan peristiwa sejarah Islam secara dramatik.

Dia merasa seolah-olah ikut mengalami peristiwa yang dituturkan sang Ustad tersebut. Sejak saat itu, Kunto pun tertarik dengan sejarah.7 Ketertarikannya pada dunia bacaan bertambah ketika ia duduk di bangku di SMP.8 Di masa itu ia banyak menyelami beberapa karya sastra, seperti karya Nugroho Notosusanto, Sitor Situmorang, dan beberapa karya-karya sastrawan lainnya.

Sejak di SMP ini pula ia mulai menulis cerita dan sinopsis dengan tulisan tangan. Hingga akhirnya ia berhasil menamatkan SMP di Klaten pada tahun 1959.

Tamat SMP (1959), ia pindah ke Solo dan sekolah SMA di sana. Saat SMA inilah ia mulai melahap karya-karya Charles Dickens dan Anton Chekov.

Tamat SMA tahun 1962, ia masuk Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada (UGM) dan tamat S1 tahun 1969. Di masa mahasiswa, bakat tulis menulisnya

6 Fahmi, Islam Transendential, h. 30.

7 Miftahuddin, dkk, Pemikiran Kuntowijoyo, h. 19.

8 Fahmi, Islam Transendential, h. 31.

semakin berkembang. Berbagai tulisannya, baik berupa puisi,cerpen, novel, essai, dan naskah drama, bertebaran di berbagai media massa,seperti majalah Sastra, Horison, Kompas, Republika, Bernas, dan lainnya. Selain itu di bangku kuliah, Kunto akrab dengan dunia seni dan teater. Dia pernah menjabat sebagai sekretaris Lembaga Kebudayaan Islam (Leksi) dan ketua dari Studi Grup Mantika hingga tahun 1971, sehingga ia berkesempatan bergaul dengan beberapa seniman dan budayawan muda, seperti Arifin C. Noer, Syu'bah Asa, Ikranegara, Chaerul Umam dan Salim Said.9

Kuntowijoyo tidak memilih berlama-lama di kampus, pada tahun 1969 ia berhasil menyelesaikan studinya dan meraih gelar Sarjana Sastra. Animo intelektualnya semakin tak terelakkan, ia tidak berpuas diri dengan gelar kesarjanaan S1 yang diraihnya, geregat pencariannya semakin berkembang sehingga ia memilih untuk meninggalkan tanah kelahiran dan bahkan negaranya demi ilmu. Amerika Serikat adalah Negara yang ia pilih, di sana ia masuk di University of Connectitut dan selesai pada tahun 1974. Bukan hanya itu, gelar Ph.D pun ia raih di Columbia University pada tahun 1980 dengan disertasi yang berjudul Social Change In an Agrarian Society: Madura (1850- 1940), yakni Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris: Madura dari tahun 1850 hingga 1940.10

Sepulang dari Amerika Serikat, ia kemudian kembali mendedikasikan hidup, ilmu, dan dirinya pada almamaternya di Indonesia. Selang beberapa tahun pengabdian di tempat tersebut, ia dinobatkan sebagai Guru Besar Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya UGM pada tahun 2001 dengan pidato

9 Miftahuddin, dkk, Pemikiran Kuntowijoyo, h. 19.

10 Fahmi, Islam Transendental, h. xxvi

20

pengukuhan yang berjudul ‗Periodisasi Sejarah Kesadaran Keagamaan Umat Islam Indonesia: Mitos, Ideologi, dan Ilmu‘.11

Setelah lulus dari Universitas Gadja Mada (UGM) Yogyakarta, Kuntowijoyo menikah dengan Susilaningsih yang dikenalnya di rumah sakit Bethesda, Yogyakarta. pada tanggal 8 November 1969. Dari pernikahannya Kuntowijoyo dikaruniani dua orang putra, yakni Punang Amari Puja dan Alun Pardipta.12

Kesehatan Kuntowijoyo semakin menurun, akan tetapi tidak menghalangi dirinya untuk terus menulis. Pada tahun 1990, Kuntowijoyo menderita penyakit radang selaput otak. Pada akhirnya kesehatannya tidak bisa diselamatkan lagi. Kuntowijoyo meninggal pada 22 Februaru 2005 di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta, setelah terserang komplikasi penyakit sesak napas, diare, dan ginjal.13

B. Karir dan Karya

Sepak terjang Kuntowijoyo dalam dunia intelektual telah memberikan kontribusi besar bagi pemikiran Indonesia. Berikut karir dan karya Kuntowijoyo:

1. Karir:

1) Asisten Dosen Fakultas Sastra Jurusan Sejarah di UGM (1965-1969) 2) Dosen Fakultas Sastra jurusan Sejarah di UGM(1969-2005) & Dosen

Pasca Sarjana di UGM

3) Sekertaris LEKSI ( Lembaga Kebudayaan dan Seni Islam) 1963-1969 4) Ketua studi grup Mantika (1969-1971)

11 Maskur, ―Ilmu Sosial Profetik Kuntowijoyo; Telaah Liberalisasi, Humanisasi dan Transendensi‖ dalam Tesis UIN Alauddin Makasar, tahun 2012, h. 32.

12 Maskur, ―Ilmu Sosial Profetik Kuntowijoyo, h. 34.

13 Sukmawati Wahyu, ―Pemikiran Kuntowijoyo‖, h. 22.

5) Pendiri Pondok Pesantren Budi Mulia (1980)

6) Pendiri Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan (PPSK) di Yogyakarta (1980)22

7) Anggota KITLV (Koninklijk Institut Voor de tall, Land en Volkekunde) 8) Anggota HIPIIS (Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu

Sosial)

9) Anggota MSI (Masyarakat Sejarawan Indonesia)

10) Anggota Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (Diktilibang) PP Muhammadiyah (1985-1995)

11) Anggota majelis pertimbangan PP Muhammadiyah (1990-1995) 12) Staf ahli pada Jurnal Ilmu dan kebudayaan ulumul Qur‘an (1990-2000) 13) Koordinator bidang pengembangan kebudayaan pada departemen

pembinaan SDM dan pembudayaan ICMI (1990-1995)14

Adapun karya karyanya, semasa hidup Kuntowijoyo membangun tradisi keilmuan tidak hanya melalui ucapan-ucapan lisan, tapi juga ditorehkan dalam tinta sehingga menghasilkan beberapa karya dalam berbagai bidang, berikut rinciannya:

1) Dinamika Sejarah Umat Islam, diterbitkan pada tahun 1985. Dalam buku tersebut, Kuntowijoyo mengupas tentang proses umat Islam dalam membangun sejarahnya.

2) Budaya dan Masyarakat, terbit tahun 1987. Buku ini merupakan bahan kajian yang amat kaya dalam memahami perkembangan masyarakat dan perubahan kebudayaan. sekaligus dipaparkan berbagai faktor pendukung

14 Sukmawati, ―Pemikiran Kuntowijoyo‖, h. 30.

22

dan kendala dalam proses tersebut, dan dalam batas-batas tertentu dibicarakan pula perbandingan sejarah perkembangan masyarakat yang kini tergolong maju.

3) Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, terbit pada tahun 1991. Dalam buku ini secara umum Kuntowijoyo menegaskan bahwa modal utama untuk memperbaiki ilmu-ilmu moderen adalah agama. Ilmu dipahami sebagai hal yang tidak bebas nilai (berpihak), tapi mengandung aspirasi transformasi sosial dalam bentuk cita- cita profetik.

4) Radikalisasi Petani, terbit pada tahun 1994. Buku ini merupakan kumpulan Esai-Esai yang sebagian besarnya membahas tentang masyarakat dan petani pedesaan bahwa radikalisasi yang terjadi dalam perjalanan sejarahnya digerakkan oleh komunis baik pada saat masa kolonial maupun pada demokrasi terpimpin.

5) Demokrasi dan Budaya Birokrasi, terbit tahun 1994. Dalam buku tersebut diperkenalkan empat jenis demokrasi, yaitu demokrasi gajah, demokrasi kuda, dan demokrasi anjing, dan demokrasi pancasila. Keempat hal tersebut kemudian dikaitkan dengan budaya yang terjadi pada birokrasi sehingga memberi gambaran yang sangat menarik terkait dengan kenyataan tersebut.

6) Metodologi Sejarah, terbit tahun 1994. Buku tersebut membahas tentang biografi yang dikategorikan sebagai bagian dari sejarah. Dalam buku ini mengajukan syarat biografi, yaitu: keperibadian tokoh, kekuatan sosial yang mendukung, lukisan sejarah zamannya, keberuntungan dan kesempatan yang datang.

7) Pengantar Ilmu Sejarah, terbit tahun 1997. Buku ini mengilustrasikan upaya kongkrit penulis dalam meretas kesenjangan ilmu sejarah yang senantiasa terpolakan secara kaku pada dua dikotomi obyek penelitian, yakni antara sejarah sebagai sebuah peristiwa dan sejarah sebagai struktur.

8) Penjelasan Sejarah (Historical Exsplanation), terbit tahun 2008. Buku Penjelasan Sejarah ini merupakan karya terakhir Kuntowijoyo sebelum meninggal. Pada buku ini penulis membahas mengenai teori penjelasan sejarah (Historical explanation theory). Penjelasan sejarah ialah usaha membuat unit sejarah yang dimengerti secara cerdas.

9) Identitas Politik Umat Islam, terbit pada tahun 1997. Dalam buku tersebut, Kuntowijoyo membuktikan keberpihakan nilainya pada Islam sebagai sebuah agama dengan cara menjadikan agama sebagai hal yang paling istimewa dalam kehidupan bernegara.

10) Muslim Tanpa Masjid: Esai-esai Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transendental, terbit tahun 2001. Secara keseluruhan muatan buku ini menjelaskan tentang agama, politik, dan budaya dalam lingkup keIslaman di Indonesia,

11) Selamat Tinggal Mitos, Selamat Datang Realitas: Esai-esai Budaya dan Politik, terbit pada tahun 2002. Secara umum buku ini menjelaskan tentang 37 agama, politik dan budaya dalam lingkup keIslaman di Indonesia.

12) Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris: Madura 1850-1940, terbit pada tahun 2002. Buku ini adalah disertai doktoral penulis di Columbia University yang menyajikan gambaran yang cukup mendalam tentang

24

proses perubahan sosial di Madura dalam periode satu abad menjelang kemerdekaan Indonesia.

13) Raja, Priyayi, dan Kawula: Surakarta 1900-1915, terbit pada tahun 2004.

Tulisan ini adalah kumpulan dari beberapa makalah yang pernah ditulis oleh penulis. Secara umum buku ini bertutur tentang keadaan sosial budaya di Surakarta.

14) Islam sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi, dan Etika, diterbitkan pada tahun 2004.15

Adapun karya lain dalam bidang sastra antara lain: Kereta Api yang Berangkat Pagi Hari (novel, 1966), yang dimuat di Harian Jihad sebagai cerita bersambung. Rumput-rumput Danau Bento (drama, 1969), Tidak Ada Waktu bagi Nyonya Fatma, Barda dan Cartas (drama, 1972), Novel Pasar (terbit sebagai buku tahun 1994), Topeng Kayu (drama, 1973), Khotbah di Atas Bukit (novel, 1976), Isyarat (kumpulan sajak, 1976), Suluk Awung- Awung (kumpulan sajak, 1976).

Dari kurang Lebih 50 buku yang telah dirilisnya, begitu juga cerpen dan kolom-kolomnya di berbagai media. Dramanya berjudul Rumput-Rumput Danau Bento, memperoleh Hadiah Harapan Sayembara Penulisan Lakon Badan Pembina Teater nasional Indonesia (1967). Cerita pendek, Dilarang Mencintai Bunga-Bunga memenangkan penghargaan pertama dari sebuah majalah sastra tahun 1969. Kumpulan cerpennya yang diberi judul sama Dilarang Mencintai Bunga-Bunga, kembali mendapat Penghargaan Hadiah Penulisan Sastra tahun 1999 dari Pemerintah RI melalui Pusat Pembinaan dan

15 Maskur, ―Ilmu Sosial Profetik Kuntowijoyo, h. 36-40.

Pengembangan Bahasa (sekarang Pusat Bahasa). dramanya Tidak Ada Waktu bagi Nyonya Fatma, Barda dan Cartas memperoleh Hadiah Harapan sayembara penulisan lakon DKJ tahun 1972 dan Topeng Kayu, memperoleh Hadiah Kedua dalam sayembara penulisan lakon DKJ tahun 1973. Novelnya Pasar, mendapat hadiah dalam Sayembara Mengarang Roman Panitia Tahun Buku Internasional DKI 1972. Karya novelnya, yang pernah menjadi cerita bersambung di harian Kompas, berjudul Mantra Pejinak Ular (2000), ditetapkan sebagai satu di antara tiga pemenang Hadiah Sastra Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) pada 2001. Beberapa cerpen juga terpilih sebagai cerpen terbaik Kompas dan menjadi judul dari kumpulan cerpen itu sendiri, diantaranya Laki-laki yang Kawin Dengan Peri (1995), Pistol Perdamaian (1996), dan Anjing-anjing Menyerbu Kuburan (1997).16

C. Latar Belakang Pemikiran Kuntowijoyo

C. Latar Belakang Pemikiran Kuntowijoyo

Dokumen terkait