• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil penelitian ini telah diseminarkan pada tanggal 8 Juni 2015 di Auditorium RRI Jember. Seminar tersebut ditujukan untuk mendapatkan masukan dari para narasumber pembahas sekaligus sebagai ruang untuk mengklarifikasi hasil temuan kepada para informan penelitian ini. Harapannya, hasil penelitian ini bisa disempurnakan dan benar-benar sesuai dengan keadaan di lapangan.

Dalam seminar tersebut, hadir sebagai pemrasaran yaitu Direktur Utama LPP RRI, Rosarita Niken Widyastuti yang pada akhir sesi memberikan formulasi padangan umum dan menyarankan perlunya rekomendasi operasional berdasarkan hasil penelitian ini. Pembahas antara lain Kabul Budiono (Direktur Program dan Produksi LPP RRI) sebagai pengguna hasil penelitian ini dan Prof. Ahmad Subagyo dari Lembaga Penelitian Universitas Negeri Jember (UNEJ). Dalam seminar ini, juga hadir narasumber penelitian yang selama proses penelitian mereka berperan sebagai informan wawancara mendalam.

Setelah peneliti dan Kepala Puslitbangdiklat memaparkan hasil penelitian, Direktur Program dan Produksi LPP RRI memberikan tanggapannya. Pada dasarnya, Kabul Budiono mengapresiasi penelitian yang dilakukan oleh Puslitbangdiklat ini. Penelitian ini akan mendukung program Direktorat Program dan Produksi dalam mengembangkan siaran pemberdayaan masyarakat sebagai roh dari siaran Pro 1. Namun, beliau juga mengkritisi ketidaksesuaian antara judul dengan tujuan penelitian ini. Hal yang menjadi sorotan Direktur Program dan Produksi adalah bahwa fokus riset ini adalah pada Pro 1, bukan RRI Jember secara umum. Maka dari itu, menurut Direktur Program dan Produksi, judul penelitian ini mestinya juga memasukkan kata Pro 1 menjadi Riset Pengembangan Siaran Pemberdayaan Masyarakat di RRI Pro 1 Jember. Selain itu, Direktur Program dan Produksi juga menganggap bahwa riset ini lebih banyak difokuskan pada program Siaran Pedesaan. Oleh karena itu, ia menyarankan jika judul riset ini dipertajam menjadi Pengembangan Siaran Pedesaan untuk Pemberdayaan Masyarakat di RRI Jember.

Penelitian ini memang lebih fokus ke penyelenggaraan siaran pemberdayaan masyarakat di RRI Pro 1 Jember. Dengan demikian, masukan dari Direktur Program dan

79 Produksi untuk mempertajam judul penelitian menjadi Riset Pengembangan Siaran Pemberdayaan Masyarakat di RRI Pro 1 Jember menjadi relevan. Namun, penelitian ini bukan hanya menyasar pada program Siaran Pedesaan saja. Siaran Pedesaan hanya menjadi contoh program pemberdayaan masyarakat yang paling banyak diminati oleh pendengar—terutama yang menjadi sampel penelitian ini—dan menjadi program yang langsung disebut oleh penyelenggara siaran sebagai program pemberdayaan masyarakat di RRI Jember ketika peneliti menanyakan ke informan dari internal RRI. Program Siaran Pedesaan hanya menjadi contoh utama dari penelitian ini, meski sesungguhnya ada program-program lain juga yang diteliti, seperti Ngobrol Bareng Cak Itok dan acara OPSI.

Direktur Program dan Produksi juga mempertanyakan tentang pengambilan sampel dalam penelitian ini. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah warga Kabupaten Jember. Padahal, coverage area RRI Jember tidak hanya mencakup Kabupaten Jember saja, melainkan sampai ke kota-kota di sekitarnya. Menurut Direktur Program dan Produksi, mestinya sampel penelitian ini juga mengambil responden dari luar Kabupaten Jember. Pemilihan sampel di Kabupaten Jember saja dilakukan untuk mempermudah proses penelitian dan pengambilan sampel karena alasan keterbatasan waktu dan pembiayaan. Pengambilan sampel di luar Kabupaten Jember juga akan menyulitkan karena belum tentu di wilayah lain semua penduduk ter-cover oleh siaran RRI Jember. Masyarakat di Kabupaten Jember-lah yang seluruhnya ter-cover oleh siaran RRI Jember. Selain itu, pendengar di Kabupaten Jember dianggap sebagai pendengar utama yang dilayani oleh RRI Jember sehingga sampel diambil di Kabupaten Jember saja.

Direktur Program dan Produksi berharap agar rekomendasi dan saran pada penelitian tidak terlalu panjang dan banyak sehingga bisa benar-benar sesuai dengan judul penelitian ini. Ia juga berharap agar ke depan, penelitian Puslitbangdiklat untuk siaran pemberdayaan masyarakat bisa difokuskan pada program Siaran Pedesaan.

Pembahas selanjutnya adalah Prof. Ahmad Subagyo, dari Universitas Negeri Jember. Pada kesempatan ini, Ahmad Subagyo memberikan tanggapannya atas penelitian ini. Ia menilai bahwa penelitian ini seolah-olah merupakan penelitian yang defensif. Maksudnya, penelitian ini hanya menyasar pada pendengar RRI saja. Selain itu, hasil penelitian ini tampak memberikan penilaian yang positif saja terhadap program RRI. Penilaian positif memang mengemuka dalam penelitian ini, terutama pada hasil survei. Responden lebih banyak memberikan penilaian yang baik untuk program RRI

80 secara umum maupun program pemberdayaan masyarakatnya. Bagi para informan pun, banyak yang mendapatkan manfaat dari program siaran pemberdayaan masyarakat, terutama bagi mereka yang terlibat secara langsung dengan acara yang bersangkutan. Ahmad Subagyo menyarankan agar penelitian ini bisa lebih bersifat ofensif. Maksud dari ofensif adalah mengambil sampel secara umum, bukan hanya pendengar RRI, sehingga bisa menggambarkan keterwakilan masyarakat umum. Penelitian ini memang hanya mengambil sampel dari pendengar RRI saja karena penelitian ini juga mencoba mendapatkan evaluasi dari para pendengar. Jika responden tidak mendengarkan siaran RRI, maka mereka tidak bisa menjawab pertanyaan.

Masukan dari Ahmad Subagyo agar penelitian ini bersifat ofensif merupakan masukan yang menarik karena penelitian juga bisa dipakai untuk mengetahui kebutuhan warga secara umum dan mengetahui alasan mereka tidak mendengarkan RRI. Jika hal-hal tersebut bisa diketahui, maka RRI bisa membuat strategi-strategi sehingga siaran RRI bisa didengarkan oleh lebih banyak orang. Meski demikian, dalam penelitian ini, hal tersebut memang tidak bisa diketahui lewat survei. Namun, dalam wawancara mendalam dengan para informan atau narasumber, terdapat sedikit gambaran dari mereka mengapa banyak yang tidak mendengarkan RRI. Beberapa alasan mereka tidak mendengarkan RRI adalah tidak memiliki radio, lebih banyak mengakses media lain (TV, surat kabar, internet), serta tidak memiliki motivasi yang cukup untuk mengetahui informasi yang bersifat lokal—atau lebih membutuhkan informasi yang bersifat nasional. Berbagai alasan tersebut memang ditemukan dalam wawancara, tetapi hal tersebut bukan merupakan fokus dari penelitian pengembangan siaran pemberdayaan masyarakat ini.

Ahmad Subagyo juga memberikan masukan agar hasil penelitian ini juga melihat konteks masyarakat Jember yang mayoritas adalah petani, yaitu mencapai 34%. Selain itu, masyarakat Jember juga terdiri dari berbagai suku, seperti Jawa, Madura, Osing, dan Bali. Konteks sosial dan budaya masyarakat menjadi bagian yang penting untuk diperhatikan dalam mengembangkan siaran pemberdayaan masyarakat. Mengenai hal ini, sudah dimasukkan pada bab sebelumnya. Menurutnya, konteks masyarakat yang demikian menjadikan model siaran langsung cocok dipakai di RRI Jember.

Pada kesempatan itu pula, Ahmad Subagyo juga memberikan dukungannya kepada RRI, terutama Puslitbangdiklat agar penelitian yang dilakukan oleh Puslitbangdiklat bisa dijadikan acuan bagi RRI, termasuk ketika ditanya oleh DPR. Ia

81 juga menambahkan informasi bahwa di Jember dan sekitarnya, masih ada blankspot sehingga beberapa wilayah tidak bisa menangkap siaran RRI.

Selain kedua pembahas tersebut, seminar juga menjadi ruang bagi para narasumber untuk mengonfirmasi hasil penelitian sekaligus menambahkan hal-hal yang bisa menjadi masukan bagi penyelenggaraan siaran RRI. Desak Nyoman Siksiawati yang merupakan Kepala UPT Pengujian Sertifikasi Mutu Barang, Lembaga Tembakau Jember menyambut baik penelitian ini. Ia berharap agar hasil penelitian ini perlu diaplikasikan secara langsung. Selain itu, ia juga menyarankan agar RRI Jember, dalam siarannya, juga melibatkan instansi-instansi terkait. Ia menjelaskan bahwa keberadaan RRI Jember bisa membantu lembaganya untuk menyosialisasikan program-program mereka, terutama yang berkaitan dengan masalah perkebunan tembakau. Namun, selama ini hubungan antara RRI dengan Lembaga Tembakau masih terbatas. Sebagai penghasil tembakau yang besar di Indonesia, ia berharap agar ada kerja sama antara RRI dengan lembaganya untuk membangun masyarakat Jember, terutama para petani tembakau.

Narasumber lain, Jumantoro, memberikan masukan mengenai kebutuhan pendengar terkait latar belakang mereka sebagai petani. Menurutnya, pendengar membutuhkan informasi pasar. Masukan ini didasari oleh pengalamannya sebagai petani sekaligus Ketua HKTI Kabupaten Jember. Ia juga berharap agar siaran RRI bisa menginspirasi pendengarnya, terutama para petani, agar mau terus berkarya sebagai petani sehingga ke depan tidak ada krisis petani. Ia juga menyatakan siap mendukung dan memfasilitasi kegiatan RRI dengan pendengar.

Murtado, Kepala Bagian TU Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Jember, mempunyai pandangan yang sama dengan Desak Nyoman Siksiawati. Ia juga berharap hasil penelitian ini bisa diimplementasikan oleh RRI, terutama di Jember. Ia juga berharap ada kerja sama RRI dengan Dinas Koperasi dan UMKM sehingga program-program dinas dapat disosialisasikan kepada masyarakat luas. Selain itu, menurutnya, RRI bisa bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk melakukan berbagai penelitian secara reguler sebab banyak mahasiswa yang dapat diberdayakan dalam penelitian tersebut. RRI bisa memberikan kebutuhan penelitiannya ke perguruan tinggi sehingga mahasiswa bisa menjadikan hal tersebut sebagai bahan atau ide untuk tugas akhir. Terkait dengan program pemberdayaan masyarakat, Murtado menekankan perlunya RRI memerhatikan kearifan lokal karena masyarakat Jember memiliki budaya yang kental sehingga RRI juga bisa turut serta mewariskan dan melestarikan budaya

82 setempat. Selain itu, RRI juga perlu membina segmen-segmen pendengar, baik melalui kegiatan on air di studio maupun siaran langsung dari lapangan. Murtado menganggap pola lama yang pernah digarap RRI dalam bentuk Siaran Pedesaan bisa terus dihidupkan.

Narasumber selanjutnya yang juga memberi tanggapan adalah Wasis Pramono, Direktur PT Mitra Tani Dua Tujuh Kabupaten Jember memberikan masukan agar RRI lebih sering memfasilitasi pertemuan antara pengusaha, petani, dan pemerintah. Menurutnya, terdapat irisan kebutuhan antara petani, pengusaha, dan pemerintah sehingga mereka akan saling membutuhkan. Jika RRI bisa menghubungkan ketiganya dalam forum-forum tertentu, maka hal tersebut akan sangat bermanfaat.

Masukan lainnya terkait dengan operasionalisasi program RRI juga disampaikan oleh Siswantoro, Sekretaris Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Jember. Menurutnya, RRI harus bisa memberikan bimbingan kepada pendengarnya tentang bagaimana meningkatkan produktivitas, mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia. RRI bisa memberikan informasi kepada pendengar tentang sumber dana yang bisa diserap oleh masyarakat. Dengan bimbingan tersebut, siaran RRI bisa diarahkan pada pengembangan sumber daya manusia untuk mengentaskan kemiskinan di daerah.

Firdasyah, mahasiswa Politeknik Jember, menanggapi penelitian ini dengan pandangannya bahwa masyarakat di Jember merupakan masyarakat yang masih tertutup. Masyarakat Jember tidak bisa dengan mudah menerima hal-hal baru yang berbeda dengan keseharian mereka. Ia berharap agar RRI bisa membantu mengarahkan dan memberi informasi kepada masyarakat agar lebih bisa menerima inovasi-inovasi yang bisa memberdayakan masyarakat itu sendiri melalui siaran-siarannya.

Terakhir, Dirut LPP RRI, Rosarita Niken Widyastuti, juga turut memberikan pandangannya. Setidaknya ada empat poin besar yang disampaikan oleh Dirut RRI. Pertama, Program Siaran Pedesaan langsung dari lapangan perlu dilakukan secara berkelanjutan dengan memerhatikan agenda setting siaran. Program tersebut perlu mengacu pada hasil riset mengenai kebutuhan responden dan masukan dari narasumber. Agenda setting dimaksudkan agar RRI Jember tidak bergantung dan ditentukan oleh pihak lain yang belum tentu sesuai dengan visi dan misi RRI sebagai radio publik. Kedua, berdasarkan hasil penelitian, siaran RRI Jember dianggap sudah baik dan bermanfaat bagi para responden. Akan tetapi, RRI Jember perlu memerhatikan

83 bagaimana mengelola masyarakat yang belum menjadi pendengar. Ketiga, data mengenai kepuasan pendengar terhadap siaran RRI sangat penting. Meski demikian, penilaian responden yang belum puas terhadap siaran RRI perlu digali sebagai bahan pertimbangan pengembangan siaran yang sudah ada demi perbaikan ke dalam. Keempat, rekomendasi dalam penelitian ini hendaknya dibuat dengan lebih detail dan operasional. Sebagai contoh, ide tentang pengembangan siaran pemberdayaan masyarakat dalam bentuk multi level listener.

Berbagai masukan dari narasumber tersebut ada yang berkaitan langsung dengan penelitian pengembangan siaran pemberdayaan masyarakat ini dan ada pula yang bersifat membangun RRI secara umum. Masukan yang sesuai dengan penelitian ini telah dipertimbangkan untuk perbaikan penelitian ini. Terkait dengan pengembangan siaran pemberdayaan masyarakat, penelitian ini menyarankan agar jaringan pendengar dalam bentuk multi level tersebut bukan hanya untuk mengajak orang mendengarkan RRI. Lebih dari itu, siaran RRI diharapkan dapat membantu masyarakat dalam memberdayakan dirinya dan kemudian membangun jaringan mereka sendiri. Selanjutnya, RRI cukup memfasilitasinya sehingga jaringan pendengar ini bisa saling bekerja sama memberdayakan diri. Dalam membangun jaringan, RRI bisa memanfaatkan siaran langsung dari lapangan untuk acara Siaran Pedesaan.

Dokumen terkait