• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H / 2020 M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H / 2020 M"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

1

Islam sebagai syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

Dimas Hidayatullah 11140331000030

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H / 2020 M

(2)
(3)
(4)
(5)

A. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا tidak dilambangkan

ب b Be

ت t Te

ث ts te dan es

ج j Je

ح h ha dengar garis di bawah

خ kh ka dan ha

د d De

ذ dz de dan zet

ر r Er

ز z Zet

س s Es

ش sy es dan ye

ص s es dengan garis bawah

ض ḏ de dengan garis bawah

ط ṯ te dengan garis bawah

ظ ẕ zet dengan garis bawah

ع ‗ koma terbalik di atas hadap kanan

غ gh ge dan ha

ف f Ef

ق q Ki

ك k Ka

iv

(6)

ل l El

م m Em

ن n En

و w We

ه h Ha

ء ` Apostrof

ي y Ye

B. Vokal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan ـ´

ـــ a fatḥah

ـ¸

ـــ i Kasrah

ـ˚

ـــ u ḏammah

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan ـ´

ي ــــ ai a dan i

ـ´

ـــ

و au a dan u

C. Vokal Panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan ــ

ﺎ â a dengan topi di atas

ــ

ﻲ î i dengan topi di atas

ــ

ﻮ û u dengan topi di atas

v

(7)

Dimas Hidayatullah, 11140331000030 “Konsep Filsafat Sejarah Perspektif Kuntowijoyo” Aqidah dan Filsafat Islam, Ushuluddin, 2020

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan filsafat sejarah perspektif Kuntowijoyo. Dengan metode deskriptif kualitatif, penulis ingin mengetahui bagaimana konsep filsafat sejarah yang dijelaskan oleh Kuntowijoyo. Penelitian mengambil sumber primer berupa buku-buku karya Kuntowijoyo terkait sejarah.

Hasilnya adalah filsafat sejarah setidaknya menjelaskan tentang analisa kritis dalam setiap lini penelitian sejarah. Pada akhirnya sejarah akan menjadi sangat kritis hingga bersifat spekulatif sebagaimana disebut sebagai filsfat sejarah. Gagasan utama filsafat sejarah Kuntowijoyo adalah sejarah merupakan upaya pencarian makna atas peristiwa masa lalu untuk diaktualisasikan menjadi kesadaran sejarah dan menciptakan perubahan sosial masa kini atau masa depan.

Dari gagasan tersbut memunculkan adanya ide kemajuan berupa perubahan.

Perubahan yang dimaksud adalah upaya cita-cita sosial profetis, yaitu menuju masyarakat berperadan luhur yang diciptakan melalui kesadaran sejarah. Adapun cita-cita sosial profetis memuat persoalan humanisme, liberasi, dan transendensi.

Kata Kunci : Kuntowijoyo, Filsafat Sejarah

vi

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillâhi rabbi al-„âlamîn segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya. Karena atas kuasa dan ridha-Nya lah penulis akhirnya bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah memberikan tauladannya bagi umat manusia dengan akhlaq yang begitu mulia. Dan atas izin dari Allah, beliau memiliki keistimewaan untuk dapat memberikan syafa‘at kepada umatnya.

Penulisan skripsi ini tentunya melibatkan berbagai pihak yang turut membantu dari awal hingga akhir, baik yang berupa bantuan doa, materi atau yang lainnya. Oleh karena itu, dengan segala hormat, penulis sampaikan terimakasih kepada:

1. Terima kasih kepada Prof. Dr. Yusuf Rahman, MA. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta dan seluruh sivitas akademik Fakultas Ushuluddin.

2. Dra. Tien Rahmatin, MA. selaku Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam dan Dra. Banun Baningrum, M.Pd. selaku sekretaris Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam dan dosen penasehat akademik penulis yang telah mempermudah segala administrasi yang penulis tempuh selama ini.

3. Ibu Rosmaria Sjafariah W., SS, M.Si.. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing,

vii

(9)

mendoakan dan mendukung tanpa kenal lelah dari pertama kali menjadi mahasiswa hingga detik ini dan selamanya. Sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

5. Teman-teman dari Aqidah dan Filsafat Islam angkatan 2014 yang telah berjuang bersama selama penulis studi di UIN Jakarta yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

6. Teman-teman IKRAR, IPPMK JADETABEK dan KMSGD JABODETABEK yang telah menjadi support system dan rumah singgah saya selama berjuang di Ciputat.

7. Teman-teman HMKI, KANDANG MACA(N), KM PROJECT yang telah menjadi support system saya di Kuningan.

8. Zidan Muhamad Ramdan atas nama dan segalanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semuanya dan dapat memperluas pengetahuan dan khazanah keilmuan Islam.

Akhir kata, semoga kita semua selalu dilindungi dan diridhai oleh Allah SWT. serta membimbing kita menuju jalan yang benar. Âmîn yâ rabba al-

„âlamîna

viii

(10)

Ciputat, 09 September 2020

Penulis

Dimas Hidayatullah

ix

(11)

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI... v

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Tinjauan Pustaka ... 8

E. Metode Penelitian ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II BIOGRAFI KUNTOWIJOYO A. Biografi Kuntowijoyo ... 16

B. Karir dan Karya ... 19

C. Latar Belakang Pemikiran Kuntowijoyo ... 24

BAB III KONSEP FILSAFAT SEJARAH A. Pengertian Umum Filsafat Sejarah ... 29

B. Ide Dasar Filsafat Sejarah ...33

1. Ide Kemajuan ... 34

2. Ide Tentang Waktu ... 35

3. Ide Kebebasan ... 36

4. Ide Masa Depan ... 36

C. Tokoh yang Membahas Filsafat Sejarah ... 36

1. Ibnu Khaldun ... 36

2. Filsafat Sejarah Hegel ... 40

3. Murtadha Muttahari ... 43

BAB IV GAGASAN FILSAFAT SEJARAH KUNTOWIJOYO A. Gagasan Umum Sejarah Kuntowijoyo ... 48

B. Tujuan dan Makna Sejarah ... 53

C. Ide Kemajuan ... 57

1. Humanisasi ... 64

2. Liberasi ... 66

3. Transedensi ... 67

D. Aktualisasi Filsafat Sejarah Kuntowijoyo ... 68 BAB V PENUTUP

x

(12)

A. Kesimpulan... 76 B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA ... 78

xi

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sejarah merupakan ilmu dalam rangka mengungkap kebenaran kejadian masa lalu. Dalam prakteknya, sejarah berusaha merekonstruksi kejadian sehingga bisa diterima dan dipahami oleh semua pihak. Akan tetapi rekonstruksi masa lalu memiliki kemiripan dengan mitos atau dongeng, sehingga kebenaran mengenai sejarah perlu dikritisi lebih mendalam dalam perspektif yang lebih luas, yaitu perspektif filsafat. Sehingga upaya kebenaran atas kejadian masa lalu tidak hanya menceritakan kejadian semata, melainkan terdapat orientasi yang bisa diimplementasikan pada saat ini.

Dalam KBBI sendiri, sejarah diartikan sebagai proses perubahan dan perkembangan masyarakat yang terjadi di masa lampau hingga saat ini.1 Hal ini mengacu pada adanya perubahan merupakan hasil perbandingan waktu tertentu yang terjadi pada satu masyarakat. Dalam perubahan tentunya memuat proses terbentuknya perubahan itu sendiri. Proses tersebut menunjukkan sebuah gejala sejarah. Gejala sejarah juga memuat persoalan hubungan kausal sekaligus proses yang terjadi dari sebelum hingga sesudah adanya perubahan.2

Secara etimologi, sejarah berasal dari bahasa Yunani yaitu historia yang berarti belajar dengan bertanya-tanya. Kemudian menjadi bahasa Inggris yang diartikan telaah mengenai gejala-gejala (terutama hal ikhwal manusia)

1Ahmad Dasuki, Historiografi dan Penggunaan Sejarah dalam Pendidikan, ed. Helius Sjamsuddin dan Andi Suwirta, (Bandung: Historia Press, 2003), h. 3.

2 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013), h. 78.

1

(14)

2

dalam urutan kronologis.3 Dengan kata lain sejarah dapat dipahami sebagai penjelasan mengenai gejala masa lalu.

Salah satu peranan sejarah adalah menemukan identitas manusia.

Sejarah membahas asal-usul masa lalu berarti menggali dan mengenali asal manusia. Proses tersebut menghasilkan sebuah pengetahuan masa yang lalu.

Dalam sejarah juga terhimpun mengenai pengalaman insani. Hal ini berperan penting dalam pembinaan identitas kolektif dan dapat dijadikan wahana pertama untuk mensosialisasikan kepada sesama manusia.4 Dalam pengertian Ernest Cassier inilah disebut sebagai unsur susbtansial yang menghubungkan pengetahuan manusia melalui sejarah.5

Dengan penjelasan ini maka sejarah bisa disebut sebagai peristiwa, sebagai ilmu, maupun sebagai kisah atau cerita.6 Kedudukan ini dikarenakan sejarah bukanlah kumpulan dari fakta, parade tokoh, kronologis peristiwa, atau deskripsi belaka yang apabila dibaca akan terasa kering karena kurang mempunyai makna, akan tetapi fakta-fakta sejarah harus diinterpretasikan atau ditafsirkan agar sesuatu peristiwa dapat di- rekonstruksikan dengan baik, yakni dengan jalan menyeleksi, menyusun, mengurangi tekanan, dan menempatkan fakta dalam urutan kausal. Dengan demikian, tidak hanya pertanyaan dimana, siapa, bilamana, dan apa yang perlu dijawab, tetapi juga yang berkenaan dengan kata mengapa dan apa jadinya. Oleh karena itu sejarah memerlukan penjelasan yang rasional mengenai suatu fenomena historis.7

3 Ismaun, Sejarah Sebagai Ilmu, (Bandung: Historia Utama Press, 2005), h. 4.

4 Bertrand Russel, Unpolar Essay, (Londong; Goerg Allen Ltd, 1955), h. 40.

5 Ernst Cassirer, Manusia Dan Kebudayaan: Sebuah Esei Tentang Manusia. Terj. Alois A Nugroho, (Jakarta: Anggota IKAPI, 1990), h. 261.

6 Ismaun, Pengantar Ilmu Sejarah, (Jakarta: Universtas Terbuka, 1993), h. 277.

7 Ismaun, Pengantar Ilmu Sejarah, h. 279.

(15)

Menurut Gottschalk, sejarawan harus menggunakan pendekatan filsafat untuk mengungkap makna sejarah yang terkandung di dalam sebuah peristiwa.

Sebab realitas yang telah terjadi pada masa lampau akan sangat sulit dipahami.

Terdapat persoalan makna, motif, serta tujuan atas adanya peristiwa kerap memiliki makna yang filosofis. Dengan demikian pendekatan filosofis ini merupakan alat ukur untuk menimbang, mengetahui serta menakar segala kemungkinan segala makna dalam satu peristiwa di dalamnya.8 Selain itu, Gottschalk berpendapat bahwa sejarah merupakan seni (art). Hal ini dinyatakan bahwa sejarah dihadirkan dalam bentuk story telling menjadi bagian dari ilmu kemanusiaan itu sendiri. Sebagaimana dalam tahap historiografi dan eksplanasinya, sejarah memerlukan sentuhan-sentuhan

―estetika‖ atau ―keindahan‖ hingga sejarah menjadi bagian dari seni itu sendiri.9

Gambaran sejarah sebagai analisa filsafat dapat dipahami melalui penjelasan Ibn Khaldun. Pada hakekatnya sejarah adalah catatan tentang masyarakat manusia. Sejarah identik dengan peradaban dunia, yaitu tentang perubahan yang terjadi pada watak peradaban, seperti keliaran, keramah- tamahan, dan solidaritas atau ashabiyah; tentang revolusi dan pemberontakan oleh segolongan rakyat melawan golongan lain dengan akibat timbulnya kerajaan-kerajaan dan negara-negara dengan berbagai tingkatannya; tentang kegiatan dan kedudukan orang, baik untuk mencapai penghidupan-nya, maupun dalam ilmu pengetahuan dan pertukangan; dan pada umumnya tentang

8 Louis Gotschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI Press, 1989), h. 6.

9 Ismaun, Pengantar Sejarah, h. 283.

(16)

4

segala perubahan yang terjadi dalam peradaban karena watak peradaban itu sendiri.10

Ibn Khaldun membedakan antara lahiriah ilmu sejarah menurut terminologinya. Pada bagian pertama adalah uraian-uraian tentang peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan perbincangan bagaimana negara-negara itu muncul, berdiri, berkembang, mencapai kejayaan, dan kemudian sirna. Dengan kata lain menunjuk kepada pengertian sejarah pada umumnya. Sedangkan pada bagian kedua adalah menunjuk kepada salah satu cabang dari hikmah dan filsafat, sebab Ibn Khaldun mengkaji berbagai sebab peristiwa dan hukum- hukum yang mengendalikannya. Langkah Ibn Khaldun ini dapat diklasifikasikan sebagai salah satu aspek dari filsafat sejarah. Dengan pertautan sejarah pada filsafat, Khaldun tampaknya ingin mengatakan bahwa sejarah memberikan kekuatan inspiratif dan intuitif kepada filsafat. Pada pihak lain, filsafat menawarkan kekuatan logis kepada sejarah. Dengan aset logika kritis, seorang sejarawan akan mampu menyaring dan mengkritik sumber sejarah baik tulisan maupun lisan sebelum ia sampai pada proses penyajian final dari penyelidikannya.11

Selain Ibn Khaldun, pemikir Islam kontemporer seperti Murtadha Mutahhari memiliki pendapat mengenai filsafat sejarah sebagai pengetahuan tentang menjadinya masyarakat, bukan tentang bentuknya masyarakat. Hal ini didasarkan pada pengetahuan tentang perubahan-perubahan bertahap yang membawa masyarakat bergerak dari satu tahap ke tahap yang lain. filsafat

10 Budi Sujati, ―Konsepsi Pemikiran Filsafat Sejarah dan Sejarah Menurut Ibn Khaldun‖

dalam Jurnal Tamaddun, Vol. 6. No. 2. Tahun 2018, h. 129.

11 Budi Sujati, ―Konsepsi Pemikiran Filsafat Sejarah dan Sejarah Menurut Ibn Khaldun‖

dalam Jurnal Tamaddun, Vol. 6. No. 2. Tahun 2018, h. 135.

(17)

sejarah merupakan telaah tentang arus menerus yang berasal dari masa lampau dan terus mengalir menuju masa mendatang. Waktu, dalam menelaah tipe masalah ini, tidak boleh dianggap hanya sebagai suatu bejana (yang diisi oleh kenyataan sejarah), tetapi harus pula dipandang sebagai salah satu dimensi kenyataan.12

Adapun mengenai ide-ide yang terkandung dalam filsafat sejarah dapat dipahami sebagaimana pendapat Munir. Menurutnya terdapat empat ide yang terkandung dalam filsafat sejarah, yakni kemajuan, waktu, kebebasan dan makan masa depan. Ide kemajuan berhasil membawa peradaban manusia ke arah yang lebih baik. Adapun waktu merupakan pembagian masa yang dialami oleh manusia, meliput lampau, kini dan masa depan. Adapun ide mengenai kebebasan merupakan modal utama dalam menciptakan atau melakoni makhluk sejarah. Dengan kebebasan, manusia menciptakan tentang dirinya sendiri secara terus menerus. Terakhir ide masa depan merupakan mewujudkan cita-cita yang diinginkan.13

Dari kerangka pemikiran di atas, terdapat satu pemikir yang fokus dalam bidang sejarah dari Indonesia, yakni Kuntowijoyo. Kuntowijoyo dikenal sebagai pemikir yang optimis akan masa depan Islam.14 Lahir di Yogyakarta, 18 September 1943. Pemikiran keislamannya ditempa dalam berbagai aktivitas sosial dan budaya. Ia pernah aktif di PII dan kelompok diskusi Limited Group. Selama menjadi mahasiswa dia banyak aktif dalam bidang kesenian dan kebudayaan sehingga dia lebih dikenal sebagai seorang sastrawan

12 Murtadha Mutaharri, Tafsir Holistik, (Bandung: Mizan, 2004), h. 344.

13 Misnil Munir, ―Ide-Ide Filsafat Sejarah‖ dalam Jurnal Filsafat Vol. 2. No. 3.

Desember 20112, h. 297.

14 Fakhri Ali dan Bachtiar Efendy, Merambah Jalan Baru Islam: Rekonstruksi Pemikiran Islam Indonesia Masa Oerde Baru, (Bandung: Mizan, 1986), h. 224.

(18)

6

dan budayawan. Karya sastranya banyak yang diterbitkan dan mendapat penghargaan. Interesnya yang sangat besar terhadap masalah sosial umat Islam juga dilatarbelakangi oleh bidang keilmuan yang ditekuninya, yaitu ilmu sejarah. Dia menyelesaikan sarjananya di fakultas sastra jurusan sejarah UGM pada 1969. Gelar MA-nya diperoleh dari University of Connecticut, USA, sedang Ph.D dalam studi sejarah dari University of Columbia pada 1980 dengan disertasi berjudul: Social Change in Agrarian Society: Madura 1850- 1940.15

Gagasan Kuntowijoyo mengenai sejarah dapat dipahami dalam menjelaskan fungsi sejarah secara ekstinsik, yaitu sebagai pendidikan moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa depan, dan keindahan.

Misalnya, sebagai pendidikan penalaran, maka seorang yang belajar sejarah tidak akan berpikir monokausal, yaitu pikiran yang menyatakan bahwa sebab terjadinya peristiwa itu hanya satu. Sejarah harus berpikir plurikausal, yang menjadi penyebab itu banyak.16 Dengan demikian, pendekatan sejarah yang diterapkan oleh Kuntowijoyo bersifat filosofis.

Selain itu, gagasan sejarah Kuntowijoyo tidak hanya menjelaskan perubahan sosial, tetapi juga memberi petunjuk ke arah mana perubahan tersebut. Oleh karena itu, sejarah yang bermakna profetika tidak sekedar mengubah demi perubahan, tetapi mengubah berdasarkan cita-cita perubahan yang diidamkan masyarakat. Cita-cita profetik berarti perubahan yang didasarkan pada cita-cita humanisme (emansipasi), liberasi dan transendensi

15 Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1991), h.

vi.

16 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, h. 22.

(19)

sesuai dengan misi historis Islam sejarah yang ingin dibentuk adalah diarahkan untuk rekayasa masyarakat menuju cita-cita sosial-etiknya di masa depan.17

Optimisme Kuntowijoyo untuk membangun paradigma baru ilmu sosial ini didasari oleh keyakinan bahwa ilmu itu bersifat relatif, atau dalam bahasa Thomas Khun ―paradigmatik‖, Marx, bersifat ideologis dan Wittgenstain, bersifat bahasa. Dalam pandangannya, ilmu-ilmu sosial sekarang mengalami kemandekan, fungsinya hanya terbatas pada memberi penjelasan terhadap gejala-gejala saja. Ini menurutnya tidak cukup. Ilmu-ilmu sosial disamping menjelaskan, juga harus dapat memberi petunjuk ke arah transformasi, sesuai dengan cita-cita profetiknya, yaitu humanisasi atau emansipasi, liberalisasi dan transendental.18

Gagasan sejarah yang dijelaskan oleh Kuntowijoyo sarat akan pendekatan filosofis. Pemikiran kesejarahannya menerapkan ide-ide dasar yang terkandung dalam filsafat sejarah. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti FILSAFAT SEJARAH PERSPEKTIF KUNTOWIJOYO.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa gagasan sejarah yang dijelaskan Kuntowijoyo tidak sebatas menjelaskan dan merekonstruksi kejadian masa lalu, akan tetapi terdapat upaya memahami kejadian secara kausalitas dan profetik sebagai arah cita-cita perubahan. Untuk memfokuskan penelitian, maka penulis membatasi pada persoalan bagaimana pemikiran Kuntowijoyo tentang sejarah dalam perspektif filsafat? Dengan pendekatan filosofis, maka ide sejarah yang dicetuskan Kuntowijoyo diharapkan mampu

17 Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu: Epistimologi, Metodologi, dan Etika, (Yogyakarta:

Teraju, 2005), 91-92.

18 Kuntowijoyo, Paradigma Islam, h. 19.

(20)

8

menjelaskan filsafat sejarah. Adapun rumusan masalahnya adalah Bagaimana filsafat sejarah menurut Kuntowijoyo?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gagasan filsafat sejarah secara umum.

2. Untuk mengetahui gagasan filsafat sejarah menurut Kuntowijoyo.

3. Untuk mengetahui kesesuaian antara filsafat sejarah menurut Kuntowijoyo dengan filsafat sejarah Islam.

Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:

1. Sebagai syarat memenuhi gelar akademik Sarjana Agama (S.Ag) pada Prodi Aqidah Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sebagai tambahan khazanah keilmuan dalam bidang filsafat pada Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Sebagai tambahan untuk memperdalam wawasan ilmu-ilmu keislaman, khususnya terkait takdir. Sekaligus menjadi wahana untuk menambah khasanah keilmuan agar dapat memberikan penerangan atau informasi kepada pembaca tentang pentingnya memahami konsep filsafat sejarah dalam pandangan Kuntowijoyo.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini penulis mengacu pada studi terdahulu terkait pembahasan filsafat sejarah maupun penelitian mengenai Kuntowijoyo dalam kaidah penelitian filsafat. Secara umum terdapat beberapa penelitian terkait, berikut rinciannya:

(21)

1. Skripsi yang ditulis oleh Muslim, mahasiswa Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011 berjudul ―Pemikiran Murtadha Mutahhari tentang Filsafat Sejarah‖. Penelitian tersebut terfokus pada pemikiran Murtadha Mutahhari mengenai filsafat sejarah sekaligus sebagai kritik terhadap matrealisme historisnya Karl Marx. Adapun hasilnya adalah filsafat sejarah menurut Murtadha Muthaharri merupakan pengetahuan tentang perkembangan masyarakat dari masa ke masa. Adapun fokus utamanya adalah pembahasan mengenai ―menjadi‖nya masyarakat sebagai gerak, bukan ―wujud‖nya masyarakat. Masyarakat sendiri bergerak dalam dua hukum, yakni hukum yang mengatur pada spesies dalam kerangka kelas atau golongannya dan hukum yang mengatur manusia berkembang atau berevolusi pada bentuk peradaban yang lebih tinggi.19

Persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama membahas mengenai filsafat sejarah. Akan tetapi yang membedakannya adalah penulis mengambil Kuntowijoyo sebagai objek pemikiran yang akan diteliti. Hal ini jelas memiliki perbedaan antara pemikiran Murtadha Muthaharri dan Kuntowijoyo.

2. Skripsi yang ditulis oleh M. Abdul Aziz, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta tahun 2004 tentang ―Filsafat Sejarah Menurut Ibn Khaldun‖. Penelitian tersebut terfokus pada persoalan kerangka epistemologi filsafat sejarah yang digagas oleh Ibn Khaldun sehingga dapat ditemukan originalitas filsafat sejarahnya. Adapun hasilnya Ibn Khaldun membangun filsafat sejarahnya melalui epistemologi empiris

19 Muslm, ―Pemikiran Murtadha Muthaharri Tentang Filsafat Sejarah‖ dalam Skripsi Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, h. 92.

(22)

10

dan positifistik. Menurut Ibn Khaldun, pengetahuan didapatkan melalui pengalaman perasaan dan inderawinya. Adapun implemnetasinya adalah dilihat dari Ibn Khaldun menjelaskan mengenai masyarakat, interaksi serta perubahan yang terjadi di dalamnya melalui pengamatan inderawi. Begitu juga dalam menjelaskan asobiyah sebagai siklus perkembangan sejarah yang dijelaskan berdasarkan fakta empiris.

Persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama sama mengambil filsafat sejarah. Akan tetapi, konsep filsafat sejarah Ibn Khaldun juga menjadi referensi utama dalam menjelaskan teori filsafat sejarah. Akan tetapi perbedaan mendasarnya adalah objek yang ditelitinya berbeda, sebab penulis mengambil pemikiran Kuntowijoyo sebagai objek penelitian filsafatnya. Adapun titik temunya penulis juga mencari serta menganalisa adanya kemungkinan keterpengaruhan Kuntowijoyo mengadopsi pemikiran-pemikiran filsafat sejarah Ibn Khaldun. Hal ini bisa dijadikan bahan komparasi maupun kecenderungan pemikiran Kuntowijoyo yang menggunakan pendekatan agama.20

3. Skripsi yang ditulis oleh Zulheri, mahasiswa fakultas Ushuluddin, UIN Sultan Syarif Kasim, Riau tahun 2012 berjudul ―Ilmu Sosial Profetik;

Telaah Pemikiran Kuntowijoyo‖. Permasalahan yang diangkatnya adalah filsafat Barat tidak mampu memberikan tawaran yang memuaskan karena hanya terombang-ambing dalam dua kutub idealis dan materialis, tanpa berkesudahan. Pemikiran Kuntowijoyo ini merupakan sebuah respon terhadap perkembangan arus pemikiran diera postmodernisma, di sini ia

20 M. Abdul Aziz, ―Filsafat Sejarah Ibn Khaldun‖ dalam Skripsi Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2004, h. 100.

(23)

menempatkan ajaran agama sebagai salah satu seumber ilmu pengetahuan.

Adapun hasil penelitiannya adalah Ilmu sosial profetik dalam pemikiran Kuntowijoyo ini adalah suatu disiplin ilmu sosial yang menjadikan dimensi transedental sebagai landasanya. Ia merupakan alternative di tengah-tengah perkembangan berbagai ilmu pengetahuan yang cendrung bersifat positivis.

Selain itu, nilai-nilai transedental dalam ilmu sosial profetik Kuntowijoyo ini mengadopsi suatu ajaran yang besumber dari teks keagamaan otoritatif (yakni alquran dan hadist).21

Penelitian Zulheri memiliki banyak persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Beberapa persamaannya adalah pembahasan mengenai Kuntowijoyo, pembahasan mengenai masyarakat. Akan tetapi dalam penelitian Zulheri tidak menjelaskan mengenai konsepsi filsafat sejarah atau pembahasan sejarahnya Kuntowijoyo. Hal inilah yang menjadi pembeda dengan penelitian yang akan dilakuan. Dalam hal ini, penulis membedakan objek forma penelitiannya dengan skripsi Zulheri. Sebab penulis meneliti persoalan filsafat sejarah yang dibangun oleh Kuntowijoyo.

Berdasarkan penelitian yang ada di atas dapat disimpulkan belum ada yang membahas secara detail mengenai filsafat sejarah menurut Kuntowijoyo.

Oleh karena itu penelitian ini bersifat baru dan original.

E. Metodologi Penelitian

Untuk melakukan penelitan, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

21 Zulheri, ―Ilmu Sosial Profetik; Telaah Pemikiran Kuntowijoyo‖ dalam Skripsi Fakultas Ushuluddin, UIN Sultan Syarif Kasim, Riau, 2012, h. 65.

(24)

12

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian kualitatif dengan analisis deksriptif untuk menguraikan serta mengekplorasi pemikiran Kuntowijoyo mengenai filsafat sejarah. Yaitu penelitian dengan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari pengukuran. Penelitian kualitatif secara umum bisa digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, agama, pemikiran, sejarah, tingkah laku, aktivitas sosial, dan lain-lain. Analisis isi dimaksudkan untuk mengetahui dan menjelaskan ide-ide22 dalam persoalan filsafat sejarah menuerut Kuntowijoyo.

2. Pendekatan Penelitian

penulis menggunakan beberapa pendekatan untuk mendapatkan hasil penelitian. Pendekatan yang digunakan adalah interpretasi dan fenomenologis. Interpretasi digunakan Interpretasi atau penafsiran merupakan sebuah proses di mana penulis harus sumber atau data yang telah diverifikasi. Tujuan dari proses interpretasi ini adalah mengelompokkan data-data yang didapatkan dalam konsep yang dibuat penulis. Hal ini dikarenakan data-data yang telah terverifikasi tentunya tidak kesemuanya merupakan kesatuan dan tidak jarang memiliki independensi tersendiri. Untuk itu kemampuan interpretasi penulis (peneliti

22 Dadang Rahmad, Metode Penelitan Agama (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 102.

(25)

sejarah) sangat diperlukan agar dapat menggabungkannya dalam konsep yang ingin dikaji. Adapun fenomenologis merupakan metode memperoleh pengetahuan langsung, yang merupakan metoda deskripsi gejala kesadaran hasil suatu pencerapan intuitif.23

3. Sumber Penelitian

Adapun sumber data penelitian ini diambil dari sumber primer dan sumber skunder. Sumber primer penelitian ini adalah buku-buku karya Kuntowijoyo seperti Pengantar Ilmu Sejarah, Metodologi Sejarah, Identitas Politik Umat Islam, Paradigma Islam, maupun Budaya dan Masyarakat. Adapun sumber skundernya diambil dari berbagai buku, jurnal atau karya ilmiah lainnya yang terkait dengan pembahasan filsafat, sejarah dan Kuntowijoyo.

4. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data penulis menggunakan analisis deskriptif. Yang dimaksud pola deskriptif menurut Best (sebagaimana dikutip oleh Sukardi), adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.24 Penyajian dalam bentuk deskriptif ini menyajikan semua hasil penelitian filsafat sejarah Kuntowijoyo dalam bentuk tulisan.

5. Pedoman Penulisan

Penulisan skripsi ini menggunakan buku Pedoman Akademik Tahun 2013/2014 sebagai panduan. Adapun transliterasi menggunakan

23 Toety Heraty Noerhadi, ―Metodologi Penelitian Filsafat‖ dalam Metodologi Penelitian Filsafat, Ed. Reza A.A Wattimena, (Yogyakarta: Kanisius, 2011), h. 28.

24 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 1.

(26)

14

transliterasi yang diterbitkan oleh Jurnal HIPIUS (Himpunan Penikmat Ilmu Ushuluddin).

F. Sistematika Penulisan

Dalam bentuk penulisan, skripsi ini terbagi menjadi 5 (lima) bab.

Berikut rinciannya:

Bab I Merupakan bab pertama yang berisi tentang pendahuluan.

Rinciannya berupa latar bekalang masalah penelitian, fokus penelitian, tujuan dan manfaat, serta metodologi penelitian yang digunakan.

Bab II Merupakan bab yang menjelaskan biografi Kuntowijoyo. Isinya berupa riwayat hidup, pendidikan, karir dan karya. Beberapa di antaranya juga membahas sedikit tokoh-tokoh yang mempengaruhi pemikiran Kuntowijoyo.

Bab III Merupakan gambaran umum mengenai teori atau objek formal yang diteliti, dalam hal ini adalah membahas gambaran umum filsafat sejarah.

Pembahasannya meliputi pengertian filsafat sejarah, unsur-unsur filsafat sejarah, tokoh-tokoh yang membahas filsafat barat, baik dari perspektif Barat maupun filsafat Islam.

Bab IV merupakan bab inti dalam penelitian. Pada bab ini penulis akan menyampaikan hasil penelitian terkait konsep filsafat sejarah Kuntowijoyo.

Semua data yang telah diolah dengan melakukan berbagai pendekatan akan dituangkan sepenuhnya dalam bab ini. Adapun isinya meliputi gagasan filsafat sejarahnya, ide-ide filsafat sejarah Kuntowijoyo, tahapan kesadaran dan Zaman hingga relevansi pemikiran filsafat sejarah Kuntowijoyo.

Bab V Merupakan bab penutup yang meliputi kesimpulan dan saran- saran. Kesimpulan merupakan jawaban atas pertanyaan yang sudah

(27)

dirumuskan dalam pembatasan masalah. Adapun saran-saran berisikan saran untuk peneliti selanjutnya.

(28)

16 BAB II

BIOGRAFI KUNTOWIJOYO A. Biografi Kuntowijoyo

Kuntowijoyo dikenal sesbagai seorang budayawan, sastrawan, dan sejarawan. Semasa hidupnya, Kuntowijoyo adalah guru besar sejarah di Universitas Gadjah Mada. Ia juga dikenal sebagai pengarang berbagai judul novel, cerpen dan puisi, pemikir dan penulis beberapa buku tentang Islam, kolomnis di berbagai media, aktivis berintegritas di Muhammadiyah dan menjadi penceramah di masjid. Dia juga pemikir Islam yang cerdas, jujur dan berintegritas. Sebagai dosen, meski dalam kondisi sakit, ia tetap mau merelakan waktunya untuk membimbing mahasiswanya.1

Kuntowijoyo Lahir di Sorobayan, Bantul, Yogyakarta pada 18 September 1943. Kuntowijoyo lahir dari pasangan H. Abdul Wahid Sosroatmojo dan Hj.

Warasti di Yogyakarta, namun masa hidupnya lebih banyak berada di Klaten dan Solo. Kuntowijoyo merupakan anak kedua dari Sembilan bersaudara.

Kuntowijoyo sangat dekat dengan saudara-saudaranya yang dibesarkan dari struktur kelas priyayi dan dalam lingkungan seni. Ayahnya merupakan seorang pegawai pegawai negeri Garam yang pada saat itu berada di kekuasaan Belanda. Kakeknya seorang lurah yang merangkap menjadi seniman, ulama dan petani sedangkan eyang buyutnya seorang khathath (penulis mushaf al- Qur‘an dengan tangan).2

Kuntowijoyo mewarisi dua corak budaya yang berbeda, yakni

1 Miftahuddin, Ajat Sudrajat, Djurmawan, Kuntowijoyo dan Pemikirannya: Dari Sejarawan Sampai Cendekiawan, (Yogyakarta: UNY, 2014), h. 18.

2 Lihat M. Fahmi, Islam Transendental, h. 25. Atau Sukmawati Wahyu, ―Pemikiran Kuntowijoyo Tentang Historiografi Islam‖ dalam Skripsi Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2012, h. 14.

(29)

memberikan warna tersendiri dalam proses kreatif penulisan karya-karya Kuntowijoyo.3 Hal ini dikarenakan sejak kecil Kunto hidup bersama kakeknya, seorang Demang di wilayah Ngawonggo. Sebagai cucu dari seorang Demang, Kunto kecil dibesarkan di antara ‗dua dunia‘, yaitu dunia alam tradisi Jawa disatu sisi, dan disiplin keislaman disisi lainnya.4

Masa kecil Kuntowijoyo adalah masa pergolakan, yaitu agresi Belanda tahun 1947 dan 1948. Sejak kecil, ia aktif mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan, yaitu belajar agama ke surau yang dilakukan sehabis dzhuhur sepulang sekolah hinggaselepas Ashar. Malamnya, sehabis Isya, ia kembali ke surau untuk mengaji. Saat menjalani kehidupan surau inilah, Kuntowijoyo mulai belajar menulis puisi, berdeklamasi dan mendongeng. Selain belajar mengaji dan deklamasi, Kuntowijoyo gemar mendengar siaran sastra di Radio Republik Indonesia (RRI) Surakarta. Pada siang hari, ia sering menyempatkan diri pergi ke kota kecamatan, memasuki gedung perpustakaan dan melahap kisah-kisah Karl Mark.5

Pada tahun 1985 keluarga Kuntowijoyo menempati rumah bertipe 70 di Jalan Ampel Gading 429, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta. Dalam kehidupan sehari-hari Kuntowijoyo bersama keluarga hidup dalam pola kesederhanaan. Karena bagi Kuntowijoyo harta yang paling mahal di rumahnya adalah buku-buku dan piala penghargaan untuk karya-karya yang telah ditulisnya. Kuntowijyo telah banyak menyumbangkan pikirannya dan

3 Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu, halaman Sampul.

4 Waryani Fajar Riyanto, ―Seni Ilmu dan Agama; Tiga Dunia Kuntowijoyo‖ dalam Jurnal Politik Profetik, h. 3.

5 M. Fahmi, Islam Transendental: Menelusuri Jejak-jejak Pemikiran Kuntowijoyo, (Yogyakarta: Pilar Relegia, 2005), h. 30.

(30)

18

kemudian dituangkan ke dalam karyanya. Ia sering dijuluki seorang sejarawan beridentitas paripurna. Karena ia menjalani hidup dengan beragam habitat dan identitas. Kuntowijoyo merupakan guru besar sejarah di Universitas Gadjah Mada. Pengarang berbagai judul karya sastra seperti novel, cerpen dan puisi.

Pemikir dan penulis beberapa buku tentang Islam. Kolomnis di berbagai media, aktivis berintegritas di Muhammadiyah, dan sangat sering menjadi penceramah di masjid.6

Tahun 1956, ia menamatkan Sekolah Rakyat (SR). Minat belajar sejarah Kuntowijoyo sudah terlihat sejak ia masih kecil. Ketika ia masih belajar di madrasah ibtidaiyah, Kunto kecil sangat kagum kepada guru mengajinya, Mustajab, yang pandai menerangkan peristiwa sejarah Islam secara dramatik.

Dia merasa seolah-olah ikut mengalami peristiwa yang dituturkan sang Ustad tersebut. Sejak saat itu, Kunto pun tertarik dengan sejarah.7 Ketertarikannya pada dunia bacaan bertambah ketika ia duduk di bangku di SMP.8 Di masa itu ia banyak menyelami beberapa karya sastra, seperti karya Nugroho Notosusanto, Sitor Situmorang, dan beberapa karya-karya sastrawan lainnya.

Sejak di SMP ini pula ia mulai menulis cerita dan sinopsis dengan tulisan tangan. Hingga akhirnya ia berhasil menamatkan SMP di Klaten pada tahun 1959.

Tamat SMP (1959), ia pindah ke Solo dan sekolah SMA di sana. Saat SMA inilah ia mulai melahap karya-karya Charles Dickens dan Anton Chekov.

Tamat SMA tahun 1962, ia masuk Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada (UGM) dan tamat S1 tahun 1969. Di masa mahasiswa, bakat tulis menulisnya

6 Fahmi, Islam Transendential, h. 30.

7 Miftahuddin, dkk, Pemikiran Kuntowijoyo, h. 19.

8 Fahmi, Islam Transendential, h. 31.

(31)

semakin berkembang. Berbagai tulisannya, baik berupa puisi,cerpen, novel, essai, dan naskah drama, bertebaran di berbagai media massa,seperti majalah Sastra, Horison, Kompas, Republika, Bernas, dan lainnya. Selain itu di bangku kuliah, Kunto akrab dengan dunia seni dan teater. Dia pernah menjabat sebagai sekretaris Lembaga Kebudayaan Islam (Leksi) dan ketua dari Studi Grup Mantika hingga tahun 1971, sehingga ia berkesempatan bergaul dengan beberapa seniman dan budayawan muda, seperti Arifin C. Noer, Syu'bah Asa, Ikranegara, Chaerul Umam dan Salim Said.9

Kuntowijoyo tidak memilih berlama-lama di kampus, pada tahun 1969 ia berhasil menyelesaikan studinya dan meraih gelar Sarjana Sastra. Animo intelektualnya semakin tak terelakkan, ia tidak berpuas diri dengan gelar kesarjanaan S1 yang diraihnya, geregat pencariannya semakin berkembang sehingga ia memilih untuk meninggalkan tanah kelahiran dan bahkan negaranya demi ilmu. Amerika Serikat adalah Negara yang ia pilih, di sana ia masuk di University of Connectitut dan selesai pada tahun 1974. Bukan hanya itu, gelar Ph.D pun ia raih di Columbia University pada tahun 1980 dengan disertasi yang berjudul Social Change In an Agrarian Society: Madura (1850- 1940), yakni Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris: Madura dari tahun 1850 hingga 1940.10

Sepulang dari Amerika Serikat, ia kemudian kembali mendedikasikan hidup, ilmu, dan dirinya pada almamaternya di Indonesia. Selang beberapa tahun pengabdian di tempat tersebut, ia dinobatkan sebagai Guru Besar Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya UGM pada tahun 2001 dengan pidato

9 Miftahuddin, dkk, Pemikiran Kuntowijoyo, h. 19.

10 Fahmi, Islam Transendental, h. xxvi

(32)

20

pengukuhan yang berjudul ‗Periodisasi Sejarah Kesadaran Keagamaan Umat Islam Indonesia: Mitos, Ideologi, dan Ilmu‘.11

Setelah lulus dari Universitas Gadja Mada (UGM) Yogyakarta, Kuntowijoyo menikah dengan Susilaningsih yang dikenalnya di rumah sakit Bethesda, Yogyakarta. pada tanggal 8 November 1969. Dari pernikahannya Kuntowijoyo dikaruniani dua orang putra, yakni Punang Amari Puja dan Alun Pardipta.12

Kesehatan Kuntowijoyo semakin menurun, akan tetapi tidak menghalangi dirinya untuk terus menulis. Pada tahun 1990, Kuntowijoyo menderita penyakit radang selaput otak. Pada akhirnya kesehatannya tidak bisa diselamatkan lagi. Kuntowijoyo meninggal pada 22 Februaru 2005 di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta, setelah terserang komplikasi penyakit sesak napas, diare, dan ginjal.13

B. Karir dan Karya

Sepak terjang Kuntowijoyo dalam dunia intelektual telah memberikan kontribusi besar bagi pemikiran Indonesia. Berikut karir dan karya Kuntowijoyo:

1. Karir:

1) Asisten Dosen Fakultas Sastra Jurusan Sejarah di UGM (1965-1969) 2) Dosen Fakultas Sastra jurusan Sejarah di UGM(1969-2005) & Dosen

Pasca Sarjana di UGM

3) Sekertaris LEKSI ( Lembaga Kebudayaan dan Seni Islam) 1963-1969 4) Ketua studi grup Mantika (1969-1971)

11 Maskur, ―Ilmu Sosial Profetik Kuntowijoyo; Telaah Liberalisasi, Humanisasi dan Transendensi‖ dalam Tesis UIN Alauddin Makasar, tahun 2012, h. 32.

12 Maskur, ―Ilmu Sosial Profetik Kuntowijoyo, h. 34.

13 Sukmawati Wahyu, ―Pemikiran Kuntowijoyo‖, h. 22.

(33)

5) Pendiri Pondok Pesantren Budi Mulia (1980)

6) Pendiri Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan (PPSK) di Yogyakarta (1980)22

7) Anggota KITLV (Koninklijk Institut Voor de tall, Land en Volkekunde) 8) Anggota HIPIIS (Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu

Sosial)

9) Anggota MSI (Masyarakat Sejarawan Indonesia)

10) Anggota Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (Diktilibang) PP Muhammadiyah (1985-1995)

11) Anggota majelis pertimbangan PP Muhammadiyah (1990-1995) 12) Staf ahli pada Jurnal Ilmu dan kebudayaan ulumul Qur‘an (1990-2000) 13) Koordinator bidang pengembangan kebudayaan pada departemen

pembinaan SDM dan pembudayaan ICMI (1990-1995)14

Adapun karya karyanya, semasa hidup Kuntowijoyo membangun tradisi keilmuan tidak hanya melalui ucapan-ucapan lisan, tapi juga ditorehkan dalam tinta sehingga menghasilkan beberapa karya dalam berbagai bidang, berikut rinciannya:

1) Dinamika Sejarah Umat Islam, diterbitkan pada tahun 1985. Dalam buku tersebut, Kuntowijoyo mengupas tentang proses umat Islam dalam membangun sejarahnya.

2) Budaya dan Masyarakat, terbit tahun 1987. Buku ini merupakan bahan kajian yang amat kaya dalam memahami perkembangan masyarakat dan perubahan kebudayaan. sekaligus dipaparkan berbagai faktor pendukung

14 Sukmawati, ―Pemikiran Kuntowijoyo‖, h. 30.

(34)

22

dan kendala dalam proses tersebut, dan dalam batas-batas tertentu dibicarakan pula perbandingan sejarah perkembangan masyarakat yang kini tergolong maju.

3) Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, terbit pada tahun 1991. Dalam buku ini secara umum Kuntowijoyo menegaskan bahwa modal utama untuk memperbaiki ilmu-ilmu moderen adalah agama. Ilmu dipahami sebagai hal yang tidak bebas nilai (berpihak), tapi mengandung aspirasi transformasi sosial dalam bentuk cita- cita profetik.

4) Radikalisasi Petani, terbit pada tahun 1994. Buku ini merupakan kumpulan Esai-Esai yang sebagian besarnya membahas tentang masyarakat dan petani pedesaan bahwa radikalisasi yang terjadi dalam perjalanan sejarahnya digerakkan oleh komunis baik pada saat masa kolonial maupun pada demokrasi terpimpin.

5) Demokrasi dan Budaya Birokrasi, terbit tahun 1994. Dalam buku tersebut diperkenalkan empat jenis demokrasi, yaitu demokrasi gajah, demokrasi kuda, dan demokrasi anjing, dan demokrasi pancasila. Keempat hal tersebut kemudian dikaitkan dengan budaya yang terjadi pada birokrasi sehingga memberi gambaran yang sangat menarik terkait dengan kenyataan tersebut.

6) Metodologi Sejarah, terbit tahun 1994. Buku tersebut membahas tentang biografi yang dikategorikan sebagai bagian dari sejarah. Dalam buku ini mengajukan syarat biografi, yaitu: keperibadian tokoh, kekuatan sosial yang mendukung, lukisan sejarah zamannya, keberuntungan dan kesempatan yang datang.

(35)

7) Pengantar Ilmu Sejarah, terbit tahun 1997. Buku ini mengilustrasikan upaya kongkrit penulis dalam meretas kesenjangan ilmu sejarah yang senantiasa terpolakan secara kaku pada dua dikotomi obyek penelitian, yakni antara sejarah sebagai sebuah peristiwa dan sejarah sebagai struktur.

8) Penjelasan Sejarah (Historical Exsplanation), terbit tahun 2008. Buku Penjelasan Sejarah ini merupakan karya terakhir Kuntowijoyo sebelum meninggal. Pada buku ini penulis membahas mengenai teori penjelasan sejarah (Historical explanation theory). Penjelasan sejarah ialah usaha membuat unit sejarah yang dimengerti secara cerdas.

9) Identitas Politik Umat Islam, terbit pada tahun 1997. Dalam buku tersebut, Kuntowijoyo membuktikan keberpihakan nilainya pada Islam sebagai sebuah agama dengan cara menjadikan agama sebagai hal yang paling istimewa dalam kehidupan bernegara.

10) Muslim Tanpa Masjid: Esai-esai Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transendental, terbit tahun 2001. Secara keseluruhan muatan buku ini menjelaskan tentang agama, politik, dan budaya dalam lingkup keIslaman di Indonesia,

11) Selamat Tinggal Mitos, Selamat Datang Realitas: Esai-esai Budaya dan Politik, terbit pada tahun 2002. Secara umum buku ini menjelaskan tentang 37 agama, politik dan budaya dalam lingkup keIslaman di Indonesia.

12) Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris: Madura 1850-1940, terbit pada tahun 2002. Buku ini adalah disertai doktoral penulis di Columbia University yang menyajikan gambaran yang cukup mendalam tentang

(36)

24

proses perubahan sosial di Madura dalam periode satu abad menjelang kemerdekaan Indonesia.

13) Raja, Priyayi, dan Kawula: Surakarta 1900-1915, terbit pada tahun 2004.

Tulisan ini adalah kumpulan dari beberapa makalah yang pernah ditulis oleh penulis. Secara umum buku ini bertutur tentang keadaan sosial budaya di Surakarta.

14) Islam sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi, dan Etika, diterbitkan pada tahun 2004.15

Adapun karya lain dalam bidang sastra antara lain: Kereta Api yang Berangkat Pagi Hari (novel, 1966), yang dimuat di Harian Jihad sebagai cerita bersambung. Rumput-rumput Danau Bento (drama, 1969), Tidak Ada Waktu bagi Nyonya Fatma, Barda dan Cartas (drama, 1972), Novel Pasar (terbit sebagai buku tahun 1994), Topeng Kayu (drama, 1973), Khotbah di Atas Bukit (novel, 1976), Isyarat (kumpulan sajak, 1976), Suluk Awung- Awung (kumpulan sajak, 1976).

Dari kurang Lebih 50 buku yang telah dirilisnya, begitu juga cerpen dan kolom-kolomnya di berbagai media. Dramanya berjudul Rumput-Rumput Danau Bento, memperoleh Hadiah Harapan Sayembara Penulisan Lakon Badan Pembina Teater nasional Indonesia (1967). Cerita pendek, Dilarang Mencintai Bunga-Bunga memenangkan penghargaan pertama dari sebuah majalah sastra tahun 1969. Kumpulan cerpennya yang diberi judul sama Dilarang Mencintai Bunga-Bunga, kembali mendapat Penghargaan Hadiah Penulisan Sastra tahun 1999 dari Pemerintah RI melalui Pusat Pembinaan dan

15 Maskur, ―Ilmu Sosial Profetik Kuntowijoyo, h. 36-40.

(37)

Pengembangan Bahasa (sekarang Pusat Bahasa). dramanya Tidak Ada Waktu bagi Nyonya Fatma, Barda dan Cartas memperoleh Hadiah Harapan sayembara penulisan lakon DKJ tahun 1972 dan Topeng Kayu, memperoleh Hadiah Kedua dalam sayembara penulisan lakon DKJ tahun 1973. Novelnya Pasar, mendapat hadiah dalam Sayembara Mengarang Roman Panitia Tahun Buku Internasional DKI 1972. Karya novelnya, yang pernah menjadi cerita bersambung di harian Kompas, berjudul Mantra Pejinak Ular (2000), ditetapkan sebagai satu di antara tiga pemenang Hadiah Sastra Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) pada 2001. Beberapa cerpen juga terpilih sebagai cerpen terbaik Kompas dan menjadi judul dari kumpulan cerpen itu sendiri, diantaranya Laki-laki yang Kawin Dengan Peri (1995), Pistol Perdamaian (1996), dan Anjing-anjing Menyerbu Kuburan (1997).16

C. Latar Belakang Pemikiran Kuntowijoyo

Latar belakang kehidupan yang kompleks, kesederhanaan hidup, serta ketidak lelahannya dalam menyikapi realitas, menyebabkan dirinya banyak diberi julukan, sebagai seorang modernis, tradisionalis, reformis, dan konservatif sekaligus. Kemudian keluarga yang taat beragama dan kompleks berpengaruh besar dalam membentuk pemikiran Kuntowijoyo. Aktivitas keagamaan yang mentradisi sejak kecil serta latar belakang keluarganya yang aktif dalam organisasi Islam seperti Muhammadiyah sedikit banyak menentukan cara pandangnya.

Sebagai seorang cendekiawan, kepeduliannya terhadap persoalan persoalan umat dan bangsa adalah bagian dari kehidupannya. Dalam banyak

16 Miftahuddin, Pemikiran Kuntowijoyo, h. 20.

(38)

26

tulisannya yang tersebar di berbagai media massa, juga kumpulan tulisan dalam buku-buku yang berbentuk esai-esai agama, budaya, politik, dan sosial, atau tulisan sastranya seperti novel, cerpen, karya drama, dan puisi, Kuntowijoyo mencoba menggugah kesadaran massa yang sedang beku. Ia ingin mengingatkan perilaku dan cara berpikir elit dan massa yang masih banyak didominasi oleh kesadaran mistis dan ideologis, ia menganjurkan reorientasinya menuju kesadaran ilmiah.17

Hal yang menarik dari sisi intelektualitas Kuntowijoyo sebagaimana yang diungkapkan oleh Dawam Rahardjo bahwa ia tidak dengan sadar memaksakan diri untuk menghindari teori-teori dan metodologi Barat, bahkan tidak jarang ia meminjam kerangka pemikiran Barat untuk memperkaya perbendaharaan analisisnya, namun peminjaman tersebut tetap disertai dengan sikap kritis sehingga tidak serta merta mengadopsi secara keseluruhan, melainkan tetap membangun penyesuaian dengan berbagai teori-teori yang ia anggap relevan.

Sebagai bukti kongkrit dari hal tersebut ialah ketika ia berbicara masalah kesejarahan, ia terlihat memakai istilah historiografi M.C. Rickelf yang mengatakan bahwa abad ke 14 merupakan babak pertama yang menandai dimulainya sejarah Indonesia moderen. Asumsi ini didukung dengan fakta empiris bahwa terdapat tiga unsur koheren yang menjadi pemicu bagi terjadinya periodisasi sejarah pada kisaran tahun 1300, yaitu kultural, religius, dan historiografis. Kuntowijoyo memberikan catatan kritis terhadap kerangka historiografi Ricklefs tersebut dengan cara mengungkapkan perkembangan

17 Miftahuddin, Pemikiran Kuntowijoyo, h. 25.

(39)

sejarah yang ditandai dengan terjadinya proses marginalisasi-periferalisasi Islam sejak akhir abad ke-16.

Kuntowijoyo adalah seorang pemikir yang dikenal kritis dan optimis akan masa depan Islam. Sosok ini oleh Fakhri Ali dan Bachtiar Efendy dimasukkan dalam kelompok sosialisme-demokrasi Islam disamping Dawam Raharjo dan Adi Sasono.18 Perhatiannya yang sangat besar terhadap masalah sosial umat Islam sangat berkaitan dengan bidang keilmuan yang ditekuninya, yaitu ilmu sejarah. Hal ini terlihat dalam disertasi Ph.D-nya dalam studi sejarah dari University of Columbia pada 1980 yang berjudul Social Change in Agrarian Society: Madura 1850-1940.

Selain hal di atas, ada dua hal penting yang melatar belakangi kecendekiawanan Kuntowijoyo dalam menyusun gagasannya mengenai Islam.

Pertama, perhatiannya yang sangat besar terhadap pola pikir masyarakat yang masih dibelenggu oleh mitos dan kemudian berkembang sampai masuk pada tingkat ideologi. Selanjutnya, karena perkembangan ilmu pengetahuan, akhirnya melalui pengaruh tersebut, umat Islam memasuki periode ide.

Menurutnya, Islam yang masuk ke Indonesia telah mengalami agrarisasi.

Peradaban Islam yang bersifat terbuka, global, kosmopolit dan merupakan mata-rantai penting peradaban dunia telah mengalami penyempitan dan stagnasi dalam bentuk budaya-budaya lokal. Bagi Kuntowijoyo, universalisme Islam tidak selalu berarti bahwa Islam akan menafikan dan menyingkirkan budaya-budaya lokal. Oleh karena itu, umat Islam di Indonesia harus menangkap kembali semangat kosmopolitan dari Islam --Islam sebagai budaya

18 Fakhry Ali dan Bachtiar Effendy, Merambah Jalan Baru Islam, (Bandung: Mizan, 1986), h. 224.

(40)

28

universal yang ada di mana-mana-- dan rasionalisme Islam. Untuk itu, Kuntowijoyo melakukan analisis-analisis historis dan kultural untuk melihat perkembangan umat Islam di Indonesia. Kondisi seperti ini telah mendorongnya untuk mengemukakan dan menyampaikan gagasan- gagasan transformasi sosial melalui reinterpretasi nilai-nilai Islam, yang menurutnya sejak awal telah mendorong manusia berpikir secara rasional dan empiris.19

Kedua, adanya respon terhadap tantangan masa depan yang cenderung mereduksi agama dan menekankan sekulerisasi sebagai keharusan sejarah.

Industrialisasi dan teknokratisasi akan melahirkan moralitas baru yang menekankan pada rasionalitas ekonomi, pencapaian perorangan, dan kesamaan.

Ini mendorongnya melontarkan gagasannya reinterpretasi nilai- nilai Islam, terutama yang berkaitan dengan rumusan teori ilmu-ilmu sosial Islam.20

19 Kuntowijoyo, ―Paradigma Islam‖, h. 39.

20 Kuntowijoyo, Dinamika Internal Umat Islam, h. 49.

(41)

29 A. Pengertian Umum Filsafat Sejarah

Filsafat sejarah merupakan gagasan terpenting guna mengkritisi dan memahami lebih mendalam mengenai sejarah. Sejarah sebagai disiplin ilmu sosial kerap memiliki celah subjektifitas, sehingga kebenaran dan originalitasnya kerap dipertanyakan. Oleh karena itu, filsafat sejarah berupaya melengkapi kekurangan dalam ilmu sejarah.

Salah satu peranan sejarah adalah turut serta menemukan identitas dirinya. Melalui sejarah, kita bisa mengenal siapa kita dari asal-usulnya.

Melalui pengetahuan masa lampau maka akan ada pengetahuan tentang sejarah. Dalam sejarah tersebut terhimpun mengenai pengalaman insani. Hal ini berperan penting dalam pembinaan identitas kolektif dan dapat dijadikan wahana pertama untuk mensosialisasikan kepada sesama manusia.1 Atau dalam pengertian Ernest Cassier disebut unsur susbtansial yang menghubungkan pengetahuan manusia melalui sejarah.2

Sejarah mempunyai kedudukan yang setara dengan ilmu-ilmu lain, terutama dengan ilmu sosial, yang sampai tingkat tertentu menerapkan metode ilmiah. Metode dan hasil yang ilmiah menerapkan konsep yang memandang ilmu sebagai suatu kumpulan kebenaran yang diperoleh dengan sistematis mengenai suatu persoalan tertentu melalui suatu metode yang efektif. Metode yang efektif memperoleh perhatian utama dalam meningkatkan suatu

pengetahuan untuk bisa menjadi ilmu. Oleh karena itu sejarah sebagai ilmu

1 Bertrand Russel, Unpolar Essay, (London; Goerg Allen Ltd, 1955), hal. 40.

2 Ernest Cassirer, Manusia Dan Kebudayaan: Sebuah Esei Tentang Manusia. Terj.

Alois A Nugroho, (Jakarta: Anggota IKAPI, 1990), hal. 261.

(42)

30

harus bekerja menurut tahapan tertentu yang mempunyai metode, yang di dalam penelitian sejarah disebut dengan metodologi sejarah.3

Munir menyatakan bahwa filsafat sejarah merupakan upaya dalam rangka membedakan antara ilmu sejarah, filsafat sejarah dan sejarah spekulatif.

Secara umum, filsafat sejarah merupakan pembahasan mengenai perkembangan peradaban manusia dengan mengaitkan kejadian masa lampau hingga saat ini dengan berbagai gejolak yang dialami dan yang mempengaruhinya. Akan tetapi, secara khusus, filsafat sejarah menyasar pada metodologi dalam ilmu sejarah. Dengan kata lain, filsafat sejarah merupakan upaya kritis dalam setiap elemen dalam ilmu sejarah.4

Pembahasan filsafat sejarah secara umum terbagi menjadi dua, filsafat sejarah spekulatif dan kritis. Filsafat sejarah spekulatif secara umum upaya memahami proses sejarah secara keseluruhan serta mencari tujuan pemahaman sejarah. sedangkan filsafat sejarah kritis menekankan pada pokok penyeledikan penelitian sejarah.5 Adapun tujuan filsafat sejarah melatih kepekaan kritis seorang peneliti sejarah. Dalam hal ini, seorang peneliti sejarah lebih mampu mengadakan penilaian pribadi dan koreksi mengenai pengkajian sejarah pada saat tertentu. Hal itu akan lebih bermakna dan memuaskan sehingga kajian tentang sejarah akan lebih tuntas, menarik, dan bermakna bagi kehidupan manusia hari ini dan hari esok.

Menganalisa sejarah dari sudut pandang filsafat berarti meliputi filsafat sejarah spekulatif atau substantif dan filsafat sejarah kritis atau analitis. filsafat

3Marzuki Yass Ab. Metodologi Sejarah dan Historiografi, (Palembang: Universitas Sriwijaya, 2004), hal. 3.

4 Misnal Munir, Filsafat Sejarah, (Yogyakarta: UGM Press, 2014), hal. 6.

5 Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hal. 85.

(43)

sejarah spekulatif menunjuk pada rangkaian peristiwa-peristiwa masa lalu sebagai suatu realitas khusus yang menjadi perhatian bagi para sejarawan untuk diteliti. Tujuannya adalah untuk menemukan pola-pola makna umum yang ada di balik setiap pandangan sejarawan tentang peristiwa-peristiwa masa lampau.

Sementara filsafat sejarah kritis atau analitis lebih menunjuk pada sejarah sebagai bidang penelitian khusus yang dilakukan oleh sejarawan. Tujuannya adalah adalah untuk menjelaskan tentang bidang penyelidikan sejarah, untuk menguji asumsi-asumsi dasar dari para sejarawan yang digunakan sebagai dasar penyelidikannya, menjelaskan bagaimana konsep-konsep sejarawan diorganisir dalam tulisannya, metode yang digunakan sejarawan dalam meneliti dan menuliskan hasil penelitiannya, dengan mendudukkan semua itu dalam peta pengetahuan secara keseluruhan.6

Hal ini dikarenakan filsafat sejarah menghadapi suatu pertanyaan pokok, yakni bagaimana mengubah masyarakat dari kondisi yang sekarang menuju kepada keadaan yang lebih dekat dengan tatanan idealnya. Elaborasi terhadap pertanyaan pokok semacam itu biasanya lalu menghasilkan teori- teori yang berfungsi untuk menjelaskan kondisi masyarakat yang empiris pada masa kini, dan sekaligus memberikan insight mengenai perubahan dan transformasinya.

Karena teori- teori yang diderivasi dari ideologi- ideologi sosial sangat berkepentingan terhadap terjadinya transformasi sosial. Oleh karena itu, sejarah seharusnya menjadi kekuatan intelektual dan moral. Karenanya, ilmu sosial seharusnya tidak berhenti hanya menjelaskan realitas atau fenomena sosial apa adanya, namun lebih dari itu, melakukan tugas transformasi. Jadi, tujuannya

6 Yusuf Nikolas Anamofia, “Membaca Karya Sejarah Dengan Kerangka Filsafat Sejarah Kritis” dalam Merayakan Ingatan, Melawan Lupa, (Yogyakarta: Asensi, 2016), hal. 94.

(44)

32

lebih pada usaha untuk proses transformasi sosial, Ilmu sosial tidak boleh tinggal diam atau value neutral tapi harus berpihak.7

Persoalan lain adalah terdapat dua bidang ilmu yang kedudukannya berada pada dua ujung yang berlawanan. Ujung satu ditempati oleh Ilmu Pengetahuan Alam dan ujung yang lainnya ditempati oleh Ilmu Humaniora.

Antara abad 18 smpai 19, sewaktu aliran rasionalisme memuncak dan mencapai fase positivisme, konsepsi tentang ilmu dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan alam yang demikian kuat sehingga ilmu tersebut seakan punya fungsi normative untuk menjadi ―hakim‖ yang menentukan kriteria seberapa jauh berbagai cabang ilmu yang lain dapat dikategorikan sebagai science atau ilmu. Kriteria yang diciptakan untuk menentukan aturan atau hukum, sehingga dapat membuat generalisasi dan memprediksi masa depan.

Berdasarkan kriteria yang ada pada saat itu, ilmu Humaniora termasuk Ilmu Sejarah dan ilmu humanis lainnya dikategorikan sebagai bukan ilmu karena tidak mampu merumuskan hukum.

Sementara itu, terdapat perkembangan yang menunjukkan adanya pengaruh kuat ilmu sosial pada ilmu sejarah terutama dalam hal teori dan metodologi. Dengan demikian, bila dibandingkan dengan ilmu humaniora lainnya, ilmu sejarah lebih memiliki kedekatan pada ilmu sosial. Artinya ilmu sejarah lebih dekat pada ilmu alam di banding ilmu humaniora lainnya terhadap ilmu alam. Dari uraian yang telah diulas ini, secara anatomis keilmuan cukup punya ―legalitas‖ bila pengkajian ilmu sejarah mengarah

7 Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1991), hal. 67.

(45)

terciptanya generalisasi dan melakukan approaches yang bersifat kuantitatif.8 oleh karena itu, guna memahami lebih mendalam, filsafat sejarah digunakan untuk mengetahui faktor-faktor essensial yang mengendalikan perjalanan peristiwa-peristiwa historis itu, untuk kemudian mengikhtisarkan hukum- hukum umum yang tetap, yang mengarahkan perkembangan manusia, di berbagai bangsa dan negara dalam berbagai masa dan generasi.9

Kajian ilmu sejarah mengkaji masalah waktu dan peristiwa. Jadi filsafat sejarah adalah ilmu filsafat yang ingin memberi jawaban atas sebab dan alasan segala peristiwa sejarah. Jelasnya, filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat yang ingin menyelidiki sebab-sebab terakhir dari suatu peristiwa, serta ingin memberikan jawaban atas sebab dan alasan segala peristiwa sejarah.

Filsafat sejarah berusaha mencari penjelasan serta berusaha masuk kedalam dan pikiran cita-cita manusia sendiri dan memberikan keterangan tentang bagaimana munculnya suatu Negara, bagaimana proses perkembangan kebudayaannya samapai mencapai puncak kejayaannya dan akhirnya mengalami kemunduran seperti perna dialami oleh Negara-negara atas pada zaman yang lalu disertai peran pemimpin terkenal sebagai subjek pembuat sejarah pada zamannya.10

Menurut Sartono Kartodirdjo filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat yang berusaha memberikan jawaban terhadap pertanyaan mengenai makna suatu proses pristiwa sejarah. Manusia berbuda tidak puas dengan

8 Mumuh Muhsin, Urgenitas Analisis Kuantitatif Dalam Penelitian Sejarah, (Bandung:

Padjajaran Pers, 2009), hal. 2.

9 Budi Sujati, “Konsep Filsafat Sejarah Ibn Khaldun” dalam Jurnal Tamaddun, Vol. 6, No. 2, IAIN Syekh Nurjati, Cirebon, 2018, hal. 138.

10 Tamburaka, Pengantar Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, (Jakarta: Reineka Cipta, 1999), hal. 130.

(46)

34

pengetahuan sejarah, dicarinya makna yang menguasai kejadian-kejadian sejarah. Dicarinya hubungan, kekuatan dan proses antara fakta-fakta dan sampai kepada asal dan tujuannya.11 Sedangkan menurut Zaenab Al Kudari mengemukakan bahwa fisafat sejarah merupakan suatu tinjauan terhadap peristiwa-peristiwa histories dengan tujuan untuk mengetahui fakta-fakta esensial yang mengendalikan perjalanan peristiwa sejarah.12

B. Ide Dasar Filsafat Sejarah

Dari berbagai sumber, Munir mengelompokkan filsafat menjadi lima aliran. Pertama aliran siklus yang menyatakan bahwa sejarah berputar layaknya perputaran musim. Kedua aliran siklus sekaligus gerak lurus yang berarti peradaban manusia terus berkembang dinamik namun akan mengalami kemajuan. Ketiga aliran linear yang menyatakan peradaban manusia akan terus mengalami kemajuan. Keempat aliran historisme yang menyatakan sejarah dipengaruhi banyak faktor, artinya bisa menjadi maju atau mundur tergantung faktor yang terjadi dan yang mempengaruhinya. Kelima aliran dialektis. Pada intinya filsafat sejarah menyatakan dalam dua kelompok besar, yaitu determinisme sebagai kelompok yang menyatakan bahwa masa depan manusia pasti berkembang maju dan indeterminisme sebagai kelompok yang menyatakan bahwa masa depan tidak bisa dipastikan.13

Adapun mengenai ide-ide yang terkandung dalam filsafat sejarah dapat dipahami sebagaimana pendapat Munir. Menurutnya terdapat empat ide yang terkandung dalam filsafat sejarah, yakni kemajuan, waktu, kebebasan dan

11 Sartono Kartodirjo, Ungkapan Filsafat Sejarah Barat dan Timur, (Jakarta: Gramedia, 1990), hal. 79.

12 Zainab Al-Kudari, Filsafat Sejarah Ibn Khaldun, Terj. A. Rofii Utsmani, (Bandung, Pustaka, 1980), hal. 27.

13 Munir, Filsafat Sejarah, hal. 7.

(47)

makan masa depan. Ide kemajuan berhasil membawa peradaban manusia ke arah yang lebih baik. Adapun waktu merupakan pembagian masa yang dialami oleh manusia, meliput lampau, kini dan masa depan. Adapun ide mengenai kebebasan merupakan modal utama dalam menciptakan atau melakoni makhluk sejarah. Dengan kebebasan, manusia menciptakan tentang dirinya sendiri secara terus menerus. Terakhir ide masa depan merupakan mewujudkan cita-cita yang diinginkan. Berikut rinciannya14

Ide kemajuan merupakan patokan mengapa dunia berubah, berkembang dan berperadaban. Tanpa ada ide kemajuan maka sejarah manusia tidak menjadi dinamis seperti sekarang ini. Pada intinya ide kemajuan adalah pemikiran atau keinginan manusia berubah menjadi lebih baik. Oleh karena itu, setiap peristiwa kemanusiaan tentu memiliki ide kemajuan, sehingga dapat dipahami sebagai bagian filsafat sejarah.

1. Ide Kemajuan

Terdapat perbedaan dalam ide kemajuan. Misalkan Nisbet menyatakan yang dianggap ide kemajuan adalah berpusat pada moral dan spiritual.

Sehingga bentuk peradaban manusia berujung pada kebijakan spiritual dan moral yang agung dalam kehidupan manusia. Sedangkan menurut Hegel, ide kemajuan berpusat pada kesadaran akan kebebasan. Hanya dengan kesadaran kebebasan itulah manusia akan mencapai perkembangan hakikatnya. Namun untuk merealisasikannya, perlu dibentuk pemikiran universal dalam tiga tahapan ‗ruh‘ pada akhirnya membentuk ‗negara‘. Negara merupakan tujuan manusia berkembang dan berperadaban dengan menyatukan pemikiran dan

14 Misnal Munir, “Ide-Ide Filsafat Sejarah” dalam Jurnal Filsafat Vol. 2. No. 3.

Desember 2012, hal. 297.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini arsitektur jaringan menggunakan neuron untuk input layer berjumlah tiga neuron yaitu harga pembukaan saham (Y1), harga tertinggi saham (Y2),

Agar masalah lebih terarah, maka dari identifikasi masalah penulis rumuskan menjadi: Bagaimana tafsir musyawarah dalam penafsiran al-Qur’an menurut al-Huda Tafsir

Ekstrak dari tanaman tersebut mengandung flavonoid, alkaloid, steroid, dan saponin (Silalahi, Purba, & Mustaqim 2019).. Bryophillum pinnatum berupa herba menahun dengan

1. Memaparkan pelaksanaan pemberian hibah terhadap anak di masyarakat. Menjelaskan ketentuan pemberian hibah terhadap anak perspektif fikih dan hukum perdata di

Selanjutnya pada penelitian ini akan membahas mengenai pemodelan dan prediksi cadangan devisa menggunakan data cadangan devisa Indonesia, nilai ekspor Indonesia,

Berdasarkan analisis di atas, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas

Dr. Fauzun Jamal, Lc.,M.A.. Pembinaan akhlak adalah suatu penanganan yang berbentuk pengarahan terhadap kemampuan seseorang agar berperilaku lebih baik. Salah satu

Di beberapa aspek keluarga yang ekonominya menengah dan ke-atas pun juga ikut turut berkecimpung dalam pasar ekonomi sebagai refleksi kondisi social-ekonomi bisa